Anda di halaman 1dari 17

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

DISUSUN OLEH:
Kelas I A S1 Transfer









UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2014
Akbar Dwi Nugraha Marlia
Dedi Kurniawan Maya Susanti
Imelda Sandi Mira Sophia
Intan Widya Nanda Nikmah Nur Latifah
Jauharah Triana Suharyanti
Karsito Utami Rusmayanti
Lilis Kurnia Rahayu Winti Novi Jayanti
Mira Diana Ikhwan Zulmi

Terapi Oksigen
1. Definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU, Dep.Kes. RI, 2005)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam
ruangan adalah 21 %, (Brunner & Suddarth,2001)
Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu
tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan
dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)

2. Tujuan
a. Meningkatkan konsentrasi O
2
pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk
memfasilitasi metabolisme aerob
b. Mempertahankan PaO
2
> 60 mmHg atau SaO
2
> 90 % untuk :
- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta mmempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat.
- Menurunkan kerja nafas dan miokard.
- Menilai fungsi pertukaran gas
Alat Aliran (L/menit)
Fi O
2
(fraksi oksigen
inspirasi)
Kanula
nasal
1
2
3
4
5
0,24
0,28
0,32
0,36
0,40
6 0,44
Masker
oksigen
5-6
6-7
7-8
0,40
0,50
0,60
Masker
dengan
kantong
reservoir
6
7
8
9
10
0,60
0,70
0,80
0,80
0,80

3. Indikasi
a. Pasien hipoksia
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta
merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO
2
darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis
respiratorik.
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih
rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang
yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia,
sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkankematian.
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada
ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang
hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta
mual dan muntah.

b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.
Contoh :
- Pasien dengan kadar O
2
arteri rendah dari hasil AGD
- Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh terjadi hipoksemia ditandai dengan
PaO
2
dan SpO
2
menurun. Pasien yang teridentifikasi hipoksemia contohnya syok dan keracunan
CO.
- Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan O
2
melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
- Beberapa trauma
Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :
- Sianosis - Keracunan
- Hipovolemi - Asidosis
- Perdarahan - Selama dan sesudah pembedahan
- Anemia berat - Klien dengan keadaan tidak sadar

Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara
dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus), Diberikan apabila hasil
analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
PaO
2
kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%.
PaO
2
antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia
(hematokrit >56%).
2. Pemberian secara berselang
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
Pada saat latihan PaO
2
55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO
2
55 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti
hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi
gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka
panjang.

4. Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih
meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

5. Alat Alat yang Diperlukan
a. Kateter nasal.
b. Kanul nasal/binasal/nasal prong
c. Sungkup muka sederhana.
d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.
e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.
f. Sungkup muka Venturi
g. Jelly.
h. Plester.
i. Gunting.
j. Sumber oksigen.
k. Humidifier.
l. Flow meter.
m. Aqua steril.
n. Selang oksigen.
o. Tanda dilarang merokok
6. Syarat-Syarat Pemberian Oksigen
Syarat-syarat pemberian terapi oksigen meliputi :
a. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,
b. Tahanan jalan nafas yang rendah,
c. Tidak terjadi penumpukan CO
2
,
d. Efisien,
e. Nyaman untuk pasien.
7. Protokol Prosedur
Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
a. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume inspirasi
pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini bercampur dengan
udara ruangan, maka FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak diketahui,
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien stabil dengan pola
nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500
ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
Low flow low concentration :
a. Kateter nasal
b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.
Low flow high concentration
a. Sungkup muka sederhana.
b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
c. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.






1) Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur
pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai
kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak.
a) Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, dan
membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
b) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik
memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat
kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan mengalami trauma,
fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus
diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi
lambung, terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6
liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa
hidung, serta kateter mudah tersumbat dan tertekuk.
c) Tahap Kerja
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin
2. Jaga privacy pasien
3. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
4. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi
5. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi
6. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung
sampai keujung telinga
7. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga
ujung kateter tidak terlihat lagi
8. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai
kebutuhan
9. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan
10. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter
11. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang
hidung
12. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis,
dan kemungkinan distensi lambung
13. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain
jika mungkin
2). Kanul Nasal/ Binasa/ Nasal Prong
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter
nasal yaitu 24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit
pasien. Pada pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten,
dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
1 Liter /min : 24 %
2 Liter /min : 28 %
3 Liter /min : 32 %
4 Liter /min : 36 %
5 Liter /min : 40 %
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %

a). Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien
bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
terasa nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila
pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu
inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian belakang faring
sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan melalui kanula hidung
terhirup melalui hidung.

b). Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena
kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan
obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan,
sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2,
bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan
mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga
dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.

c). Tahap Kerja :
1. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul yang
elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi
klien
2. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai
yang diprogramkan (16 L/mnt.)
3. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian
pasien
4. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi
aqua steril setiap waktu.
5. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus,epistaksis dan
permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan
kulit.
6. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan
hipoksia telah hilang



3) Sungkup Muka Sederhana
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan
alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%. Masker ini kontra indikasi pada
pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran
O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari
masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak
memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah.
Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan
rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan.
1) Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu
2) Atur posisi pasien
3) Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan 5-8 liter/menit
4) Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan kain
kasa pada daerah yang tertekan
5) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit.
4).Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
Rebreathing mask Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi yaitu 35 60% dengan aliran 6 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan
nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai
dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu
inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong
reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 35 %
8 : 40 50 %
10 15 : 60 %
a)Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
b). Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen
bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang
rendah dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar
karbondioksida. Pasien tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan
menyekap, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.

c) Tahap Kerja
1. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi
2. Atur posisi pasien
3. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier
4. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
5. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.
6. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan
sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Sesuai dengan aliran O2
kantong akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
7. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas telinga
8. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
9. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam
10. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam

5) Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Non rebreathing mask adalah teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90 % dengan aliran 6 15 liter/mnt.
Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara
ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup,
sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke
pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering
pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
Kantong tidak akan pernah kempes dengan total. Perawat harus menjaga agar
semua diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa tongkat.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 60
8 : 60 80
10 : 80 90
12 15 : 90
a). Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
b). Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen
bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak
memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak.
c). Tahap kerja
1. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi
2. Atur posisi pasien
3. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan
4. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan sungkup
non rebreathing mempunyai efektifitas aliran 6-7 liter/menit dengan
konsentrasi O2 (FiO2) 55-90 %
5. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir
6. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian
atas telinga.
7. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat
8. .Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam.
9. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam

b. Sistem Aliran Tinggi
Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2 atau 3 kali
volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas pendek dan pasien
dengan PPOK yang mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik pemberian oksigen
dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini
dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh sistem aliran tinggi :
1) Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low concentration).
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi yang tepat
melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara
ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker venturi menerapkan
prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang
tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi,
membawa gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini memungkinkan
konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan
kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik ( CO2 yang tinggi ) seperti
PPOK yang terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien
hypoksemia sedang sampai berat.
FiO2 estimation
Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi FiO2 venturi mask merk
Hudson
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )
Biru : 2 : 24
Putih : 4 : 28
Orange : 6 : 31
Kuning : 8 : 35
Merah : 10 : 40
Hijau : 15 : 60
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk pada alat.
FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser.
Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
Tidak terjadi penumpukan CO2.
b. Kerugian
Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam mata.
Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien makan,
minum, atau minum obat.
Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak mengganggu konsentrasi
O2.
c.Tahap Kerja
1. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.
2. Atur posisi pasien
3. Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2 dengan masker venturi
mempunyai efektifitas aliran 2-15 liter/menit dengan konsentrasi O2 24- 60 %
5. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.
6. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.
7. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit.
2) Bag and Mask / resuscitator manual
Digunakan pada pasien :
Cardiac arrest
Respiratory failure
Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 15 liter, selama resusitasi buatan,
hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir harus digunakan untuk
memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak
digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan
15 liter/menit telah ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten dengan
konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan
jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan.
Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan adalah vital :
Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).
Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.
Hal hal yang harus diperhatikan :
Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan apakah terjadi
distensi abdomen.
Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru.
Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau spasme bronkus
yang memburuk.
Syarat syarat Resusitator manual :
Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut.
Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi terhadap muntah /
darah yang dapat mengakibatkan aspirasi.
Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.
Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.

8. Resiko Terapi Oksigen
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila
oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan
jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H
2
O
2

melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko
yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O
2
80-100% diberikan kepada manusia
selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal,
kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan
kerusakan jaringan paru.


DAFTAR PUSTAKA


1. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, vol. 8. EGC.
Jakarta.
2. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
3. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai