Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH PLENO TUTOR KASUS 1

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
BLOK SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

Zilpima Putri : G1B116022


Nadya Syaphira : G1B116026
Hnna Pramesti : G1B116027
Jogi Anggara : G1B116028
Robbi Mediansyah : G1B116033
Rina Febrianti : G1B116034
Fatimah Riyanti Nasution : G1B116035
Zunnurain : G1B116038
Dewi Rara Shinta : G1B116039
Auradhia Nurusyifa : G1B116041
Etika Suryani : G1B116046

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran penulis sehingga tugas
makalah ini dapat penulis selesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ns. Kamariyah, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing pada penugasan
saat ini yang telah membimbing dan membantu kami, sehingga kami terbantu
dalam penulisan laporan ini. Serta tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak-pihak yang telah mengambil peran dalam membantu kami
dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis ikhlas dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi
penulis dan bagi pembaca.

Jambi, 29 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian...................................................................................4
2.2 Etiologi.......................................................................................4
2.3 Faktor Resiko..............................................................................5
2.4 Tanda dan Gejala........................................................................8
2.5 Patofisiologi................................................................................9
2.6 Pathway......................................................................................11
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................12
2.8 Pemeriksaan Penunjang..............................................................16
2.9 Komplikasi..................................................................................16
BAB 3 ASKEP
3.1 Asuhan Keperawatan..................................................................17
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................27
4.2 Saran............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,
dimana proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan
seperti perubahan fisik dan mental. Proses kehamilan yang normal terjadi
selama 40 minggu, dimana kehamilan biasanya terbagi kedalam 3 fase
atau yang lebih dikenal dengan sebutan trimester (Bobak, Jensen, and
Lowdermik, 2005). Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai
kejadian mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan
lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan
elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang merugikan
janin. Mual dan muntah merupakan ganguan yang paling sering ditemui
pada kehamilan trimester 1, yaitu pada mingu satu sampai minggu ke 12
selama kehamilan (Runiari, 2010). Menurut Sandven (2010) mengatakan
bahwa hyperemesis gravidarum juga bisa terjadi sebelum akhir minggu ke
22 kehamilan atau pada trimester II kehamilan.
Pravalensi Hiperemesis Gravidarum yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), menjelaskan bahwa
lebih dari 80% wanita di Indonesia mengalami mual dan muntah yang
berlebihan. Menurut Vikanes, et al (2013) insidensi terjadinya kasus
Hiperemesis Gravidarum sebesar 0,8 sampai 3,2% dari seluruh kehamilan
atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1.000 kehamilan di Negara Norwegia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Savira (2014), data yang
didapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
periode 1 Januari 2011 sampai 30 November 2013, terdapat 5.683 ibu
hamil dan yang mengalami Hiperemesis Gravidarum sebanyak 120 (2,1%)
ibu hamil atau sekitar 21 kasus per 1.000 kehamilan, 101 (84,2%)

1
diantaranya harus dirawat di Rumah Sakit karena kejadian Hiperemesis
Gravidarum.
Dampak dari Hiperemesis tidak hanya mengancam kehidupan
wanita, namun juga dapat meneybabkan efek samping pada janin seperti
abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran premature, serta malformasi
pada bayi baru lahir (Runiari, 2010).

1.2 Rumusan masalah

Berdasarakan uraian latar belakang diatas maka masalah yang


dapat dirumuskan sebagai berikut : bagaimana konsep penyakit dan asuhan
keperawatan terhadap ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.

1.3 Tujuan

1. tujuan umum

Tujuan umum pada makalah ini adalah untuk menetahui konsep


penyakit dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum.

2. tujuan khusus

Tujuan khuss dalam makalah ini adalah untuk mengetahui :

a. untuk mengetahui pengertian Hiperemesis Gravidarum.


b. Untuk mengetahui penyebab dan factor resiko dari Hiperemesis
Gravidarum.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Hiperemesis Gravidarum.
d. Untuk menegtahui patofisiologi dari Hiperemesis Gravidarum.
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang diberikan pada penyakit
Hiperemesis Gravidarum.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan pada
penyakit Hiperemesis Gravidarum.
g. Untuk mengetahui komplikasi yang muncul dari Hiperemesis
Gravidarum

2
1.4 Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan serta


menambah pengalaman bagi pembaca tentang asuhan keperawatan
Hiperemesis Gravidarum.

3
BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

2.1 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual (nausea) dan muntah sebagai
suatu gejala yang wajar yang terjadi pada kehamilan trimester 1,  6
minggu kehamilan. Mual biasanya terjadi pada pagi hari dan gejala ini
biasa berlangsung  10 minggu.

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual


dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief B, 2009)

2.2 Etiologi
Hiperemesis gravidarum belum diketahui factor penyebab secara
pasti. Adapun factor Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti, Beberapa factor predisposisi yang ditemukan :

1. Sering terjadi pada primigravida , molahidatidosa dan kehamilan


ganda hal ini menimbulkan dugaan bahwa factor hormone memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormone Khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan
2. Faktor organik, karena masuknya vilik horialis dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini. Alergi juga disebut
sebagai salah satu factor organic karena sebagai salah satu respon dari
jaringan.ibu terhadap anak
3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini
walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum

4
belum diketahui dengan pasti, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah
dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien

2.3 Faktor Resiko


Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah :
1. Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum
2. Berat badan tinggi
3. Kehamilan multiple
4. Penyakit trofoblastik nuliparitas
5. Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk
hiperemesis gravidarum
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

1. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola


hidatidosa dan kehamilan ganda.
a) Frekuensi yang tinggi pada mola hitadosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena
pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotrophin
dibentuk berlebihan. Level Hormon HCG yang tinggi. Hormon ini
meningkat cepat pada triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu
bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah. Peningkatan level
estrogen mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan
muntah.
b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c) Perubahan GI track. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena
memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat
refluks asama (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan

5
lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan sehingga
menyebabkan mual dan muntah.
d) Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik.
e) Diet tinggi lemak. Risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap
penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya
f) Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini
walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti. Stress dan kecemasan dapat memicu
terejadinya morning sickness. Rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena
kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru
sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah klien.
g) Infeksi H. Pylori. Reaksi tubuh terhadap infeksi H. Pylori pada wanita
hamil, dapat berupa kerusakan langsung pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh perubahan dalam pH lambung atau melewati reaksi
immunologik.
Manifestasi infeksi H. pylori bisa merupakan akibat dari perubahan pH
lambung karena peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan
peningkatan hormon steroid pada wanita hamil. Perubahan pH pada
saluran pencernaan diduga dapat menyebabkan manifestasi infeksi
subklinis H. pylori yang menimbulkan gejala gastrointestinal. Lambung
merupakan sebuah organ yang berisi cairan asam, yang menyebabkan
sebagian besar mikroorganisme tidak mampu berkolonisasi di sini. Namun
penelitian membuktikan bahwa masih cukup banyak spesies bakteri yang
dapat memanfaatkan lambung sebagai tempat tinggal mereka. Salah satu
di antaranya adalah kuman H. pylori. H. pylori mempunyai sifat khusus,
tinggal di bawah lapisan mukus di permukaan epitel atau di mukosa

6
lambung. Bakteri H. pylori ini mempunyai mekanisme resistensi asam,
khususnya urease yang akan menguraikan urea menjadi karbon dioksida
dan ammonia. Ammonia dapat menetralisir asam hidroklorida dan dengan
netralisasi asam di lambung maka bakteri dapat mencapai epitel gaster.

Infeksi H. pylori membutuhkan interaksi yang kompleks dari faktor


bakteri dan host. Beberapa peneliti mengidentifikasi protein bakteri yang
diperlukan untuk kolonisasi H. pylori pada mukosa lambung, termasuk
protein yang aktif dalam pengangkutan organisme ke permukaan mukosa
(misalnya, flagellin, yang disandikan pada gen flaA dan flaB). Begitu
berada di dalam mukosa lambung, bakteri memicu hypochlorhydria
dengan mekanisme yang tidak diketahui. Enzym urease yang dihasilkan
bakteri mengubah lingkungan untuk mempermudah kolonisasi.

Kemudian terjadi perlekatan melalui interaksi antara glycolipid


permukaan sel dan adhesin yang spesifik terhadap H. pylori. Juga ada
peranan protein yang disebut cecropin, yang dihasilkan H. pylori sehingga
menghambat pertumbuhan organisme pesaing, dan juga oleh
adenosinetriphosphatase tipe P yang membantu mencegah alkalinisasi
berlebihan.

Begitu melekat pada mukosa lambung, H. pylori menyebabkan cedera


jaringan dengan rangkaian kejadian yang kompleks yang tergantung pada
organisme dan host. H. pylori, seperti halnya semua bakteri Gram negatif,
mempunyai lipopolisakarida di dalam dinding selnya, yang bertindak
merusak keutuhan mukosa. Lebih jauh lagi, H. pylori melepaskan
beberapa protein patologi yang memicu cedera sel. Sebagai contoh
misalnya, protein CagA, yang dihasilkan cytotoxic-associated gene A
(cagA), adalah protein yang sangat immunogenik.

Selain itu, produk protein vacuolating cytotoxin A gene (vacA) yang


kontak dengan epithelium diketahui terkait dengan cedera mukosa.
Perubahan kekebalan humoral selama hamil juga bisa menyebabkan

7
peningkatan kerentanan terhadap infeksi H. pylori pada kehamilan. Begitu
kolonisasi mukosa lambung terjadi, sifat-sifat immunogenik dari H. pylori
memicu reaksi inflamasi yang menyebabkan manifestasi klinik dari
infeksi. Proses ini diperantarai oleh faktor host, termasuk IL- 1, 2, 6, 8 dan
12, interferon gamma, TNF-, limfosit T dan B serta sel-sel fagositik.
Faktor ini mengantarai cedera melalui pelepasan spesies oksigen reaktif
dan cytokin inflamasi. Selain menyebabkan cedera lokal mukosa lambung,
H. pylori mengubah sekresi lambung normal. Banyak studi menunjukkan
bahwa pasien yang terinfeksi H. pylori mengalami peningkatan kadar
gastrin serum, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan output
asam. Kondisi ini menyebabkan atrophy sel-sel parietal yang bertanggung
jawab dalam memproduksi asam dan sel-sel yang memproduksi gastrin
dari antrum yang menstimulasi sekresi asam dan akhirnya menghasilkan
achlorhydria.

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hiperemesis gravidarum umumnya adalah :

1. Muntah yang hebat


2. Haus
3. Dehidrasi
4. BB menurun (>1/10 normal)
5. Keadaan umum menurun
6. Peningkatan suhu tubuh
7. Ikterik
8. Gangguan kesadaran, delirium
9. Biasanya terjadi pada minggu ke 6-1

Hyperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke


dalam 3 tingkatan, yaitu :
a. Tingkat 1 : Ringan
Mual muntah terus sehingga penderita lemah, tidak mau makan, nadi
meningkat sampai sekitar 100 denyut permenit, tekanan darh sistolik
menurun, BB menurun, nyeri di epigastrium, turgor menurun, lidah
kering, mata cekung.

8
b. Tingkat 2 : Sedang
Mual dan muntah yang hebat sehingga keadaan umum penderita lebih
parah : lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor,
gejala dehidrasi semakin jelas, nadi kecil an cepat, suhu badan naik,
tensi semakin menurun, mata cekung, icterus ringan, BB menurun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapt tercium dalam
hawa pernapasan, dan dapat terjadi asetonuria
c. Tingkat 3 : Berat
Keadaan umum wanita tersebut makin menurun, tanda dehidrasi makin
tampak, muntah berkurang, tekanan darh menurun, nadi makin kecil
dan cepat, suhu badan meningkat. Gangguan faal hati termanifestasi
dari gejala icterus. Keadaan menurun dari somnolen sampai koma,
komplikasi pada susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke) dengan
gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini akibat
sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks.
Hiperemesis gravidarum ada yang kronik dan ada yang akut.
Hiperemesis gravidarum kronik yaitu kemunduran terjadi dengan
lambat laun. Hiperemesis gravidarum akut yaitu kemunduran terjadi
dalam beberapa hari misalnya 1 minggu.

2.5 Patofisologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen
yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksidabutirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah turun. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen kejaringan berkuang pula tertimbunnya zat

9
metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbanganelektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma
mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Fadlundkk).

10
2.6 Pathway

2.7 Penatalaksanaan

11
1. Pencegahan
Langkah yang paling baik adalah pencegahan, sehingga emesis
gravidarum yang dijumpai pada wanita hamil tidak berkembang menjadi
hyperemesis gravidarum. Peran bidan dan perawat adalah
memberi penyuluhan kepada calon ibu dalam menghadapi gangguan mual
dan muntah pada awal kehamilannya. Para calon ibu perlu diyakinkan
bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis dan
gangguan mualmuntah ini akan menghilang setelah kehamilan 4 bulan (16
minggu). Ibu dianjurkan untuk makan lebih sering dengan porsi kecil dan
menghindari makanan berlemak, terlalu manis dan yang berbau serta
berbumbu merangsang makanan yang mengandung karbohidrat (biskuit
kering, roti bakar) lebih baik dari pada gula-gula dan coklat sebagai
sumberenergi. Untuk mengurangi keluhan mual muntah, wanita hamil
tersebut dianjurkan untuk makan biskuit atau roti kering / bakar dengan
teh hangatsebelum turun dari tempat tidur dan melaksanakan aktivitas.

Apabila muntah terus berlanjut dan menganggu kehidupan sehari-


hari, wanita tersebut perlu dirawat inap di RS, dengan
penatalaksanaan sebagai berikut :

2. Obat-obatan
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang
dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan
seperti dramamin, ovamin pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik
seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpasmin.

12
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
dan peredaran udara baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita mau makan, tidak
diberikan makan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilangtanpa pengobatan.

4. Terapin Psikologi
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.

5. Cairan Parenteral
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3
liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapatdiberikan pula asam amino secara intravena.

6. Penghentian Kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya.

1. Gangguann Kejiwaan
- Delirium

13
- Apatis, somnolen sampai koma
- Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle
2. Gangguann Penglihatan
- Pendarahan retina
- Kemunduran penglihatan
3. Gangguan Faal
- Hati dalam bentuk ikterus
- Ginjal dalam bentuk anuria
- Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
- Tekanan darah menurun

7. Diet Hyperemesis Gravidarum


Tujuan

Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk


mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosissecara
berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.

Syarat

Diet Hyperemesis Gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya :

1. Karbohidrat tinggi
2. Lemak rendah
3. Protein sedang
4. Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
5. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan
diberikan sering dalam porsi kecil
6. Bila makan pagi dan siang sulit diterima,
pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
7. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

Macam-macam Diet

Ada 3 macam diet pada Hyperemesis Gravidarum,

yaitu :

14
a) Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan
hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari
roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Karena pada diet
ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan
dalam waktu lama.
b) Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah
sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan
memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersamaan dengan makanan.Pemilihan bahan makanan yang
tepat pada tahap ini dapat memenuhikebutuhan gizi kecualikebutuhan
energi.
c) Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum
ringan. Diet
diberikansesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan be
rsama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi
dan semua zat gizi.

Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah
a) Roti panggang, biskuit, crackers.
b) Buah segar dan sari buah.
c) Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer.

Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I,II, III adalah
makanan yang umumnya
merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan
yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan
(pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

15
2.8 PemeriksaanPenunjang
 Kadar potassium, sodium, klorida, dan protein menurun
 Hemoglobin dan hematokrit menurun
 Urinalisis : adanya keton dan kadang-kadang adanya protein
 Kadar vitamin dalam darah menurun
 BUN, non protein nitrogen, uric acid meningkat

2.9 Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Ikterik
3. Takikardi
4. Alkalosis
5. Menarik diri, depresi
6. Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia,
perubahan mental
7. Suhu tubuh meningkat

16
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Ny.A usia 17 tahun, pendidikan SD, IRT, Suku Sumatra datang ke


puskesmas diantar suaminya Tn B, dengan keluhan lemah, mual, muntah
dan tidak nafsu makan. Mual dan muntah dirasakan tidak mengenal waktu.
Berdasarkan pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, penampilan
tampak lemah, muka pucat, BB 45 kg, TB 155 cm,TD 90/70 mmHg, R 22
x/mnt, N 84 x/mnt, S 37,7 celcius, tampak memegang epigastrium sambil
meringis, beberapa kali tampak nausea dan vomitus, konjungtiva anemis,
mukosa bibir pucat, kering dan pecah-pecah. Berdasarkan anamnesa, BB
sebelum muncul keluhan 50 kg, setiap mencium bau-bauan termasuk
keringat suaminya akan mual dan muntah. Ny. A mengatakan bahwa
dirinya terlambat haid beberapa minggu dan telah melakukan test pack
dengan hasil positif. Riwayat kehamilan saat ini adalah gravida 1 Partus 0
Abortus 0 (G1P0A0). HPHT adalah 1 Januari 2018. Riwayat menarche
klien usia 13 tahun, menikah usia 16 tahun. Berdasarkan riwayat
kehamilan sebelumnya, klien baru pertama kunjungan antenatal di
puskesmas, Tn.B tampak gelisah, ansietas dengan kondisi istrinya dan
tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada
istrinya.

3.2 Pengkajian

A. Identitas Klien
a. Nama : Ny. A
b. Usia : 17 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status : Menikah
e. Alamat : Tidak Terkaji pada kasus
(berisi tentang alamat tempat tinggal klien)
f. Pekerjaan : IRT
g. Pendidikan : SD
h. Suku : Sumatera

17
i. Tanggal Masuk RS : Tidak Terkaji pada kasus
(berisi tentang tanggal, bulan, dan tahun
klien di rawat dirumah sakit)

B. Identitas Penanggung Jawab (berisi tentang data identitas dari


penanggung jawab klien)
a. Nama : Tn. B
b. Usia : Tidak Terkaji pada kasus
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Tidak Terkaji pada kasus
e. Pekerjaan : Tidak Terkaji pada kasus
f. Status Hubungan : Suami klien

C. Keluhan Utama
Klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan.

D. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang kepuskesmas dengan keluhan mual, muntah dan
tidak nafsu makan. Klien mengatakan mual dan muntah yang
dirasakan tidak mengenal waktu, setiap mencium bau-bauan
termasuk keringat suaminya akan mual dan muntah. Klien
mengatakan bahwa dirinya terlambat haid beberapa minggu dan
telah melakukan test pack dengan hasil positif.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Tidak Terkaji pada kasus (Untuk mengetahui apakan pernah
menderita penyakit yang beresiko pada kehamilan seperti diabetes
mellitus, hipertensi, TBC, penyakit jantung serta asma).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak Terkaji pada kasus (Untuk mengetahui adanya resiko
penyakit menular, penyakit keturunan, keturunan kembar, serta
kelainan genetik).

E. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Pada usia 13 tahun
b. Sikus menstruasi : Pada kasus tidak terkaji
c. Lama menstruasi : Pada kasus tidak terkaji

18
d. Banyaknya : Pada kasus tidak
terkaji
e. Sifat darah : Pada kasus tidak terkaji
f. Dismenorhe : Pada kasus tidak terkaji
g. HPHT : 1 Januari 2018
2) Riwayat kehamilan sekarang
a. Status Paritas : G1P0A0
b. Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 8 Oktober 2018
3) Riwayat kehamilan dahulu
Klien belum pernah hamil sebelumnya.
4) Riwayat Antenatal Care (ANC)
Klien baru pertama kali kunjungan antenatal di puskesmas. Data
yang perlu dikaji adalah :
a. Tanggal pemeriksaan : Pada kasus tidak terkaji
b. Tinggi fundus uteri : Pada kasus tidak terkaji
c. Letak dan pergerakan janin : Pada kasus tidak terkaji
d. Detak jantung janin : Pada kasus tidak terkaji
e. Oedema : Pada kasus tidak terkaji
f. Refleks tungkai : Pada kasus tidak terkaji
g. Terapi : Pada kasus tidak terkaji

F. Riwayat pernikahan
1) Usia menikah : Pada usia 16 tahun
2) Lama pernikahan : Pada kasus tidak terkaji
(Untuk mengetahui adanya kemungkinan infertile)

G. Pola fungsi Gordon


1) Pola persepsi kesehatan
Pada saat klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan
klien dibawa suaminya ke puskesmas.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Data subjektif :
a. Klien mengatakan tidak nafsu makan
b. Klien mengeluh mual dan muntah yang dirasakan tidak
mengenal waktu
Data objektif :
a. Klien mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 kg dari 50
kg sebelum muncul keluhan ke 45 kg.
b. Klien tampak pucat
c. Mukosa bibir klien pucat, kering dan pecah-pecah
d. Beberapa kali tampak nausea dan vomitus
3) Pola eliminasi
Pada kasus tidak terkaji
4) Pola aktivitas dan latihan

19
Klien tampak lemah
5) Pola tidur dan istirahat
Pada kasus tidak terkaji
6) Pola kognitif dan perseptual
Klien tampak memegang epigastrium sambil meringis
7) Pola persepsi dan konsep diri
Pada kasus tidak terkaji
8) Pola peran dan hubungan
Pada kasus tidak terkaji
9) Pola seksual dan reproduksi
a. Klien menarche pada usia 16 tahun
b. Klien mengatakan terlambat haid beberapa minggu dan telah
melakukan test pack dengan hasil positif.
c. HPHT pada tanggal 1 Januasi 2018
10) Pola stress dan koping
Pada kasus tidak terkaji

H. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran (GCS) : Compos Mentis
3) TTV
a. Tekanan darah : 90/70 mmHg
b. Respirasi Rate : 22 kali/menit
c. Nadi : 84 kali/menit
d. Suhu : 37,7 °C
4) Antropometri
a. Tinggi badan : 155 cm
b. Berat badan : 45 kg
c. Lingkar lengan atas : Pada kasus tidak terkaji (nilainya
harus lebih dari 23,5 cm. LILA menunjukkan status nutrisi ibu
hamil. LILA < 23,5cm menunjukkan status nutrisi ibu hamil
kurang dan harus mendapatkan penanganan agar tidak
berkomplikasi pada janin)

I. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus tidak terkaji.

J. Terapi
Pada kasus tidak terkaji.

K. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

20
DS: Frekuensi mual Kekurangan volume
dan muntah cairan
 Klien mengeluh lemah
 Klien mengeluh mual dan berlebihan
muntah yang tidak
mengenal waktu
DO:

 Penampilan tampak lemah


 Muka tampak pucat
 Beberapa kali tampak
vomitus dan nausea
 Konjungtiva anemis
 Mukosa bibir pucat, kering
dan pecah-pecah
 Penurunan BB
Sebelum ada keluhan 50
kg
Sesudah ada keluhan 45
kg
 Suhu tubuh 37,7oC
(meningkat)
 TD: 90/70 mmHg
(menurun)

DS: Pengeluaran Ketidakseimbangan


nutrisi nutrisi kurang dari
 Klien mengeluh tidak
nafsu makan. berlebihan kebutuhan tubuh
 Klien mengeluh mual dan
muntah
DO:

 Mukosa bibir tampak


pucat
 Tampak nausea dan
vomitus
 Memegang epigastrium
sambil meringis
 BB di bawah rentang berat
badan ideal ibu hamil
BB sebelum keluhan 50kg

21
BB sekarang 45 kg
TB: 150 cm
Usia kehamilan sekarang
14 minggu
BBIH: 49,9

Tn.B Ansietas Risiko gangguan


terhadap hubungan ibu-janin
kondisi istrinya
dan tidak tahu
apa yang harus
dilakukan

3.3 Diangnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan bd Frekuensi mual dan muntah berlebihan
ditandai dengan Klien mengeluh lemah, Klien mengeluh mual dan muntah
yang tidak mengenal waktu, Penampilan tampak lemah, Muka tampak
pucat, Beberapa kali tampak vomitus dan nausea, Konjungtiva anemis,
Mukosa bibir pucat, kering dan pecah-pecah, Penurunan BB (Sebelum ada
keluhan 50 kg, Sesudah ada keluhan 45 kg), Suhu tubuh 37,7 oC
(meningkat), TD: 90/70 mmHg (menurun)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Klien
mengeluh tidak nafsu makan, Klien mengeluh mual dan muntah, Mukosa
bibir tampak pucat, Tampak nausea dan vomitus, Memegang epigastrium
sambil meringis, BB di bawah rentang berat badan ideal ibu hamil (BB
sebelum keluhan 50kg, BB sekarang 45 kg, TB: 150 cm, Usia kehamilan
sekarang 14 minggu, BBIH: 49,9)
3. Risiko gangguan hubungan ibu-janin b.d Tn.B Ansietas terhadap kondisi
istrinya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan

3.4 Intervensi
1. Kekurangan volume cairan b.d frekuensi mual dan muntah berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kebutuhan
cairan klien terpenuhi.
KH : 1. Tidak terjadi dehidrasi

22
2. Tidak mual dan muntah
3. Turgor kulit baik dan membrane mukosa lembab
4. TD dan suhu dalam batas normal
Intervensi :
Management mual dan muntah
1. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk frekuensi, durasi,
tingkat keparahan, dan faktor pencetus dangan menggunakan
pengkajian Rhodes index of nausea and vomiting
2. Evaluasi dampak mual pada kualitas hidup (mukosa, aktivitas, dan
tidur)
3. Kendalikan faktor yang mengakibatkan mual (bau yang tidak
menyenangkan, seperti bau keringat suami)
4. Ajari penggunaan teknik non farmakologi untuk mengelola muntah
(misalnya biofeedback,hipnosis, relaksasi,distraksi, akupresur)
5. Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup untuk memfasilitasi
pengurangan mual
6. Berikan cairan bening dingin yang bersih dan tidak berbau
7. Berikan informasi menganai mual
8. Berikan dukungan fisik selama muntah (misalnya membantu untk
membungkuk atau menopang kepala)
9. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada muntah
yang terjadi selama 30 menit
10. Kolaborasi pemberian antiematikyang efektif diberikan untuk
mencegah muntah (anti-histamin, serotin antagonis)
11. Kolaborasi pemberian vitamin dan kalium jika diperlukan
12. Monitor TTV
13. Timbang berat badan harian
14. Pantau intake dan output

2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pengeluaran


nutrisi berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
KH : 1. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3. Tidak mengalami nyeri
Intervensi :
Monitor nutrisi
1. Monitor BB
2. Monitor tumbang janin
3. Lakukan pengukuran antropometrik pada tubuh
(CIMT, pengukuran pinggang, lapisan kulit)
4. Monitor adanya warna pucat konjungtiva
5. Lakukan pemeriksaan lab.

23
Manajemen Nutrisi

1. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Jalani diet seimbang yang terdiri dari protein, karbohidrat, vitamin, dan
mineral
3. Anjurkan untuk memperoleh asupan tambahan
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
6. Tingkatkan istirahat dengan berbaring santai dan ganjal dengan bantal
pada bagian setara punggung dan dada untuk mencegah naiknya asam
lambung

3. Risiko gangguan hubungan ibu-janin b.d Tn.B Ansietas terhadap kondisi


istrinya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
KH : 1. Tn. B tahu apa yang harus dia lakukan terhadap istrinya
2. Pengetahuan Tn. B akan istrinya meningkat
Intervensi :
1. Motivasi untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutan terhadap
perubahan yang terjadi
2. Berikan materi Pendidikan kesehatan yang membahas faktor risiko dan
tindakan yang bias dilakukan
3. Ajarkan keluarga mengenai Teknik perawatan mandiri untuk
meningkatkan kesehatan (diet, modifikasi aktivitas, pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan yang rutin dan pencegahan
aktivitas seksual yang aman termasuk tidak melakukan hubungan
seksual)
4. Diskusikan pentingnya berpatisipasi dalam perawatan prenatal
sepanjang periode kehamilan, sembari menganjurkan keterlibatan
pasangan pasien.
5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai adanya perubahan
selama kehamilan.

24
25
BAB 4

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapt disimpulkan bahwa Hiperemesis


Gravidarum adalah dimana keadaaan ibu hamil mual dan muntah lebih
dari 10 kali dalm 24 jam, sehingga mengangu kesehatan dan pekerjaan
sehari-hari. Beberapa factor predisposisi yang bisa menyebabkan ibu
mengalami Hiperemesis Gravidarum yaitu serring terjadi pada
primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda, faktror organic dan
factor psikologis. Adapaun tanda dan gejala dari Hiperemesis Gravidarum
terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu : tingkat 1 (mual dan muntah terus
sehingga penderita lemah, tidak mau makan), tingkat 2 (mual dan muntah
yang hebat shinga keadaan umum penderita semakin parah), tingkat 3
(keadaan menurun dari somnolen sampai koma, dan timbul komplikasi
susunan saraf pusat). Penatalaksanaan yang perlu diberikan terhadap ibu
hamil dengan Hiperemesis Gravidarum adalah pemberian obat-obatan
(seperti vitamin B1 dan B6, anti histamika), isolasi, terapi psikologi
dimana meyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
dan hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, pemberian cairan
parenteral, penghentian kehamilan, dan tatalaksana diet yang baik pada
hiperemesis gravidarum. Selanjutnya pemeriksaaan yang dilakukan pada
penderita hiperemesis gravidarum yaitu kadar hemglobin dan hematokrit
menuru, pemeriksaan urinalisis, pemeriksaan kadar vitamin dalam darah,
BUN, non protein nitrogen dan uric acid meningkat. Hiperemesis
Gravidarum juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain
sebagai berikut : dehidrasi, ikterik, takikardi, alkaloasis, menarik diri,
depresi, ensefalopati wernik dan suhu tubuh meningkat.

26
4.2 Saran

Sebagai perawat kita harus mengetahui asuhan keperawatan yang


akan diberikan jika menghadapi kondisi klien dengan Hiperemesis
Gravidarum. Sebaiknya perawat memberikan penangan terbaik kepada
pasien hiperemesis gravidarum agar klien dapat menjalani proses
kehamilan dengan lancar sampai pada proses persalinan dengan selamat.

27
DAFTAR PUSTKA

Arief.B. 2009.BukuSakuMaternitasEdisi 3. ECG. Jakarta

Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta.

Prawirohardjo. 2005.IlmuKebidanan, Jakarta; TridasaPrinter.

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: SalembaMedika. Hlm.


39-40.

28
LAMPIRAN

STEP I

1. Vomitus : istilah medis untuk muntah dimana vemitus


merupakan refleks kompleks ang diperantarai oleh pusat muntah
2. Nausea : rasa mual pada perut yang mengisyaratkan untuk
muntah.
3. Composmentis : kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab
pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa dengan baik
4. Test pack : alat uji kehamilan berbentuk stik yang dirancang
untuk mengetahui apakah urin yang dijadikan sampel mengandung
hormon hCG.
5. Partus : proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari),
yang dapat hidup kedunia dari rahim melalui jalan lahir (persalinan).
6. Gravida : salah satu komponen dari status paritas yang sering
ditulis dengan notasi G-P-Ab. Dimana G menyatakan jumlah kehamilan
(gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah
abortus.
7. Abortus : berakhirnya kehamilan yang disebabkan oleh
akibat-akibat tertentu, pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
8. HPHT : hari pertama haid terakhir atau hari pertama siklus
menstruasi
9. Menarche : haid pertama dari uterus yang merupakan awal dari
fungsi menstruasi dan tanda telah terjadinya pubertas pada remaja putri.
10. Kunjungan antenata : pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar.

STEP II

29
1. Apa alasan Ibu A. sensitif terhadap bau-bauan termasuk keringat suaminya
sendiri.?
2. Apakah keluhan mual dan muntah serta tidak nafsu makan yang dialami
oleh ibu hamil normal? Dan apa dampak dari keluhan yang dirasakan oleh
Ibu A.?
3. Apa penyebab dari nyeri epigastrium yang dirasakan oleh Ibu A.?
4. Mual muntah yang bagaimana dan berapa lama normalnya yang dirasakan
oleh ibu hamil.?
5. Apakah sama penatalaksanaan epigastrium pada ibu hamil dan orang
biasa.?
6. Apa yang menjadi penyebab turunnya berat badan pada Ibu A.?
7. Bagaimana penatalaksanaan nutrisi pada ibu hamil yang mengalami mual
dan muntah seperti pasien pada kasus.?
8. Apa interpretasi dari penggunaan test pack.?
9. Apa yang dimaksud dengan gravida 1 partus 0.?
10. Apa alasan dari dilkukannya pengkajian menarche.?
11. Bagaimana cara mengatasi ansietas yang dirasakan Tn. B dan pendidikan
kesehatan seperti apa yang dapat diberikan pada Ibu A.?

STEP III

1. Penyebab ibu hamil (ibu A. pada kasus) sensitif terhadap bau-bauan


maupun keringat suaminya sendiri pada umumnya dikarenakan oleh
perubahan hormonal tubuh pada ibu hamil, seperti hormon hCG dan
estrogen menjadi penyebab perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
ibu hamil, salah satunya adalah peningkatan indra penciuman. Peningkatan
hormon hCG tersebut juga menjadi penyebab morning sickness pada ibu
hamil.
Saat wanita sedang hamil volume plasma darah dalam tubuh mengalami
peningkatan sampai 50%, sehingga aliran darah bergerak keotak
meningkat lebih cepat dengan jumlah yang lebih besar. Dan peningkatan
aliran darah ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
penciuman ibu, dan membuat reaksi terhadap aroma menjadi lebih kuat.
2. Mual dan muntah yang dirasakan oleh ibu hamil pada trimester pertama
termasuk kategori normal, tetapi pada kasus Ny. A mual muntah yang

30
dirasakan pada trimester pertamanya sudah tidak normal lagi karena suda
dirasakan tidak mengenal waktu dan mual muntah yang dirasakan tidak
mengenal waktu tersebut bisa menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak
segera ditangani, karena ibu hamil yang mengalami hal seperti itu
dikhawatirkan mengalami hiperemesis gravidarum. Selain mengalami
mual dan muntah, Ny. A juga mengalami tidak nafsu makan, dimana
keadaan seperti itu bisa menyebabkan Ny.A mengalami kekurangan cairan
dan nutrisi.
3. Nyeri epigastrium atau rasa sensasi terbakar disekitar dada yang biasanya
dirasakan oleh ibu hamil biasanya terjadi selama beberapa bulan diawal
kehamilan atau bahkan juga terjadi selama sepanjang kehamilan. Dimana
nyeri ulu hati yang dirasakan ibu hamil tersebut biasanya disebabkan oleh
peningkatan sekresi hormon wanita, yaitu progesteron. Peningkatan
hormon progesteron ini dapat menyebabkan pengenduran katup antara
perut dan kerongkongan, karena itu asam lambung bisa merambat naik ke
perut dan itulah hal yang menyebabkan rasa panas atau rasa terbakar
disekitar dada yang dapat mengganggu ibu hamil.
4. mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil biasanya akan hilang dengan
sendirinya seiring dengan bertambahnya usia kehamilan ibu hamil
tersebut. Begitu memasuki usia kandungan 12 sampai 14 minggu, rasa
mual yang dialami oleh ibu biasanya akan mulai berkurang dan bahkan
menghilang pada banyak wanita. Tapi saat rasa mual dan muntah dirasakan
terus menerus tak kenal waktu dan sudah terbilang parah, maka sangat
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit.
5. Tidak terdapat perbedaan penatalaksanaan epigastrium pada ibu hamil
maupun pada orang biasa. Dimana penatalaksanaan nyeri epigastrium
yaitu :
 Hindari makanan yang menyebabkan reaksi pada lambung, seperti
minuman bersoda, makanan asam, makanan berlemak, makanan pedas
dan makanan yang penuh bumbu.
 Hindari kopi dan cokelat, yang biasa memicu naiknya asam lambung.
 Makanlah dengan porsi yang kecil tapi lebih sering.
 Kunyahlah makanan dengan pelan-pelan dan jangan terburu-buru

31
 Konsumsi makanan dengan tinggi serat.
 Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman pada ibu hamil.
 Pada saat ingin tidur atau beristirahat, gunakanlah beberapa bantal
untuk menopang perut dan kaki.
 Konsumsi obat yang mungkin bisa membantu menetralkan asam
lambung, sekaligus mengurangi rasa sakit.
6. Penyebab berat badan Ny. A mengalami penurunan ditinjau dari kasus
yaitu dikarenakan Ny. A mengalami mual dan muntah yang tidak
mengenal waktu atau yang dikenal juga dengn hiperemesis gravidarum,
dimana merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya
penurunan berat badan karena kondisi akan mengakibatkan penurunan
nafsu makan berkurang, atau bahkan apa yang sudah dimakan atau
dikonsumsipun bisa dimuntahkan lagi.
7. Cara untuk memenuhi nutrisi pada ibu hamil yang mengalami mual dan
muntah
a. Makanan yang dianjurkan pada ibu hamil yang mengalami mual dan
muntah :
 Makanan dan minuman yang memiliki rasa kecut seperti air jeruk,
minuman yang mengandung karbonat juga dapat mengurangi rasa
mual.
 Bila terasa haus dan ingin muntah, cobalah untuk mengulum
potongan es.
 Minum air sesering mungkin diantara dua waktu makan, hindari
minum air selagi makan, air mulai diminum 30 menit sebelum
makan dan 30 menit sesudah makan.
 Makan tinggi karbohidrat dan protein dapat menurunkan rasa mual
dan muntah seperti roti, biskuit, kacang-kacangan dan susu.
 Jahe biasanya diberikan dalam bentuk minuman seduh, bubuk,
kapsul atau dikonsumsi secara segar.
b. Makanan yang dihindari dan dibatasi pada ibu hamil yang mengalami
mual dan muntah :
 Makanan yang beriminyak dan digoreng, seperti mentega,
margarin, minyak, daging babi, saus salad, kue kering, kue tart, dan
kuah daging karena dapat menimbulkan rasa mual.

32
 Bumbu-bumbu yang tajam seperti bawang merah, bawang putih,
merica, cabe, serta bumbu-bumbu lainnya.
 Makanan yang dapat menimbulkan gas, seperti ketimun, brokoli,
bawang, lobak, kacang kering sebaiknya tidak disantap untuk
menghindari timbulnya rasa mual.
 Jangan minum atau makan sup pada waktu makan.
 Dianjurkan untuk makan makanan yang kering dan tidak berkuah.
8. Interpretasi testpack :
 Test pack negatif : hanya terlihat satu garis berwarna merah, yaitu
garis kontrol yang berada diatas dekat dengan bagian yang kita pegang
saat mencelupkan testpack kedalam urin. Testpack negatif ini berarti
tidak terdapat hormon beta-hCG yang terdeteksi sehingga disimpulkan
tidak hamil.
 Testpack positif : setelah selesai mencelupkan testpack kedalam urin,
terlihat hasil dua garis berwarna merah pada garis atas (garis kontrol)
dan garis yang berada dibawah (garis yang menunjukkan terdapatnya
hormon hCG). Yang berarti dapat disimpulkan hasilnya adalah positif
hamil.
 Testpack infalid : pada saat setelah dilakukan pencelupan testpack
kedalam urin, tidak terdapat hasil atau hasilnya tidak dapat digunakan
karena tidak adanya garis kontrol. Jadi disimpulkan hasilnya tidak
dapat digunakan dan dianjurkan untuk melakukan tes ulang.
9. Yang dimaksud dengan G1P0, dimana G itu merupakan Gravida yang
berarti hamil dan P itu sendiri merupakan Partus yang berarti melahirkan,
jadi G1P0 itu merupakan wanita itu baru mengalami hamil 1 kali dan
belum pernah melahirkan.
10. Alasan dari dilakukan pengkajian menarche adalah untuk mengetahui
tingkat kesuburan seorang wanita dan untuk mendapatkan gambaran
tentang bagaimana keadaan dasar dari organ reproduksi wanita tersebut.
11. Cara mengatasi ansietas Tn. B yaitu dengan cara menjelaskan mengenai
apa yang dialami oleh istrinya dan memberi pendidikan kesehatan pada
Tn. B maupun Ny. A :
 Nutrisi yang tepat untuk ibu hamil
 Jenis-jenis makanan seperti apa saja yang sebaiknya diberikan pada
ibu hamil

33
 Tambahan gizi seperti apa yang seharunya diberikan pada ibu hamil
 Jenis makanan yang penting setiap hari dikonsumsi oleh ibu hamil
 Perubahan-perubahan seperti apa saja yang akan dialami oleh ibu
hamil
 Istirahat yang sangat dibutuhkan
 Cara tidur yang nyaman untuk ibu hamil
 Kebutuhan pakaian
 Imuniasis ibu hamil
 Senam hamil
 Kunjungan pemeriksaan kehamilan yang harusnya rutin selalu
dilakukan
 Tanda-tanda dini bahaya yang harus diwaspadai

34
STEP IV Ny. A terlambat
MINDMAPPING haid beberapa
minggu
Test Pack +

Keluhan : - mual, muntah tidak mengenal


waktu

Datang ke puskesmas kunjungan antenatal

Pemeriksaan Anamnesa
Fisik
- BB sebelum >
GCS : TTV : Inspeksi :
sekarang
Composment - TD: 90/70 - Pasien tampak - Mual saat
mmHg lemah mencium
- RR : 22x/i - Muka pucat
- Nadi : 84x/i - Tampak keringat suami
- Suhu : 37,7 memegang - Riwayat
C
0
epigastrium G1P0A0
- Nampak nausea - HPHT : 1
dan vomitus Januari 20188
- Konjungtiva - Menarche : 13
anemis
- Mukosa bibir th

Data Fokus

35
Hiperemesis Gravida

- Tampak konjungtiva anemis - Terlambat haid berminggu-


- Mual muntah tidak mengenal
minggu
waktu - Testpack positif
- Tidak nafsu makan - Mual muntah tidak mengenal
- Lemah, muka pucat
waktu
- Mukosa bibir pucat, kering
- Mual saat mencium keringat
dan pecah-pecah.
suami
- Tampak memegang

HIPEREMIS
GRAVIDA

36
STEP V

Learning Objective

10. Apakah kegunaan HPHT dan bagaimana cara menghiung usia


kehamilan?

Jawab :

- Tujuan atau guna HPHT yaitu untuk menentukan tafsiran persalinan,


siklus, atau usia kehamilan.
- Cara menghitung usia kehamilan :
a. Menghitung Usia Kehamilan Berdasarkan Riwayat menstruasi
(HPHT)
Usia kehamilan secara tradisional dapat diperkirakan dengan cara
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT). Estimasi ini
mengasumsikan bahwa konsepsi terjadi pada hari ke 14 dari siklus
menstruasi. Kekurangan pada metode ini adalah bahwa waktu ovulasi
sangat bervariasi dalam kaitannya dengan siklus menstruasi, baik dari
siklus ke siklus dan dari individu ke individu. Menghitung Usia
Kehamilan dengan HPHT ini cenderung menghasilkan usia gestasi yang
terlalu tinggi (lebih tua). Dengan tingkat kesalahan plus minus 2
minggu.
Cara Menghitung Usia Kehamilan dengan HPHT ini yaitu:
HPHT dihitung sebagai hari pertama mulai hamil, sebagai contoh: Jika
sekarang tanggal 25 November 2013 dan HPHT tanggal 25 Oktober
2013, maka usia kehamilan saat ini adalah 4 minggu atau 1 bulan.
HPHT ini juga dapat digunakan untuk menghitung perkiraan hari
persalinan, dikenal dengan rumus Naegele yaitu (untuk yang memiliki
siklus menstruasi 28 hari) :
 Hari Perkiraan Lahir (HPL) = Tanggal hari pertama haid terakhir +
7, bulan – 3, tahun + 1.
 Jika bulan tidak bisa dikurangi 3 maka bulan ditambah 9 dan tidak
ada penambahan tahun.

37
Untuk yang memiliki siklus menstruasi selain 28 hari maka rumus nya
menjadi:
 HPL = HPHT + 9bulan + (lama siklus haid – 21 hari)
Dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa usia kehamilan
normal sampai lahir adalah 280 hari sejak HPHT.

b. Menghitung Usia Kehamilan berdasarkan Gerakan Janin


Gerakan Janin yang digunakan untuk menghitung usia kehamilan yaitu
gerakan janin yang dirasakan pertama kali oleh ibu hamil. Biasanya
mulai dapat dirasakan ibu hamil pada usia kehamilan 19-21 minggu
pada wanita nulipara (baru pertama hamil) dan pada usia kehamolan 17-
19 minggu pada wanita multipara (hamil kedua dan seterusnya).

c. Pemeriksaan Klinis: Tinggi Rahim (fundusuteri)


Tinggi rahim atau fundusuteri ibu hamil dapat digunakan untuk
memperkirakan usia kehamilan, namun sebaiknya hal ini dilakukan
oleh tenaga profesional (dokter atau bidan) agar hasilnya akurat.
Menghitung usia kehamilan berdasarkan fundusuteri ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Menggunakan Palpasi (perabaan) tinggi rahim. Pemeriksa akan
melakukan perabaan (palpasi) untuk mencari fundusuteri, untuk
menghitung usia kehamilan tinggi fundusuteri yang didapat akan
dibandingkan dengan patokan standar, yakni:
 12 minggu >> 1/3 di atas simpisis
 16 minggu >>simpisis-pusat
 20 minggu >> 2/3 di atas simpisis
 24 minggu >> Setinggi pusat
 28 minggu >> 1/3 di atas pusat
 34 minggu >> pusat-prosessusxifoideus
 36 minggu >> Setinggi prosessusxifoideus

38
 40 minggu >> 2 jari di bawah prosessusxifoideus
Menggunakan Pita Ukur
 Dilakukan setelah usia kehamilan 22-24 minggu.
 Gunakan pita ukur (seperti pita ukur yang di pakai penjahit) Titik
nol pita ukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis kemudian pita
ditarik melewati garis tengah perut sampai puncak rahim.
 Hasilnya dibaca dalam skala cm dan bandingkan hasilnya dengan
patokan standar.

d. Menghitung Usia Kehamilan dengan USG


USG adalah teknik yang paling akurat untuk memperkirakan atau
menghitung usia kehamilan (Gestational Age). Manfaat lain dari
ultrasonografi obstetrik meliputi deteksi kehamilan kembar dan
kelainan janin, serta identifikasi plasenta previa. Untuk menghitung
usia kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
 Mengukur diameter kantong kehamilan (GS=gestationalsac) pada
ibu hamil muda kira-kira 6-12 minggu kehamilan.
 Mengukur jarak kepala-bokong janin (GRI=grownrumplength)
pada usia kehamilan 7-14 minggu dibandingkan dengan standar
acuan.

 Mengukur diameter kepala janin atau Diameter biparietal


(BPD=Biparietal Diameter) pada usia kehamilan diatas 12 minggu.

39

Anda mungkin juga menyukai