Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI LAHIR PREMATUR PADA


By. X DENGAN DIAGNOSA BERAT BADAN LAHIR RENDAH

D
I
S
U
S
U
N

OLEH KELOMPOK 3:
MERI NATALIA SIMARE MARE 200202037
MAY THENT GUSTAVIAN DAELI 200202034
MEGA OKTAFIA SIANTURI 200202035
MONALISA 200202038

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021
BAB l
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar
500.000 jiwa per tahun dan angka kematian khususnya neonatus sebesar
10.000000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan neonatal terutama terjadi di
Negara berkembang (Dinkes, 2016).
Angka kematian bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan )
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
menggambarkan tingkat permasalah kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA (kartu identitas anak) dan
KB (kelurga berencana), serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah
tersebut rendah (Dinkes, 2013).
AKB di provinsi sumatra utara tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran
hidup, menurun bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 10,62/1.000 kelahiran
hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs)
ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB diprovinsi
sumatra utara tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target
( dinkes, 2012).
Sedangkan di Kota medan pada tahun 2014 bayi lahir hidup berjumlah 17.767
jiwa, naik dibanding tahun 2013 sebesar 16.805 jiwa. Kasus bayi lahir mati
adalah 64 bayi, kasus ini naik jika dibanding tahun 2012 yaitu sebanyak 35
bayi (Dinas Kesehatan Kota medan , 2014).
AKB yang disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di kota medan
pada tahun 2014 sebanyak 21.184 meningkat banyak apabila dibandingkan
tahun 2013 yang sebanyak 15.631. Adapun persentase BBLR tahun 2016
sebesar 4,73% meningkat bila dibandingkan tahun 2015 sebesar 2,70%.
(Dinkes, 2014).
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
pencegahan, namun penyebab terbanyak bayi BBLR adalah  kelahiran
premature (proverawati dan ismawati, 2014).
Penyakit yang terjadi pada bayi premature berhubungan dengan belum
matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur
kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan makin tidak
sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang
belum matang.  Bayi premature cenderung mengalami masalah yang
bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal
( proverawati dan ismawati, 2014)
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna),
gangguan sistem persyarafan ( respon rangsangan lambat). Bayi yang lahir
dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar
tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas (punamasari, 2013)
Berdasarkan rekam medik di RS. SHMD didapat data 3 bulan terakhir jumlah
bayi lahir preterm/prematur dengan berat badan lahir rendah ada 2 bayi.
Berdasarkan data tersebut penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “
Asuhan keperawatan pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir rendah “ di
ruang NICU RS Siloam Hospital Dirgha Surya Medan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan bayi prematur pada
bayi Ny. X dengan berat badan lahir rendah
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
1) Melakukan pengkajian pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir
rendah
2) Melakukan interpretasi data yang meliputi diagnosa keperawatan,
masalah dan kebutuhan pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir
rendah
3) Merumuskan diagnosa pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir
rendah
4) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada bayi Ny. X dengan
berat badan lahir rendah
5) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan pada bayi Ny.
X dengan berat badan lahir rendah
6) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada bayi Ny. X dengan
berat badan lahir rendah
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 TINJAUAN TEORITIS BBLR
2.1.1  Defenisi BBLR
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan
untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.  Bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500 gr.
BBLR dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena
premature (umur kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
intrauterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat
badan kurang untuk umurnya. Bblr adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang < 2500 gr tanpa memandang masa kehamilan ( Depkes RI, 2014).
Menurut world health Organization (WHO) yaitu berat badan saat lahir
<2.500 gr (5,5 pon). Berdasarkan pengamatan epidemiologi, bayi dengan
berat <2.500 gr mempunyai risiko 20 kali untuk mengalami kematian
dibandingkan dengan bayi yang berat badannya normal. BBLR lebih banyak
terjadi dinegara berkembang jika dibandingkan dengan Negara-negara maju
(WHO, 2014).
Menurut manuaba (2012) istilah prematuritas telah diganti dengan BBLR
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan lebih
rendah <2.500gr, yaitu kerena umur kehamilan <37 minggu, berat badan
lebih rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi
keduanya.
Bayi kecil masa kehamilan (kmk) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik
dalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi yang termasuk
KMK yaitu KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan. Bayi
KMK cukup bulan kebanyakan mampu bernafas dan menghisap dengan baik.
Sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang kemampuan bernafas dan
menghisap lemah (depkes RI, 2014).
2.1.2 Klasifikasi BBLR
BBLR dapat digolongkan menjadi (maryunani, 2013) :
1) Bahwa ada beberapa istilah bayi prematur atau bayi lahir rendah yang
harus diketahui karena berhubungan dengan prognosis dan
penatalaksanaannya. Menurut firmansjah neonatus dengan berat badan
lahir rendah adalah bayi yang kurang dari 2.500gr. Dalam hal ini
disebutkan juga oleh firmansjah bahwa yang termasuk dalam BBLR
mungkin termasuk salah satu dari beberapa keadaan, yaitu:
a) NKB SMK (neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan)
adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai
dengan masa kehamilan
b) NKB KMK (neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan)
adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari
normal menurut umur kehamilan
c) NCB KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan)
adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir
kurang dari normal.
2) Selain itu sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, BBLR dibagi
lagi menurut berat badan lahir, yaitu :
a) Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500gr, disebut bayi berat
lahir rendah (BBLR)
b) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low
birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lahir antara 1500gr
c) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 1000gr
3) Menurut persentil, BBLR dibagi sebagai berikut :
a) BBLR ( berat badan lahir rendah) yaitu bayi dengan berat badan
lahir absolut < 2500 gr tanpa memandang umur kehamilan
b) KMK (kecil masa kehamilan ) yaitu berat badan <10 persentil
dari berat badan berdasarkan umur gestasi
c) BMK (besar masa kehamilan) yaitu berat badan lahir >90
persentil dari berat badan berdasarkan umur gestasi

2.1.3  Permasalah pada BBLR


Bayi dengan BBLR  lebih mudah mengalami kematian atau mengalami
masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan
menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa
kehamilan maka semakin besar risikonya. Masalah-masalah BBLR antara lain
(Depkes RI,2012)
1)      Afiksia
BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses
adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. BBLR
membutuhkan kecepatan dan keterampilan dalam tindakan resusitasi
2)      Gangguan pernapasan
Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah
penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi
mekonium. BBLR yang mengalami gangguan napas harus segera dirujuk ke
fasilitas rujukan yang lebih tinggi
3)      Hipotermi
Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode kanguru dengan
kontak kulit ibu dengan kulit   bayi membantu bayi BBLR agar tetap hangat
4)      Hipoglikemi
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru
lahir dengan BBLR bayi dengan BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin
setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam ) pada minggu pertama
5)      Masalah pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Masalah pada bayi BBLR yaitu ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang
energi,  lemah, lambung kecil dan tidak dapat menghisap, sehingga
menyebabkan bayi dengan BBLR membutuhkan bantuan dalam mendapatkan
ASI. Pemberian ASI dilakukan dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering.
BBLR dengan kehamilan >35 minggu dan berat badan lahir >2000 gr
umumnya bisa langsung menyusui
6)      Infeksi
Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan tenaga
kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan
infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
7)      Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
Ikterus terjadi karena fungsi hati belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi
kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.
8)      Masalah pendarahan
Masalah pendarahan berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan dosis 1 mg
intramuskular segera sesudah lahir (dalam 6 minggu pertama). Untuk semua
bayi baru lahir dapat mencegah kejadian pendarahan ini. Injeksi ini dilakukan
di paha kiri.

2.1.4 Gambaran Klinis BBLR


Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak dibawah kulit
yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500gr.
Tanda-tanda bayi kurang bulan yaitu:
1) Kulit tipis dan mengkilap
2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan
sempurna
3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
4) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
5) Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
6) Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum
turun
7) Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
8) Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
9) Aktifitas dan tangisannnya lemah
10) Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

2.2 Tinjauan Teoritis Prematur


2.2.1 Definisi Bayi Prematur
 Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur atau bayi preterm adalah bayi yang lahir sebelum kehamilan 37
minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur
lahir dengan berat badan kurang 2500 gram m (Surasmi, dkk, 2016).
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000
gram juga disebut sebagai neonatus imatur.
Secara historis, bayi dengan berat badan lahir 2500 gram atau kurang
disebut bayi prematur (Behrman, dkk, 2000). Umumnya kehamilan disebut
cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari
pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang
terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan
persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).

2.2.2 Klasifikasi Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2016), bayi dengan kelahiran prematur dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir
dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan usia kehamilan. Derajat prematuritas dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok antara lain adalah sebagai berikut:
a) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
b) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
c) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat
prematur dan matur. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi
sering timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur
misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya
isap yang lemah.

2) Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)


Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi tersebut. Banyak istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan
pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR) seperti
pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition
syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for gestational age
(SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur)
mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa
gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi
bayi tersebut.
 IUGR dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama,
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang
dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan
tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang
sebenarnya.
b) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut.
Gangguan terjadi beberapa minggu atau beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran
kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa
gestasi. Tanda-tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak di
bawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang

2.2.3 Etiologi Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1) Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
a) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit.
c) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten
serviks).
d) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
e) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan
gejala panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria)
dan penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal).
f) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
g) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan
alkohol).
h) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.
i) Bekerja yang terlalu berat.
j) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

2) Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,
golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.

3) Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau
zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,
pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
Sedangkan Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), berdasarkan
klasifikasinya penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut:
Bayi prematur tipe SMK disebabkan oleh:
1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar.
2) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim).
4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorrhage).
5) Ibu hamil yang sedang sakit.

Bayi prematur tipe KMK disebabkan oleh:


1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
2) Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
3) Kehamilan kembar.
4) Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.

2.2.4 Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak
ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber
utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak
dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan
oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan,
tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih
buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan
kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh
haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak
sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang
kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan
ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan
metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan
kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob meghilangkan
glikogen lebih banyak dari pada metabolisme aerob sehingga mempercepat
terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak
adekuat (Surasmi, dkk, 2003).
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena
struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum
bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh
terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu
badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga mengalami
kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit
yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum
matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber
kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh
yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi
tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol
reflek kapiler kulit juga masih kurang (Surasmi, dkk, 2003)

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiologi
1) Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada
kondisi berat hanya tampak gambaran white lung .
2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya
hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi
ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior
yang terbuka. (Mansjoer A, 20014).

b. Laboratorium
1) Darah Rutin           
a) Hematokrit (HCT)
1. Bayi usia 1 hari 48-69%
2. Bayi usia 2 hari 48-75%
3. Bayi usia 3 hari 44-72%.
2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4) Hb F
a) Bayi usia 1 hari 63-92%
b) Bayi usia 5 hari 65-88%
c) Bayi usia 3 minggu 55-85%
d) Usia 6-9 minggu 31-75%.
5) Jumlah leukosit
a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103  sel/mm3 ( L)
b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103  sel/mm3 ( L)
c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103  sel/mm3 ( L).

c. Bilirubin
1) Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl.
2) Direk (terkonjugasi)
a) 0,0-0,2 mg/dl

d. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi


glukosa plasma < 50 mg/dl.
e. Analisa gas darah
1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2) Tekanan parsial O2 (PO2)
a) Lahir 8-24 mmHg
b) 5-10 menit 33-75 mmHg
c) 30 menit 31-85 mmHg
d) > 1 jam 55-80 mmHg
e) 1 hari 54-95 mmHg
f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
3) Saturasi oksigen (SaO2)
a) Bayi baru lahir 85-90%
b) Kemudian 95-99%.
4) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
f. Elektrolit darah (k/p)
1) Natrium
a) Serum atau plasma
- Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
- Bayi 139-146 mEq/L.
b) Urine 24 jam 40-220 mEq/L.
2) Kalium
a) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
3) Klorida
a) Serum/plasma
- Tali pusat 96-104 mEq/L
- Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.           
-
g. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,
kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1)      (+)       : Bila terdapat gelembung-gelembung yang
membentuk        cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan
jumlah cukup.
2)      (-)        : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½
permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3)      Ragu    : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil
menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Masjoer A, 2016)
2.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau
penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai
berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi
c. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih serta pertahankan suhu tetap hangat.
f. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu
g. Tali pusat dalam keadaan bersih
h. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), ada beberapa
penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan berat
badan lahir rendah, yaitu sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh bayi Bayi prematur akan cepat
mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badannya belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya juga masih rendah, dan permukaan badan yang
relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam
inkubator sehingga panas tubuhnya dapat sama atau mendekati
dengan panas dalam rahim. Jika tidak ada inkubator, bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
air panas atau menggunakan metode kangguru
2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi Pengaturan dan
pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian, dan jadwal pemberian yang sesuai dengan
kebutuhan bayi.
3) Pencegahan infeksi Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi,
terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Hal ini karena kadar
immunoglobulin serum bayi prematur masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun
4) Penimbangan berat badan
5) Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
6) Pemberian oksigen
7) Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
prematur dan BBLR akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30%-35% dengan
menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi dalam
waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan  retina bayi
dan dapat menimbulkan kebutaan.
8) Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan hipoksia
yang akan berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat berisiko
mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh
dari plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan nafas segera
setelah bayi lahir.

2.2.7 Komplikasi
a. sindrom aspirasi mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala
yang diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke dalam
saluran pernapasan bayi. Sindroma aspirasi mekonium adalah salah
satu penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan
pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-term.
Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal,
hepar, dan pankreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta
lanugo.
b. Asfiksia neonatorum
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
c. Penyakit membrane hialin
Penyakit membran hialin atau sindroma gawat napas bayi baru lahir
adalah suatu penyakit yang menyebabkan kegagalan pernapasan
pada bayi prematur dapat disebabkan karena kekurangan surfaktan.5
Kekurangan surfaktan ini menyebabkan kegagalan pengembangan
kapasitas residu fungsional dan kecenderungan paru-paru untuk
mengalami atelektasis,23 ketidaksesuaian antara ventilasi dan
perfusi, hipoksemia, hiperkarbia yang dapat menyebabkan asidosis
respiratorik. Asidosis ini menyebabkan vasokonstriksi yang merusak
integritas endotel dan epitel paru menghasilkan kebocoran eksudat
yang kemudian membentuk suatu membran hialin.
d. Hiperbiliruninemia
Hiperbiliruninemia merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama
yang ditandai berupa warna kekuningan pada bayi atau disebut
dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering
disebut ikterus neonatarum yang bersifat patologis atau yang lebih
dikenal dengan hiperbilirubinemia. Hiperbiliruninemia merupakan
suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dalam jaringan
ekstravaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut yang berpotensi menyebabkan
kern ikterus yang merupakan kerusakaan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek di otak (Hidayat, 2013).

2.2.8 Kebutuhan Nutrisi pada Bayi Prematur


Pada masa neonatus, nutrisi bayi prematur dan BBLR merupakan kebutuhan
paling besar dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan
untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pertumbuhan bayi
prematur dan BBLR yang direfleksikan per kilogram berat badan hampir
dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga bayi-bayi tersebut membutuhkan
dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi kebutuhannya
(Nasar, 2014).
Pada umumnya bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram, memerlukan
nutrisi parenteral segera sesudah lahir. Belum ada standar kebutuhan nutrisi
yang disusun secara tepat untuk bayi prematur dan berat badan lahir rendah
yang sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang ada ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mendekati kecepatan tumbuh dan
komposisi tubuh janin normal sesuai masa gestasi serta mempertahankan
kadar normal nutrisi dalam darah dan jaringan tubuh (Nasar, 2014).

2.2.9 Jumlah pemberian nutrisi pada bayi premature

Bera <1000 gr 1000-1500 gr 1500-2000 gr 2000-2500


t gr
lahir
Pemberian Pemberian Apabila
Minum minum melalui minum melalui mampu
melalui pipa pipa lambung pipa lambung sebaiknya
lambung. (gavage (gavage diberikan
feeding). feeding). minum per
oral.

Pemberian Pemberian Pemberian


minum minum awal : < minum awal : <
awal : < 10 10 mL/kg/hari 10 mL/kg/hari
mL/kg/hari

ASI ASI perah/term ASI perah/term ASI


perah/term formula/half formula/half perah/ ter
formula/half strength strength m formula
strength preterm preterm
preterm formula. formula.
formula.
Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya
minum minum minum
ditingkatkan ditingkatkan ditingkatkan
jika jika jika
memberikan memberikan memberikan
toleransi toleransi yang toleransi yang
yang baik: baik: tambahan baik: tambahan
tambahan 1 - 2 mL, 2 - 4 mL,
0,5 - 1 mL, interval 2 jam, interval 3 jam,
interval 1 setiap > 24 jam. setiap > 12-24
jam, setiap > jam.
24 jam.

Setelah 2 Setelah 2 Setelah 2


minggu: ASI minggu: ASI minggu: ASI
perah + perah + HMF perah + HMF
HMF (human milk (human milk
(human milk fortifier)/ full fortifier)/ full
fortifier)/ ful strength strength
l strength preterm preterm
preterm formula, sampa formula, sampa
formula, i berat badan i berat badan
sampai berat mencapai 2000 mencapai 2000
badan g. g
mencapai
2000 g.

Sumber: Pudjiadi, dkk (2010).

BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
A.    Identitas Klien
Nama  : By. Ny. X
Tanggal Lahir : 09 Desember 2020
Usia : 1 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 10 Desember 2020
Tanggal Masuk NICU : 10 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2020

B.     Keluhan Utama
Bayi Ny. X rujukan dari RS lain masuk ke ruangan nicu melalui emergence,
dengan BBLR, preterm, lahir spontan,  dan respiratory distress syndrome,
gerakan bayi tidak aktif, kulit kemerahan, retraksi dada ada, bila menangis
lemah.

C.     Riwayat Penyakit Sekarang


Gerakan bayi lemah, menangis lemah, sianosis tidak ada, retraksi dada ada,
frekuensi pernapasan 49-53x/i dengan Ventilator mode CPAP , peep :6, fI02
:30% ,  terpasang cateter vena umbilical (tgl 13 april 2018), terpasang ogt no
8 (tgl 13 april 2018) ogt dialirkan, residu tidak ada, bayi dipuasakan, periode
apnea ada.

D.     Riwayat Penyakit Dahulu


By. Ny. X lahir spontan di RS lain, ibu dengan riwayat G2P2A0, Gestasi :
28 minggu, saat kehamilan ibu sering terjadi flek – flek perdarahan dan
pinggang panas pada bulan ke 2, ibu tidak melakukan pengobatan ke dokter
dan tidak pernah mengkonsumsi obat apapun. By. Ny. X lahir tidak segera
menangis, berat badan lahir 1400 gr.
E.     Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
F.      Riwayat Operasi
Tidak ada
G.    Asesmen Khusus neonatus
1.      Riwayat prenatal
Lama kemahamilan           : 28 minggu, G2P2A0
Komplikasi                        : tidak ada
Masalah maternal              : sewaktu usia kehamilan 2 bln flex ada
2.      Riwayat Natal
Persalinan              : spontan
Riwayat post natal  : premature

Apgar Score
Penilaian Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2
A-Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan

p-pulse Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100


(denyut nadi)

G-Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk, bersin


(reflex) mimic (grimace)

R-Respiration Tidak ada Lemah tidak teratur Baik/menangis


(usaha bernafas)

                       
Skor 8-10 Normal
Skor 4 – 7 Asfiksia Ringan
Skor 0-3 Asfiksia berat

3.      Pemeriksaan  Antropometri
Pemeriksaan pada saat lahir (RS lain)
a. lingkar kepala                : tidak dikaji
b. lingkar dada                  : tidak dikaji
c. panjang badan               : tidak dikaji
d. berat badan                   : 1400 gr

Pemeriksaan diruang NICU


a.       Lingkar kepala            : 29 cm
b.      Lingkar dada               : 29 cm
c.       Panjang badan             :  42 cm
d.      Berat badan                 : 1420 gr

H.    Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan  Umum :
Kesadaran compos mentis, GCS E4V4M6, Akral hangat, warna kulit kemerahan,
Denyut nadi:130x/I, Suhu pada infant warmer 34,0 ° C , suhu kulit bayi  36, 7 ° C,
pernapasan :49-53 x/I, retraksi dada ada, skala nyeri: 3, spo2 : 99% dengan
Ventilator mode cpap  peep:6, fi02:30%, menangis lemah, pergerakan tidak aktif,
menghisap lemah, periode apnea ada.

2.      Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala mesocephal, fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, tidak
ada benjolan, tidak terdapat caput susedanum maupun chephal hematom.
Rambut  Terdapat lanugo (rambut tipis) pada seluruh badan. Wajah Bersih, warna
merah muda, simetris.

3.      Pemeriksaan mata
Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada kotoran, conjungtiva warna merah muda,
sclera warna putih, pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada

4.      Pemeriksaan telinga
Simetris antara kanan dan kiri, tulang rawan sudah terbentuk sempurna

5.      Pemeriksaan Hidung
Simetris, Tidak ada nafas cuping, tidak ada kotoran yang menyumbat dijalan
nafas, tepasang mask cpap ukuran 0.
6.      Pemeriksaan mulut
Bibir warna merah muda, mukosa basah, palatom utuh, tidak ada kelainan
labioskisis atau labiopalatoakisis, reflek sucking (+) lemah, reflek rooting (+)
lemah, terpasang OGT  nomor 8 (tgl 13-04-18), OGT dialirkan dan pasien
dipuasakan. Pada periode apnea, pasien mengalami sianosis pada bibir.  

7.      Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid pada saat dipalpasi, reflek tonic neck (+)
lemah

8.      Pemeriksaan dada
Simetris, retraksi dada ada, klavikula normal.

9.      Pemeriksaan paru
Auskultasi paru Ronchi ada pada paru kiri dan kanan, suara nafas wheezing tidak
ada, respirasi menggunakan ventilator mode cpap dengan peep 6, fi02 30%,
frekuensi nafas 49-53x/i.

10.  Pemeriksaan jantung
Pada inspeksi undulasi nadi apical tidak terlihat, perkusi jantung batas bawah ICS
6 dextra, auskultasi bunyi jantung s1 dan s2 reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada, frekuensi 130-142 x/i.

11.  Abdomen
Tidak kembung, lunak, lingkar perut 21cm

12.  Umbilicus
Normal, terpasang umbilical catheter, perdarahan (-), keadaan umbilical kering.

13.  Ekstermitas
Gerakan bebas, ekstermitas atas normal, ektermitas bawah normal, panggul
normal, tidak ada fraktur, reflex moro (+), reflek genggam ada

14.  Kulit :
Kulit kemerahan, tidak ada sianosis, tidak ada tanda lahir, turgor kulit kering.

15.  Genitouria
vagina terbentuk sempurna. Anus terbentuk sempurna, lubang anus ada.

16.  Tulang punggung
Tulang punggung lurus, tidak ada skoliosis.

D.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Eritrosit 4,43 106/Ul 3.00-6.00
Hemoglobin 16.1 g/Dl 14,5 -22,5
Hematokrit 46.7 % 31,0-55,0
MCV 105,4 Fl 85.0-108.0
MCH 35.3pg 28,0 – 40,0
MCHC 34,5g/L 29,0-37,0
RDW-CV 16,8 % 11,0-16,0
Jumlah Leukosit 8. 46 103/Ul 6,0-20,0
Jumlah Trombosit 185 103/Ul 150-350

    
Pemeriksaan Hasil
Golongan darah O
 Rhesus Positif

E.      Pemeriksaan radiologi
Tehnik                     :  Thorax AP Supine
Kesan                      :   Suspek Transiet Tachypnoe Neonatorum ( DD/ Hyaline
membrane disease)

F.      Terapi Medikasi

Nama Obat Cara Pemberian Dosis Frekuensi


Taxegram IV 70 mg BD
Celticin IV 7  mg PER 36 JAM
Aminofilin IV 3,45 mg BD
Dextrose 10% IV 1 Kolf 500
+ ca gluconas ml/4,5ml/ jam
10 cc
Aminosteril IV 1 botol 1,8ml/jam
6%
Smoflipid 20% IV 1 Botol 0,22ml/jam

2.   Analisa Data
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
DS : - Pertumbuhan dinding pola nafas tidak
DO: retraksi dada ada, dada dan vaskuler paru efektif
sesak ada, wheezing tidak belum sempurna
ada, ronchi ada,  T:
36,7 HR:130 x/I, RR : 49-
52 x/I, SPO2 :88-
90%, periode apnea +.

DS :- Reflek menghisap dan Gangguan


DO: pemeriksaan reflek menelan belum keseimbangan 
rooting, reflex menghisap berkembang dengan nutrisi kurang
dan menelan lemah, BB baik, fungsi motilitas dari kebutuhan
lahir: 1400 gr, bb saat dikaji gastroistestinal belum tubuh
1420 gr. Terpasang OGT sempurna.
pada mulut, albumin 3,2 gr/dl
DS : - Imaturitas system imum Resiko infeksi
DO: terpasang uvc (tgl 13
april 2018), terpasang OGT
(13 april 2018) , hasil lab
tanggal 16-04-18
Leukosit 4,56
103 uL, Eosinofil
11,0
%,  monosit5.4%, Jumlah
eosinofil 7. 8 detik,  Jumlah
monosit 1.16 103/uL.

3.      Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan insufisiensi
surfaktan paru.
b. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Reflek menghisap dan menelan serta fungsi
motilitas gastrointestinal belum berkembang dengan baik.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imun.

4.      Intervensi  Keperawatan
Menurut NANDA (2015) intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi
prematur dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o. Keperawatan
1 pola pernafasan in Setelah 1.Pantau tingkat 1. Membantu
efektif dilakukan pernapasan, dalam
tindakan kedalaman, membedakan
keperawatan dan kemudahan periode
selama 3x24 bernafas perputaran
jam, diharapkan pernapasan
pasien 2. Perhatikan pola normal dari
mampu: nafas klien. serangan
1.Status apnetik sejati,
Pernapasan: 3. Tentukan terutama sering
Kepatenan jalan apakah klien terjadi
napas. dispneu pada gestasi
2.Status fisiologis atau minggu ke-30
Pernapasan: psikologis.
Ventilasi 2. mengetahui
3. Status tanda- 4. Berikan terapi jika terdapat
tanda vital. oksigenasi (Atur tanda-tanda
peralatan yang
Dengan kriteria oksigenasi, menyebabkan
hasil : monitor aliran dispneu.
1.Menunjukkan oksigen,
pola pernapasan pertahankan posisi 3. Studi
yang pasien). menemukan
mendukung 5. Monitor bahwa
hasil gas darah Tekanan darah, ketika
dalam nadi, suhu, penyebabnya
parameter atau dan Respiration adalah
kisaran normal. rate (pernafasan). fisiologis
2. Pasien memiliki tanda
melaporkan gejala
bernafas kecemasan dan
dengan nyaman. kesemutan
3.Mendemonstr pada
asikan extremitas,
kemampuan sedangkan
untuk bila dipsneu itu
melakukan psikologisl
pernapasan tanda
dengan pursed gejalanya
lip mengi terkait,
(mengerutkan batuk, dahak,
bibir) dan dan palpitasi.
pernapasan
dapat 4. Perbaikan
terkontrol. kadar oksigen
4.Mengidentifik dan
asi karbondioksida
dan menghindar dapat
i meningkatkan f
faktor-faktor ungsi
spesifik yang pernapasan.
dapat
memperburuk 5 memantau
pola nafas. vital sign klien.

2. Gangguan Setelah 1.Kaji adanya 1. sebagai


keseimbangan nut dilakukan alergi. langkah awal
risi kurang dari tindakan 2.Berikan nutrisi pengkajian
kebutuhan tubuh keperawatan secara parenteral untuk
selama 3x24 jika diperlukan. melaksanakan
jam diharapkan 3.Monitor jumlah intervensi
pasien nutrisi dan selanjutnya
mampu: kandungan kalori. 2.      2. Agar
1. Intake nutrien 4.monitor adanya nutrisi/ intake
normal. penurunan berat adekuat,
2. Intake badan.              5. mengindari
makanan dan Monitor aspirasi
cairan normal. turgor kulit. 3.mengawasi
3. Berat badan   6.Monitor masukan nutrisi
normal. terjadinya pucat, dan kalori
4. Massa tubuh kekeringan, dan dalam tubuh
normal. kemerahan pada 4.mengidentifik
5. Pengukuran jaringan asi adanya
biokimia konjungtiva. resiko derajat
normal. 7..Monitor kalori dan resiko
dan intake terhadap pola
Dengan kriteria nutrisi.   . pertumbuhan.
hasil: Bayi SGA
1.Adanya (baby small for
peningkatan gestational age)
berat badan dengan
sesuai dengan kelebihan
tujuan (berat cairan ekstrasel
badan yang
bertambah 20- kemungkinan
30 gram/hari). kahilangan
2.Tidak ada 15% BB lahir.
tanda-tanda Bayi SGA
malnutrisi (pada mungkin telah
usia 2 minggu mengalami
kebutuhan penurunan
nutrisi mencapai berat badan
150 dalam uterus
cc/kgbb/hari) atau mengalami
3.Menunjukkan penurunan
peningkatan simpanan
fungsi mengisap lemak atau
dan menelan. glikogen
4.Tidak terjadi 5. untuk
penurunan berat mengetahui
badan yang adanya
berarti. tanda-tanda
dehidrasi
6. mengawasi
masukan nutrisi
dan kalori
dalam tubuh.
3. Resiko infeksi Setelah 1.Kaji adanya .1. suhu tubuh
dilakukan fluktuasi suhu meningkat dan
tindakan tubuh, nadi cepat
keperawatan letargi, apnea, mmerupakn
selama 3x24 malas minum, awal terjadinya
jam diharapkan gelisah infeksi.
pasien dan ikterus
mampu: 2.mengetahui
Terhindar dari 2. Kaji riwayat adanya riwayat
resiko infeksi. ibu, kondisi bayi infeksi selama
selama kehamilan.
Dengan kriteria kehamilan, dan
hasil: epidemi infeksi 3.untuk sampel
1.      Pengetahu diruang pada
an: perawatan. pemeriksaan
Kontrol laboratorium
infeksi Indikado 3 Ambil sampel seperti
r: darah. eritrosit,
a. Menerangkan leukosit,
cara-cara 4. Upayakan diferensiasi,
penyebaran. pencegahan infeksi dan
b. Menerangkan dari immunoglobuli
faktor-faktor lingkungan. n.
yang Misalnya : cuci
berkontribusi tangan 4.untuk
dengan sebelum dan mencegah
penyebaran. sesudah berpindahnya
c. Menjelaskan memegang bayi. mikroorganism
tanda-tanda dan e dari tangan kr
gejala. 5 melakukan tubuh bayi
d. Menjelaskan perawatan alat
aktivitas invasive dengan
yang  dapat tehnik aseptic dan
meningkatkan mengganti
resistensi pergantian alat
terhadap infeksi. sesuai jadwal

2. Status
Nutrisi.
Indikator:
a. Asupan
nutrisi
b. Asupan
makanan dan
cairan
c. Energi
d. Masa tubuh
e. Berat badan
3.Penyembuhan
luka: Primer
a. Kulit utuh
b. Berkurangnya
drainase purulen
c. Eritema
disekitar kulit
berkurang
d. Edema
disekitar kulit
berkurang
e. Suhu kulit
tidak meningkat
f. Luka tidak
berbau

BAB IV
PENUTUP

4.1   Kesimpulan
Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian
asuhan. Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan ketelitian agar
bisa menekan kemungkinan resiko akan terjadi masalah pada kasus BBLR.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus menjalin hubungan baik
dengan keluarga dan ibu bayi agar tercipta suasana yang harmonis dan
saling percaya.

4.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada klien, ada
beberapa saran yang dianggap perlu diantaranya kepada klien, institute
pelayanan sebagai pemberi asuhan yang akan datang, antara lain:
1) Klien
a. Agar klien bisa menerima dan melaksanakan asuhan yang
diberikan
b. Segera membawa bayi  kepelayanan kesehatan apabila terdapat
keluhan serta kelainan yang dirasakan.
c. Dalam anamnesa, pasien mampu memberikan data yang
sebenarnya.
d. Institute Pelayanan
2) Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi BBLR
untuk mencapai pelayanan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai