D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 3:
MERI NATALIA SIMARE MARE 200202037
MAY THENT GUSTAVIAN DAELI 200202034
MEGA OKTAFIA SIANTURI 200202035
MONALISA 200202038
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan bayi prematur pada
bayi Ny. X dengan berat badan lahir rendah
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
1) Melakukan pengkajian pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir
rendah
2) Melakukan interpretasi data yang meliputi diagnosa keperawatan,
masalah dan kebutuhan pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir
rendah
3) Merumuskan diagnosa pada bayi Ny. X dengan berat badan lahir
rendah
4) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada bayi Ny. X dengan
berat badan lahir rendah
5) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan pada bayi Ny.
X dengan berat badan lahir rendah
6) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada bayi Ny. X dengan
berat badan lahir rendah
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 TINJAUAN TEORITIS BBLR
2.1.1 Defenisi BBLR
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan
untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500 gr.
BBLR dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena
premature (umur kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
intrauterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat
badan kurang untuk umurnya. Bblr adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang < 2500 gr tanpa memandang masa kehamilan ( Depkes RI, 2014).
Menurut world health Organization (WHO) yaitu berat badan saat lahir
<2.500 gr (5,5 pon). Berdasarkan pengamatan epidemiologi, bayi dengan
berat <2.500 gr mempunyai risiko 20 kali untuk mengalami kematian
dibandingkan dengan bayi yang berat badannya normal. BBLR lebih banyak
terjadi dinegara berkembang jika dibandingkan dengan Negara-negara maju
(WHO, 2014).
Menurut manuaba (2012) istilah prematuritas telah diganti dengan BBLR
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan lebih
rendah <2.500gr, yaitu kerena umur kehamilan <37 minggu, berat badan
lebih rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi
keduanya.
Bayi kecil masa kehamilan (kmk) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik
dalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi yang termasuk
KMK yaitu KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan. Bayi
KMK cukup bulan kebanyakan mampu bernafas dan menghisap dengan baik.
Sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang kemampuan bernafas dan
menghisap lemah (depkes RI, 2014).
2.1.2 Klasifikasi BBLR
BBLR dapat digolongkan menjadi (maryunani, 2013) :
1) Bahwa ada beberapa istilah bayi prematur atau bayi lahir rendah yang
harus diketahui karena berhubungan dengan prognosis dan
penatalaksanaannya. Menurut firmansjah neonatus dengan berat badan
lahir rendah adalah bayi yang kurang dari 2.500gr. Dalam hal ini
disebutkan juga oleh firmansjah bahwa yang termasuk dalam BBLR
mungkin termasuk salah satu dari beberapa keadaan, yaitu:
a) NKB SMK (neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan)
adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai
dengan masa kehamilan
b) NKB KMK (neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan)
adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari
normal menurut umur kehamilan
c) NCB KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan)
adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir
kurang dari normal.
2) Selain itu sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, BBLR dibagi
lagi menurut berat badan lahir, yaitu :
a) Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500gr, disebut bayi berat
lahir rendah (BBLR)
b) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low
birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lahir antara 1500gr
c) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 1000gr
3) Menurut persentil, BBLR dibagi sebagai berikut :
a) BBLR ( berat badan lahir rendah) yaitu bayi dengan berat badan
lahir absolut < 2500 gr tanpa memandang umur kehamilan
b) KMK (kecil masa kehamilan ) yaitu berat badan <10 persentil
dari berat badan berdasarkan umur gestasi
c) BMK (besar masa kehamilan) yaitu berat badan lahir >90
persentil dari berat badan berdasarkan umur gestasi
2) Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,
golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
3) Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau
zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,
pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
Sedangkan Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), berdasarkan
klasifikasinya penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut:
Bayi prematur tipe SMK disebabkan oleh:
1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar.
2) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim).
4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorrhage).
5) Ibu hamil yang sedang sakit.
2.2.4 Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak
ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber
utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak
dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan
oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan,
tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih
buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan
kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh
haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak
sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang
kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan
ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan
metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan
kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob meghilangkan
glikogen lebih banyak dari pada metabolisme aerob sehingga mempercepat
terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak
adekuat (Surasmi, dkk, 2003).
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena
struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum
bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh
terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu
badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga mengalami
kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit
yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum
matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber
kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh
yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi
tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol
reflek kapiler kulit juga masih kurang (Surasmi, dkk, 2003)
b. Laboratorium
1) Darah Rutin
a) Hematokrit (HCT)
1. Bayi usia 1 hari 48-69%
2. Bayi usia 2 hari 48-75%
3. Bayi usia 3 hari 44-72%.
2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4) Hb F
a) Bayi usia 1 hari 63-92%
b) Bayi usia 5 hari 65-88%
c) Bayi usia 3 minggu 55-85%
d) Usia 6-9 minggu 31-75%.
5) Jumlah leukosit
a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L)
c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
c. Bilirubin
1) Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl.
2) Direk (terkonjugasi)
a) 0,0-0,2 mg/dl
2.2.7 Komplikasi
a. sindrom aspirasi mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala
yang diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke dalam
saluran pernapasan bayi. Sindroma aspirasi mekonium adalah salah
satu penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan
pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-term.
Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal,
hepar, dan pankreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta
lanugo.
b. Asfiksia neonatorum
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
c. Penyakit membrane hialin
Penyakit membran hialin atau sindroma gawat napas bayi baru lahir
adalah suatu penyakit yang menyebabkan kegagalan pernapasan
pada bayi prematur dapat disebabkan karena kekurangan surfaktan.5
Kekurangan surfaktan ini menyebabkan kegagalan pengembangan
kapasitas residu fungsional dan kecenderungan paru-paru untuk
mengalami atelektasis,23 ketidaksesuaian antara ventilasi dan
perfusi, hipoksemia, hiperkarbia yang dapat menyebabkan asidosis
respiratorik. Asidosis ini menyebabkan vasokonstriksi yang merusak
integritas endotel dan epitel paru menghasilkan kebocoran eksudat
yang kemudian membentuk suatu membran hialin.
d. Hiperbiliruninemia
Hiperbiliruninemia merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama
yang ditandai berupa warna kekuningan pada bayi atau disebut
dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering
disebut ikterus neonatarum yang bersifat patologis atau yang lebih
dikenal dengan hiperbilirubinemia. Hiperbiliruninemia merupakan
suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dalam jaringan
ekstravaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
berwarna kuning. Keadaan tersebut yang berpotensi menyebabkan
kern ikterus yang merupakan kerusakaan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek di otak (Hidayat, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : By. Ny. X
Tanggal Lahir : 09 Desember 2020
Usia : 1 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 10 Desember 2020
Tanggal Masuk NICU : 10 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2020
B. Keluhan Utama
Bayi Ny. X rujukan dari RS lain masuk ke ruangan nicu melalui emergence,
dengan BBLR, preterm, lahir spontan, dan respiratory distress syndrome,
gerakan bayi tidak aktif, kulit kemerahan, retraksi dada ada, bila menangis
lemah.
Apgar Score
Penilaian Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2
A-Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
Skor 8-10 Normal
Skor 4 – 7 Asfiksia Ringan
Skor 0-3 Asfiksia berat
3. Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan pada saat lahir (RS lain)
a. lingkar kepala : tidak dikaji
b. lingkar dada : tidak dikaji
c. panjang badan : tidak dikaji
d. berat badan : 1400 gr
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran compos mentis, GCS E4V4M6, Akral hangat, warna kulit kemerahan,
Denyut nadi:130x/I, Suhu pada infant warmer 34,0 ° C , suhu kulit bayi 36, 7 ° C,
pernapasan :49-53 x/I, retraksi dada ada, skala nyeri: 3, spo2 : 99% dengan
Ventilator mode cpap peep:6, fi02:30%, menangis lemah, pergerakan tidak aktif,
menghisap lemah, periode apnea ada.
2. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala mesocephal, fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, tidak
ada benjolan, tidak terdapat caput susedanum maupun chephal hematom.
Rambut Terdapat lanugo (rambut tipis) pada seluruh badan. Wajah Bersih, warna
merah muda, simetris.
3. Pemeriksaan mata
Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada kotoran, conjungtiva warna merah muda,
sclera warna putih, pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada
4. Pemeriksaan telinga
Simetris antara kanan dan kiri, tulang rawan sudah terbentuk sempurna
5. Pemeriksaan Hidung
Simetris, Tidak ada nafas cuping, tidak ada kotoran yang menyumbat dijalan
nafas, tepasang mask cpap ukuran 0.
6. Pemeriksaan mulut
Bibir warna merah muda, mukosa basah, palatom utuh, tidak ada kelainan
labioskisis atau labiopalatoakisis, reflek sucking (+) lemah, reflek rooting (+)
lemah, terpasang OGT nomor 8 (tgl 13-04-18), OGT dialirkan dan pasien
dipuasakan. Pada periode apnea, pasien mengalami sianosis pada bibir.
7. Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid pada saat dipalpasi, reflek tonic neck (+)
lemah
8. Pemeriksaan dada
Simetris, retraksi dada ada, klavikula normal.
9. Pemeriksaan paru
Auskultasi paru Ronchi ada pada paru kiri dan kanan, suara nafas wheezing tidak
ada, respirasi menggunakan ventilator mode cpap dengan peep 6, fi02 30%,
frekuensi nafas 49-53x/i.
10. Pemeriksaan jantung
Pada inspeksi undulasi nadi apical tidak terlihat, perkusi jantung batas bawah ICS
6 dextra, auskultasi bunyi jantung s1 dan s2 reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada, frekuensi 130-142 x/i.
11. Abdomen
Tidak kembung, lunak, lingkar perut 21cm
12. Umbilicus
Normal, terpasang umbilical catheter, perdarahan (-), keadaan umbilical kering.
13. Ekstermitas
Gerakan bebas, ekstermitas atas normal, ektermitas bawah normal, panggul
normal, tidak ada fraktur, reflex moro (+), reflek genggam ada
14. Kulit :
Kulit kemerahan, tidak ada sianosis, tidak ada tanda lahir, turgor kulit kering.
15. Genitouria
vagina terbentuk sempurna. Anus terbentuk sempurna, lubang anus ada.
16. Tulang punggung
Tulang punggung lurus, tidak ada skoliosis.
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Eritrosit 4,43 106/Ul 3.00-6.00
Hemoglobin 16.1 g/Dl 14,5 -22,5
Hematokrit 46.7 % 31,0-55,0
MCV 105,4 Fl 85.0-108.0
MCH 35.3pg 28,0 – 40,0
MCHC 34,5g/L 29,0-37,0
RDW-CV 16,8 % 11,0-16,0
Jumlah Leukosit 8. 46 103/Ul 6,0-20,0
Jumlah Trombosit 185 103/Ul 150-350
Pemeriksaan Hasil
Golongan darah O
Rhesus Positif
E. Pemeriksaan radiologi
Tehnik : Thorax AP Supine
Kesan : Suspek Transiet Tachypnoe Neonatorum ( DD/ Hyaline
membrane disease)
F. Terapi Medikasi
2. Analisa Data
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
DS : - Pertumbuhan dinding pola nafas tidak
DO: retraksi dada ada, dada dan vaskuler paru efektif
sesak ada, wheezing tidak belum sempurna
ada, ronchi ada, T:
36,7 HR:130 x/I, RR : 49-
52 x/I, SPO2 :88-
90%, periode apnea +.
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan insufisiensi
surfaktan paru.
b. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Reflek menghisap dan menelan serta fungsi
motilitas gastrointestinal belum berkembang dengan baik.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imun.
4. Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA (2015) intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi
prematur dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o. Keperawatan
1 pola pernafasan in Setelah 1.Pantau tingkat 1. Membantu
efektif dilakukan pernapasan, dalam
tindakan kedalaman, membedakan
keperawatan dan kemudahan periode
selama 3x24 bernafas perputaran
jam, diharapkan pernapasan
pasien 2. Perhatikan pola normal dari
mampu: nafas klien. serangan
1.Status apnetik sejati,
Pernapasan: 3. Tentukan terutama sering
Kepatenan jalan apakah klien terjadi
napas. dispneu pada gestasi
2.Status fisiologis atau minggu ke-30
Pernapasan: psikologis.
Ventilasi 2. mengetahui
3. Status tanda- 4. Berikan terapi jika terdapat
tanda vital. oksigenasi (Atur tanda-tanda
peralatan yang
Dengan kriteria oksigenasi, menyebabkan
hasil : monitor aliran dispneu.
1.Menunjukkan oksigen,
pola pernapasan pertahankan posisi 3. Studi
yang pasien). menemukan
mendukung 5. Monitor bahwa
hasil gas darah Tekanan darah, ketika
dalam nadi, suhu, penyebabnya
parameter atau dan Respiration adalah
kisaran normal. rate (pernafasan). fisiologis
2. Pasien memiliki tanda
melaporkan gejala
bernafas kecemasan dan
dengan nyaman. kesemutan
3.Mendemonstr pada
asikan extremitas,
kemampuan sedangkan
untuk bila dipsneu itu
melakukan psikologisl
pernapasan tanda
dengan pursed gejalanya
lip mengi terkait,
(mengerutkan batuk, dahak,
bibir) dan dan palpitasi.
pernapasan
dapat 4. Perbaikan
terkontrol. kadar oksigen
4.Mengidentifik dan
asi karbondioksida
dan menghindar dapat
i meningkatkan f
faktor-faktor ungsi
spesifik yang pernapasan.
dapat
memperburuk 5 memantau
pola nafas. vital sign klien.
2. Status
Nutrisi.
Indikator:
a. Asupan
nutrisi
b. Asupan
makanan dan
cairan
c. Energi
d. Masa tubuh
e. Berat badan
3.Penyembuhan
luka: Primer
a. Kulit utuh
b. Berkurangnya
drainase purulen
c. Eritema
disekitar kulit
berkurang
d. Edema
disekitar kulit
berkurang
e. Suhu kulit
tidak meningkat
f. Luka tidak
berbau
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian
asuhan. Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan ketelitian agar
bisa menekan kemungkinan resiko akan terjadi masalah pada kasus BBLR.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus menjalin hubungan baik
dengan keluarga dan ibu bayi agar tercipta suasana yang harmonis dan
saling percaya.
4.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada klien, ada
beberapa saran yang dianggap perlu diantaranya kepada klien, institute
pelayanan sebagai pemberi asuhan yang akan datang, antara lain:
1) Klien
a. Agar klien bisa menerima dan melaksanakan asuhan yang
diberikan
b. Segera membawa bayi kepelayanan kesehatan apabila terdapat
keluhan serta kelainan yang dirasakan.
c. Dalam anamnesa, pasien mampu memberikan data yang
sebenarnya.
d. Institute Pelayanan
2) Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi BBLR
untuk mencapai pelayanan yang optimal.