Anda di halaman 1dari 20

2022

Disaster Nursing
Simulation
Facilitator Manual Hand Book
“Rapid Respons on Disaster Acute Phase”

Prodi Sarjana Keperawatan


STIKES Karya Husada Kediri
Preface

Bencana merupakan kejadian yang tak pernah diharapkan oleh siapapun dibelahan
dunia ini. Namun kondisi alam yang semakin rapuh akibat perbuatan manusia malah sering
menimbulkan bencana yang datangnya jarang bisa diprediksi. Masih segar dalam ingatan kita
kejadian longsor di Ponorogo awal tahun 2017, disusul kejadian yang saat ini masih berada
dalam fase Recovery, Banjir dan Longsor di Pacitan karena pengaruh Angin Siklon Cempaka
di Area Laut Selatan Pulau Jawa. Banyaknya korban jiwa maupun materil memberikan
indikasi bahwa kesiagaan masyarakat terhadap bencana masih kurang.
Tingkat kesadaran siaga bencana masyarakat perlu mendapat perhatian khusus agar
tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk saat terjadi bencana. Masyarakat harus diupayakan
secara mandiri agar saat bencana terjadi dapat mengevakuasi diri dengan cepat dan tepat.
Selain itu kemampuan dan kesiapsiagaan dari petugas penolong juga dapat mempengaruhi
tingkat keselamatan masyarakat. Sesuai dengan program BNPB tentang Ketangguhan
Masyarakat dalam menghadapi bencana, perlu dilakukan peningkatan kapasitas suatu daerah
dan relawan, salah satunya adalah kluster kesehatan.
Petugas Kesehatan merupakan salah satu profesi yang dituntut kesigapannya dalam
bekerjasama dengan instansi terkait sebelum dan saat terjadinya bencana. Kecekatan dan
ketepatan dalam memberi pertolongan menjadi standar utama dalam situasi bencana. Namun
pada sisi lain sulitnya medan bencana, transportasi yang minim serta ketidakpastian cuaca
sering kali menjadi hambatan di wilayah Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut
petugas kesehatan perlu menerapkan tekhnik pertolongan yang lebih baik, dan mempunyai
wawasan luas tentang Disaster Management.

Penulis
Tujuan dan Target Kompetensi

A. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang Disaster Nursing
terutama peran perawat dalam fase akut bencana.
2. Meningkatkan kemampuan rapid treatment and transportation secara umum.
3. Meningkatkan keterampilan tentang pengobatan Medis dasar, Manajemen
psikologi dalam bencana dan Keperawatan Bencana.
4. Update keilmuan tentang Disaster Nursing.
5. Terbentuknya lulusan tanggap bencana sesuai dengan kurikulum institusi.

B. Target Kompetensi
1. Setelah mengikuti kegiatan workshop diharapkan peserta mampu menjelaskan
Manajemen Bencana secara umum dengan baik dan benar.
2. Setelah mengikuti kegiatan workshop diharapkan peserta mampu menjelaskan
alur kerja dalam manajemen bencana.
3. Setelah mengikuti kegiatan workshop diharapkan peserta mampu melakukan
peran sebagai relawan kluster kesehatan dalam bencana.
Skenario Simulasi Bencana Gempa Bumi Berpotensi Tsunami

Pada hari Rabu 10 Januari 2018, terjadi Gempa Bumi dengan kekuatan 7,4 SR di pesisir
selatan Desa Konoha. BPBD setempat memberikan peringatan dini potensi terjadinya gempa
susulan. Sementara itu dampak dari gempa bumi adalah rusaknya rumah penduduk di sekitar
pantai Kohaku. Kepala desa telah melaporkan kejadian ini kepada kepolisian setempat dan
informasi segera dilanjutkan ke BPBD Kab. Konoha. BPBD Konoha segera berkoordinasi
dengan semua pihak terkait. Sementara itu telah diberangkatkan Tim Pengkajian cepat dan
Tim Evakuasi yang terdiri dari SAR dan Medis.

Berdasarkan hasil pengkajian Tim Reaksi Cepat, ditemukan 10 korban luka-luka, dan 10
lainnya masih histeris dan tertimbun didalam rumah.

Korban tersebut antara lain :

A. Korban Luka-luka
1. Laki-laki Dewasa, mengalami Open Fraktur Femur Sinistra karena tertindih
tembok. Frekuensi napas 28 x/menit, CRT 3 detik, kesadaran menurun.
Didapatkan luka lecet dilengan dan kaki kiri.

2. Laki-laki Lansia, Mengalami sesak napas setelah dadanya tertindih lemari.


Frekuensi napas 34 x/menit, CRT 3 detik, tidak sadar. Pergerakan dada kiri
tertinggal, terdapat flail chest. Didampingi cucunya yang masih SD yang
menangis dan histeris tidak mau dipisahkan dari kakeknya.

3. Ibu Hamil (+/- 34 tahun), mengalami perdarahan pervaginam, kaki kanan tertimpa
lemari dan tidak dapat keluar dari rumah saat terjadi gempa. Setelah proses
evakuasi oleh Tim SAR, diamankan di luar rumahnya. Frekuensi napas 26
x/menit, CRT 3 detik, kesadaran menurun.

4. Perempuan Lansia, terlihat lemas dan sesak napas. Frekuensi napas 28 x/menit,
CRT 2 detik, kesadaran menurun. Terjebak dalam rumah dan telah dievakuasi
oleh Tim SAR.

5. Laki-laki Dewasa, mengalami Closed Fraktur Cruris Dextra dan Ibu jari putus
karena terjepit atap rumah saat kejadian. Telah dievakuasi oleh Tim SAR.
Frekuensi napas 26 x/menit, CRT 2 detik, sadar. Terdapat luka lecet disekitar kaki
kiri dan wajah.

6. Perempuan Dewasa, mengalami Open Fraktur Humerus Dextra karena terjepit


reruntuhan rumah. Frekuensi pernapasan 28 x/menit, CRT 3 detik, kesadaran
menurun. Terdapat lecet disekitar wajah dan tangan kanan.
7. Laki-laki Dewasa, mengalami kesulitan bernapas setelah tertimpa reruntuhan.
Frekuensi napas 32 x/menit, CRT 3 detik, kesadaran menurun. Terdapat memar di
dada sebelah kiri.

8. Laki-laki Dewasa, ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Tim SAR di dalam
rumah. Frekuensi napas 28 x/menit, CRT 3 detik, tidak sadar. Didapatkan luka
memar di perut sebelah kanan atas.

9. Laki-laki Dewasa, ditemukan dalam kondisi terjepit bangunan. Sepanjang tungkai


bawah hancur dan hampir teramputasi. Pernapasan Apnea, CRT 4 detik, tidak
sadar.

10. Laki-laki Dewasa, mengalami Open Fraktur Radius Dextra. Ditemukan dalam
kondisi tertimpa Lemari. Pernapasan 26 x/menit, CRT 2 detik, dalam kondisi
sadar namun lemah. Terdapat luka lecet disekitar tangan dan kaki kiri.

B. Korban Histeris
Adapun korban histeris terdiri dari 8 perempuan dan 2 anak-anak.
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 1

Laki-laki Dewasa, mengalami Open Fraktur Femur Sinistra karena tertindih tembok.
Frekuensi napas 28 x/menit, CRT 3 detik, kesadaran menurun. Didapatkan luka lecet
dilengan dan kaki kiri.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (28
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (3 detik)
3. Mengkaji kesadaran (AMS)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Menghentikan sumber perdarahan
8. Pasang Bidai
9 Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
10. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
11. Re-Triage dan Pelabelan
12. Kaji jalan napas dan pernapasan
13. Berikan Oksigen
14. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
15. Rehidrasi cairan
16. Pasang/periksa ulang pembidaian
17. Dokumentasikan
18. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 2

Laki-laki Lansia, Mengalami sesak napas setelah dadanya tertindih lemari. Frekuensi
napas 34 x/menit, CRT 3 detik, tidak sadar. Pergerakan dada kiri tertinggal, terdapat
flail chest. Didampingi cucunya yang masih SD yang menangis dan histeris tidak mau
dipisahkan dari kakeknya.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (34
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (3 detik)
3. Mengkaji kesadaran (Tidak sadar)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Memasang plester lebar (Flail chest)
8. Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
9 Transport ke RS Lapangan.
10. Tenangkan cucu yang histeris
Kegiatan di RS Lap
11. Re-Triage dan Pelabelan
12. Kaji jalan napas dan pernapasan
13. Berikan Oksigen
14. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
15. Pasang/periksa ulang pembidaian
16. Pemeriksaan Head to Toe
17. Dokumentasikan
18. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 3

Ibu Hamil (+/- 34 tahun), mengalami perdarahan pervaginam, kaki kanan tertimpa
lemari dan tidak dapat keluar dari rumah saat terjadi gempa. Setelah proses evakuasi
oleh Tim SAR, diamankan di luar rumahnya. Frekuensi napas 26 x/menit, CRT 3 detik,
kesadaran menurun.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (26
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (3 detik)
3. Mengkaji kesadaran (AMS)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Pasang bidai
8. Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
9 Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
10. Re-Triage dan Pelabelan
11. Kaji jalan napas dan pernapasan
12. Berikan Oksigen
13. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
14. Rehidrasi cairan
15. Periksa/pasang ulang bidai
16. Dokumentasikan
17. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 4

Perempuan Lansia, terlihat lemas dan sesak napas. Frekuensi napas 28 x/menit, CRT 2
detik, kesadaran menurun. Terjebak dalam rumah dan telah dievakuasi oleh Tim SAR.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (28
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (2 detik)
3. Mengkaji kesadaran (AMS)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
8 Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
9. Re-Triage dan Pelabelan
10. Kaji jalan napas dan pernapasan
11. Berikan Oksigen
12. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
13. Rehidrasi cairan
14. Pemeriksaan Head to Toe
15. Dokumentasikan
16. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 5

Laki-laki Dewasa, mengalami Closed Fraktur Cruris Dextra dan Ibu jari putus karena
terjepit atap rumah saat kejadian. Telah dievakuasi oleh Tim SAR. Frekuensi napas 26
x/menit, CRT 2 detik, sadar. Terdapat luka lecet disekitar kaki kiri dan wajah.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (26
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (2 detik)
3. Mengkaji kesadaran (sadar)
4. Menentukan level Triage
(KUNING)
5. Kaji jalan napas & C-Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
8. Pasang bidai dan hentikan
perdarahan
9. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
10. Re-Triage dan Pelabelan
11. Kaji jalan napas dan pernapasan
12. Berikan Oksigen
13. Kaji Sirkulasi dan hentikan
perdarahan
14. Rehidrasi cairan
15. Periksa/pasang ulang bidai
16. Dokumentasikan
17. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 6

Perempuan Dewasa, mengalami Open Fraktur Humerus Dextra karena terjepit


reruntuhan rumah. Frekuensi pernapasan 28 x/menit, CRT 3 detik, kesadaran
menurun. Terdapat lecet disekitar wajah dan tangan kanan.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (28
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (3 detik)
3. Mengkaji kesadaran (AMS)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Menghentikan sumber perdarahan
8. Pasang Bidai
9 Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
10. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
11. Re-Triage dan Pelabelan
12. Kaji jalan napas dan pernapasan
13. Berikan Oksigen
14. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
15. Rehidrasi cairan
16. Pasang/periksa ulang pembidaian
17. Dokumentasikan
18. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 7

Laki-laki Dewasa, mengalami kesulitan bernapas setelah tertimpa reruntuhan.


Frekuensi napas 32 x/menit, CRT 3 detik, kesadaran menurun. Terdapat memar di
dada sebelah kiri.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (32
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (3 detik)
3. Mengkaji kesadaran (AMS)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Periksa daerah dada
8 Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
9. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
10. Re-Triage dan Pelabelan
11. Kaji jalan napas dan pernapasan
12. Berikan Oksigen
13. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
14. Periksa daerah dada
15. Rehidrasi bila perlu
16. Dokumentasikan
17. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 8

Laki-laki Dewasa, ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Tim SAR di dalam
rumah. Frekuensi napas 28 x/menit, CRT 3 detik, tidak sadar. Didapatkan luka memar
di perut sebelah kanan atas.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (28
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (3 detik)
3. Mengkaji kesadaran (tidak sadar)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
6. Memberikan Oksigen
7. Periksa daerah dada dan abdomen
8 Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
9. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
10. Re-Triage dan Pelabelan
11. Kaji jalan napas dan pernapasan
12. Berikan Oksigen
13. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
14. Periksa ulang daerah dada dan
abdomen
15. Rehidrasi
16. Dokumentasikan
17. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 9

Laki-laki Dewasa, ditemukan dalam kondisi terjepit bangunan. Sepanjang tungkai


bawah hancur dan hampir teramputasi. Pernapasan Apnea, CRT 4 detik, tidak sadar,
nadi carotis tidak teraba.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (Apnea)
2. Mengkaji CRT (4 detik)
3. Mengkaji kesadaran (tidak sadar)
4. Menentukan level Triage (MERAH)
5. RJP
6 Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
7. Memberikan Oksigen (rescue
breathing)
8. Hentikan perdarahan
9. Pasang IV Line rehidrasi
10. Setelah ROSC
11 Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
12. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
13. Re-Triage dan Pelabelan
14. Kaji jalan napas dan pernapasan
15. Berikan Oksigen
16. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
17. Periksa ulang daerah yang
mengalami perdarahan
18. Rehidrasi
19. Dokumentasikan
20. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Lembar Observasi Perkasus
(Bagi Observer)
Kasus 10

Laki-laki Dewasa, mengalami Open Fraktur Radius Dextra. Ditemukan dalam kondisi
tertimpa Lemari. Pernapasan 26 x/menit, CRT 2 detik, dalam kondisi sadar namun
lemah. Terdapat luka lecet disekitar tangan dan kaki kiri.

No Jenis Tindakan Hasil Observasi Keterangan


Dilakukan Tidak
Dilakukan
1. Mengkaji Frekuensi Napas (26
x/mnt)
2. Mengkaji CRT (2 detik)
3. Mengkaji kesadaran (sadar)
4. Menentukan level Triage
(KUNING)
5. Mempertahankan jalan napas & C-
Spine
7. Memberikan Oksigen
8. Hentikan perdarahan
9. Pasang Bidai
11 Log Roll dan pengkajian daerah
Posterior
12. Transport ke RS Lapangan.
Kegiatan di RS Lap
13. Re-Triage dan Pelabelan
14. Kaji jalan napas dan pernapasan
15. Berikan Oksigen
16. Kaji Sirkulasi dan perdarahan
17. Periksa/pasang ulang bidai dan balut
tekan
18. Rehidrasi
19. Dokumentasikan
20. Laporan kepada Kepala RS Lap
Total
Alur Komando Saat Bencana
Hot Kades/Tomas BPBD Bupati/pejabat
Zone Kabupaten yg ditunjuk

SAR DINKES TNI/POLRI TIM


Keamanan
TIM SAR + SAR Officer RS Lap
SAR Officer n TTL (TAS)
(TAS
IC POST +
(TAS Red)
Yellow) ALO
Tim Tim
Alpha Bravo
RS Tim
Tim Rujukan Relawan/
(TAS
Tim Pemulasaraan Bantuan
Green)
Charlie jenazah
ALUR SKILL DRILL DI LAPANGAN

Alur Komando Manajemen Bencana

RS Shelter
(Pengungsian)
Lapangan

A B C D E

HOT ZONE
DAFTAR PUSTAKA

Emergency Nurse Association (ENA).2010.Sheehy’s Emergency Nursing 6th edition. Mosby


Elsevier

Nutbeam, Tim. Matthew Boylan.2013.ABC of Prehospital Emergency Medicine.Wiley


Blackwell:Oxford UK

PUSBANKES 118 PERSI DIY. 2016.Modul Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat


Darurat (PPGD) Basic Trauma and Cardiac Life Support (BTCLS).PUSBANKES
118 PERSI DIY:Yogayakarta

Wilson, William C. Et all.2016.Trauma Emergency Resuscitation Perioperatif Anesthesia


Surgical Management Volume 1.Informa Health Care:London

Wilson, William C. Et all. 2016.Trauma Critical Care Volume 2. Informa Health Care:
London

Anda mungkin juga menyukai