Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya
ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat
dikelilingi halo.
Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur
berwarnamerah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).
Secara umum,Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah
suatu reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan
kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda
dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan
gangguan rasa nyaman yang setempat.
B. Etiologi
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga
penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain:
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik
maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sepalosporin, dan diuretik)
menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Sedangkan obat yang secara
non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya
opium dan zat kontras.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat
reaksi imunologik. Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan,
kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka.

1
3. Gigitan atau sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, hal ini lebih
banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).
4. Bahan fotosenzitiser
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid, bahan
kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang,
dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil,
air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect
repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik.
7. Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor tekanan,
dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non
imunologik. Dapat timbul urtika setelah goresan dengan benda tumpul beberapa
menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau
fenomena Darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri,
virus, jamur, maupun infestasi parasit.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan vasodilatasi kapiler .
10. Genetik
Faktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang
menunjukkan penurunan autosomal dominant.

11. Penyakit sistemik

2
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi
lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi.

B. Klasifikasi
Klasifikasi urtikaria paling sering didasarkan pada karakteristik klinis daripada
etiologi karena sering kali sulit untuk menentukan etiologi atau patogenesis urtikaria
dan banyak kasus karena idiopatik. 3 Terdapat bermacam-macam klasifikasi urtikaria,
berdasarkan lamanya serangan berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik.
Klasifikasi urtikaria yang lain tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Urtikaria
Ordinary urticarias
Acute urticarial
Chronic urticaria
Contact urticarial
Physical urticarias
Dermatographism
Delayed dermatographism
Pressure urticarial
Cholinergic urticarial
Vibratory angioedema
Exercise-induced urticarial
Adrenergic urticarial
Delayed-pressure urticarial
Solar urticarial
Aquagenic urticarial
Cold urticarial
Special syndromes
Schnitzler syndrome
Muckle-Wells syndrome
Pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy
Urticarial vasculitis

3
1. Urtikaria Akut
Urtikaria akut terjadi bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu atau
berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari.2 Lesi individu biasanya hilang
dalam <24 jam, terjadi lebih sering pada anak-anak, dan sering dikaitkan dengan
atopi. Sekitar 20%-30% pasien dengan urtikaria akut berkembang menjadi kronis atau
rekuren.

2. Urtikaria Kronik
Urtikaria kronik terjadi bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu2,
pengembangan urtika kulit terjadi secara teratur (biasanya harian) selama lebih dari 6
minggu dengan setiap lesi berlangsung 4-36 jam. Gejalanya mungkin parah dan dapat
mengganggu kesehatan terkait dengan kualitas hidup.

3. Urtikaria Kontak
Urtikaria kontak didefinisikan sebagai pengembangan urticarial wheals di tempat
di mana agen eksternal membuat kontak dengan kulit atau mukosa. Urtikaria kontak
dapat dibagi lagi menjadi bentuk alergi (melibatkan IgE) atau non-alergi (IgE-
independen).

4. Urtikaria Fisik
a. Dermographism
Dermographism merupakan bentuk paling sering dari urtikaria fisik dan
merupakan suatu edema setempat berbatas tegas yang biasanya berbentuk linier yang
tepinya eritem yang muncul beberapa detik setelah kulit digores.9,10 Dermographism
tampak sebagai garis biduran (linear wheal). Transient wheal atau biduran yang
sementara muncul secara cepat dan biasanya memudar dalam 30 menit; akan tetapi,
kulit biasanya mengalami pruritus sehingga bekas garukan dapat muncul.

Gambar 3. Dermographisme. Tampak urtikaria dengan linear wheal.

4
b. Delayed dermographism
Delayed dermographism terjadi 3-6 jam setelah stimulasi, baik dengan atau tanpa
immediate reaction, dan berlangsung sampai 24-48 jam. Erupsi terdiri dari nodul
eritema linier. Kondisi ini mungkin berhubungan dengan delayed pressure urticaria.
c. Delayed pressure urticaria
Delayed pressure urticaria tampak sebagai lesi erythematous, edema lokal, sering
disertai nyeri, yang timbul dalam 0,5-6 jam setelah terjadi tekanan terhadap kulit.
Episode spontan terjadi setelah duduk pada kursi yang keras, di bawah sabuk
pengaman, pada kaki setelah berlari, dan pada tangan setelah mengerjakan pekerjaan
dengan tangan.

Gambar 4. Delayed Pressure Urticaria pada Kaki.


d. Vibratory angioedema
Vibratory angioedema dapat terjadi sebagai kelainan idiopatik didapat, dapat
berhubungan dengan cholinergic urticaria, atau setelah beberapa tahun karena
paparan vibrasi okupasional seperti pada pekerja-pekerja di pengasahan logam karena
getaran-getaran gerinda. Urtikaria ini dapat sebagai kelainan autosomal dominan
yang diturunkan dalam keluarga. Bentuk keturunan sering disertai dengan flushing
pada wajah.

e. Cold urticaria
Pada cold urticaria terdapat bentuk didapat (acquired) dan diturunkan (herediter).
Serangan terjadi dalam hitungan menit setelah paparan yang meliputi perubahan
dalam temperatur lingkungan dan kontak langsung dengan objek dingin. Jarak antara
paparan dingin dan onset munculnya gejala adalah kurang lebih 2,5 jam, dan rata-rata
durasi episode adalah 12 jam.

5
Gambar 6. Cold Urticaria.
Gambar 5. Cold Urticaria.

f. Cholinergic urticaria
Cholinergic urticaria terjadi setelah peningkatan suhu inti tubuh. Cholinergic
urticaria terjadi karena aksi asetilkolin terhadap sel mast. Erupsi tampak dengan
biduran bentuk papular, bulat, ukuran kecil kira-kira 2-4 mm yang dikelilingi oleh
flare eritema sedikit atau luas merupakan gambaran khas dari urtikaria jenis ini.

g. Local heat urticaria


Local heat urticaria adalah bentuk yang jarang dimana biduran terjadi dalam
beberapa menit setelah paparan dengan panas secara lokal, biasanya muncul 5 menit
setelah kulit terpapar panas diatas 43°C. Area yang terekspos menjadi seperti
terbakar, tersengat, dan menjadi merah, bengkak dan indurasi.

Gambar 7. Local Heat Urticaria.

6
h. Solar urticaria
Solar urticaria timbul sebagai biduran eritema dengan pruritus, dan kadang-
kadang angioedema dapat terjadi dalam beberapa menit setelah paparan dengan sinar
matahari atau sumber cahaya buatan. Histamin dan faktor kemotaktik untuk eosinofil
dan neutrofil dapat ditemukan dalam darah setelah paparan dengan sinar ultraviolet A
(UVA), UVB, dan sinar/cahaya yang terlihat.

Gambar 8. Solar Urticaria.

i. Exercise-induced anaphylaxis
Exercise-induced anaphylaxis adalah gejala klinis yang kompleks terdiri dari
pruritus, urtikaria, angioedema (kutaneus, laringeal, dan intestinal), dan sinkop yang
berbeda dari cholinergic urticaria. Exercise-induced anaphylaxis memerlukan
olahraga/exercise sebagai stimulusnya.

Gambar 9. Exercise-induced anaphylaxis.

j. Adrenergic urticaria
Adrenergic urticaria timbul sebagai biduran yang dikelilingi oleh white halo yang
terjadi selama stress emosional. Adrenergic urticaria terjadi karena peran

7
norepinefrin. Biasanya muncul 10-15 menit setelah rangsangan faktor pencetus
seperti emosional (rasa sedih), kopi, dan coklat.

k. Aquagenic urticaria and aquagenic pruritus


Kontak kulit dengan air pada temperatur berapapun dapat menghasilkan urtikaria
dan atau pruritus. Air menyebabkan urtikaria karena bertindak sebagai pembawa
antigen-antigen epidermal yang larut air. Erupsi terdiri dari biduran-biduran kecil
yang mirip dengan cholinergic urticaria.

4. Sindrom Khusus
a. Schnitzler syndrome
Schnitzler Syndrome adalah varian unik urtikaria kronis yang ditandai oleh
pruritic non-wheals yang berulang, demam intermiten, nyeri tulang, arthralgias, atau
radang sendi, terdapat peningkatan erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan
monoclonal IgM gammopathy.

b. Muckle-Wells syndrome
Muckle-Wells syndrome adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan
autoinflammatory yang ditandai dengan urtikaria, arthralgia, ketulian sensorineural
yang progresif, dan amiloidosis.
c. Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy
Pada wanita hamil dapat muncul erupsi papular urtikaria dan plak disertai gatal
yang dikenal dengan Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy (PUPP).
Erupsi muncul secara tiba-tiba dengan 90% di abdomen, dan dalam beberapa hari
dapat menyebar secara simetris dengan tidak melibatkan wajah.
d. Urticarial vasculitis
Presentasi klinis urticarial vaculitis dapat dibedakan dari urtikaria kronis.
Berbeda dengan urtikaria kronis, lesi dari urticarial vasculitis cenderung bertahan
lebih lama dari 24 jam dan berkaitan dengan sensasi panas, nyeri, dan gatal. Lesi ini
juga digambarkan sebagai penyembuhan dengan atau petechiae purpura karena
garukan.

8
C. Gejala dan Tanda
1. Gejala
Gejala urtikaria adalah sebagai berikut:
a. Gatal, rasa terbakar, atau tertusuk.
b. Biduran berwarna merah muda sampai merah.
c. Lesi dapat menghilang dalam 24 jam atau lebih, tapi lesi baru dapat mucul
seterusnya.
d. Serangan berat sering disertai gangguan sistemik seperti nyeri perut diare,
muntah dan nyeri kepala.

2. Tanda
Tanda urtikatria adalah sebagai berikut:
a. Klinis tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas dan kadang-kadang
bagian tengah tampak lebih pucat.
b. Bentuknya dapat papular, lentikular, numular, dan plakat.
c. Jika ada reaksi anafilaksis, perlu diperhatikan adanya gejala hipotensi,
respiratory distress, stridor, dan gastrointestinal distress.
d. Jika ada lesi yang gatal, dapat dipalpasi, namun tidak memutih jika ditekan,
maka merupakan lesi dari urticarial vasculitis yang dapat meninggalkan
perubahan pigmentasi.
e. Pemeriksaan untuk dermographism dengan cara kulit digores dengan objek
tumpul dan diamati pembentukan wheal dengan eritema dalam 5-15 menit.
f. Edema jaringan kulit yang lebih dalam atau submukosa pada angioedema.

D. Diagnosis Banding
1. Angioedema
Angioedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh meningkatnya
permeabilitas vaskular pada jaringan subkutan kulit, lapisan mukosa, dan lapisan
submukosa yang terjadi pada saluran napas dan saluran cerna. Angioedema dapat
disebabkan oleh mekanisme patologi yang sama dengan urtikaria, namun pada

9
angioedema mengenai lapisan dermis yang lebih dalam dan jaringan subkutaneus.
Karakteristik dari angioedema meliputi vasodilatasi dan eksudasi plasma ke jaringan
yang lebih dalam daripada yang tampak pada urtikaria, pembengkakan yang
nonpitting dan nonpruritic dan biasanya terjadi pada permukaan mukosa dari saluran
nafas dan saluran cerna (pembengkakan usus menyebabkan nyeri abdomen berat),
serta suara serak yang merupakan tanda paling awal dari edema laring.

2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis rosea adalah erupsi papuloskuamosa akut yang agak sering dijumpai.
Morfologi khas berupa makula eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang
sesuai dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama halus. Lokalisasinya dapat
tersebar di seluruh tubuh, terutama pada tempat yang tertutup pakaian. Efloresensi
berupa makula eritroskuamosa anular dan solitar, bentuk lonjong dengan tepi hampir
tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik, agak berkeringat. Sumbu panjang
lesi sesuai dengan garis lipat kulit dan kadang-kadang menyerupai gambaran pohon
cemara. Lesi inisial (herald patch = medallion) biasanya solitary, bentuk oval, anular,
berdiameter 2-6 cm. Jarang terdapat lebih dari 1 herald patch.

3. Urtikaria pigmentosa
Urtikaria pigmentosa adalah suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang
berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
Penyebabnya adalah infiltrasi mastosit pada kulit. Lokalisasi terutama pada badan,
tapi dapat juga mengenai ekstrimitas, kepala, dan leher. Efloresensi berupa makula
coklat-kemerahan atau papula-papula kehitaman tersebar pada seluruh tubuh, dapat
juga berupa nodula-nodula atau bahkan vesikel.

4. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat
atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma bronchial, rhinitis
alergika, dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman. Penyebab yang pasti
belum diketahui, tetapi faktor turunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya
penyakit. Gejala utama dermatitis atopik adalah pruritus, dapat hilang timbul

10
sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita
akan menggaruk sehingga timbul papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi,
eksudasi, dan krusta. Diagnosis dermatitis atopi harus mempunyai tiga kriteria mayor
dan tiga kriteria minor dari Hanifin dan Rajka.

5. Dermatitis kontak alergi


Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap
suatu alergen. Penderita umumnya mengeluh gatal. Semua bagian tubuh dapat
terkena. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat
pecah menimbulkan erosindan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.

E. Diagnosis
1. Anamnesis
Informasi mengenai riwayat urtikaria sebelumnya, durasi rash/ruam, dan gatal
dapat bermanfaat untuk mengkategorikan urtikaria sebagai akut, rekuren, atau kronik.
Beberapa pertanyaan untuk menentukan penyebab alergi atau non-alergi adalah
sebagai berikut:
a. Apakah biduran berhubungan dengan makanan? Apakah ada makanan baru
yang ditambahkan dalam menu makanan?
b. Apakah pasien sedang menjalani pengobatan rutin atau menggunakan obat
baru? Jika iya, apakah jenis obat tersebut?
c. Apakah pasien mempunyai penyakit kronik atau riwayat penyakit kronik?
d. Apakah pasien sedang hamil?
e. Apakah biduran disebabkan oleh stimulus fisik seperti panas, dingin, tekanan,
vibrasi?
f. Apakah biduran berhubungan dengan senyawa yang dihirup atau kontak
dengan kulit yang mungkin timbul pada tempat kerja?
g. Apakah biduran berhubungan dengan gigitan/sengatan serangga?

11
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan kulit pada urtikaria, meliputi:
 Lokalisasi: badan, ekstremitas, kepala, dan leher.
 Efloresensi: eritema dan edema setempat berbatas tegas dengan elevasi
kulit, kadang-kadang bagian tengah tampak pucat.
 Ukuran: beberapa milimeter hingga sentimeter.
 Bentuk: papular, lentikular, numular, dan plakat.
 Dermographism.
b. Pemeriksaan fisik sebaiknya terfokus pada keadaan yang memungkinkan
menjadi presipitasi urtikaria atau dapat berpotensi mengancam nyawa,
diantaranya adalah:
 Faringitis atau infeksi saluran nafas atas, khususnya pada anak-anak.
 Angioedema pada bibir, lidah, atau laring.
 Sklera ikterik, pembesaran hati, atau nyeri yang mengindikasikan adanya
hepatitis atau penyakit kolestatik hati.
 Pembesaran kelenjar tiroid.
 Lymphadenopati atau splenomegali yang dicurigai limfoma.
 Pemeriksaan sendi untuk mencari bukti adanya penyakit jaringan
penyambung, rheumatoid arthritis, atau systemic lupus erythematosus
(SLE).
 Pemeriksaan pulmonal untuk mencari pneumonia atau bronchospasm
(asthma).
 Ekstremitias untuk mencari adanya infeksi kulit bakteri atau jamur.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya
infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam.2 Pemeriksaan darah

12
rutin bisa bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
penyerta. Pemeriksaan-pemeriksaan seperti komplemen, autoantibodi,
elektrofloresis serum, faal ginjal, faal hati, faal hati, dan urinalisis akan
membantu konfirmasi urtikaria vaskulitis. Pemeriksaan C1 inhibitor dan C4
komplemen sangat penting pada kasus angioedema berulang tanpa
urtikaria.Cryoglubulin dan cold hemolysin perlu diperiksa pada urtikaria
dingin.
b. Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina.
Pemeriksaan ini untuk menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.
c. Tes Alergi
Adanya kecurigaan terhadap alergi dapat dilakukan konfirmasi dengan
melakukan tes kulit invivo (skin prick test) dan pemeriksaan IgE spesifik
(radio-allergosorbent test-RASTs). Tes injeksi intradermal menggunakan
serum pasien sendiri (autologous serum skin test-ASST) dapat dipakai sebagai
tes penyaring yang cukup sederhana untuk mengetahui adanya faktor
vasoaktif seperti histamine-releasing autoantibodies.
d. Tes Provokasi
Tes provokasi akan sangat membantu diagnosa urtikaria fisik, bila tes-tes
alergi memberi hasil yang meragukan atau negatif. Namun demikian, tes
provokasi ini dipertimbangkan secara hati-hati untuk menjamin keamanannya.
e. Tes eleminasi makanan
Tes ini dilakukan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu.
f. Tes foto tempel
Tes foto tempel dapat dilakukan pada urtikaria fisik akibat sinar.
g. Suntikan mecholyl intradermal
Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosa urtikaria
kolinergik.
h. Tes fisik

13
Tes fisik ini bisa dengan es (ice cube test) atau air hangat apabila dicurigai
adanya alergi pada suhu tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wong, H.K. (2009). Urticaria, Acute. Emedicine, Artikel. Diakses 17 Desember


2009, dari http://emedicine.medscape.com/article/1049858-print

2. Djuanda, A. (2008). sIlmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Poonawalla, T., Kelly, B. (2009). Urticaria – a review. Am J Clin Dermatol; 10(1):


9-21.

4. Sheikh, J., Najib, U. (2009). Urticaria. Emedicine, Artikel. Diakses 15 Desember


2009, dari http://emedicine.medscape.com/article/137362-print

5. Hasan. (2009). Urtikaria. Wordpress, Artikel. Diakses tanggal 15 desember 2009,


dari http://drhasan.files.wordpress.com/2009/02/refurtikariafh.doc

6. Siahaan, J. (2009). Urtikaria/Biduran. Blogspot, Artikel. Diakses 16 Desember


2009, dari http://jeksonsiahaansked.blogspot.com/2009/05/urtikariabiduran.html

7. Anonim. (2009). Urticaria. Gambar. Diakses tanggal 16 Desember 2009, dari


http://www.urticaria.thunderworksinc.com/pages/UrticariaPhotos/images/foot1.jp
g

8. Anonim. (2006). Urticaria Info. Steadyhealth, Gambar. Diakses tanggal 17


Desember 2009, dari
http://www.steadyhealth.com/articles/user_files/4542/Image/687_urticaria.jpg

14
9. Ngan, V. (2009). Solar Urticaria. Dermnet, Gambar. Diakses tanggal 17 Desember
2009, dari http://dermnetnz.org/reactions/img/solar-urticaria-s.jpg

9. Penatalaksanaan Medis
Edukasi pasien untuk menghindari pencetus (yang bisa diketahui). Obat opiat dan
salisilat dapat mengaktivasi sel mast tanpa melalui IgE.
Pada urtikaria generalisata mula-mula diberikan injeksi larutan adrenalin 1/1000
dengan dosis 0,01 ml/kg intramuskular (maksimum 0,3 ml) dilanjutkan dengan
antihistamin penghambat H1 seperti CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis sehari 3 kali
yang dikombinasi dengan HCL efedrin 1 mg/tahun/kali sehari 3 kali. (Lihat
penanggulangan anafilaksis). Bila belum memadai ditambahkan kortikosteroid misalnya
prednison (sesuai petunjuk dokter).
Pada urtikaria yang sering kambuh terutama pada anak sekolah, untuk menghindari
efek samping obat mengantuk, dapat diberikan antihistamin penghambat H1 generasi
baru misalnya setirizin 0,25 mg/kg/hari sekali sehari.

10. Pengobatan
Hilangkan faktor pencetus
Anti histamin
Anti enzym (antiplasmin)
Desensitasi
Eliminasi diet

11. Pencegahan
o Hindari alergen yang diketahui. Termasuk beberapa makanan dan penyedap makanan,
obat-obatan dan beberapa situasi seperti panas, dingin atau stress emosional
o Membuat catatan. Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa yang kita makan.
Hal ini akan membantu anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria.

15
o Hindari pengobatan yang dapat mencetuskan urtiakria seperti antibiotik golongan
penisilin, aspirin dan lainnya.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab urtikaria kontak alergik diperlukan
anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya.
Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah
kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik
dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan
penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh
dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian
baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat
medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan, biasanya klien mengeluh gatal, rasa terbakar, atau
tertusuk. Klien tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang
bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat
sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Kriteria diagnosis
urtikaria alergik adalah :
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu
kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
Terdapat tanda-tanda urtikaria terutama pada tempat kontak.
Terdapat tanda-tanda urtikaria disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa
dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya
setelah pada tempat kontak.
Rasa gatal
Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
1. Identitas Pasien.
2. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

16
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Pemeriksaan fisik
KU : lemah
TTV : suhu naik atau turun.
Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada
keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan
kulit , sisik halus dan skuama.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit
seperti
Urtikaria adalah sebagai berikut :
1. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat gangguan integritas
2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
No.
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Lakukan tekni aseptic 1. Dengan teknik septik dan
Tidak terjadi infeksi dan antiseptic dalamaseptik dapat mengirangi dan
Kriteria hasil : melakukan tindakanmencegah kontaminasi
Hasil pengukuran tanda vital dalampada pasien kuman.
batas normal. Ukur tanda vital tiap 4-6
2. Suhu yang meningkat adalah
- RR :12-24 x/menit jam imdikasi terjadinya proses
- N : 70-82 x/menit infeksi.
- T : 36-37 OC 3. Deteksi dini terhadap tanda-
Potensial terjadinya- TD : 120/85 mmHg
infeksi b.d. adanya lukaTidak ditemukan tanda-tanda infeksiObservasi adanyatanda infeksi
1 4. Untuk menghindari alergen
akibat gangguan(kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa) tanda-tanda infeksi
integritas Kolaborasi dengan ahlidari makanan.
Hasil pemeriksaan laboratoriumgizi untuk pemberian 5. Memandirikan keluarga
dalam batas normal Leuksosit darah :diet TKTP
4.400 – 11.300/mm3 Libatkan peran serta
keluarga dalam
6. Menghindari alergen yang
memberikan bantuandapat meningkatkan urtikaria.
pada klien.
Jaga lingkungan klien
agar tetap bersih.
Tujuan 1.: Ajari klien menghindari1. Menghindari alergen akan
Tidak terjadi kerusakan pada kulitatau menurunkanmenurunkan respon alergi.
klien paparan terhadap
Kriteria hasil : alergen yang telah 2. Menghindari dari bahan
Klien akan mempertahankandiketahui. makanan yang mengandung
integritas kulit, ditandai dengan 2. Baca label makananalergen.
menghindari alergen kaleng agar terhindar 3. Binatang sebaiknya hindari
dari bahan makan yangmemelihara binatang atau
Resiko kerusakan kulit mengandung alergen batasi keberadaan binatang
2 3. Hindari binatangdi sekitar area rumah.
b.d. terpapar alergen
peliharaan. 4. AC membantu menurunkan
paparan terhadap beberapa
alergen yang ada di
lingkungan.
4. Gunakan penyejuk
ruangan (AC) di rumah
atau di tempat kerja,
bila memungkinkan.
3 Perubahan rasaTujuan : Jelaskan gejala gatal 1. Dengan mengetahui proses
nyaman b.d. pruritus Rasa nyaman klien terpenuhi berhubungan denganfisiologis dan psikologis dan
Kriteria hasil : penyebabnya (misalprinsip gatal serta
Klien menunjukkan berkurangnyakeringnya kulit) danpenangannya akan
pruritus, ditandai denganprinsip terapinya (misalmeningkatkan rasa
berkurangnya lecet akibat garukan,hidrasi) dan sikluskooperatif.
klien tidur nyenyak tanpa terganggugatal-garuk-gatal-

18
garuk. 2. Pruritus sering disebabkan
Cuci semua pakaianoleh dampak iritan atau
sebelum digunakanallergen dari bahan kimia
untuk menghilangkanatau komponen pelembut
formaldehid dan bahanpakaian.
kimia lain serta hindari
menggunakan 3. Bahan yang tertinggal
pelembut pakaian(deterjen) pada pencucian
buatan pabrik. pakaian dapat menyebabkan
Gunakan deterjeniritasi.
rasa gatal, klien mengungkapkanringan dan bilas
4. Mengurangi penyebab gatal
adanya peningkatan rasa nyaman pakaian untukkarena terpapar alergen.
memastikan sudah
5. Mengurangi rasa gatal.
tidak ada sabun yang
tertinggal.
Jaga kebersihan kulit
pasien

Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
obat pengurang rasa
gatal
Tujuan :Mengerjakan hal ritual 1. Udara yang kering membuat
Klien bisa beristirahat tanpa adanyamenjelang tidur. kulit terasa gatal, lingkungan
pruritus. yang nyaman meningkatkan
Kriteria Hasil : relaksasi.
1.Mencapai tidur yang nyenyak.Menjaga agar 2.
kulit Tindakan ini mencegah
2.Melaporkan gatal mereda.selalu lembab. kehilangan air, kulit yang
3.Mempertahankan kondisi kering dan gatal biasanya
lingkungan yang tepat. tidak dapat disembuhkan
4.Menghindari konsumsi kafein. tetapi bisa dikendalikan.
5.Mengenali tindakan untuk 3. Kafein memiliki efek puncak
Gangguan pola tidur
4 meningkatkan tidur. 2-4 jam setelah dikonsumsi.
b.d. pruritus
6.Mengenali pola istirahat/tidur yangMenghindari minuman 4. Memberikan efek
memuaskan. yang mengandungmenguntungkan bila
kafein menjelang tidur. dilaksanakan di sore hari.
Melaksanakan gerak
5. Memudahkan peralihan dari
badan secara teratur. keadaan terjaga ke keadaan
Nasihati klien untuktertidur.
menjaga kamar tidur
agar tetap memiliki
ventilasi dan
kelembaban yang baik.
5 Gangguan citra tubuhTujuan :Kaji adanya gangguan 1. Gangguan citra diri akan
b.d. penampakan kulitPengembangan peningkatancitra diri (menghindarimenyertai setiap
yang tidak bagus penerimaan diri pada klien tercapai kontak mata,ucapanpenyakit/keadaan yang
Kriteria Hasil : merendahkan diritampak nyata bagi klien,
1.Mengembangkan peningkatansendiri). kesan orang terhadap dirinya
kemauan untuk menerima keadaan berpengaruh terhadap
diri. konsep diri.
2.Mengikuti dan turut berpartisipasi 2. Terdapat hubungan antara

19
Identifikasi stadium
psikososial terhadapstadium perkembangan, citra
perkembangan. diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap
kondisi kulitnya.
dalam tindakan perawatan diri. 3. Klien membutuhkan
3.Melaporkan perasaan dalamBerikan kesempatanpengalaman didengarkan
pengendalian situasi.pengungkapan dan dipahami.
4.Menguatkan kembali dukunganperasaan. 4. Memberikan kesempatan
positif dari diri sendiri. pada petugas untuk
5.Mengutarakan perhatian terhadapNilai rasa keprihatinanmenetralkan kecemasan
diri sendiri yang lebih sehat.dan ketakutan klien,yang tidak perlu terjadi dan
6.Tampak tidak meprihatinkanbantu klien yang cemasmemulihkan realitas situasi,
kondisi. mengembangkan ketakutan merusak adaptasi
7.Menggunakan teknikkemampuan untukklien .
penyembunyian kekurangan danmenilai diri dan
5. Membantu meningkatkan
menekankan teknik untuk mengenali masalahnya. penerimaan diri dan
meningkatkan penampilan sosialisasi.
Dukung upaya klien
untuk memperbaiki 6. Membantu meningkatkan
citra diri , spt merias,penerimaan diri dan
merapikan. sosialisasi.
Mendorong sosialisasi
dengan orang lain.
Kaji apakah klien
1. Memberikan data dasar
memahami danuntuk mengembangkan
mengerti tentangrencana penyuluhan
Tujuan : penyakitnya. 2. Klien harus memiliki
Terapi dapat dipahami dan dijalankanJaga agar klienperasaan bahwa sesuatu
Kriteria Hasil : mendapatkan informasidapat mereka perbuat,
1.Memiliki pemahaman terhadapyang benar,kebanyakan klien merasakan
perawatan kulit.memperbaiki kesalahanmanfaat.
Kurang pengetahuan2.Mengikuti terapi dan dapatkonsepsi/informasi. 3. Memungkinkan klien
6 tentang program terapimenjelaskan alasan terapi. memperoleh cara yang tepat
b.d. inadekuat informasi 3.Melaksanakan mandi, pembersihanPeragakan penerapanuntuk melakukan terapi.
dan balutan basah sesuai program.terapi seperti, mandi 4. Dengan terjaganya hygiene,
4.Menggunakan obat topikal dengan dan penggunaan obat-dermatitis alergi sukar untuk
tepat. obatan lainnya. kambuh kembali
5.Memahami pentingnya nutrisi untukNasihati klien agar
kesehatan kulit. selalu menjaga hygiene
pribadi juga
lingkungan..

20

Anda mungkin juga menyukai