Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUGAS INDIVIDU

PEMERIKSAAN DDST, MANAJEMEN IMUNISASI, dan ASUHAN KEPERAWATN


IKTERUS NEONATORUM

Mata Ajar :Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : SitiIndatul Laily, S.Kep.Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

LUTFY IKA AYU M.M

NIM : 202073015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
Ikterus Neonatorum

Skenario Kasus

Seorang bayi laki-laki usia 4 hari di bawa ibunya ke rumah sakit karena sejak 3 jam
yang lalu bayi tampak kuning pada wajah dan badannya. Menurut ibunnya bayi
tersebut hanya sedikit mendapat asi karena asi ibunya sulit keluar. Keadaan umum
baik , S: 36,9 C, Nadi:132x/menit, RR: 42x/menit. BB: 3400 gram , TB : 51 cm,
LK : 35 cm,  LLA : 11 cm, LD : 30 cm, LP : 34 cm Kadar bilirubin 12 mg/dL.
1. Pengkajian
A. Identitas
Nama : An.L
Usia : 4 hari
Anak ke :2

B. Keluhan utama
Ibu membawa bayinya ke rumah sakit karena sejak 3 jam lalu bayi tampak
kuning.
C. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bayinya tampak kuning pada wajah dan badannya, sejak 3
jam yang lalu. Menurut ibunnya bayi tersebut hanya sedikit mendapat asi
karena asi ibunya sulit keluar.
D. Riwayat penyakit Dahulu
Ibu mengatakan bayinya tidak mempunyai penyakit apapun sejak dilahirkan
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik,
Kesadaran : compos mentis
3. Antropometri :
a.     BB :  3400 gr
b.     TB : 51 cm
c.     LK : 35 cm
d.     LLA : 11 cm
e.     LD : 30 cm
f.      LP : 34 cm
4. Tanda Vital :
S : 36,9
N : 132 x/mnt
R : 42 x/mnt 
4.     Pemeriksaan Umum
a. Kepala
Bentuk tampak simetris, rambut hitam, tidak nampak cephal haematoma, LK 35 cm,
tidak tampak hydrocephalus, fontanel belum menutup, caput cecudanum ada.
b. Mata
- Bentuk dan gerak mata : bentuk simetris, reflek mengedip dan melirik masih
kurang.
- Konjunctiva : tidak anemis
- Sklera : ikterik
- Pupil : reflek cahaya baik
- Lensa : tampak bening
- Kelopak mata : tampak simetris, dapat menutup rapat, reflek mengedip ada
c. Hidung
- Mukosa : lembab, tidak tampak lesi atau massa
- Septum : simetris
- Bulu hidung : tampak distribusi merata
- Penyumbatan, perdarahan, sekret : tidak nampak
d. Mulut
- Warna : merah muda
- Lidah : tampak simetris, warna merah muda, tidak nampak lesi, massa atau
beslag
- Gigi : belum tumbuh
- Bibir : Tampak simetris, warna merah muda, tidak tampak lesi atau massa
e. Telinga
- Bentuk dan besar : tampak simetris dan proporsional
- Letak : kanan dan kiri, spina sejajar dengan ujung mata
- Daun telinga : tampak menonjol
- Tidak nampak ada benjolan massa
- Membran telinga : tampak utuh, bening/transparan
- Tidak tampak sekret dan tidak bau
f. Leher
- Gerakan leher : menengok ke kanan atau ke kiri, reflek tonick neck ada
- KGB / Kelenjar tiroid : tidak teraba
- Vena jugularis : tidak meningkat
- Tidak tampak oedem, massa / lesi.
g. Dada
Gerak dan bentuk simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak tampak lesi/massa
h. Pola nafas teratur, bunyi nafas vesikuler, frekuensi nafas 39 x/mnt, tidak terdengar
wheezing, ronchi, krepitasi/stridor.
i. Perut
- Inspeksi : warna kulit sama dengan permukaan tubuh yang lain, tampak
ikterik, kelembaban baik, tampak cembung, simetris, tidak tampak lesi.
- Auskultasi : bising usus 10 – 11 x/mnt
- Perkusi : bunyi perkusi pekak
- Palpasi : tidak teraba massa, hepar atau lien
j. Kulit
Tampak ikterik diseluruh tubuh terutama wajah, kelembaban baik.
k. Ekstremitas
- Atas : Gerak aktif, jumlah jari dan kuku lengkap, tidak tampak sianosis,
reflek grasping baik, tampak kuning pada kedua tangan
- Bawah : Gerak aktif, jumlah jari dan kuku lengkap, tidak tampak sianosis,
reflek babinski baik, tidak tampak lesi, tampak kuning pada kedua kaki
l. Genetalia dan Rectum
Tidak ada kelainan, labia mayora menutup labia minor, lubang anus ada.

5. Penatalaksanaan

1.      Terapi sinar (fototerapi)

Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar

bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi,

bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam

air tanpa harus diubah dulu  oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya

menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan

resiko yang lebih fatal.


Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon

dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah

dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang

disebut flaxy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga

intensitasnya lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh

bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup

dengan menggunakan kain kasa.

Tujuannya untuk mencegah efek cahaya yang berlebihan dari lampu-

lampu tersbut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna

sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat

kelaminnya, agar kelak tak terjadi resiko terhadap organ reproduksi itu, seperti

kemandulan.

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah,

terlentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Jika sudah

turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan.

Rata-rata dalam jangka waktu dua hari sibayi sudah boleh dibawa pulang.

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi.

Ada kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami

dehidrasi karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru

akan meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus. Alhasil,

gerakan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak

semua bayi akan mengalaminya, hanya pada kasus  tertentu saja. Yang pasti,


untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap

memberikan ASI pada bayi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :

a. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam,

untuk menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang

digunakan.

b. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena

sinar.

c. Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya

untuk     mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat

pemberian minum dan kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang

visual pada neonatus. Pemantau iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan

membuka penutup mata.

d. Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat memantulkan

cahaya  untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi.

e. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi, untuk

mendapatkan energi yang optimal

f. Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas

mungkin

g. Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu

h. Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses dan

muntah diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi

i. Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan

j. Lamanya terapi sinar dicatat


Apabila dalam evaluasi kadar bilirubin berada dalam ambang batas

normal, terapi sinar dihentikan. Jika kadar bilirubin masih tetap atau tidak

banyak berubah, perlu dipikirkan adanya beberapa kemungkinan, antara lain

lampu yang tidak efektif atau bayi yang menderita dehidrasi, hipoksia,

infeksi, gangguan metabolisme dan lain-lain. Keadaan demikian

memerlukan tindakan kolaboratif dengan tim medis.

Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun, efek

samping tersebut bersifat sementara yang dapat dicegah atau ditanggulangi

dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan

pemantauan keadaan bayi secara berkelanjutan.

Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi

sinar adalah :

a. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak teratur (insensible water loss)

Energi fototerapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan menyebabkan

peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi premature atau berat

lahir sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan pemberian cairan

tambahan.

b. Frekuensi defekasi meningkat

Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan meningkatkan pembentukan

enzim laktase yang dapat meningkatkan peristaltic usus. Pemberian susu

dengan kadar laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare.

c. Timbul kelainan  kulit “flea bite rash” di daerah muka badan dan

ekstrimitas
Kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada

beberapa terjadi “Bronze baby syndrom” hal ini terjadi karena tubuh tidak

mampu mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna

kulit ini bersifat sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh

kembang bayi.

d. Peningkatan suhu

Beberapa neonatus yang  mendapat terapi sinar, menunjukkan kenaikan

suhu lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan

suhu tubuh bayi pada bayi premature fungsi termostat atau yang belum

matang. Pada keadaan ini fototerapi dapat dilanjutkan dengan mematikan

sebagian lampu yang digunakan dan dilakukan pemantauan suhu tubuh

neontus dengan jangka waktu (unterval) yang lebih singkat.

e. Kadang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum, lateragi, dan

iritabilitas. Keadaan ini bersifat sementara dan akan hilang dengan

sendirinya.

f. Gangguan pada mata dan pertumbuhan

Kelainan retina dan gangguan pertumbuhan ditemukan pada binatang

percoban. Pada neonatus yang mendapat terapi sinar, gangguan pada retina

dan fungsi penglihatan lainnya serta gangguan tumbuh kembang tidak dapat

dibuktikan dan belum ditemukan, walupun demikian diperlukan

kewaspadaan perawat tentang kemungkinan timbulnya keadaan tersebut.

1. Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin

terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan

terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan


kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai

karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya

keterbelakangan mental, cerebrel palsy, gangguan motorik dan bicara, serta

gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah

teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.

Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari donor dengan

cara mengeluarkan darah neonatus dan masukkan darah donor secara berulang

dan bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang diganti sama

dengan yang dikeluarkan. Pergantian darah bisa mencapai 75-85% dari jumlah

darah neonatus.

Tujuan transfusi tukar adalah untuk menurunkan kadar bilirubin

indirek, mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis, membuang antibody yang

menyebabkan hemolisis, dan mengoreksi anemia.

Transfusi tukar akan dilakukan oleh dokter pada neonatus dengan

kadar bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dari 20mg% atau

sebelum bilirubin mencapai kadar 20 mg%. Pada neonatus dengan kadar

bilirubin tali pusat lebih dari 4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang

dari 10 mg%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah yang

digunakan sebagai darah pengganti (darah donor) ditetapkan berdasarkan

penyebab hiperbilirubinemia.

Transfusi tukar dilakukan,  tetapi sebelumnya label darah harus

diperiksa apakah sudah sesuai dengan permintaan dan tujuan transfusi tukar.

Darah yang digunakan usianya harus kurang dari 27 jam. Darah yang akan

dimasukan harus dihangatkan dulu, 2 jam sebelum transfusi tukar bayi


dipuasakan, bila perlu dipasang pipa nasogastrik, lalu bayi dibawa ke ruang

aseptic untuk menjalani prosedur transfusi tukar.

Prosedur transfusi tukar :

Bayi ditidurkan di atas meja dengan fiksasi longgar, pasang monitor

jantung dengan alarm jantung diatur di luar batas 100-180 kali/ menit,

masukkan kateter ke dalam vena umbilikalis, melalui kateter darah bayi

dihisap sebanyak 200 cc lalu dikeluarkan, kemudian darah pengganti sebanyak

200 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Setelah menunggu 20 detik, lalu

darah bayi diambil lagi sebanyak 200 cc dan

dikeluarkan. Kemudian dimasukan darah pengganti dengan jumlah yang sama.

Demikian siklus penggantian tersebut diulangi sampai selesai. Kecepatan

menghisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi diperkirakan 1,8

kg/cc BB/menit. Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar 140-180

bergantung pada tinggi rendahnya kadar bilirubin sebelum transfusi tukar.

Saat transfusi tukar, darah donor dihangatkan sesuai suhu temperatur

ruang. Pemanasan darah dapat merusak eritrosit yang akan menghemolisis dan

menghasilkan bilirubin. Pemanasan tidak boleh dilakukan secara langsung dan

tidak boleh menggunakan microwave. Darah dihangatkan dengan koil

penghangat yang dirancang untuk tujuan tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan selama transfusi tukar berlangsung,

perawat bertanggung jawab membantu dan mencatat tanda penting tiap 15

menit. Pemeriksaan kadar kalsium dan glukosa darah dilakukan selama

transfusi tukar. Segera setelah transfusi tukar selesai, dilakukan pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit, elektrolit, dan bilirubin, kemudian diulangi tiap 4-8


jam atau sesuai anjuran dokter. Selama dan sesudah transfusi tukar dapat

terjadi komplikasi emboli udara dan trombosis udara dan trombosis, aritmia,

hipervolemia, henti jantung, hipernatremia, hiperkalemia, hipokalsemia,

asidosis dan alkoliosis postransfusi tukar, trombositopenia, perdarahan dan

kelebihan heparin, bakterimia, pasti hepatitis virus B.

3.      Terapi Obat-obatan

Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya phenobarbital

atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga

bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan

yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi

timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.

Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti

fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan, maka terapi obat-obatan ini dikurangi

bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk dan akibatnya bayi

jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi

kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin.

Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk

menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerpi si kecil sudah bisa

ditangani.

4.      Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan

urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI

memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar
dan buang air kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah

pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan

kadar bilirubin bayi (breast milk jaundice).

Kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah

bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu

tidak boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh

disusui lagi.

5.      Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan.

Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi

dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Caranya

seperempat jam dalam keadaaan terlentang, misalnya, seperempat jam

kemudian telungkup. Lakukan antara jam 07.00 sampai 09.00. Inilah waktu

dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah  jam tujuh,

sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan

kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.

Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari

karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan

udara harus bersih


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN BAYI DENGAN FOTOTERAPI

Dilakukan

Perawatan Bayi dengan Fototerapi


Ya Tidak

Tujuan Fototerapi bertujuan untuk menurunkan konsentrasi


bilirubin. Perawatan bayi dengan fototerapi bertujuan
untuk memastikan bahwa proses fototerapi berjalan
dengan baik sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.

Uraian Fototerapi merupakan penatalaksanaan


Umum hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah
peningkatan kadar bilirubin.Fototerapi merupakan
penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan
untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam
sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.

Metode Praktik

Petugas Perawat

Alat dan a. Sarung tangan


Bahan b. Hand rub
c. Inkubator
d. Blue light
e. Penutup mata bayi
f. Popok bayi
g. Bantal bayi
h. 2 handuk kecil
Cara Tahap Prainteraksi :
Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menyiapkan lingkungan

Tahap Orientasi :

1. Memberi salam dan membina hubungan


terapeutik

2. Menjelaskan tujuan tindakan kepada keluarga


bayi

3. Memberikan kesempatan pada keluarga bayi


untuk bertanya

4. Menanyakan kesiapan keluarga bayi sebelum


tindakan dilakukan.

Tahap Kerja :

1. Hand hygiene

2. Memakai sarung tangan

3. Lepaskan pakaian bayi, kecuali popok

4. Kenakan pentup mata pada bayi

5. Letakkan bayi di dalam inkubator

6. Ubah posisi bayi setiap 3 jam

7. Periksa kadar bilirubin setiap 12 atau 24 jam

8. Pantau suhu bayi

9. Observasi intake output bayi

10. Edukasi serta motivasi keluarga bayi


11. Lepas sarung tangan

12. Rapikan alat

13. Cuci tanganS

Terminasi :

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Merapikan alat-alat

3. Mencuci tangan

4. Mendokumentasikan tindakan yang telah


dilakukan: Dokumentasikan nama bayi, nomor
rekam medik, tanggal dan jam dimulai dan
selesainya fototerapi, jumlah jam pemakaian alat
fototerapi dalam lembar dokumentasi pemakaian
alat. Dokumentasikan pula tanggal dan jam
pengunaan fototerapi, tampilan klinis bayi, dan
tindakan lainnya yang dilakukan terkait fototerapi
dalam lembar dokumentasi perawatan bayi.

Anda mungkin juga menyukai