KEPERAWATAN KRITIS
(Sistem Pernapasan (TBC) & Sistem Resipirasi (Faringitis))
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK A
Agustino Fransisko Kainama Asstric Adam
Aritrisna Kakiay Aprilia Aitonam
Berry Riruma Peronika Ruspana
Alfileks Angkotamony Angel Madubun
Ansell Ratulohain Syanel Tripuata
Andre Romer Anita Siahaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah pada sistem
pernapasan dan sistem respirasi dengan baik, Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna , untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
KELOMPOK A
2
DAFTAR ISI
JUDUL.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................i
BAB I .........................................................................................................................1
A. FORMAT PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN........................................1
B. FORMAT PENGKAJIAN SISTEM RESPIRASI............................................18
BAB II .....................................................................................................................37
A. ANALISA PICO HASIL PENELITIAN PERNAPASAN……………
37
B. ANALISA PICO HASIL PENELITIAN SISTEM RESPIRASI......................47
DAFTAR TABEL
BAB I
KASUS BAYANGAN
A. SISTEM PERNAPASAN
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Nama Mahasiswa : KELOMPOK A
Rumah Sakit : RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON
Ruangan : 01
Tanggal Pengkajian : Jam:
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kiriman dari Puskesmas dengan TB paru sudah setahun dan minum
OAT, pasien di rumah selama 15 hari lemas lagi. Lalu dibawa ke RS
masuk IGD dengan kondisi lemas(+), batuk(+), BB 54kg lalu diberikan
perawatan setelah itu langsung dipindah kebangsal untuk rawat Inap.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan di rumahnya hanya batuk biasa dan menganggap
sepele setelah keadaan memburuk yaitu lemas, baru kemudian pasien
dibawa ke RS terdekat, disitu dirawat 1 minggu dirawat di RS sudah ± 1
bulan terakhir.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
2
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sakit / ada penyakit
yang seperti dialami pasien, pasien juga tidak mempunyai penyakit yang
menurun, misalnya : DM, Hipertensi, Jantung, TB dll
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kardiovas
- Turgor Baik
- Jejas tidak ada, ……cm. lokasi…………
- Pupil Isokor Anisokor
Abdomen
- Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
Konsep Diri
stinal
- Citra diri / body image Tanggapan tentang tubuh Pasien merasa tidak
percaya diri pada perubahan bentuk tubuh klien
Psikososial
E. TERAPI
1. Inf NaCl 0,9% 20 tmp
2. Inf aminofel
3. Ranitidin 50 mg 2 x 1 / tiap 12 jam (injeksi)
4. Vit B-Comples tab 3 x 1 oral
5. Curcuma tab 3 x 1 oral
Tanda Tangan
Mahasiswa
……………………….
NIM.
2
ANALISA DATA
DO :
- TD : 90/60 mmHg
- N : 78x/menit
- S : 36,3oC
- RR : 24x / menit
- Ketika beraktifitas tampak
2
DO :
- Ketika batuk pasien tidak
mutup mulut, membuang
dahak sembarangan.
- Alat makan masih dipakai
bersama
2
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan otot.
3 Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus.
4 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 Tahun/bulan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : ..............................................................................................................................................................................................
................
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi TTV - Adanya perubahan fungsi respirasi
selama 3 x 24 jam pasien dapat 2. Ajarkan teknik ROM - Kemampuan mengeluarkan secret
mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan 3. Kompres hangat pada menimbulkan timbulnya penumpukan
dengan KH : Pasien mengatakan badan tidak persendiaan berlebihan pada saluran nafas
terasa lemas, aktifitas pasien dapat dilakukan 4. Anjurkan untuk aktifitas yang - Untuk memberikan kesempatan para
sendiri ringan berkembang
- R : 16-20x / menit 5. Kolaborasi dengan tim medis - Batuk efektif mempermudah
- N : 60 – 100x/ menit dalam pemberan fisioterapi ekspektorasi muskus
- TD dan rentang normal Bertujuan untuk mengencerkan dahak
- (110-720 / 70-80 mmHg)
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat nyeri (PQRST) - Adanya perubahan fungsi respirasi
Selama 3 x 24 jam pasien dapat diharapkan : 2. Posisikan pasien semi fowler - Kemampuan mengeluarkan secret
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang 3. Ajarkan relaksasi distraksi dan menimbulkan timbulnya penumpukan
KH : pasien tampak rileks skala nyeri 0 atau nafas dalam berlebihan pada saluran nafas
berkurang 4. Kolaborasi dengan pemberian - Untuk memberikan kesempatan para
obat anti nyeri berkembang
- Batuk efektif mempermudah
ekspektorasi muskus
Bertujuan untuk mengencerkan dahak
4 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Berikan informasi tentang - Adanya perubahan fungsi respirasi
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penyakit TB - Kemampuan mengeluarkan secret
Tujuan : Pasien dan keluarga tau tentang 2. Berikan informasi tentang menimbulkan timbulnya penumpukan
perawatan TB perawatan penyakit TB berlebihan pada saluran nafas
KH : pasien dan keluarga dapat melakukan 3. Berikan informasi tentang - Untuk memberikan kesempatan para
perawatan TB secara mandiri pencegahan penyakit TB berkembang
4. Berikan informasi tentang - Batuk efektif mempermudah
penularan penyakit TB ekspektorasi muskus
Bertujuan untuk mengencerkan dahak
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 tahun/bulan
Tanggal/Jam No. Dx. T i n d a k a n Keperawatan
Senin, / 2 2014 1,2,3 Mengobservasi tanda vital dan pemberian O2
14.20 1,2,3 Memberikan posisi semi fowler
14.40 1,2 Menganjurkan tirah baring
15.20 3 Mengajarkan relaksasi distraksi
15.25 1,2,3 Membagikan obat oral
15.30 4 Memberikan penkes tentang penyakit TB
15.40 4 Memberikan penkes perawatan penyakit TB
16.30 2 Mengajarkan ROM
19.30 1 Mengajarkan batuk efektif
20.40 1,2,3 Memberikan lingkungan yang nyaman
Selasa 1,2,3 Memberikan infeksi Ronitidin 50 mg 2 x 1 tiap 12 jam
25/2/2014
08.15
08.20 1,2,3 Mengobservasi TTV
09.00 4 Memberikan penkes tentang pencegahan penyakit TB
09.10 4 Memberkan penkes tentang penularan penyakit TB
10.40 3 Mengajarkan relaksasi distraksi
11.50 2 Mengajarkan ROM
13.20 1,2,3, Memberikan lingkungan yang nyaman
13.45 4 Mengobservasi cara batuk pasien
Rabu 1,2,3,4 Mengobservasi keadaan umum pasien
26/2/2014
14.15
1,2,3 Mengobservasi TTV
15.00 4 Memberikan penkes tentang perawatan, pencegahan dan penularan
penyakit TB
15.45 Lakukan pelepasan infus
16.00 Mengingatkan pasien kontrol
16.10 Mengantarkan pasien pulang
E VALUAS I
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 tahun/bulan
Tanggal/Ja No. Dx. Per Evaluasi
m
S : Pasien mengatakan batuk berkurang
O : TD = 120 / 80 mmHg N = 80x/menit
S = 36,3oC R = 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan lemas berkurang
O : TD = 120/80 mmHg N = 80x/menit
S = 36,3oC R = 20x/mnt
Pasien dapat beraktifitas mandiri
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan nyeri sudah hilang
O : Skala nyeri 1
P = batuk terus menerus sudah hilang
Q = Rasa tertusuk-tusuk sudah hilang
R = Nyeri bagian abdomen kiri atas sudah hilang
T=-
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari rabu (BLPL)
S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakit
O : Pasien tampak memakai maske
- Ketika batuk menutup mulut dengan tisur dan
membuang tisu ke WC
- Pasien tidak menggunakan alat makan bergantian
A : Masalah teratasi
P:-
No Prioritas
Masalah Keperawatan Intervensi Evaluasi
masalah
No : Ketidakefektifan 1. Observasi TTV S : Pasien mengatakan
Tgl : bersihan jalan nafas 2. Observasi batuk berkurang
Jam : berhubungan dengan kemampuan O : TD = 120 / 80
penumpukan secret mengeluarkan secret mmHg N=
DS : Pasien mengatakan dan batuk secara 80x/menit
batuk berdahak efektif S = 36,3oC
DO : Kesadaran CM 3. Berikan posisi semi R = 20x/menit
TD : 90/60 fowler A : Masalah teratasi
mmHg 4. Ajarkan batuk efektif sebagian
N : 78 x / menit 5. Kolaborasi dalam P : anjurkan pasien
S : 36,3oC pemberian inhalasi control hari sabtu
R: 24 x/menit nebulizer (BLPL)
Terdapat hasil lab
sputum
Criteria hasil : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan
Tujua: pertahankan
jalan nafas
KH : pasien
mengatakan batuk
berkurang frekuensi
nafas 20x/menit
No : Intoleransi aktivitas 1. Observasi TTV S : Pasien mengatakan
Tgl : berhubungan dengan 2. Ajarkan teknik ROM lemas berkurang
Jam : otot 3. Kompres hangat pada O : TD = 120/80
DS : Pasien mengatakan persendiaan mmHg N =
lemas dan seluruh 4. Anjurkan untuk 80x/menit
aktivitas dibantu orang aktifitas yang ringan S = 36,3oC
lain 5. Kolaborasi dengan tim R = 20x/mnt
DO : TD : 90/60 medis dalam pemberan Pasien dapat
mmHg fisioterapi beraktifitas mandiri
N : 78x/menit A : Masalah teratasi
S : 36,3oC P : Anjurkan pasien
RR : 24x / menit control hari sabtu
Ketika beraktifitas (BLPL)
tampak dibantu orang
lain
Criteria hasil :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
pasien dapat
mentoleransi aktivitas
yang biasa dilakukan
dengan KH : Pasien
mengatakan badan tidak
terasa lemas, aktifitas
pasien dapat dilakukan
sendiri
R : 16-20x / menit
N : 60 – 100x/ menit
TD dan rentang normal
(110-720 / 70-80
mmHg)
B. SISTEM RESPIRASI
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Klien mengeluh panas
Kronologis keluhan
Klien datang ke RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON pada tanggal 14 Januari 2020
dengan keluhan panas, sakit tenggorokan dan filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang
lalu, sebelumnya klien di bawa berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien tidak
kunjung membaik akhirnya klien di bawa ke RST Puspa Kelas 2A. dengan diagnosa
faringitis.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 januari 2020 pukul 21.00 WIB, keadaan klien
tampak lemah, klien mengeluh masih panas sakit tenggorokan,dan pilek. Adapun hasil
dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kardiovas
Abdomen
- Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
Konsep Diri
stinal
SEDIMEN
- Leukosit 3 0-4/LPB
- Erytrosit 2--3 0-4LPB
- Silinder 0- -1 NEGATIF
- Epitel cel +/POSI POSITIF
- - Kristal --/NEG NEGATIF
E. TERAPI
- Infus RL 20 tts/ menit
- Cefotaxim 2x 1/ 600 mg
- Antrain 2x1 250 mg
……………………….
NIM.
ANALISA DATA
Impuls disampaikan ke
hypothalamus bagian
termoregulator
Hiperthermi
Proses Inflamasi
Sakit Tenggorok
Nyeri menelan
3 DS : Klien tidak mau makan Gangguan nutrisi Virus / Bakteri
karena sakit saat menelan (kurang dari keb
DO : Klien tampak lemas utuhan) Lapisan epitel dinding
porsi makan tidak habis faring
Faringtis
Disfagia,
Gangguan Nutrisi Kurang
dari keb. Tubuh
4 DS: klien mengatakan saluran Bersihan jalan Virus / Bakteri
hidung tersumbat karena adanya nafas tidak
secret efektif Lapisan epitel dinding
DO: Terdengar suara ronchi faring
Faringtis
Penumpukan secret
Bersihan jalan napas tidak
efektif
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2 Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3 Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang
kurang dengan kesulitan menelan
4 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 tahun/bulan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : .......................................................................................................................................................................................................
.......
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji ulang tingkat nyeri - Agar tepat dalam memilih tindakan
selama 3 x 24 jam nyeri berkurang - Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri
dengan kriteria hasil: - Kaji TTV - Meningkatkan relaksasi dan
- Nyeri klien berkurang dari - Kolaborasi dalam pemberian analgetik mengurangi nyeri
skala 3 menjadi 1 - Untuk mengetahui keaadaan
- Klien tidak tampak rewel umum klien
- TTV normal Untuk mengurangi nyeri
- Suhu : 36 ˚C
- Nadi:60-100 x /menit
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji intake makanan klien - Untuk mengetahui adanya
selama 3 x 24 jam, kebutuhan nutrisi - Anjurkan klien untuk makan makanan peningkatan nafsu makan
terpenuhi dengan kriteria hasil : yang tinggi kalori dan serat - Untuk memenuhi kebutuhan
- Klien mengatakan tidak sakit - Anjurkan makan sedikit tapi sering dan nutrisi klien
dalam menelan makanan dalam keadaan hangat - Untuk mengurangi rasa
- Klien makan dengan lahap sakit tapi makanan bias masuk
- Nafsu makan klien meningkat
- Klien nampak lebih segar
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Identifikasi kualitas atau kedalaman naf - Untuk mengetahui keadaan nafas kl
selama 3x24 jam as klien. ien.
diharapkan klien dapat bernafas dengan - Anjurkan untuk minum air hangat. - Untuk mencairkan secret agar
lancer/efektif dengan kriteria hasil : - Ajari klien untuk batuk efektif. mudah keluar.
- Klien dapat mengeluarkan sputum - Kolaborasi untuk pemberian terapi - Untuk melegakan saluran nafas.
- Klien mengatakan dapat bernapas - Untuk mengencerkan dahak.
dengan lancer
TINDAKAN KEPERAWATAN
Metode PICO:
No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO
1 Problem/Population Salah satu program rehabilitasi paru yang dapat
diterapkan pada pasien TB adalah latihan
endurance atau ketahanan yang dapat
memperbaiki efisiensi dan kapasitas system
transportasi oksigen. Efek latihan endurance yang
dilakukan selain terjadi pembesaran serabut otot
juga terjadi pembesaran mitokondria yang akan
meningkatkan sumber energi kerja otot sehingga
otot tidak mudah lelah. Salah satu latihan
ketahahanan yang dapat dilakukan yaitu home
based exercise Riset terkait kualitas hidup pada
pasien dengan penyakit paru telah banyak
dilakukan di Indonesia.
2 Intervention Penelitian ini menggunakan desain quasi
experiment dengan pendekatan post test only non
equivalent ontrol group. Dalam penelitian ini,
besar sampel sebanyak 30 responden yang terbagi
dalam dua kelompok dengan teknik pengambilan
sampel adalah nonprobability sampling dengan
metode consecutive sampling. Kriteria dalam
penelitian ini adalah: pasien TB paru yang sedang
menjalani pengobatan 2 minggu,SaO2 =95%,usia
18-60 tahun dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah
St. George Respiratory Questionnaire (SGRQ)
yang valid dan reliable sebagai instrumen
pengumpul data untuk mengukur kualitas hidup
pasien TB dengan nilai alpha cronbach untuk
masing-masing bagian dari instrumen SGRQ
diatas 0,7. Intervensi dilakukan dalam tiga kali
seminggu dan berlangsung selama tiga minggu.
Proses analisa data dimulai dengan uji normalitas
data menggunakan uji normalitas skewness
selanjutnya dilakukan uji homogenitas atau
kesetaraan pada setiap variabel data numerik
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan menggunakan levene’s test kemudian
digunakan uji T independen (pooled t test ).
3 Comparisson Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang
serupa yaitu penelitian Hill (2015) pada pasien
PPOK yang terbagi dalam dua kelompok
penelitian yaitu kelompok perlakuan yang
mendapat intervensi berjalan kaki selama 8
minggu dalam waktu 45 menit setiap satu sesi
latihan dan kelompok yang tidak mendapat
perlakuan. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan
intervensi tersebut selama 8 minggu adalah adanya
perbaikan kualitas hidup pada pasien yang masuk
dalam kelompok intervensi dibandingkan
kelompok control Penelitian Anokye (2012) yang
terkait dengan aktivitas fisik dan kualitas hidup
juga menyatakan bahwa melakukan aktivitas fisik
seperti berjalan kaki selama tiga minggu dapat
memberi efek yang positif terhadap perubahan
kualitas hidup individu. Latihan endurance di
rumah yaitu berjalan kaki secara terstruktur selama
tiga bulan mengalami peningkatan energi dalam
beraktivitas dan juga penurunan nyeri yang
dirasakan sehingga mayoritas kelompok intervensi
latihan fisik di rumah dalam riset ini memiliki
kualitas hidup yang lebih baik daripada kelompok
control Dari data yang diperoleh peneliti
dilapangan diketahui bahwa kelompok yang
melakukan home based exercise training memiliki
kualitas hidup yang baik. Secara fisiologi,
bergerak secara teratur dan terstruktur
meningkatkan ventilasi. Reseptor sendi dan otot
yang tereksitasi selama kontraksi otot secara
refleks merangsang pusat pernapasan dan
meningkatkan ventilasi secara spontan. Bahkan
gerakan pasif anggota badan dapat meningkatkan
ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan
reseptor-reseptor ini. Oleh karena itu, proses-
proses ekanis selama melakukan latihan
terstruktur atau olahraga berperan penting dalam
mengkoordinasi aktivitas pernapasan sehingga
sesak napas berkurang.
4 Outcome Dari data yang diperoleh peneliti dilapangan
diketahui bahwa kelompok yang melakukan home
based exercise training memiliki kualitas hidup
yang baik. Secara fisiologi, bergerak secara teratur
dan terstruktur meningkatkan ventilasi. Reseptor
sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi
otot secara refleks merangsang pusat pernapasan
dan meningkatkan ventilasi secara spontan.
Bahkan gerakan pasif anggota badan dapat
meningkatkan ventilasi beberapa kali lipat melalui
pengaktifan reseptor-reseptor ini. Oleh karena itu,
proses-proses ekanis selama melakukan latihan
terstruktur atau olahraga berperan penting dalam
mengkoordinasi aktivitas pernapasan sehingga
sesak napas berkurang.
3 Comparisson -
PENUTUP
KESIMPULAN
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-
paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala
berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak
dan terkadang mengeluarkan darah. Pada kasus didapat beberapa masalah dan
juga bebrapa diagnose keperawatan yang bias diambil. Pada jurnal yang kelompok
kami dapatkan, lebih mengarah kepada faktor pencetus dan juga pengobatan
farmakologi yang bias diterapkan dan dipakai untuk memenuhi tingkat
kesembuhan yang diinginkan. Diupayakan, dalam pembuatan intervensi hingga
melaksanakan implementasi, juga diharapkan dilakukan dan dikerjakan dengan
prosedur pengobatan dan perawatan Tb Paru dengan benar.
Faringitis adalah perandangan pada tenggorokan atau faring. Kondisi ini
disebut juga radang tenggorokan, yang ditandai dengan tenggorokan terasa nyeri,
gatal dan sulit menelan. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
seseorang mengalami faringitis, antara lai; anak-anak berusia 3 – 15 tahun, sering
terpapar asap rokok atau polusi, memiliki riwayat alergi dll. Oleh sebab itu kami
mengusahakan membuat asuhan keperawatan yang juga sesuai, yang diharapkan
adalah proses pemulihan yang signifikan. Pasien dengan faringitis, akan tetap
dipantau secara berskala.