Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
(Sistem Pernapasan (TBC) & Sistem Resipirasi (Faringitis))

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK A
Agustino Fransisko Kainama Asstric Adam
Aritrisna Kakiay Aprilia Aitonam
Berry Riruma Peronika Ruspana
Alfileks Angkotamony Angel Madubun
Ansell Ratulohain Syanel Tripuata
Andre Romer Anita Siahaya

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah pada sistem
pernapasan dan sistem respirasi dengan baik, Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna , untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Ambon, 20 Juli 2020

Penyusun
KELOMPOK A
2

DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii


DAFTAR TABEL....................................................................................................iii

BAB I .........................................................................................................................1
A. FORMAT PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN........................................1
B. FORMAT PENGKAJIAN SISTEM RESPIRASI............................................18

BAB II .....................................................................................................................37
A. ANALISA PICO HASIL PENELITIAN PERNAPASAN……………
37
B. ANALISA PICO HASIL PENELITIAN SISTEM RESPIRASI......................47

BAB III PENUTUP.................................................................................................54


Kesimpulan ...........................................................................................................54
2

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium...............................................................4


TABEL 2 Terapi Pemberian Obat............................................................................24
2
2

BAB I
KASUS BAYANGAN

A. SISTEM PERNAPASAN
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Nama Mahasiswa : KELOMPOK A
Rumah Sakit : RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON
Ruangan : 01
Tanggal Pengkajian : Jam:

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG


JAWAB
Nama : Tn. K Nama : Tn. H
Umur : 57 Tahun Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Budha Agama : Budha
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
No. Rekam Medik :
Alamat :

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kiriman dari Puskesmas dengan TB paru sudah setahun dan minum
OAT, pasien di rumah selama 15 hari lemas lagi. Lalu dibawa ke RS
masuk IGD dengan kondisi lemas(+), batuk(+), BB 54kg lalu diberikan
perawatan setelah itu langsung dipindah kebangsal untuk rawat Inap.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan di rumahnya hanya batuk biasa dan menganggap
sepele setelah keadaan memburuk yaitu lemas, baru kemudian pasien
dibawa ke RS terdekat, disitu dirawat 1 minggu dirawat di RS sudah ± 1
bulan terakhir.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
2

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sakit / ada penyakit
yang seperti dialami pasien, pasien juga tidak mempunyai penyakit yang
menurun, misalnya : DM, Hipertensi, Jantung, TB dll
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kardiovas

- Nadi Reguler Iregular HR


- JVP Normal Meningkat ….. cm
- Murmur Ya Tidak
- Bentuk dada Simetris
kuler

- Bunyi nafas Bronkial Bronkovesikular Vesikular


Suara nafas tambahan
Respiratory

- Whezing Tidak Ya, (kanan/kiri)


- Ronchi Tidak Ya, (kiri)
- Stridor Tidak Ya,
- Snoring Tidak Ya,
Batuk Tidak Ya, Produktif/ tidak, secret
-Pemakaian otot Bantu nafas
Kelembaban Tidak
lembab Ya, …
berkeringat kering
keletal Muskulos Neurologi Integumen

- Turgor Baik
- Jejas tidak ada, ……cm. lokasi…………
- Pupil Isokor Anisokor

- Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas


- Parese Ya Tidak
- Paralise Ya Tidak
Gastrointe

Abdomen
- Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
Konsep Diri
stinal

- Citra diri / body image Tanggapan tentang tubuh Pasien merasa tidak
percaya diri pada perubahan bentuk tubuh klien
Psikososial

- Peran tanggapan klien


yang dulunya terhadap
gemuk perannya
sekarang kurus
senang tidak senang
kemampuan / kesanggupan klien melaksanakan
perannya sanggup tidak sanggup
2

D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, X-RAY,


DLL) : Tanda 24 Februari 2020
Tabel 1
No Nama Hasil Normal Satuan
1 Gula darah sewaktu 94 75-115 Mg/dl
2 SGOT *72 <31 u/l (37o)
3 SGPT 32 <32 u/l (37o)
4 Ureum *26 10-15 mg/dl
5 Kreatinin 0,73 0,5 – 0,9 mg/dl
6 HbsAg - -
7 Golongan Darah B -
8 WBC 0,8 - k/ul
9 Lym 0,9 13,3 M
10 MID 0,4 6,4 L

E. TERAPI
1. Inf NaCl 0,9% 20 tmp
2. Inf aminofel
3. Ranitidin 50 mg 2 x 1 / tiap 12 jam (injeksi)
4. Vit B-Comples tab 3 x 1 oral
5. Curcuma tab 3 x 1 oral

Tanda Tangan
Mahasiswa

……………………….
NIM.
2

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. K


Umur : 57 tahun/bulan
N DATA ( DS/DO) MASALAH ETIOLOGI
O
DS : Pasien mengatakan batuk Ketidakefektifan Penumpukan secret
1 berdahak bersihan jalan
nafas
DO :
- Kesadaran CM
TD : 90/60 mmHg
N : 78 x / menit
S : 36,3oC
R: 24 x/menit
- Terdapat hasil lab sputum
2 DS : Intoleransi Kelemahan otot
- Pasien mengatakan lemas dan aktivitas
seluruh aktivitas dibantu
orang lain

DO :
- TD : 90/60 mmHg
- N : 78x/menit
- S : 36,3oC
- RR : 24x / menit
- Ketika beraktifitas tampak
2

dibantu orang lain


3 DS : Nyeri akut Batuk terus menerus
- Pasien mengatakan nyeri
perut bagian kiri atas
- P : Batuk terus – menerus
- Q : Tertusuk – Tusuk
- R : Abdomen bagian kiri atas
- S:4
- T : Ketika batuk

4 DS : Kekurangan Minimnya informasi


- Pasien mengatakan belum pengetahuan
tahu tentang bagaimana
perawatan TB keluarga
pasien mengatakan alat
makan masih dipakai
bersama

DO :
- Ketika batuk pasien tidak
mutup mulut, membuang
dahak sembarangan.
- Alat makan masih dipakai
bersama
2

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan otot.
3 Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus.
4 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 Tahun/bulan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : ..............................................................................................................................................................................................
................

No. Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi TTV - Adanya perubahan fungsi respirasi
1 selama 3 x 24 jam diharapkan 2. Observasi kemampuan - Kemampuan mengeluarkan secret
Tujua: pertahankan jalan nafas mengeluarkan secret dan batuk menimbulkan timbulnya penumpukan
KH : pasien mengatakan batuk berkurang secara efektif berlebihan pada saluran nafas
frekuensi nafas 20x/menit 3. Berikan posisi semi fowler - Untuk memberikan kesempatan para
4. Ajarkan batuk efektif berkembang
5. Kolaborasi dalam pemberian - Batuk efektif mempermudah
inhalasi nebulizer ekspektorasi muskus
Bertujuan untuk mengencerkan dahak

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi TTV - Adanya perubahan fungsi respirasi
selama 3 x 24 jam pasien dapat 2. Ajarkan teknik ROM - Kemampuan mengeluarkan secret
mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan 3. Kompres hangat pada menimbulkan timbulnya penumpukan
dengan KH : Pasien mengatakan badan tidak persendiaan berlebihan pada saluran nafas
terasa lemas, aktifitas pasien dapat dilakukan 4. Anjurkan untuk aktifitas yang - Untuk memberikan kesempatan para
sendiri ringan berkembang
- R : 16-20x / menit 5. Kolaborasi dengan tim medis - Batuk efektif mempermudah
- N : 60 – 100x/ menit dalam pemberan fisioterapi ekspektorasi muskus
- TD dan rentang normal Bertujuan untuk mengencerkan dahak
- (110-720 / 70-80 mmHg)
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat nyeri (PQRST) - Adanya perubahan fungsi respirasi
Selama 3 x 24 jam pasien dapat diharapkan : 2. Posisikan pasien semi fowler - Kemampuan mengeluarkan secret
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang 3. Ajarkan relaksasi distraksi dan menimbulkan timbulnya penumpukan
KH : pasien tampak rileks skala nyeri 0 atau nafas dalam berlebihan pada saluran nafas
berkurang 4. Kolaborasi dengan pemberian - Untuk memberikan kesempatan para
obat anti nyeri berkembang
- Batuk efektif mempermudah
ekspektorasi muskus
Bertujuan untuk mengencerkan dahak
4 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Berikan informasi tentang - Adanya perubahan fungsi respirasi
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penyakit TB - Kemampuan mengeluarkan secret
Tujuan : Pasien dan keluarga tau tentang 2. Berikan informasi tentang menimbulkan timbulnya penumpukan
perawatan TB perawatan penyakit TB berlebihan pada saluran nafas
KH : pasien dan keluarga dapat melakukan 3. Berikan informasi tentang - Untuk memberikan kesempatan para
perawatan TB secara mandiri pencegahan penyakit TB berkembang
4. Berikan informasi tentang - Batuk efektif mempermudah
penularan penyakit TB ekspektorasi muskus
Bertujuan untuk mengencerkan dahak
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 tahun/bulan
Tanggal/Jam No. Dx. T i n d a k a n Keperawatan
Senin, / 2 2014 1,2,3 Mengobservasi tanda vital dan pemberian O2
14.20 1,2,3 Memberikan posisi semi fowler
14.40 1,2 Menganjurkan tirah baring
15.20 3 Mengajarkan relaksasi distraksi
15.25 1,2,3 Membagikan obat oral
15.30 4 Memberikan penkes tentang penyakit TB
15.40 4 Memberikan penkes perawatan penyakit TB
16.30 2 Mengajarkan ROM
19.30 1 Mengajarkan batuk efektif
20.40 1,2,3 Memberikan lingkungan yang nyaman
Selasa 1,2,3 Memberikan infeksi Ronitidin 50 mg 2 x 1 tiap 12 jam
25/2/2014
08.15
08.20 1,2,3 Mengobservasi TTV
09.00 4 Memberikan penkes tentang pencegahan penyakit TB
09.10 4 Memberkan penkes tentang penularan penyakit TB
10.40 3 Mengajarkan relaksasi distraksi
11.50 2 Mengajarkan ROM
13.20 1,2,3, Memberikan lingkungan yang nyaman
13.45 4 Mengobservasi cara batuk pasien
Rabu 1,2,3,4 Mengobservasi keadaan umum pasien
26/2/2014
14.15
1,2,3 Mengobservasi TTV
15.00 4 Memberikan penkes tentang perawatan, pencegahan dan penularan
penyakit TB
15.45 Lakukan pelepasan infus
16.00 Mengingatkan pasien kontrol
16.10 Mengantarkan pasien pulang

E VALUAS I
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 tahun/bulan
Tanggal/Ja No. Dx. Per Evaluasi
m
S : Pasien mengatakan batuk berkurang
O : TD = 120 / 80 mmHg N = 80x/menit
S = 36,3oC R = 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan lemas berkurang
O : TD = 120/80 mmHg N = 80x/menit
S = 36,3oC R = 20x/mnt
Pasien dapat beraktifitas mandiri
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan nyeri sudah hilang
O : Skala nyeri 1
P = batuk terus menerus sudah hilang
Q = Rasa tertusuk-tusuk sudah hilang
R = Nyeri bagian abdomen kiri atas sudah hilang
T=-
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari rabu (BLPL)
S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakit
O : Pasien tampak memakai maske
- Ketika batuk menutup mulut dengan tisur dan
membuang tisu ke WC
- Pasien tidak menggunakan alat makan bergantian
A : Masalah teratasi
P:-

Nama Pasien : Tn. K


Umur : 57 Tahun
Diagnosa medis :TB (Tuberculosis) Paru

No Prioritas
Masalah Keperawatan Intervensi Evaluasi
masalah
No : Ketidakefektifan 1. Observasi TTV S : Pasien mengatakan
Tgl : bersihan jalan nafas 2. Observasi batuk berkurang
Jam : berhubungan dengan kemampuan O : TD = 120 / 80
penumpukan secret mengeluarkan secret mmHg N=
DS : Pasien mengatakan dan batuk secara 80x/menit
batuk berdahak efektif S = 36,3oC
DO : Kesadaran CM 3. Berikan posisi semi R = 20x/menit
TD : 90/60 fowler A : Masalah teratasi
mmHg 4. Ajarkan batuk efektif sebagian
N : 78 x / menit 5. Kolaborasi dalam P : anjurkan pasien
S : 36,3oC pemberian inhalasi control hari sabtu
R: 24 x/menit nebulizer (BLPL)
Terdapat hasil lab
sputum
Criteria hasil : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan
Tujua: pertahankan
jalan nafas
KH : pasien
mengatakan batuk
berkurang frekuensi
nafas 20x/menit
No : Intoleransi aktivitas 1. Observasi TTV S : Pasien mengatakan
Tgl : berhubungan dengan 2. Ajarkan teknik ROM lemas berkurang
Jam : otot 3. Kompres hangat pada O : TD = 120/80
DS : Pasien mengatakan persendiaan mmHg N =
lemas dan seluruh 4. Anjurkan untuk 80x/menit
aktivitas dibantu orang aktifitas yang ringan S = 36,3oC
lain 5. Kolaborasi dengan tim R = 20x/mnt
DO : TD : 90/60 medis dalam pemberan Pasien dapat
mmHg fisioterapi beraktifitas mandiri
N : 78x/menit A : Masalah teratasi
S : 36,3oC P : Anjurkan pasien
RR : 24x / menit control hari sabtu
Ketika beraktifitas (BLPL)
tampak dibantu orang
lain
Criteria hasil :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
pasien dapat
mentoleransi aktivitas
yang biasa dilakukan
dengan KH : Pasien
mengatakan badan tidak
terasa lemas, aktifitas
pasien dapat dilakukan
sendiri
R : 16-20x / menit
N : 60 – 100x/ menit
TD dan rentang normal
(110-720 / 70-80
mmHg)

No : Nyeri akut berhubungan 1. Kaji tingkat nyeri S : Pasien mengatakan


Tgl : dengan batuk terus (PQRST) nyeri sudah hilang
Jam : menerus. 2. Posisikan pasien semi O : Skala nyeri 1
DS : Pasien mengatakan fowler P = batuk terus
nyeri perut bagian kiri 3. Ajarkan relaksasi menerus sudah hilang
atas distraksi dan nafas Q = Rasa tertusuk-
P : Batuk terus – dalam tusuk sudah hilang
menerus 4. Kolaborasi dengan R = Nyeri bagian
Q : Tertusuk – Tusuk pemberian obat anti abdomen kiri
R : Abdomen bagian nyeri atas sudah
kiri atas hilang
S:4 T=-
T : Ketika batuk A : Masalah teratasi
Setelah dilakukan P : Anjurkan pasien
tindakan keperawatan control hari rabu
Selama 3 x 24 jam (BLPL)
pasien dapat diharapkan
:
Tujuan : nyeri hilang
atau berkurang
KH : pasien tampak
rileks skala nyeri 0 atau
berkurang
No : Kurangnya pengetahuan 1. Berikan informasi S : Pasien
Tgl : berhubungan dengan tentang penyakit TB mengatakan sudah
Jam : minimnya informasi 2. Berikan informasi tahu tentang
DS : pasien mengatakan tentang perawatan penyakit
belum tahu tentang penyakit TB O : Pasien tampak
bagaimana perawatan 3. Berikan informasi memakai maske
TB keluarga pasien tentang pencegahan - Ketika batuk
mengatakan alat makan penyakit TB menutup
masih dipakai bersama 4. Berikan informasi mulut dengan
DO : tentang penularan tisur dan
ketika batuk pasien penyakit TB membuang
tidak mutup mulut, tisu ke WC
membuang dahak - Pasien tidak
sembarangan menggunakan
Alat makan masih alat makan
dipakai bersama bergantian
Setelah dilakukan A : Masalah teratasi
tindakan asuhan P:-
keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan
Tujuan : Pasien dan
keluarga tau tentang
perawatan TB
KH : pasien dan
keluarga dapat
melakukan perawatan
TB secara mandiri

B. SISTEM RESPIRASI
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa : KELOMPOK A


N P M :
Rumah Sakit : RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON
Ruangan : Ruang Puspa
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2020 Jam: ……… WIB

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : An. T Nama : Tn. A
Umur : 8 Tahun Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Budha Agama : Budha
Pendidikan : SD Pendidikan :-
No. Rekam Medik : No Rekam Medik : -
Alamat : Alamat :-

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Klien mengeluh panas
Kronologis keluhan
Klien datang ke RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON pada tanggal 14 Januari 2020
dengan keluhan panas, sakit tenggorokan dan filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang
lalu, sebelumnya klien di bawa berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien tidak
kunjung membaik akhirnya klien di bawa ke RST Puspa Kelas 2A. dengan diagnosa
faringitis.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 januari 2020 pukul 21.00 WIB, keadaan klien
tampak lemah, klien mengeluh masih panas sakit tenggorokan,dan pilek. Adapun hasil
dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit dengan
penyakit yang sama seperti sekarang, klien tidak pernah menderita penyakit lain, klien
juga tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Menurut klien, dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien, dan klien pun tidak memiliki riwayat penyakit kronis.

4. Riwayat psikososial dan spiritual


keluarga klien mengatakan sosialisasi klien dengan keluarga dan orang lain sangat baik,
klien terlihat cemas dengan keadaan yang di alaminya sekarang. Keluarga selalu
berharap dan berdoa agar klien cepat sembuh.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Kardiovas

- Suara jantung S1 S2 Tunggal S3 S4


- Nadi Reguler Iregular HR …..
- Capilary refill < 3 detik > 3 detik
- Bentuk dada Simetris
Respiratory kuler

- Bunyi nafas Bronkial Bronkovesikular Vesikular


Suara nafas tambahan
- Whezing Tidak Ya, (kanan/kiri)
- Ronchi Tidak Ya, (kanan/kiri)
- Stridor Tidak Ya,
- Snoring Tidak Ya,
kelet Muskulos Endokrin Neurologi Integumen

- Warna kulit ….....................................................


- Kelembaban lembab berkeringat kering
- Icterus Tidak ya, lokasi……….
- Pupil Isokor Anisokor
Reflek cahaya ……………………………………………………
Diameter ………………..…………………………………..
- Riwayat pertumbuhan dan Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki
perkembangan fisik pada waktu dewasa
Kekeringan kulit atau rambut
- Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
- Parese Ya Tidak
- Paralise Ya Tidak
Gastrointe

Abdomen
- Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
Konsep Diri
stinal

Tanggapan tentang tubuh Pasien merasa tidak


- Citra diri / body image percaya diri pada perubahan bentuk tubuh klien
Psikososial

- Peran tanggapan klien


yang dulunya terhadap
gemuk perannya
sekarang kurus
senang tidak senang
lain – lain……………………………………..
D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, X-RAY, DLL) :
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 januari 2020
Tabel 2
Jenis pemeriksaan Hasil Rujukan
- HEMATOLOGI
- DARAH RUTIN 12,2 gr% W 12-16 gr%
- Hemoglobin 11,5ribu / mm³ 4.0-10.0 ribu / mm³
- Leukosit 5,16 juta / mm³ W 4-4,5 juta/mm³
- Erytrosit 36 % W 37-43 %
- Haematokrit 158ribu / mm³ 150-390 ribu / mm³
- Trombosit
- SEROLOGI
- WIDAL + 1 / 160
- S.TY.H -- / NEG
- S.PA.H + 1 / 160
- S.PB.H -- / NEG
- S.PC.H + 1 / 160
- S.TY.O + 1 / 160
- S.PA.O + 1 / 160
- S.PB.O + 1 / 160
- S.PC.O
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
- HEMATOLOGI
- DARAH RUTIN
- Hemoglobin 11,6 gram % 10,12-16 gram %
- Leukosit 8,1 ribu/mm³ 4,0-10,0 ribu/mm³
- Erytrosit 5,18 juta 4-4,5 juta
- Haematokrit 35,8 % 37-43 %
- Trombosit 150 ribu/mm³ 150-390 ribu/mm³
- URINE
LENGKAP
- Warna 1,020 KUNING
- BD 6,5 KUNING
- PH --/NEG NEGATIF
- Keton --/NEG NEGATIF
- Nitrit +/POSI NEGATIF
- Albumin --/NEG NEGATIF
- Reduksi --/NEG NEGATIF
- Urobilin --/NEG NEGATIF
- Bilirubin

SEDIMEN
- Leukosit 3 0-4/LPB
- Erytrosit 2--3 0-4LPB
- Silinder 0-      -1 NEGATIF
- Epitel cel +/POSI POSITIF
- -          Kristal --/NEG NEGATIF

E. TERAPI
- Infus RL 20 tts/ menit
- Cefotaxim 2x 1/ 600 mg
- Antrain 2x1 250 mg

Tanda Tangan Mahasiswa

……………………….
NIM.
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. K


Umur : 57 tahun/bulan
NO DATA ( DS/DO) MASALAH ETIOLOGI
DS : Peningkatan suhu Virus / Bakteri
1 - Mengeluh badannya panas tubuh
DO : Lapisan epitel dinding
- Klien tampak lemah faring
- S = 39.2 ˚ C
- N = 92x/menit proses inflamasi radang
- R : 22x/menit

bakteri melepas endotoksi


merangsang tubuh untuk
melepas zat pathogen oleh
leukosit

Impuls disampaikan ke
hypothalamus bagian
termoregulator

Hiperthermi

Peningkatan suhu tubuh


2 DS: klien mengeluh nyeri Nyeri menelan Virus / Bakteri
tenggorokan
Lapisan epitel dinding
DO : klien tampak rewel faring
 Skala nyeri 3 (0-5)
S = 39.2 ˚ C Faringtis
N = 92x/menit
 
R : 22x/menit

Proses Inflamasi

      
Sakit Tenggorok

Nyeri menelan
3 DS : Klien tidak mau makan Gangguan nutrisi Virus / Bakteri
karena sakit saat menelan (kurang dari keb
DO : Klien tampak lemas utuhan) Lapisan epitel dinding
porsi makan tidak habis faring

Faringtis

Disfagia,

Gangguan Nutrisi Kurang 
dari keb. Tubuh
4 DS:  klien mengatakan saluran Bersihan jalan Virus / Bakteri
hidung tersumbat karena adanya nafas tidak
secret efektif  Lapisan epitel dinding
DO:  Terdengar suara ronchi faring

Faringtis
 

Penumpukan secret
 
Bersihan jalan napas tidak
efektif

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2 Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3 Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang
kurang dengan kesulitan menelan
4 Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan penumpukan secret
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 57 tahun/bulan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : .......................................................................................................................................................................................................
.......

No. Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Ukur tanda-tanda vital - Untuk mengetahui keadaan pasien
1 selama 3 x 24 - Monitor temperature Mengetahui perkembangan suhu
jam Suhu tubuh dalam batas normal, tubuh secara teratur tubuh Membantu dalam proses
dengan kriteria hasil : - Kolaborasi pemberian antibiotik, penyembuhan
-       Suhu: 36,8-37,2 C antipiretik

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji ulang tingkat nyeri - Agar tepat dalam memilih tindakan
selama  3 x 24 jam nyeri berkurang - Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri
dengan kriteria hasil: - Kaji TTV - Meningkatkan relaksasi dan
- Nyeri klien berkurang dari - Kolaborasi dalam pemberian analgetik mengurangi nyeri
skala 3 menjadi 1 - Untuk mengetahui keaadaan
- Klien tidak tampak rewel umum klien
- TTV normal Untuk mengurangi nyeri
- Suhu : 36 ˚C
- Nadi:60-100 x /menit
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji intake makanan klien - Untuk mengetahui adanya
selama 3 x 24 jam, kebutuhan nutrisi - Anjurkan klien untuk makan makanan peningkatan nafsu makan
terpenuhi dengan kriteria hasil : yang tinggi kalori dan serat - Untuk memenuhi kebutuhan
- Klien mengatakan tidak sakit - Anjurkan makan sedikit tapi sering dan  nutrisi klien
dalam menelan makanan dalam keadaan hangat - Untuk mengurangi rasa
- Klien makan dengan lahap sakit tapi makanan bias masuk
- Nafsu makan klien meningkat
- Klien nampak lebih segar
4 Setelah dilakukan  tindakan keperawatan - Identifikasi kualitas atau kedalaman naf - Untuk mengetahui keadaan nafas kl
selama 3x24 jam as klien. ien.
diharapkan klien dapat bernafas dengan - Anjurkan untuk minum air hangat. - Untuk mencairkan secret agar
lancer/efektif dengan kriteria hasil : - Ajari klien untuk batuk efektif. mudah keluar.
- Klien dapat mengeluarkan sputum - Kolaborasi untuk pemberian terapi - Untuk melegakan saluran nafas.
- Klien mengatakan dapat bernapas  - Untuk mengencerkan dahak.
dengan lancer
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. T


Umur : 8 tahun/bulan
Tanggal/Ja No. Dx. T i n d a k a n Keperawatan
m
 Mengukur tanda-tanda vital
1  Memonitor temperature tubuh secara teratur
 Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik
15-01-2020 2  Mengkaji ulang tingkat nyeri
 Mengajarkan teknik relaksasi
 Mengkaji TTV
 Berkolaborasi dalam pemberian analgetik
3  Mengkaji intake makanan klien
 Menganjurkan keluarga klien untuk memberimakanan
yang tinggi kalori dan serat kepada klien
4  Mengidentifikasi kualitas atau kedalaman nafas klien.
 Megnjurkan untuk minum air hangat.
 Mengajarkan klien untuk batuk efektif.
E VALUAS I

Nama Pasien : Tn. K


Umur : 57 tahun/bulan
Tanggal/Ja No. Dx. Per Evaluasi
m
15-01-2020 1 S : klien mengatakan badannya sudah tidak panas
O: keadaan klien sedang
 S = 36,6 ˚ C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
15-01-2020 2 S:klien mengeluh masih nyeri tenggorokan
O : klien tampak rewel
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
15-01-2020 3 S : klien mengatakan masih saki tpada saat menelan makanan
O : - Nafsu makan menurun
- Klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
15-01-2020 4 S : klien mengatakan saluran hidung tersumbat karena adanya
secret
O :  terdengar suara ronchi
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

16-01-2020 2 S:klien mengatakan sudah tidak nyeri tenggorokan


O : keadaan klien sedang
A: masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
16-01-2020 3 S : klien mengatakan sudah tidak sakit saat menelan
O : klien mengatakan nafsu makan agak membaik
- Keadaan klien sedang
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
16-01-2020 4 S:  klien mengatakan saluran hidungnya sudah tidak tersumbat
O :  sudah tidak terdengar suara ronchi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
Nama Pasien : An. T
Umur : 8 Tahun
Diagnosa medis : Faringitis
No Prioritas
Masalah Keperawatan Intervensi Evaluasi
masalah
No : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya  Ukur tanda-tanda vital S : klien mengatakan badannya
Tgl : peradangan  Monitor temperature sudah tidak panas
Jam : klien mengeluh badannya panas tubuh secara teratur O: keadaan klien sedang
DO: klien tampak lemah  Kolaborasi pemberian  S = 36,6 ˚ C
S = 39.2 ˚ C antibiotik, antipiretik A : masalah teratasi
N = 92x/menit P : pertahankan intervensi
R : 22x/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam Suhu tubuh dalam batas normal, dengan kriteria hasil :
-       Suhu: 36,8-37,2 C
No : Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada  Kaji ulang tingkat nyeri S:klien mengeluh masih nyeri
Tgl : tenggorokan   Ajarkan teknik relaksasi tenggorokan
Jam : DS: klien mengeluh nyeri tenggorokan  Kaji TTV O : klien tampak rewel

 Kolaborasi dalam pemberia A: masalah belum teratasi


DO : klien tampak rewel P :lanjutkan intervensi
 Skala nyeri 3 (0-5) n analgetik
S = 39.2 ˚ C
N = 92x/menit
R : 22x/menit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3 x 24 jam
nyeri berkurang dengan kriteria hasil:
- Nyeri klien berkurang dari skala 3 menjadi 1
- Klien tidak tampak rewel
- TTV normal: Suhu : 36 ˚C
Nadi:60-100 x /menit
No : Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan  Kaji intake makanan klien S:  klien mengatakan saluran
Tgl : intake yang kurang dengan kesulitan menelan  Anjurkan klien untuk hidungnya sudah tidak tersumbat
Jam : DS : Klien tidak mau makan karena sakit saat menelan makan makanan yang O :  sudah tidak terdengar suara
DO : Klien tampak lemas tinggi kalori dan serat ronchi
porsi makan tidak habis  Anjurkan makan sedikit tap A: masalah teratasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 i sering dan dalam keadaan  P: hentikan intervensi
jam, kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil : hangat.
- klien mengatakan tidak sakit dalam menelan makanan
- klien makan dengan lahap
- Nafsu makan klien meningkat
- klien nampak lebih segar
No : Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan  .      Identifikasi kualitas ata S : klien mengatakan saluran
Tgl : dengan penumpukan secret u kedalaman nafas klien. hidung tersumbat karena adanya
Jam : DS:  klien mengatakan saluran hidung tersumbat karena adanya  Anjurkan untuk minum air secret
secret hangat. O :  terdengar suara ronchi
DO:  Terdengar suara ronchi  Ajari klien untuk batuk efe A: masalah belum teratasi
Setelah dilakukan  tindakan keperawatan selama 3x24 jam ktif. P: lanjutkan intervensi
diharapkan klien dapat bernafas dengan lancer/efektif dengan  Kolaborasi untuk pemberia
kriteria hasil : n terapi
- Klien dapat mengeluarkan sputum
- Klien mengatakan dapat bernapas dengan lancar
BAB II
HASIL PENELITIAN

A. SISTEM PERNAPASAN (TBC)


1. Analisi Jurnal I TBC
Penulis : Helper Sahat P Manalu
Tahun Penelitian : 2018
Judul Penelitian : Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kejadian TB
Paru dan Upaya Penaggulangannya.
Metode PICO:

No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO


1 Problem/Population  Masalah Klinik dari jurnal ini adalah untuk
mengetahui faktor - faktor yang menpengaruhi
kejadian TB Paru dan upaya penangulangannya.
 Populasi/Patient pada jurnal ini adalah pasien
dengan besar sampel 30 responden yang terbagi
dalam dua kelompok di RSUD Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018.
2 Intervention  Penelitian ini menggunakan desain quasi
experiment dengan pendekatan post test only non
equivalent control group
 Teknik pengambilan sampel adalah
nonprobability sampling dengan metode
consecutive sampling. Kriteria dalam penelitian
ini adalah: pasien TB paru yang sedang
menjalani pengobatan 2 minggu,SaO2
≥95%,usia 18-60 tahun dan dapat berkomunikasi
dengan baik.
 Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah St. George Respiratory Questionnaire
(SGRQ) yang valid dan reliabel sebagai
instrumen pengumpul data untuk mengukur
kualitas hidup pasien TB dengan nilai alpha
cronbach untuk masing-masing bagian dari
instrumen SGRQ diatas 0,7.
3 Comparisson Rancangan ini dimaksud untuk mengetahui
pengaruh Home based Exercise Training
Terhadap Kualitas Hidup Pasien TB Paru di RSUD
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2018
4 Outcome Hasil menunjukan bahwa rerata skor kualitas hidup
dengan responden TB Paru pada kelompok control
adalah 60,63 dengan nilai minimum kualitas hidup
23 dan nilai maksimum kualitas hidup 89.
Sedangkan pada kelompok intervensi,rerata
kualitas hidup TB Paru adalah 21,82 dengan nilai
minimum 7 dan nilai maksimum kualitas hidupnya
57. Hal ini menunjukan bahwa rerata responden
pada kelompok intervensi memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
control karena semakin rendah scor kualitas hidup
maka semakin baik kualitas hidup

2. Analisi Jurnal TBC


Penulis : Yulinda Nur Maulidya, Endang Sri Redjeki, Erianto Fanani
Tahun Penelitian :-
Judul Penelitian : Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengobatan tuberculosis (TB) paru pada pasien pasca pengobatan di
puskesmas dinoyo Kota Malang
Metode PICO:
No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO
1 Problem/Population Penelitian case control dengan 20 orang pada
kelompok kasus dan 10 orang pada kelompok
kontrol. Kelompok kasus merupakan pasien tb
paru yang telah dinyatakan sembuh dan kelompok
kontrol merupakan pasien tb paru yang dinyatakan
tidak sembuh (gagal, drop out, putus berobat).
2 Intervention Analisa menggunakan uji kolmogorov smirnov dan
uji fisher’s exact menunjukkan bahwa sikap pasien
dan ada/tidaknya PMO memiliki hubungan yang
signifikan dengan keberhasilan pengobatan TB
paru. Sedangkan usia, pendidikan, penghasilan,
tipe pengobatan dan pengetahuan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan keberhasilan
pengobatan TB paru. Pasien yang memiliki sikap
yang “baik” memiliki kesempatan untuk sembuh
4,3 kali lipat daripada pasien yang memiliki sikap
“tidak baik” atau “cukup baik”.
3 Comparisson Dari data uji kolmogorov smirnov dan uji fisher’s
exact diperbandingankan menurut sikap pasien dan
ada atau tidaknya PMO, dengan usia, pengetahuan,
penghasilan, tipe pengobatan dan pengetahuan
pasien merupakan hubungan yang signifikan
dengan keberhasilan pengobatan TB paru.

4 Outcome Pasien yang memiliki PMO juga cenderung


memiliki kesempatan untuk sembuh 13,5 kali lebih
besar dibandingkan pasien yang tidak memiliki
PMO Sedangkan usia, pendidikan, penghasilan,
tipe pengobatan dan pengetahuan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan keberhasilan
pengobatan TB paru

3. Analisi Jurnal III TBC


Penulis : Ondri Dwi Sampurno
Judul Penelitian : Tinjauan Farmakogenomik Rifampisin Dalam
Pengobatan Tuberkulosis Paru”
Metode PICO:
No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO
1 Problem/Population Tuberkulosis (TB) paru baru ditandai dengan
basili tahan asam (BTA) positif yang jika
diberikan obat TB berkualitas baik dengan dosis
yang sesuai dan patuh minum obat serta sensitif
terhadap rifampisin seharusnya menunjukkan
konversi dahak pada akhir pengobatan tahap
intensif, ternyata tidak semua pasien menunjukan
konversi dahak. Angka konversi TB nasional tahun
2010, 2011, dan 2012 yaitu berturut-turut 88,2%,
85,5%, dan 82,3%.
2 Intervention Bahan pustaka tinjauan diperoleh dengan
melakukan penelusuran pustaka melalui internet..
Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran
yaitu “pharmacogenomics”, “rifampicin”
“tuberculosis”. Selanjutnnya pustaka yang relevan
yaitu berupa artikel hasil penelitian, artikel hasil
review, laporan, dan buku yang diterbitkan dalam
jurnal 5 tahun terakhir, diunduh sebagai naskah
lengkap. Adapun sistematika penulisan mencakup
gen dan protein; konsep dasar farmakogenomik;
mekanisme pengaruh variasi genetik terhadap
respon obat; epidemiologi TB di Indonesia; dan
pengaruh gen terhadap konsentrasi maksimum
rifampisin dalam plasma.
3 Comparisson Pengaruh Gen Terhadap Konsentrasi Maksimum
Rifampisin Dalam Plasma.
4 Outcome Subyek Indonesia menunjukkan adanya
polimorfisme gen SLCO1B1 SNP c.463C>A
dengan frekuensi C 30% dan A 70%. Variasi
genetik antar individu ini diduga dapat
menyebabkan variasi respon rifampisin antar
individu pasien TB paru baru yang berdampak
adanya variasi outcome klinis, dalam hal ini
konversi dahak.

4. Analisi Jurnal IV TBC


Penulis : Dewi Sartiya Rini
Tahun Penelitian :-
Judul Penelitian : Pengaruh Home Based Exercise Training
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Tb Paru

Metode PICO:
No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO
1 Problem/Population Salah satu program rehabilitasi paru yang dapat
diterapkan pada pasien TB adalah latihan
endurance atau ketahanan yang dapat
memperbaiki efisiensi dan kapasitas system
transportasi oksigen. Efek latihan endurance yang
dilakukan selain terjadi pembesaran serabut otot
juga terjadi pembesaran mitokondria yang akan
meningkatkan sumber energi kerja otot sehingga
otot tidak mudah lelah. Salah satu latihan
ketahahanan yang dapat dilakukan yaitu home
based exercise Riset terkait kualitas hidup pada
pasien dengan penyakit paru telah banyak
dilakukan di Indonesia.
2 Intervention Penelitian ini menggunakan desain quasi
experiment dengan pendekatan post test only non
equivalent ontrol group. Dalam penelitian ini,
besar sampel sebanyak 30 responden yang terbagi
dalam dua kelompok dengan teknik pengambilan
sampel adalah nonprobability sampling dengan
metode consecutive sampling. Kriteria dalam
penelitian ini adalah: pasien TB paru yang sedang
menjalani pengobatan 2 minggu,SaO2 =95%,usia
18-60 tahun dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah
St. George Respiratory Questionnaire (SGRQ)
yang valid dan reliable sebagai instrumen
pengumpul data untuk mengukur kualitas hidup
pasien TB dengan nilai alpha cronbach untuk
masing-masing bagian dari instrumen SGRQ
diatas 0,7. Intervensi dilakukan dalam tiga kali
seminggu dan berlangsung selama tiga minggu.
Proses analisa data dimulai dengan uji normalitas
data menggunakan uji normalitas skewness
selanjutnya dilakukan uji homogenitas atau
kesetaraan pada setiap variabel data numerik
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan menggunakan levene’s test kemudian
digunakan uji T independen (pooled t test ).
3 Comparisson Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang
serupa yaitu penelitian Hill (2015) pada pasien
PPOK yang terbagi dalam dua kelompok
penelitian yaitu kelompok perlakuan yang
mendapat intervensi berjalan kaki selama 8
minggu dalam waktu 45 menit setiap satu sesi
latihan dan kelompok yang tidak mendapat
perlakuan. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan
intervensi tersebut selama 8 minggu adalah adanya
perbaikan kualitas hidup pada pasien yang masuk
dalam kelompok intervensi dibandingkan
kelompok control Penelitian Anokye (2012) yang
terkait dengan aktivitas fisik dan kualitas hidup
juga menyatakan bahwa melakukan aktivitas fisik
seperti berjalan kaki selama tiga minggu dapat
memberi efek yang positif terhadap perubahan
kualitas hidup individu. Latihan endurance di
rumah yaitu berjalan kaki secara terstruktur selama
tiga bulan mengalami peningkatan energi dalam
beraktivitas dan juga penurunan nyeri yang
dirasakan sehingga mayoritas kelompok intervensi
latihan fisik di rumah dalam riset ini memiliki
kualitas hidup yang lebih baik daripada kelompok
control Dari data yang diperoleh peneliti
dilapangan diketahui bahwa kelompok yang
melakukan home based exercise training memiliki
kualitas hidup yang baik. Secara fisiologi,
bergerak secara teratur dan terstruktur
meningkatkan ventilasi. Reseptor sendi dan otot
yang tereksitasi selama kontraksi otot secara
refleks merangsang pusat pernapasan dan
meningkatkan ventilasi secara spontan. Bahkan
gerakan pasif anggota badan dapat meningkatkan
ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan
reseptor-reseptor ini. Oleh karena itu, proses-
proses ekanis selama melakukan latihan
terstruktur atau olahraga berperan penting dalam
mengkoordinasi aktivitas pernapasan sehingga
sesak napas berkurang.
4 Outcome Dari data yang diperoleh peneliti dilapangan
diketahui bahwa kelompok yang melakukan home
based exercise training memiliki kualitas hidup
yang baik. Secara fisiologi, bergerak secara teratur
dan terstruktur meningkatkan ventilasi. Reseptor
sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi
otot secara refleks merangsang pusat pernapasan
dan meningkatkan ventilasi secara spontan.
Bahkan gerakan pasif anggota badan dapat
meningkatkan ventilasi beberapa kali lipat melalui
pengaktifan reseptor-reseptor ini. Oleh karena itu,
proses-proses ekanis selama melakukan latihan
terstruktur atau olahraga berperan penting dalam
mengkoordinasi aktivitas pernapasan sehingga
sesak napas berkurang.

5. Analisi Jurnal V TBC


Penulis : Devi Darliana
Tahun Penelitian :-
Judul Penelitian : MANAJEMEN PASIEN TUBERKOLOSIS
PARU ( Management of lung TB for Patient )
Metode PICO:
No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO
1 Problem/Population TB merupakan salah satu penyakit menular yang
menyebabkan angka kematian dan morbiditas
lebih tinggi dengan perawatan yang lama. Pasien
dapat menunjukan banyak gejala misalnya; batuk
produktif, demam, keringt malam, dyspnue, nyeri
dada, anoreksia, dan penurunan BB. Dampak
penyakit ini bukan hanya mempengaruhi fisik
tetapi juga psikologis. Karena itu, dibutuhkan
manajemen yang baik bagi pasien TB untuk dapat
mengatasi masalah tersebut.
2 Intervention Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi oleh pasien TB Paru adalah
sebagai berikut :
1. Peningktan bersihan jalan nafas, sekresi yang
sangat banyak dapat menyumbat jalan nafas
pada pasien TB paru dn mengganggu
pertukaran gas. Meningkatkan masukan
masukan cairan memberikan hidrasi sistemik
dan berfungsi sebagai ekspetoran yang efektif.
Pasien diberitahu posisi posisi yang dapat
memudahkan drainase secret. Humidifier atau
face mask dengan kelembapan tinggi dapat
membantu mengencerkan secret.
2. Mendukung kepatuhan terhadap pengobatan,
pasien harus memahai bahwa TB Paru adalah
penyakit menular sehingga meminum obat
secara tepat dan teratur adalah cara efektif
dalam pencegahan penularan. Pengertian
tentang obat obatan, jadwal dan efek samping
harus dijelaskan pada pasien. Selain itu
penjelasan tentang pentingnya tindakan
higienis, termasuk oral hygiene, menutup
mulut ketika bersin serta mencuci tangan harus
diberitahukan kepada pasien.
3. Meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang
adekuat, pasien TB sering merasa sangat lemah
karena penyakit kronis dan juga gangguan
pemenuhan nutrisi. Pasien dapat diatur jadwal
aktivitas secara progresif dengan berfokus pada
peningkatan toleransiaktivitas dengan kekuatan
otot. Anoreksia, penurun berat badan dan
malnutrisi biasa terjadi pada pasien tb paru.
Keinginan untuk makan dapat terganggu oleh
keletihan akibat batuk berat , pembentukan
sputum, nyeri dada atau kelemahan. Pemberian
nutrisi dalam porsi sedikit tapi sering dapat
dijadwalkan. Suplemen nutrisi cair dapat
membantu memenuhi kebutuhan kalori dasar.
4. Penyuluhan pasien dan pertimbangan
perawatan dirumah, perawat mempunyai peran
yang sangat penting dalam merawat pasien TB
paru dan keluarganya, termasuk mengkaji
kemampuan pasien untuk melanjutkan terapi
dirumah. Perawat mengkaji pasien terhadap
reaksi obat yang merugikan dan ikut serta
dalam mensurvei rumah dan lingkungan kerja
pasien untuk mengindentifikasi individu lain
yang mungkin telah kontak dengan pasien
seama tahap infeksius.

3 Comparisson -

4 Outcome Masalah keperawatan yang dijumpai pada pasien


TB adalah bersihan jalan nafas tidak efektif,
gangguan pertukaran gas, resiko tinggi infeksi, dan
penyebaran infeksi , intake nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, serta kurang pengetahuan
tentang kondisi , pengobatan dan pencegahan.
Salah satu manajemen bagi pasien TB adalah
pengobatan. Pengobatan TB Paru terbagi atas 2
fase, yaitu faseintensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang
digunakan adalah paduan obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama (lini I) adalah INH,
rifamfisin, pirazinamid, sterptomisisin, etambutol,
sedankan obat tambahan lainnya adalah:
kanamisin, amikasin, kuinolon.

B. SISTEM RESPIRASI (FARINGITIS)


1. Analisi Jurnal I Faringitis
Penulis : Ratih Wirdia N*, Niken Fitri A, Nuansa Amalia, Rian Rizki M,
Nita Mudiana, Ahmad Fuad M ProdiS1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”
Tahun Penelitian : 2017
Judul Penelitian : Ekstrak Kulit Bawang Merah Sebagai Obat Herbal
Pengobatan Infeksi Bakteri Penyebab Faringitis
Metode PICO:

No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO


1 Problem/Population Dalam jurnal ini problem atau masalah yang
ditemukan tentang ekstrak obat herbal(kulit
bawang merah) untuk pengobatan infeksi bakteri
penyebab Faringitis.
2 Intervention Berdasarkan studi ini bahwa kulit bawang
merah(Allium cepa L) merupakan bagian tanaman
yang diidentifikasi mengandung
senyawaflavonoid, tannin, dan saponin.

Kulit bawang merah diektsraksi menggunakan


etanol 96% dengan metode maserasi, formulasi
granul effervescent dan uji karakteristik fisik
granul effervescent. Formulasi granul effervescent
dibuat dengan konsentrasi efektif: 5% ekstrak kulit
dari Allium cepa L. Uji karakteristik fisikgranul
effervescent meliputi: tanggapan rasa, waktu larut,
kelembaban, volume bulk, pengetapan, waktu alir
dan sudut diam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak kulit bawang merah memiliki
aktivitas antibakteri terhadap S. pyogenes
penyebab faringitis dan formulasi granul
effervescent memenuhi seluruh uji karakteristik
fisik sediaan.
3 Comparisson Tidak ada jurnal pembanding
4 Outcome Berdasarkan jurnal tersebut bahwa Ekstrak etanol
kulit bawang merah dapat berkhasiat sebagai
antibakteri terhadap spesies Streptococcus
pyogenes pada pengujian secara mikrobiologi.
Granul effervescent dari ekstrak etanol kulit
bawang merah konsentrasi 5% memenuhi syarat
uji karakteristik fisik, namun masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.

2. Analisi Jurnal II Faringitis


Penulis : Ida Lisni12, Entris Sutrisno2,
Tahun Penelitian : 2015
Judul Penelitian : Evaluasi Pengunaan Antibiotik Pada Pasien
Faringitis Di Suatu Rumah Sakit Di Kota Bandung
Metode PICO:

No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO


1 Problem/Population Berdasarkan hasil penelitian pada periode bulan
Januari sampai April 2015 diperoleh 56 pasien
yang diteliti. Diketahui jumlah pasien yang
menderita faringitis yaitu pasien anak 53,57% dan
pasien dewasa 46,43%. Semua pasien yang diteliti
menerima terapi antibiotik. Antibiotik yang
banyak digunakan adalah golongan sefalosporin
(89,29%), dengan sefiksim (60,71%). Hasil dari
analisis kualitatif diketahui bahwa pasien
menerima antibiotika sesuai indikasi adalah 100
%, dosis yang sesuai sebesar 96,49%, lama terapi
yang sesuai sebesar 87,72%, penggunaan
antibiotika kombinasi yang memiliki efek sinergis
sebanyak 1(satu) pasien. Tidak terdapat duplikasi,
namun terdapat potensi interaksi obat dengan
jumlah 14 kasus.
2 Intervention Penelitian ini dilakukan melalui metode
observasional dengan penyajian data secara
deskriptif dan pengumpulan data secara
retrospektif.bahwa ekstrak kulit bawang merah
memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.
pyogenes penyebab faringitis dan formulasi granul
effervescent memenuhi seluruh uji karakteristik
fisik sediaan.
3 Comparisson Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding
untuk membandingkan jurnal tsb.

4 Outcome Dari hasil penelitian Penggunaan Obat Antibiotika


pada pasien faringitis pada 56 pasien yang diteliti
meliputi pasien anak 53,57% dan pasien dewasa
46,43%. Seluruh pasien yang diteliti (100,00%)
menerima terapi antibiotik. bawang merah
konsentrasi 5% memenuhi syarat uji karakteristik
fisik, namun masih diperlukan penelitian lebih
lanjut.

3. Analisi Jurnal III Faringitis


Penulis : Bangkit Sasangka1, Arita Witanti2
Tahun Penelitian : 2017
Judul Penelitian : Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Anak Menggunakan Teorema Bayes
Metode PICO:
No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO
1 Problem/Population Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan penyebab utama morbiditas dan
moralitaspenyakit menular pada anak-anak. ISPA
terutama terjadi di negara-negara dengan
pendapatanperkapita rendah dan menengah
termasuk Indonesia. Saat ini masih banyak orang
tua yang belummengetahui penyakit khususnya
penyakit ISPA yang menimpa pada buah hati
mereka. Pada penelitian ini digunakan metode
Teorema Bayes.

2 Intervention Bahan yang digunakan pada sistem pakar diagnosa


penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada anak
dengan metode Teorema Bayesadalah sebagai
berikut :

Jurnal dan buku yang membahas mengenai


penyakit infeksi saluran pernafasan akut, sistem
pakar, dan metode teorema bayes.

Data hasil wawancara dengan dokter Syarifa di


Puskesmas Depok 3 mengenai gejala penentu
diagnosa penyakit infeksi saluran pernafasan akut.

Data rekam medis pasien sejumlah 30 data yang


diperoleh dari Puskesmas Depok 3.

3 Comparisson Akuisisi pengetahuan merupakankegiatan untuk


mencari dan megumpulkan data untuk analisis
kebutuhan perangkat lunak yang bersumber dari
seorang pakar.

4 Outcome Dalam Perancangan sistem pakar ini menggunakan


metode teorema bayes. Teorema bayes dimulai
dari mencari nilai semesta total bobot gejala dari
tiap penyakit lalu menghitung nilai semesta P(Hi)
di lanjutkan dengan menghitung probalitas (H)
tanpa memandang evidence apapun barulah
mencari nilai P (Hi |E) dan langkah terakhir
menjumlahkan nilai bayes. Dalam proses
perhitungan teorema bayes pada sistem pakar
diagnosa penyakit infeksi saluran pernafasan akut

4. Analisi Jurnal IV Faringitis


Penulis : Nurwulan Adi Ismaya.
Tahun Penelitian : 2016
Judul Penelitian : Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien ISPA
Non-Pneumonia Anak Rawat Jalan Di RSUD Kota Tangerang Selatan
Metode PICO:

No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO


1 Problem/Population Penelitian ini termasuk dalam kategori deskriptif
retrospektif yaitu berdasarkan data yang sudah ada
dan tertulis dalam catatan medis pasien. Pada
Tahun 2016 terdapat 130 pasien anak yang masuk
dalam kriteria penelitian
2 Intervention Antibiotik yang paling banyak digunakan sebagai
terapi ISPA non-pneumonia pada anak adalah
sefiksim sebanyak 67 antibiotik (51,3%). Sefiksim
merupakan golongan sefalosporin golongan III
yang memiliki sifat bakterisid dan berspektrum
luas terhadap mikroorganisme gram postif dan
gram negatif. Pada urutan kedua antibiotik yang
paling banyak digunakan adalah azitromisin
sebanyak 40 antibiotik (30,7%). Azitromisin
merupakan golongan makrolida memiliki aktivitas
yang lebih poten terhadap bakteri gram negatif
dengan volume distribusi lebih luas dan waktu
paruh yang lebih panjang. Urutan ketiga antibiotik
yang paling banyak digunakan adalah sefadroksil
sebanyak 21 antibiotik (16,2%). Sefadroksil
merupakan antibiotik golongan sefalosporin
golongan I yang aktif terhadap bakteri gram positif
dan gram negatif serta bakterisid. Urutan keempat
adalah antibiotik eritromisin sebanyak 1 antibiotik
(0,77%) dan urutan kelima antibiotik claneksi
sebanyak 1 antibiotik (0,77%).

3 Comparisson Berdasarkan evaluasi Gyssens menunjukan


terdapat 63 (48,5%) kasus antibiotik sudah rasional
(kategori 0), selanjutnya terdapat 54 (41,5%) kasus
penggunaan antibiotik tidak tepat dosis (kategori
IIA), kemudian terdapat 8 (6,2%) kasus
penggunaan antibiotik terlalu lama (kategori IIIA),
dan terdapat 5 (3,8%) kasus ada antibiotik yang
lebih efektif untuk pasien (kategori IVA).

4 Outcome Berdasarkan hasil penelitian ini, kerasionalan


penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia anak di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang
Selatan 49,2% sudah rasional.

5. Analisi Jurnal V Faringitis


Penulis : Elsi Winer1, Roslaii2, Yustini Alioes3
Tahun Penelitian : 2013
Judul Penelitian : Perbandingan Daya Hambat Madu Alami Dengan
Madu Kemasan Secara In Vitro Terhadap Streptococus Beta Hemoliticus
Group A Sebagai Penyebab Faringitis
Metode PICO:

No Poin Analisa Analisa Jurnal Berdasarkan PICO


1 Problem/Population Madu merupakan substansi alam yang di hasilkan
alam lebah yang di ketahui memiliki manfaat,salah
satunya untuk mengobati faringitis yang di
sebabkan oleh steptococus beta hemoliticus group
A, madu alami dan madu kemasan dapat
menghambat pertumbuhan streptococus
hemoloticus group A dengan diameter daya
hambat terbesar pada madu alami 14 mm dan
madu kemasan 11 mm
2 Intervention Rancangan penilitian statistik dengan
menggunakan uji independen sampe kuskal-
waublis yang di lanjutkan dengan uji post-hoc
mann whitney berupa di dapatkan perbedaan daya
hambat yang signifikan antara madu alami dan
madu kemasan yaitu p=0,025( 0,05) hal ini
menunjukan bahwa madu alami lebih kuat
dibandingkan madu kemasan.
3 Comparisson Madu yang mengalami proses pengeceran masih
memiliki efek anti bacteri pengenceran dengan
konsentrasi kecil 50% dapat meningkatkan kadar
enzim glukosa oksidase

4 Outcome Madu alami memiliki antibacteri terhadap bacteri


steptococus beta hemoliticus group A sebagai
faringitis.
Madu alami memiliki efek anti bacteri yang lebih
kuat terhadap bacteri streptococus beta hemoliticus
group A di bandingkan dengan madu kemasan

PENUTUP
KESIMPULAN
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-
paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala
berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak
dan terkadang mengeluarkan darah. Pada kasus didapat beberapa masalah dan
juga bebrapa diagnose keperawatan yang bias diambil. Pada jurnal yang kelompok
kami dapatkan, lebih mengarah kepada faktor pencetus dan juga pengobatan
farmakologi yang bias diterapkan dan dipakai untuk memenuhi tingkat
kesembuhan yang diinginkan. Diupayakan, dalam pembuatan intervensi hingga
melaksanakan implementasi, juga diharapkan dilakukan dan dikerjakan dengan
prosedur pengobatan dan perawatan Tb Paru dengan benar.
Faringitis adalah perandangan pada tenggorokan atau faring. Kondisi ini
disebut juga radang tenggorokan, yang ditandai dengan tenggorokan terasa nyeri,
gatal dan sulit menelan. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
seseorang mengalami faringitis, antara lai; anak-anak berusia 3 – 15 tahun, sering
terpapar asap rokok atau polusi, memiliki riwayat alergi dll. Oleh sebab itu kami
mengusahakan membuat asuhan keperawatan yang juga sesuai, yang diharapkan
adalah proses pemulihan yang signifikan. Pasien dengan faringitis, akan tetap
dipantau secara berskala.

Anda mungkin juga menyukai