Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat harus mewaspadai penyakit asma karna penyakit ini membutuhkan
pertolongan yang cepat sebab penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Banyak
masyarakat yang meremehkan penyakit ini dan mereka menganggap penyakit ini
penyakit sesak biasa . Asma bronkial sangat sering dijumpai. diperkirakan terdapat 9 juta
penduduk amerika yang menderita penyakit ini. ada bermacam-macam penyebab asma
bronkial, karena

itu definisi (batasan) peyakit ini dibuat sangat

sederhana. asma

beronkial adalah satu hiper-reaksi dari beronkus dan terakea yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible. Pengetahuan keluarga tentang asma
bronchial dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor - faktor yang dapat mencetuskan
asma serta keadaan yang dapat memperburuk kondisi fisik pengidap asma. Asma
ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap bendabenda asing di udara. Seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil (Benvie, 2008)
Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbiditas penyakit pernapasan
dan menyebabkan 2000 kematian/tahun (Davey, 2005). Menurut WHO, sebanyak 100
hingga 150 juta penduduk duniawi adalah penyandang Asmual. Jumlah ini terus
bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma
belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 25 % (3-8% dan 5-7%) penduduk

43

Indonesia menderita asma. Penyakit Asma dapat mengenai segala usia dan jenis kelamin,
80-90% gejala timbul sebelum usia 5 tahun. Pada anak-anak, penderita laki-laki lebih
banyak daripada perempuan, sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Sementara
angka kejadian Asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. (Dahlan,
2008). Dari studi pendahuluan keterangan yang diperoleh dari 10 keluarga penderita
asma yang saya wawancarai di dapatkan 7 orang mengatakan kurang tau tentang
penyakit asma bronkial 2 orang mengatakan tidak tahu dan 1` orang mengatakan tahu
tentang penyakit asma bronkial. Dari kurangnya pengetahuan dari penderita tetang asma
bronciale banyak sesak yang sering dikeluhkan pengidap asma memang menjengkelkan.
Apalagi jika kekambuhannya lebih dari 1 atau 2 kali dalam seminggu. Asma dapat
mengganggu kinerja dan aktivitas seseorang sehingga terasa menjengkelkan bagi
penderitanya. Penyakit ini bahkan dikatakan sebagai biang kerok utama atas
ketidakhadiran di tempat kerja dan di sekolah. Selain mengganggu aktivitas, asma juga
tidak dapat disembuhkan, bahkan dapat menimbulkan kematian (ardianto, 2010).
Asma dikelompokkan sebagai, 1. Ekstrinsik yaitu asma anak-anak, berhubungan
dengan atopi (atopi=diathesis alergika familial, bermanifestasi sebagai eksema dan hay
fever saat anak-anak). Seringkali sembuh saat memasuki usia remaja, walaupun dapat
timbul kembali saat dewasa, 2. Intrinsik yaitu yang berkembang dalam tahap keidupan
selanjutnya, lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih progresif dan respon terhadap
terapi tidak begitu baik, 3. Berhubungan dengan pekerjaan yaitu bila berhubungan
dengan alergen industri atau tempat kerja (misalnya bahan fotokopi dan lain-lain)
(Davey, 2005).
Pada proses bernfas, sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen dan pada saat
yang sama melepaskan prodak oksidasinya oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya
sendiri. Organ-organ pernafasan meliputi hidung, sinus paranasal, faring, laring, trakea,

44

bronkus dan bronkiolus (paru-paru), bila terjadi gangguan pada organ pernapasan akan
berakibat terganggunya fungsi dan kerja sel sebagai untuk penyusun tubuh terkecil
(Evelyn 2008 ). Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal
yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktifitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun nonimunologi. Oleh karena inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan
baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu
mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat
menimbulkan asma (Somantri, 2009).
Pelayanan keperawatan bertugas membantu individu, keluarga dan kelompok
untuk mencapai potensi optimalnya di bidang fisik, mental dan social, dalam ruangan
lingkup kehidupan dan pekerjaan. Perawat harus mampu untuk melakukan upaya
promosi dan pemeliharaan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. (Aditama,
2003)
Dari paparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan
keluarga penderita asma bronkial tentang penyakit asma bronkial di wilayah kerja
puskesmas Panarukan Situbondo
B. Rumusan dan batasan Masalah
1. Batasan masalah
Berdasarkan uraian dan masalah di atas, agar lebih tearah dan jelas untuk itu
peneliti hanya membatasi pengetahuan kelurga penderita asma bronkial tentang
penyakit asma bronchial, dalam tingkat tahu (C1)
2. Rumusan masalah
Bagaimana pengetahuan keluarga penderita asma bronkial tentang penyakit
asma bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan Situbondo?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengetahuan keluarga penderita asma bronkial tentang penyakit asma
bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan Situbondo
D. Manfaat Penelitian

45

1. Bagi Teoritis
Sebagai tambahan dasar pemikiran tentang penyakit asma bronchial.
2. Bagi Peneliti
Pengalaman yang berharga dalam mengidentifikasi pengetahuan keluarga asma
bronkial.
3. Bagi Praktis
a. Penderita Asma
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asma, dan diharapkan dapat
menghindarkan dari penyebab kekambuhan pada asma.
b. Bagi keluarga
Sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
asma bronkial.
c. Puskesmas
Sebagai dasar pemikiran dalam program pelayanan kesehatan terutama
pada penyakit asma bronkial.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
sebagai objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2010)
b. Proses Adaptasi Perilaku

46

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, (Notoatmodjo, 2007) yakni:
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus, tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan
domain kognitif. (Notoatmodjo, 2010)
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang sudah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepti, dan
sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya : apa tanda-tanda anak yang
kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN
(pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang di ketahuinya tersebut.
Misalnya orang yang memahami pemberantasan penyakit demam berdarah,

47

bukan hanya sekedar menyebutkan 3M ( mengubur, menutup, dan menguras )


tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan
sebagai, tempa-tempat penampungan air tersebut.
3) Aplikasi (applicasion)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang
proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan
di tempat ia bekerja atau dimana saja, orang yang paham metodologi
penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan
seterusnya.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
oarang

tersebut

telah

dapat

membedakan,

atau

memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram,(bagan) terhadap pengetahuan atas objek


tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepti dengan
nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart)

siklus hidup cacing

kremi, dan sebagainya.


5) Sintesis (synthesis)
Sinesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kkalimat

48

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat
kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian pada suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah

umur,

pendidikan,

pekerjaan,

lingkungan.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi adalah sebagai berikut:


1)

Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun (Elizabeth, B.H, dalam Nursalam, 2001). Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nueloek,
dalam Nursalam, 2001), makin tua umur seseorang makin kontruktif dalam
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

2)

Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu (Sarwono,
dalam Nursalam, 2001). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahauan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Konconingrat, dalam
Nursalam, 2001).

49

3)

Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan dan kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya menyita waktu
sehingga dapat mempengaruhi hal-hal lain termasuk juga didalamnya
mengetahui sesuatu diluar pekerjaan (Thomas, dalam Nursalam, 2001).

4)

Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sebagai
sistem adaptif, yang melibatkan baik faktor internal maupun eksternal (Ann.
Mariner, dalam Nursalam, 2001 ).

5)

Keluarga
Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan mulai dari awal
sampai ke penyelesaian akan dipengaruhi oleh keluarga, mempunyai peranperan utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga dan
bukan individu sendiri mengusahakan tercapainya tingkat kesehatan yang
diinginkan

e. Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
(Notoatmodjo, 2010) yakni :
1) Cara tradisional atau non ilmiah.
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi:
a) Cara Coba Salah (trial and eror)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cobacoba

saja.

Cara

ini

dilakukan

dengan

menggunakan

beberapa

50

kemungkinan dalm memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan


tersebut tidak berhasil, di coba dengan kemungkinan yang lain. Sampai
masalah tersebut terpecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan. Contoh, penemuan enzim ureasesoleh
Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari summers sedang bekerja
dengan ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin bermain tennis,
maka ekstrak acetone tersebut di simpan di dalam kulkas. Keesokan
harinya ketika ingin meneruskan percobaannya, ternyata ekstrak acetone
yang di simpan didalam kulkas tersebut timbul Kristal-kristal yang
kemudian disebut enzim ureases.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan
baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan. Orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji kebenarannya karena
menganggap bahwa apa yang dikemukakan adalah sudah benar.
d) Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik, pepatah ini mengandung
maksud

bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran


pengetahuan.
e) Cara akal sehat (common sane)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para
orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,
atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah, misalnya di jewer telinganya atau di cubit.
f) Kebenaran melalui wahyu

51

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan


dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini
oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah
kebenaran tersebut rasional atau tidak.
g) Kebenaran Secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif di peroleh manusia secara cepat sekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau
berpikir. Kebenaran yang di peroleh melalui intuitif sukar dipercaya karena
kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang
sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan
kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
i) Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah
proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pertanyaan-pertanyaan
khusus ke pertanyaan yang bersifat umum.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan umum ke
khusus. Aristoteles (384-322) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke
dalam suatu cara yang disebut silogisme. Silogisme ini merupakan suatu
bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai
kesimpulan yang lebih baik. Silogisme sebagai bentuk berpikir deduksi
yang teratur terdiri tiga pernyataan atau proporsi, yaitu: Premis mayor
yang berisis pernyataan umum, yang sifatnya lebih khusus lagi di sebut

52

premis minor, sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulan


disebut konklusi.
2) Dengan cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah,
atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology)
(Notoatmodjo, 2010).
2. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa oaring yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap keluarga dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998 dalam setiadi 2008).
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU.No 10, 1992 dalam
setiadi 2008)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah,adopsi atau perkawinan (WHO 1969 dalam setiadi 2008).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki
laki atau sorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi. Dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
(sayekti,1994 dalam setiadi 2008)
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa kelurga
itu terjdi jikalau ada :
1) Ikatan atau persekutuan
2) Hubungan ( darah / adopsi/ kesepakatan)
3) Tinggal bersama dalam satu atap ( serumah)
4) Ada peran masing masing anggota keluarga
5) Ikatan emosiona (setiadi,2008)
b. Ciri ciri keluarga
1) Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton
a) Keluarga merupakan hibungan perkawinan

53

b) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan


perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c) Keluarga mempunyai sutau system tata nama (Noman Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
e) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
2) Ciri Keluarga Indonesia
a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong
b) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.
c. Fungsi pokok keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan,

yaitu

fungsi

untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki


produktivitas tinggi.(friedman,1998 dalam setiadi,2008)
2) Asuh , adalah menuju kebutuhan pemeliharan dan keperawatan anak agar
kesehatnnya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak
anak yang sehat baik fisik, mental, social, dan spiritual.(efendy,1998 ; 36
dalam setiadi,2008)
d. Peran keluarga
Peran adalah suatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam
situasi social tertenu agar dapat memenuhi harapan harapan. Peran keluarga
adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks
keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatn yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu
e. Dukungan Keluarga
1) Pengertian
Dukungan social keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi
individu yang diperoleh dari oaring lain yang dapat dipercaya, sehingga

54

seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai
dan mencintainya (cohen & syme< 1996 : 241dalam setiadi,2008).
Dukungan social keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkunagan sosial (friedman,1998:174 dalam setiadi,2008).
2) Fungsi Dukungan Keluarga
Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi meraka dalam kehidupan.
3) Jenis dukungan keluarga
Jenis dukungan keluarga dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolonagn
praktis dan konkrit.
b) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan desiminator ( penyebar informasi)
c) Dukungan penilaian (appraisal),yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik,membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga.
d) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.
3. Konsep Asma Bronkial
a. Definisi
Asma bronkial adalah adanya gangguana pada selaput beronkus yang dapat
meyebabkan terjadinya gangguan pernapasan.(murwani, 2009).
Asma merupakan gangguan inflamasi keronik jalan napas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi .dasar peyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dalam
berbagai tingkat ,obstruksi jalan nafas , dan gejela pernapasan (mengi dan sesak)
obstruksi jalan nafas umumnya bessifat revirsibel , namun dapat menjadi kurang
reversibel bahkan relatif nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit
(Mansjoer, 2001).
Asma dalah suatu gangguan pada saluran beronkial yang mempuyai cirri
bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran nafas) terutama pad

55

percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh sebagai stimulus seperti


oleh

faktor

biokimekal,

endokrin,

infeksi,

otonomik,

dan

psikologi

(somantri,2009)
b. Macam-macam bentuk asma
Ada dua bentuk utana : asma beronkial ekstrinsik dan interinsik
1) Asma interrinsik sering terjadi pada anak kecil ,gejala awal dapat berupa
ekzema atau haufiver (haifiver ditandai oleh serangan bersin-bersin dengan
ingus yang encer). Haififer dan aksema dapat timbul pada penderita yang
berdasarkan sifat imunologi peka terhadap elergen yaitu bahan bahan yang
terdapat di dalam udara keadaan ini di sebut atopi .
2) Asma beronkial interinsik biasa timbul pada usia lanjut , hampir sepanjang
hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang menjadi
peyebabnya, tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari bronkus tehadap
sejumlah setimulus yang non alergi . misalnya : infeksi virus atau bakteri,
kadang kadang kegiatan jasmani ,karna menghiruop udara dingin (air
kondithioning). Asma interinsik lebih lama berlangsung dibanding daklam
bentuk intrinsik pada orang muda :serangan berlangsung lebih lama bahkan
dapat terjadi difni yang menetap dan disertai izin.
c. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun
non-imunoligi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika
rangsangan baik fisik, metabolik, ilmia, alergen, infeksi, dan sebagainya. penderita
asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau
pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktorfaktor tertsebut adalah sebagai
berikut .
1) Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
2) Iritan seperti asap, baubauan, dan polutan.
3) Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.

56

4)
5)
6)
7)
8)
9)

Perubahan cuaca yang ekstrem.


Kegiatan jasmani yang berlebihan.
Lingkungan kerja .
Obat obatan .
Emosi .
Lain lain, seperti refluks gastroesofagus .
a) Jenis bakteri (kokus )
b) Jenis virus
c) Jenis jamur
d) Bahan fisik / kimia
10) Merupakan kelanjutan penyakit :
a) Influensa
b) Morbili
11) pendukung lain :
a) Malnutrisi
b) Selesma / commond cold
c) Penyakit berat (syok , koma, dan kelumpuhan )
d) Aspirasi ( tersedak )
d. Patofisilogi
Pada asma akstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa
bronus yang megakibatkan konsteriksi otot polos , hiperimia serta rekresi lendir
putih yang tebal . mekanisme terjadinya reasi ini telah diketahui dengan baik,
tetapi sangat rumit . penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk
alergen yang spesifik , akan membuat antibodi terhadap alergen yangv di hirup
itu. Anti bodi ini merupakan imuloglobin jenis IGE . antibodi ini melekat pada
permukaan sel mast pada mukosa beronkus. Sel mast tersebut tidak lain dari pada
basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit . bila satu molekul IGE yang
terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen , sel mast
tersebut

akan memisahkan

diri dan melemaskan

sejumlah bahan

yang

meyebabkan konstruksi bronkus . salah satu contoh yaitu histamin, contoh lain
ialah prostaglandin (grup pg.f) . pada permukaan sel mast jugas terdapat reseptor
beta-2 adrenergik (jantung mempuyai reseptor beta -1). Bila reseptor beta -2
dirangsang dengan obatb

anti asma

salbutamol

(beta -2 mimetik), maka

pelepasan histamin akan terhalang .


e. Patifisiologi asma intrinsik :

57

Terjadinya asma intrinsik

sangat berbeda

dengan asma ekstrinsik .

mungkin mula- mula akibat kepekakan yang berlebihan (hipersensitivitas ) dari


serabut serabut nervus vagus yang akan merangsang bahan bahan iritan di
dalam bronkus dan menimbulkan batuk dan sekresi lendir melalui satu refleks .
serabut serabut

vagus

demikian hipersinsitifnya

sehingga langsung

menimbulkan reflek konstriksi bronkus. Atropin bahan yang menghambat


vagus , sering dapat menolong kasus-kasus seperti ini . selain itu lendir yang
sangat lengket

akan di sekresi

sehingga pada kasus kasus

berat dalam

menimbulkan sumbatan saluran nafas yang hampir total , sehingga berakibat,


timbulnya setatus asma tikus , kegagalan pernapasan dan akhirnya kematian.
Rangsang yang paling penting untuk reflek ini ialah infeksi saluran pernapasan
oleh flu (common cold), adenovirus dan juga oleh bakteri seperti hemophilus
influenzea. Polusi udara oleh gas irilatif asal industri , asap, serta udara dingin
juga berperanan , dengan demikian merokok juga sangat merugikan . Sindrom
yang sangat khas pada penderita asma yang timbul pada usia lanjut ialah
wheezing (mengi) dengan polip hidup dan sangat peka terhadap aspirin . hal
ini sangat penting di ketahui karna bila penderita menelan satu tablet aspirin
dapat berakibat serangan asm a yang fatal . faktorb emosi juga meme gang
peranan yang sangat penting pada semua jenis asma . peyelidikan psikologik
menunjukkkan

bahwa anak anak

yamg menderita

asma dan terlalu

dimanjakan oleh keluarga mungkin mendapat serangan yang hebat.


f. Gejala gejala :
Serangan sering mulai pada tengah malam , dengan batuk batuk kering
tanpa sputum . penderita serta orang disekitarnya mendengar bising nafas
mengi ( wheezing ) . pen-derita merasa sesuatu kontriksi didaslam dadanya .
setelah beberapa jam kemudian , kadang kadang tanpa pengobatan penderita

58

akan mengeluarkan sputum dan serangan akan berhenti . seputumnya sangat


khas , tampak keputih putihan dan spiral yang bercabang - cabang dapat di
temukan yang merupakan selinder dari bronkus kecil (curschmann). Sputum
tersebut megandung bayak eosinofil dan kadang kadang kristal charcot leyden.
Bila penderita kita periksa pada saat serangan asma , keadaan sesaknya
menarik perhatian karna bunyi mengi pada waktu inspirasi dan ekspirasi akan
terdengar walaupun tanpa stetoskop. Pada perkusi letak diafragma rendah ,
bunyi nafas pokok lemah dan terdengar mengi pada waktu inspirasi dan
eksperasi . bila kebutuhan da pneomunia , mungkin kita tidak menemukannya ,
tapi dengan adanya deman tinggi pikiran kita akan terarah pada pneumonia.
Kadang-kadang gejala tidak menghilang spontan malahan bertambah berat .
penderita jadi sangat gelisah , nafas sangat sesak dan pucat serta sianosis. Nadi
cepat dan dapat hilang waktu inspirasi ( pulkus paradoxus ). Ini merupakan tanda
bahaya otot pernapasan
Pembantu teraba lebih aktif. Mata menonjol . pada pemeriksaan, dada
tanpak megembang, perkusi paru hipersonor, diafragma terletak sangat rendah dan
hampir tidak bergerak pada pernapasan . pekak jantung sulit di dapatkan pada
perkusi dan pada penderita asma yang sangat berat bising nafas tidak terdengar
(silent chest, satu tanda bahaya = status asma tikus) .
Bila pemeriksaan astrup dapat dilakukan , akan di dapatkan tekanaan
oksigen yang sangat rendah (PO) dalam darah arteri . mula mula PCO
rendah dan terdapat alkolosis ringan , tapi dengan adanya silent chest
terjadilah kegagalan pernapasan yang dapat dipastikan dengan meningginya
PCO darah arteri .
g. Pencegahan :
1) Olah raga secara teratur
2) Menjaga keseimbangan BB ideal
3) Mengurangi aktifitas yang berat
4) Diet rendah garam
h. Pengobatan :

59

Serangan asma tingkat sedang , harut diobati dengan obat mutakhir


brupabeta 2 memetik seperti salbutamol (3x2-4 mg / oral ) kalau perlu dengan
inhaler yang setiap semperotan mengandung 0,1 mg ) berbeda dari pada beta
mimetik lainnya, efek samping terhadap jantung tidak ada , hanya penderita
mengalami tremor, obat lain yang juga baik ialah aminofilin 500 1200 mg
perhari secara oral (pada kasus akut 250 mg dilarutkan dalam 50 ml glukosa
20 % yang diberikan perlahan lahan melalui suntikan intra vena . bila perlu
aminofilin diberi secara infus intra vena ).
Bila serangan lebih berat , berikan prednison 40 mg oral. Pada sebagian
besar penderita asma , dosis obat tersebut dapat diturunkan dengan segera, tetapi
beberapa penderita membutuhkan prednison dengan dosis pemeliharaan . pada
asma ekstrinsik
pemberian

tetapi juga pada

sebagian penderita

asma intrinsik

perlu

disodiumcromoglycate di antara dua serangan . obat ini akan

melindungi sel mast pada saat dirangsang oleh alergen dan mencegah pengeluaran
histamin dan prostaglandin . sewaktu serangan obat ini tidak berguna . yang
penting . dengan segera harus diberi infus yang berisi ominopilin dosis tinggi
disertai pemberian hidrokortison 200mg. Bila terdapat beronko neumonia harus
diobati. pemberian oksigen dan membantu , tetapi kadang kadang bila kadar
CO darah arteri cukup tinggi dan pemberita

bernafas semata mata karna

kekurangan oksigen (anoxin drive = didorong oleh kekurangan O ), pemberian O


dapat membahayakan karena kadar CO yang semakin tinggi dapat meyebabkan
narkose . bila kita tidak dapat megukur PCO, tanyakan pada penderita apakah
pemberian oksigen merigankan. bila tidak hentikan .
Banyak penderita yang dalam status asma tikus yang yang meninggal,
karena dokter yang tidak mengetahui keadaan nya, sering terlanjur memberikan
opium sekalipun sebenarnya hanya dosis kecil.

60

B. Kerangka Konsep

Keluarga

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Lingkngan
Keluarga

Pengetahuan
keluarga
penyakit asma bronkial :
Tahu
Pengertian
Faktor penyebab
Tanda dan gejala
Pencegahan
Pengobatan

tentang

Paham
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi

Keterangan
: Yang Diteliti
: Yang tidak diteliti
: Arah hubungan

Skema 2.1
Sumber

Kerangka Konseptual Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Asma


Bronkial Di Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Situbondo.
: Modifikasi Notoatmodjo (2010), Murwani (2008)

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa oaring yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap keluarga dalam keadaan saling

61

ketergantungan. Asma brokhial adalah penyakit pada saluran pernafasan yaitu terjadinya
peradangan pada selaput bronkus yang disebabkan beberapa faktor yang terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal, penyakit ini merupakan penyakit yang mudah kambuh
apabila bersinggungan dengan faktor pencetusnya. Pengetahuan keluarga berperan
penting dalam memotivasi agar tidak terjadi ulangan pada penderita pengetahuan
keluarga juga dipengaruhi pendidikan, usia, pekerjaan, dan lingkungan.

62

BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Rancang bangun penelitian


Desain penelitian adalah merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan tang
dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan.
(Nursalam 2003)
Dalam penelitian deskripsi bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan)
peristiwa-perisstiwa urgen yang terjadi masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara
sistemik dan lebih menekan pada data factual dari pada penyimpulan. (Nursalam, 2003).
B. Variabel
1. Variabel penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap
sesuatu (beda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, dkk, dalam Nursalam, 2009).
Variable dalam penelitian adalah

pngetahuan keluarga penderita asma tentang

penyakit asma bronkial.


2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
suatu yang didefinisikan tersebut, hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
( Nursalam, 2003)
Table 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Asma
Bronkial Di Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Situbondo.
Variabel
Pengetahuan
keluarga
penderita
asma tentang

Definisi operasional
Kriteria
Hasil
tahu
keluarga 1. Baik :
76% - 100%
penderita asma mengenai
:

Skala
Ordinal

63

penyakit
asma
bronkial

penyakit asma atau sesak 2. Cukup Baik:


56% - 75%
nafas
karena
terjadi 3. Kurang Baik
< 56%
peningkatan kerja bronkus
(Nursalam, 2003)
yang
didapatkan
dari
pengamatan yang dilakukan
yang

diukur

menggunakan

dengan
kuisoner,

dengan parameter :
1. Pengertian
2. Faktor penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan
5. Pengobatan

C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi pada
penelitian ini adalah keluarga penderita asma bronkial di wilayah kerja puskesmas
Panarukan Situbondo. sebayak 31 keluarga.
D. Sampel dan Sampling
1. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dinamakan peneliti
sampel apabila kita bermaksud untuk menggenaralisasikan hasil penelitian sampel
(Arikunto, 2010). Jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 27 keluarga dengan
criteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).

64

a.

Keluarga penderita asma


bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan Situbondo yang bersedia menjadi
responden.
Kriteria eksklusif adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. (Nursalam, 2003)
a. Keluarga dari penderita astma bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan
Situbondo dengan penyakit penyerta.
2. Sampling
Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2009). Pada penelitian ini menggunakan
sampling non-probability type, yaitu purposive sampling atau cara pengambilan
sampel dengan tujuan tertentu (Hidayat, 2007). Teknik penetapan sampel dalam
penelitian ini dengan cara memilih keluarga dari penderita asma bronkial di wilayah
kerja puskesmas Panarukan Situbondo

E. Lokasi dan waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di wilayah kerja puskesmas Panarukan Situbondo
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02-08 Agustus 2011

65

F. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data


1. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mendapat rekom dari
Majapahit. Data dikumpul kan setelah

Poltekes

mendapat ijin dari kepala puskesmas

penarukan kemudian peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian pada responden


untuk mendapat persetujuan.teknis pengumpulan data dengan penelitian ini
menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (arikunto, 2006). Setelah itu dilakukan
penelitian dengan cara menggunakan kuesioner yang di bagikan kepada responden
lalu menyuruh responden untuk mengisi kuisioner tersebut di isi

dikasih waktu

15menit untuk mengisinya setelah itu diserahkan kembali pada peneliti dalam
pengisian kuisioner ditunggui peneliti.
2. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode
(Arikunto, 2010). Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner.

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan tahaptahap sebagai berikut :

a. Editing

66

Memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan melalui pembagian


kuisioner dengan tujuan mencetak kembali apakah hasilnya sudah sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai (Nursalam, 2008). Dalam pengisian kuisioner oleh
responden ada yang tidak lengkap dan terlewati untuk dijawab, maka kuisioner
dikembalikan lagi kepada responden untuk dilengkapi kembali. Saat penelitian,
proses editing dilakukan oleh peneliti, karena ada pertanyaan yang terlewatkan
oleh responden untuk dijawab.
b. Coding
Coding adalah upaya mengklarifikasikan jawaban menurut criteria tertentu.
Klarifikasi ini dilakukan dengan meniadakan data dari daftar pertanyaan ke daftar
yang akan dapat memberikan informasi, data yang ada untuk mempermudah
perhitungan selanjutnya (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan
teknik coding seperti pemberian kode responden dengan menggunakan angka
romawi mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya . Kode jenis kelamin: 1 = Laki laki, 2
= Perempuan. Usia: 1= 17-21 tahun, 2= 21-40 tahun, 3= 40-60 tahun, 4= > 60
tahun. Pendidikan : 1= tidak bekerja , 2= SD, 3 = SMP , 4= SMA , 5= perguruan
tinggi, Pekerjaan: 1= tidak bekerja 2= petani, 3=wira swasta 4= PNS (Nursalam,
2003).
c. Scoring
Setelah angket dikumpulkan, kemudian pengolahan data dilakukan dengan
pemberian skor dan penilaian (Nursalam, 2008). Untuk skor pengetahuan dapat di
lakukan dengan memberi setiap jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban
salah di beri skor 0 (nol). Jumlah skor yang di peroleh dibandingkan dengan
jumlah skor maksimal, kemudian dikalikan 100% dengan hasil berupa Persentase.
d. Data Entry

67

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan ke


dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel. Bersamaan dengan
proses scoring, semua hasil pengumpulan data dimasukkan ke dalam master tabel
sebelum di analisis sesuai kriteria pengetahuan (Nursalam, 2008).
e. Tabulating
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
(Nazir, 2005). Dalam hal ini data ditabulasi agar lebih mudah dalam penyajian
data. Setelah data di masukkan dalam sebuah tabel dan dilakukan skoring,
kemudian data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Penulisan Prosentase
90-100% : Mayoritas
66-89

: Sebagian besar

51-69

: Lebih dari 50%

50%

: Setengah

< 50

: Kurang dari 50%

2. Teknik Analisa Data


Setelah data diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi kemudian data diproses
dalam bentuk persentase, aspek pengetahuan diukur dengan :

Keterangan :
P

= Persentase.

= Jumlah jawaban yang benar.

= Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar.

68

Hasil pengolaan data dalam bentuk persentase kemudian di interpretasikan


kedalam tabel distribusi frekuensi dengan skala sebagai berikut:
a.

Baik

: Hasil Persentase (76% - 100%)

b.

Cukup : Hasil Persentase (56% - 75%)

c.

Kurang

: Hasil Persentase (<56%)

(Nursalam, 2003).

H. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,
mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah yang harus diperhatikan
antara lain sebagai berikut :
1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)
Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau


mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

69

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Panarukan merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Situbondo yang memiliki beberapa fasilitas pelayanan, yaitu IGD, Poli umum, Poli

70

gigi, Poli KIA, Poli DDTK, Klinik sanitasi, Ruang tunggu, Instakasi farmasi, Loket,
Kantor tata usaha. yang terletak didaerah pesisir dan berbatasan dengan selat Madura
di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Situbondo, sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Kendit, serta sebelah barat berbatasan dengan
selat Madura.
Luas wilayah kerja Puskesmas Panarukan adalah 54,55 km atau dan merupakan
dataran rendah
2. Data umum
a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
Data tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, yang
terdapat di puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
No
1
2

Jenis kelamin
Frekuensi
%
Laki-laki
12
44,4
Perempuan
15
55,6
Total
27 Responden
100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

yaitu 15 responden (55,6%) adalah berjenis kelamin perempuan


b. Karakteristik berdasarkan umur
Data tentang karakteristik responden berdasarkan umur, yang terdapat di
38
puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah
Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
No
1
2
3
4

Usia
17-21 tahun
21-40 tahun
40-60 tahun
>60 tahun
Total

Frekuensi
8
9
3
7
27 Responden

%
29,6
33,3
11,1
25,9
100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa kurang dari 50% adalah responden yang
berumur 21-40 tahun yaitu 9 responden (33,3%).
c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan, yang terdapat
di puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di
Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
71

No
1
2
3
4
5

Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Total

Frekuensi
9
10
4
1
3
27 responden

%
33,3
37
14,9
3,7
11,1
100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa kurang dari 50% adalah
responden dengan kriteria pendidikan SD berjumlah 10 responden (37%).
d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, yang terdapat
di puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
No
1
2
3
4

Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani
Wiraswasta
PNS
Total

Frekuensi
7
12
6
2
27 Responden

%
25,9
44,4
22,2
7,45
100

Dari table 4.4 diatas diketahui bahwa kurang dari 50% adalah responden
yang pekerjaannya sebagai petani dengan frekuensi 12 responden dan dengan
persentase 44,4%.
3. Data khusus
a. Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Asma
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga
tentang penyakit asma bronkiale, yang terdapat di puskesmas panarukan dapat
dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.

72

Tabel 4.5

No
1
2
3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Keluarga Tentang Penyakit Asma Bronciale di Wilayah Kerja
Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo

Krieteria Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
11
13
3
27 Responden

%
40,7%
48,1%
11,1%
100%

Dari table 4.5 diatas diketahui bahwa kurang dari 50% adalah responden
dengan kriteria tingkat pengetahuan cukup sejumlah 13 (48,1%).
B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan, bahwa kurang dari 50% adalah
responden dengan kriteria tingkat pengetahuan cukup sejumlah 13 (48,1%).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Asma bronkial adalah adanya gangguan pada selaput beronkus yang dapat
meyebabkan terjadinya gangguan pernapasan.(murwani, 2009). Sampai saat ini etiologi
asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma
adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non-imunoligi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan
asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, ilmia, alergen, infeksi, dan
sebagainya. penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari
rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktorfaktor tertsebut adalah
sebagai berikut : Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan, iritan seperti asap, baubauan, dan polutan. infeksi saluran nafas terutama
yang disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani yang
berlebihan, lingkungan kerja, obat obatan, emosi (Soemantri, 2009)

73

Dalam hal ini pengetahuan keluarga tentang penyakit asma bronkial cukup,
kekurangan pengetahuan keluarga dalam penyakit asma brokiale berada pada pengobatan
dan penyebab asma bronkiale hal ini di buktikan dengan hasil penelitian yang terdapat
pada tabel tabulasi. Namun tentang pengertian asma, keluarga mengerti karena keluarga
selalu mendapat penyuluhan atau informasi dari petugas kesehatan, begitu pula penyebab
asma bronkiale disini keluarga mengerti apa penyebab terjadinya asma bronkiale,
kebanyakan mereka sering menghindari apa yang menyebabkan kekambuhan asma,
begitu juga dengan tanda dan gejala dari hasil penelitian menunjukkan cukup, sedangkan
pencegahan berdasarkan penelitian keluarga kurang, hal ini dibuktikan dengan adanya
anggapan bahwa pencegahan terhadap asma tidak begitu penting, begitu pula dengan
pengobatan keluarga kurang mengerti, dalam hal ini terbukti keluarga kebingungan dalam
memberikan obat kepada penderita dan pemberian waktu obatnya kepada penderita selalu
tidak tepat waktu terkadang juga sampai obat tidak diminum.

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

74

E. Simpulan
Tujuan untuk mengetahui pengetahuan keluarga penderita asma bronkiale tentang
penyakit asma bronkilal di wilayah kerja Puskemas Panarukan Situbondo Berdasarpan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden dengan populasi terbanyak dengan
criteria cukup yaitu 13 responden dengan persentase 48,1%.
F. Saran
4. Bagi Teori
Sebagai tambahan dasar pemikiran tentang penyakit asma bronkial.
5. Bagi Peneliti selanjutnya
Dalam karya tulis ilmiah ini peneliti sudah memaparkan pengetahuan keluarga
penderita asma bronkiale tentang penyakit asma bronkilal, sebaiknya bagi peneliti
selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menghubungkan pengetahuan
keluarga penderita asma bronkiale tentang penyakit asma bronkilal
6. Bagi Praktis
d. Penderita Asma
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asma bronkial dan diharapkan
dapat menghindari penyebab kekambuhan pada asma

75

e. Bagi keluarga
Hendaknya Digunakan sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit asma bronkial.
f. Puskesmas
Sebagai bahan pemikiran dalam program pelayanan kesehatan terutama
pada penyakit asma bronkial.

76

Anda mungkin juga menyukai