PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat harus mewaspadai penyakit asma karna penyakit ini membutuhkan
pertolongan yang cepat sebab penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Banyak
masyarakat yang meremehkan penyakit ini dan mereka menganggap penyakit ini
penyakit sesak biasa . Asma bronkial sangat sering dijumpai. diperkirakan terdapat 9 juta
penduduk amerika yang menderita penyakit ini. ada bermacam-macam penyebab asma
bronkial, karena
sederhana. asma
beronkial adalah satu hiper-reaksi dari beronkus dan terakea yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible. Pengetahuan keluarga tentang asma
bronchial dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor - faktor yang dapat mencetuskan
asma serta keadaan yang dapat memperburuk kondisi fisik pengidap asma. Asma
ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap bendabenda asing di udara. Seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil (Benvie, 2008)
Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbiditas penyakit pernapasan
dan menyebabkan 2000 kematian/tahun (Davey, 2005). Menurut WHO, sebanyak 100
hingga 150 juta penduduk duniawi adalah penyandang Asmual. Jumlah ini terus
bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma
belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 25 % (3-8% dan 5-7%) penduduk
43
Indonesia menderita asma. Penyakit Asma dapat mengenai segala usia dan jenis kelamin,
80-90% gejala timbul sebelum usia 5 tahun. Pada anak-anak, penderita laki-laki lebih
banyak daripada perempuan, sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Sementara
angka kejadian Asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. (Dahlan,
2008). Dari studi pendahuluan keterangan yang diperoleh dari 10 keluarga penderita
asma yang saya wawancarai di dapatkan 7 orang mengatakan kurang tau tentang
penyakit asma bronkial 2 orang mengatakan tidak tahu dan 1` orang mengatakan tahu
tentang penyakit asma bronkial. Dari kurangnya pengetahuan dari penderita tetang asma
bronciale banyak sesak yang sering dikeluhkan pengidap asma memang menjengkelkan.
Apalagi jika kekambuhannya lebih dari 1 atau 2 kali dalam seminggu. Asma dapat
mengganggu kinerja dan aktivitas seseorang sehingga terasa menjengkelkan bagi
penderitanya. Penyakit ini bahkan dikatakan sebagai biang kerok utama atas
ketidakhadiran di tempat kerja dan di sekolah. Selain mengganggu aktivitas, asma juga
tidak dapat disembuhkan, bahkan dapat menimbulkan kematian (ardianto, 2010).
Asma dikelompokkan sebagai, 1. Ekstrinsik yaitu asma anak-anak, berhubungan
dengan atopi (atopi=diathesis alergika familial, bermanifestasi sebagai eksema dan hay
fever saat anak-anak). Seringkali sembuh saat memasuki usia remaja, walaupun dapat
timbul kembali saat dewasa, 2. Intrinsik yaitu yang berkembang dalam tahap keidupan
selanjutnya, lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih progresif dan respon terhadap
terapi tidak begitu baik, 3. Berhubungan dengan pekerjaan yaitu bila berhubungan
dengan alergen industri atau tempat kerja (misalnya bahan fotokopi dan lain-lain)
(Davey, 2005).
Pada proses bernfas, sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen dan pada saat
yang sama melepaskan prodak oksidasinya oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya
sendiri. Organ-organ pernafasan meliputi hidung, sinus paranasal, faring, laring, trakea,
44
bronkus dan bronkiolus (paru-paru), bila terjadi gangguan pada organ pernapasan akan
berakibat terganggunya fungsi dan kerja sel sebagai untuk penyusun tubuh terkecil
(Evelyn 2008 ). Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal
yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktifitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun nonimunologi. Oleh karena inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan
baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu
mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat
menimbulkan asma (Somantri, 2009).
Pelayanan keperawatan bertugas membantu individu, keluarga dan kelompok
untuk mencapai potensi optimalnya di bidang fisik, mental dan social, dalam ruangan
lingkup kehidupan dan pekerjaan. Perawat harus mampu untuk melakukan upaya
promosi dan pemeliharaan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. (Aditama,
2003)
Dari paparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan
keluarga penderita asma bronkial tentang penyakit asma bronkial di wilayah kerja
puskesmas Panarukan Situbondo
B. Rumusan dan batasan Masalah
1. Batasan masalah
Berdasarkan uraian dan masalah di atas, agar lebih tearah dan jelas untuk itu
peneliti hanya membatasi pengetahuan kelurga penderita asma bronkial tentang
penyakit asma bronchial, dalam tingkat tahu (C1)
2. Rumusan masalah
Bagaimana pengetahuan keluarga penderita asma bronkial tentang penyakit
asma bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan Situbondo?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengetahuan keluarga penderita asma bronkial tentang penyakit asma
bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan Situbondo
D. Manfaat Penelitian
45
1. Bagi Teoritis
Sebagai tambahan dasar pemikiran tentang penyakit asma bronchial.
2. Bagi Peneliti
Pengalaman yang berharga dalam mengidentifikasi pengetahuan keluarga asma
bronkial.
3. Bagi Praktis
a. Penderita Asma
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asma, dan diharapkan dapat
menghindarkan dari penyebab kekambuhan pada asma.
b. Bagi keluarga
Sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
asma bronkial.
c. Puskesmas
Sebagai dasar pemikiran dalam program pelayanan kesehatan terutama
pada penyakit asma bronkial.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
sebagai objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2010)
b. Proses Adaptasi Perilaku
46
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, (Notoatmodjo, 2007) yakni:
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus, tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan
domain kognitif. (Notoatmodjo, 2010)
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang sudah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepti, dan
sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya : apa tanda-tanda anak yang
kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN
(pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang di ketahuinya tersebut.
Misalnya orang yang memahami pemberantasan penyakit demam berdarah,
47
tersebut
telah
dapat
membedakan,
atau
memisahkan,
48
sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat
kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian pada suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah
umur,
pendidikan,
pekerjaan,
lingkungan.
Faktor-faktor
yang
Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun (Elizabeth, B.H, dalam Nursalam, 2001). Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nueloek,
dalam Nursalam, 2001), makin tua umur seseorang makin kontruktif dalam
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
2)
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu (Sarwono,
dalam Nursalam, 2001). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahauan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Konconingrat, dalam
Nursalam, 2001).
49
3)
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan dan kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya menyita waktu
sehingga dapat mempengaruhi hal-hal lain termasuk juga didalamnya
mengetahui sesuatu diluar pekerjaan (Thomas, dalam Nursalam, 2001).
4)
Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sebagai
sistem adaptif, yang melibatkan baik faktor internal maupun eksternal (Ann.
Mariner, dalam Nursalam, 2001 ).
5)
Keluarga
Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan mulai dari awal
sampai ke penyelesaian akan dipengaruhi oleh keluarga, mempunyai peranperan utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga dan
bukan individu sendiri mengusahakan tercapainya tingkat kesehatan yang
diinginkan
saja.
Cara
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
beberapa
50
51
52
53
yaitu
fungsi
untuk
54
seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai
dan mencintainya (cohen & syme< 1996 : 241dalam setiadi,2008).
Dukungan social keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkunagan sosial (friedman,1998:174 dalam setiadi,2008).
2) Fungsi Dukungan Keluarga
Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi meraka dalam kehidupan.
3) Jenis dukungan keluarga
Jenis dukungan keluarga dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolonagn
praktis dan konkrit.
b) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan desiminator ( penyebar informasi)
c) Dukungan penilaian (appraisal),yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik,membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga.
d) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.
3. Konsep Asma Bronkial
a. Definisi
Asma bronkial adalah adanya gangguana pada selaput beronkus yang dapat
meyebabkan terjadinya gangguan pernapasan.(murwani, 2009).
Asma merupakan gangguan inflamasi keronik jalan napas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi .dasar peyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dalam
berbagai tingkat ,obstruksi jalan nafas , dan gejela pernapasan (mengi dan sesak)
obstruksi jalan nafas umumnya bessifat revirsibel , namun dapat menjadi kurang
reversibel bahkan relatif nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit
(Mansjoer, 2001).
Asma dalah suatu gangguan pada saluran beronkial yang mempuyai cirri
bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran nafas) terutama pad
55
faktor
biokimekal,
endokrin,
infeksi,
otonomik,
dan
psikologi
(somantri,2009)
b. Macam-macam bentuk asma
Ada dua bentuk utana : asma beronkial ekstrinsik dan interinsik
1) Asma interrinsik sering terjadi pada anak kecil ,gejala awal dapat berupa
ekzema atau haufiver (haifiver ditandai oleh serangan bersin-bersin dengan
ingus yang encer). Haififer dan aksema dapat timbul pada penderita yang
berdasarkan sifat imunologi peka terhadap elergen yaitu bahan bahan yang
terdapat di dalam udara keadaan ini di sebut atopi .
2) Asma beronkial interinsik biasa timbul pada usia lanjut , hampir sepanjang
hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang menjadi
peyebabnya, tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari bronkus tehadap
sejumlah setimulus yang non alergi . misalnya : infeksi virus atau bakteri,
kadang kadang kegiatan jasmani ,karna menghiruop udara dingin (air
kondithioning). Asma interinsik lebih lama berlangsung dibanding daklam
bentuk intrinsik pada orang muda :serangan berlangsung lebih lama bahkan
dapat terjadi difni yang menetap dan disertai izin.
c. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun
non-imunoligi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika
rangsangan baik fisik, metabolik, ilmia, alergen, infeksi, dan sebagainya. penderita
asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau
pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktorfaktor tertsebut adalah sebagai
berikut .
1) Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
2) Iritan seperti asap, baubauan, dan polutan.
3) Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
56
4)
5)
6)
7)
8)
9)
akan memisahkan
sejumlah bahan
yang
meyebabkan konstruksi bronkus . salah satu contoh yaitu histamin, contoh lain
ialah prostaglandin (grup pg.f) . pada permukaan sel mast jugas terdapat reseptor
beta-2 adrenergik (jantung mempuyai reseptor beta -1). Bila reseptor beta -2
dirangsang dengan obatb
anti asma
salbutamol
57
sangat berbeda
vagus
demikian hipersinsitifnya
sehingga langsung
akan di sekresi
berat dalam
yamg menderita
58
59
sebagian penderita
asma intrinsik
perlu
melindungi sel mast pada saat dirangsang oleh alergen dan mencegah pengeluaran
histamin dan prostaglandin . sewaktu serangan obat ini tidak berguna . yang
penting . dengan segera harus diberi infus yang berisi ominopilin dosis tinggi
disertai pemberian hidrokortison 200mg. Bila terdapat beronko neumonia harus
diobati. pemberian oksigen dan membantu , tetapi kadang kadang bila kadar
CO darah arteri cukup tinggi dan pemberita
60
B. Kerangka Konsep
Keluarga
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Lingkngan
Keluarga
Pengetahuan
keluarga
penyakit asma bronkial :
Tahu
Pengertian
Faktor penyebab
Tanda dan gejala
Pencegahan
Pengobatan
tentang
Paham
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Keterangan
: Yang Diteliti
: Yang tidak diteliti
: Arah hubungan
Skema 2.1
Sumber
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa oaring yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap keluarga dalam keadaan saling
61
ketergantungan. Asma brokhial adalah penyakit pada saluran pernafasan yaitu terjadinya
peradangan pada selaput bronkus yang disebabkan beberapa faktor yang terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal, penyakit ini merupakan penyakit yang mudah kambuh
apabila bersinggungan dengan faktor pencetusnya. Pengetahuan keluarga berperan
penting dalam memotivasi agar tidak terjadi ulangan pada penderita pengetahuan
keluarga juga dipengaruhi pendidikan, usia, pekerjaan, dan lingkungan.
62
BAB 3
METODE PENELITIAN
Definisi operasional
Kriteria
Hasil
tahu
keluarga 1. Baik :
76% - 100%
penderita asma mengenai
:
Skala
Ordinal
63
penyakit
asma
bronkial
diukur
menggunakan
dengan
kuisoner,
dengan parameter :
1. Pengertian
2. Faktor penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan
5. Pengobatan
C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi pada
penelitian ini adalah keluarga penderita asma bronkial di wilayah kerja puskesmas
Panarukan Situbondo. sebayak 31 keluarga.
D. Sampel dan Sampling
1. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dinamakan peneliti
sampel apabila kita bermaksud untuk menggenaralisasikan hasil penelitian sampel
(Arikunto, 2010). Jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 27 keluarga dengan
criteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
64
a.
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. (Nursalam, 2003)
a. Keluarga dari penderita astma bronkial di wilayah kerja puskesmas Panarukan
Situbondo dengan penyakit penyerta.
2. Sampling
Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2009). Pada penelitian ini menggunakan
sampling non-probability type, yaitu purposive sampling atau cara pengambilan
sampel dengan tujuan tertentu (Hidayat, 2007). Teknik penetapan sampel dalam
penelitian ini dengan cara memilih keluarga dari penderita asma bronkial di wilayah
kerja puskesmas Panarukan Situbondo
65
Poltekes
dikasih waktu
15menit untuk mengisinya setelah itu diserahkan kembali pada peneliti dalam
pengisian kuisioner ditunggui peneliti.
2. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode
(Arikunto, 2010). Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner.
a. Editing
66
67
: Sebagian besar
51-69
50%
: Setengah
< 50
Keterangan :
P
= Persentase.
68
Baik
b.
c.
Kurang
(Nursalam, 2003).
H. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,
mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah yang harus diperhatikan
antara lain sebagai berikut :
1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)
Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan
69
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Panarukan merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Situbondo yang memiliki beberapa fasilitas pelayanan, yaitu IGD, Poli umum, Poli
70
gigi, Poli KIA, Poli DDTK, Klinik sanitasi, Ruang tunggu, Instakasi farmasi, Loket,
Kantor tata usaha. yang terletak didaerah pesisir dan berbatasan dengan selat Madura
di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Situbondo, sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Kendit, serta sebelah barat berbatasan dengan
selat Madura.
Luas wilayah kerja Puskesmas Panarukan adalah 54,55 km atau dan merupakan
dataran rendah
2. Data umum
a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
Data tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, yang
terdapat di puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
No
1
2
Jenis kelamin
Frekuensi
%
Laki-laki
12
44,4
Perempuan
15
55,6
Total
27 Responden
100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden
Usia
17-21 tahun
21-40 tahun
40-60 tahun
>60 tahun
Total
Frekuensi
8
9
3
7
27 Responden
%
29,6
33,3
11,1
25,9
100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa kurang dari 50% adalah responden yang
berumur 21-40 tahun yaitu 9 responden (33,3%).
c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan, yang terdapat
di puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di
Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
71
No
1
2
3
4
5
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Total
Frekuensi
9
10
4
1
3
27 responden
%
33,3
37
14,9
3,7
11,1
100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa kurang dari 50% adalah
responden dengan kriteria pendidikan SD berjumlah 10 responden (37%).
d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, yang terdapat
di puskesmas panarukan dapat dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Wilayah Kerja Puskesmas Panarukan Kabupaten Situbondo
No
1
2
3
4
Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani
Wiraswasta
PNS
Total
Frekuensi
7
12
6
2
27 Responden
%
25,9
44,4
22,2
7,45
100
Dari table 4.4 diatas diketahui bahwa kurang dari 50% adalah responden
yang pekerjaannya sebagai petani dengan frekuensi 12 responden dan dengan
persentase 44,4%.
3. Data khusus
a. Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Asma
Data tentang karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga
tentang penyakit asma bronkiale, yang terdapat di puskesmas panarukan dapat
dilihat pada tabel frekuensi dibawah ini.
72
Tabel 4.5
No
1
2
3
Krieteria Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekuensi
11
13
3
27 Responden
%
40,7%
48,1%
11,1%
100%
Dari table 4.5 diatas diketahui bahwa kurang dari 50% adalah responden
dengan kriteria tingkat pengetahuan cukup sejumlah 13 (48,1%).
B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan, bahwa kurang dari 50% adalah
responden dengan kriteria tingkat pengetahuan cukup sejumlah 13 (48,1%).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Asma bronkial adalah adanya gangguan pada selaput beronkus yang dapat
meyebabkan terjadinya gangguan pernapasan.(murwani, 2009). Sampai saat ini etiologi
asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma
adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non-imunoligi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan
asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, ilmia, alergen, infeksi, dan
sebagainya. penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari
rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktorfaktor tertsebut adalah
sebagai berikut : Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan, iritan seperti asap, baubauan, dan polutan. infeksi saluran nafas terutama
yang disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani yang
berlebihan, lingkungan kerja, obat obatan, emosi (Soemantri, 2009)
73
Dalam hal ini pengetahuan keluarga tentang penyakit asma bronkial cukup,
kekurangan pengetahuan keluarga dalam penyakit asma brokiale berada pada pengobatan
dan penyebab asma bronkiale hal ini di buktikan dengan hasil penelitian yang terdapat
pada tabel tabulasi. Namun tentang pengertian asma, keluarga mengerti karena keluarga
selalu mendapat penyuluhan atau informasi dari petugas kesehatan, begitu pula penyebab
asma bronkiale disini keluarga mengerti apa penyebab terjadinya asma bronkiale,
kebanyakan mereka sering menghindari apa yang menyebabkan kekambuhan asma,
begitu juga dengan tanda dan gejala dari hasil penelitian menunjukkan cukup, sedangkan
pencegahan berdasarkan penelitian keluarga kurang, hal ini dibuktikan dengan adanya
anggapan bahwa pencegahan terhadap asma tidak begitu penting, begitu pula dengan
pengobatan keluarga kurang mengerti, dalam hal ini terbukti keluarga kebingungan dalam
memberikan obat kepada penderita dan pemberian waktu obatnya kepada penderita selalu
tidak tepat waktu terkadang juga sampai obat tidak diminum.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
74
E. Simpulan
Tujuan untuk mengetahui pengetahuan keluarga penderita asma bronkiale tentang
penyakit asma bronkilal di wilayah kerja Puskemas Panarukan Situbondo Berdasarpan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden dengan populasi terbanyak dengan
criteria cukup yaitu 13 responden dengan persentase 48,1%.
F. Saran
4. Bagi Teori
Sebagai tambahan dasar pemikiran tentang penyakit asma bronkial.
5. Bagi Peneliti selanjutnya
Dalam karya tulis ilmiah ini peneliti sudah memaparkan pengetahuan keluarga
penderita asma bronkiale tentang penyakit asma bronkilal, sebaiknya bagi peneliti
selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menghubungkan pengetahuan
keluarga penderita asma bronkiale tentang penyakit asma bronkilal
6. Bagi Praktis
d. Penderita Asma
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asma bronkial dan diharapkan
dapat menghindari penyebab kekambuhan pada asma
75
e. Bagi keluarga
Hendaknya Digunakan sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit asma bronkial.
f. Puskesmas
Sebagai bahan pemikiran dalam program pelayanan kesehatan terutama
pada penyakit asma bronkial.
76