Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 1

Sistem Pernapasan dan Respirasi

AGUSTINO FRANSISKO KAINAMA


ALFILEX B. ANGKOTAMONY
ANDRE ROMER
ANGEL F. MADUBUN
ANITA SIAHAYA
ANSELL DAVIDZ RATULOHAIN
APRILIA F. AITONAM
ARITRISNA ARTHUR KAKIAY
ASSTRIC ADAM
BERRY J. RIRUMA
SHYANEL TIPRUATA
PERONIKA RUSPANAH
Kasus Sistem Respirasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN FARINGITIS
DI RS. Dr. M. Haulussy Ambon

1. Riwayat kesehatan sekarang


a. Keluhan Utama : Klien mengeluh panas
b. Kronologis keluhan

Klien datang ke UGD RS pada tanggal 14 Januari 2020 dengan keluhan panas, sakit
tenggorokan dan filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya klien di bawa
berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien tidak kunjung membaik akhirnya klien
di bawa ke RS Kelas 2A. dengan diagnosa faringitis.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 januari 2020 pukul 21.00 WIB, keadaan klien
tampak lemah, klien mengeluh masih panas sakit tenggorokan,dan pilek. Adapun hasil
dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji
Pada hasil pengkajian ditemukan beberapa masalah diantaranya :
- Peningkatan suhu tubuh      
- Nyeri menelan
- Gangguan nutrisi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif 

Dari masalah tersebut, maka diagnosa yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang
kurang dengan kesulitan menelan
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan penumpukan secret
• Intervensi :

Dx 1 : Monitor temperature tubuh secara teratur, kolaborasi pemberian


antibiotik, antipiretik Untuk mengetahui keadaan pasien
Mengetahui perkembangan suhu tubuh.

Dx 2 : Disini dilakukan Kolaborasi dalam pemberian analgetik,


Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri

Dx 3 : Untuk intervensi ketiga ini kita Kaji intake makanan klien .  Untuk


memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Dx 4 : Ajari klien untuk batuk efektif, Untuk mencairkan secret agar


mudah keluar.
• Pada tahap Implementasi, perawat melakukan apa yang sudah menjadi
intervensi awal sesuai dengan kebutuhan klien dan diagnosa keperawatan
yang diambil.

• Evaluasi, dari hasil intervensi dan implementasi, dapat di dapat hasil


evaluasi sebagai berikut :
- Dx Kep 1, klien mengatakan badannya sudah tidak panas,
keadaan klien sedang

- Dx Kep 2, klien mengeluh masih nyeri tenggorokan


klien tampak rewel, masalah belum teratasi

- Dx Kep 3, klien mengatakan masih sakit pada saat


menelan makanan, Nafsu makan menurun, amasalh belum teratasi

- Dx Kep 4, klien mengatakan saluran hidung tersumbat karena


adanya secret, masalah belum teratasi
Analisa Jurnal Format PICO

Salah satu contoh analisa jurnal hasil penelitian mengenai TB paru dengan judul :

Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien ISPA Non-Pneumonia Anak Rawat Jalan Di RSUD
Kota Tangerang Selatan
Penulis :Nurwulan Adi Ismaya.

P : Penelitian ini termasuk dalam kategori deskriptif retrospektif yaitu berdasarkan data
yang sudah ada dan tertulis dalam catatan medis pasien. Pada Tahun 2016 terdapat 130
pasien anak yang masuk dalam kriteria penelitian.

I : Antibiotik yang paling banyak digunakan sebagai terapi ISPA non-pneumonia pada
anak adalah sefiksim sebanyak 67 antibiotik (51,3%). Sefiksim merupakan golongan
sefalosporin golongan III yang memiliki sifat bakterisid dan berspektrum luas terhadap
mikroorganisme gram postif dan gram negatif. Pada urutan kedua antibiotik yang
paling banyak digunakan adalah azitromisin sebanyak 40 antibiotik (30,7%).
Azitromisin merupakan golongan makrolida memiliki aktivitas yang lebih poten
terhadap bakteri gram negatif dengan volume distribusi lebih luas dan waktu paruh
yang lebih panjang. Urutan ketiga antibiotik yang paling banyak digunakan adalah
sefadroksil sebanyak 21 antibiotik (16,2%).
Sefadroksil merupakan antibiotik golongan sefalosporin golongan I yang aktif
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif serta bakterisid. Urutan keempat
adalah antibiotik eritromisin sebanyak 1 antibiotik (0,77%) dan urutan kelima
antibiotik claneksi sebanyak 1 antibiotik (0,77%).

C : Berdasarkan evaluasi Gyssens menunjukan terdapat 63 (48,5%) kasus antibiotik


sudah rasional (kategori 0), selanjutnya terdapat 54 (41,5%) kasus penggunaan
antibiotik tidak tepat dosis (kategori IIA), kemudian terdapat 8 (6,2%) kasus
penggunaan antibiotik terlalu lama (kategori IIIA), dan terdapat 5 (3,8%) kasus ada
antibiotik yang lebih efektif untuk pasien (kategori IVA).

O : Berdasarkan hasil penelitian ini, kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia anak di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Tangerang Selatan 49,2% sudah rasional.

T : Pada Tahun 2016, penelitian ini dilakukan.


Terimakasih
….

Anda mungkin juga menyukai