Anda di halaman 1dari 176

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan, Persalinan, BBL dan Neonatus, Nifas dan KB

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah

bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir

dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir . (Fatimah &

Nuryaningsih, 2017)

Definisi dari masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Tyastuti Siti & Heni, 2016)

b. Diagnosis Tanda Gejala Kehamilan

Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan

yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan

evaluasi kemajuan kehamilan. Tetapi sayangnya proses farmakologis atau


patofisiologis kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang

menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan. Perubahan

endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan

menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan.

Untuk menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian

terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan. (Marjati,Dkk.2011)

1) Tanda Dugaan Hamil

Amenorea (berhentinya menstruasi), Mual (nausea) dan

muntah (emesis). Ngidam (menginginkan makan tertentu),

Syncope (pingsan), Kelelahan, Payudara tegang, Sering miksi,

Kontipasi atau obstipasi, Pigmentasi Kulit.

2) Tanda Kemungkinan Hamil (Problem Sigin)

a) Perubahan abdomen, yaitu perubahan ukuran uterus

menyebabkan pertambahan lingkar abdomen secara bertahap.

b) Perubahan uterus. Dimana dalam 12 minggu pertama uterus

berbentuk menjadi bulat kuat, membesar, lunak dan berbentuk

seperti rongga.

c) Tanda hegar menggambarkan perlunakan ekstrem segmen

bawah uterus sampai kedaerah yang dapat dikompresi hampir

setipis kertas. (Reeder. Dkk, 2011)

d) Ballotement. Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan


janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapt dirasakan oleh

tangan pemeriksa. (Ummi. Dkk, 2011)

e) Perubahan serviks. Pada usia sekitar 8 minggu gestasi, serviks

mulai melunak dan lubang eksternal serviks memperlihatkan

konsistensi atau derajat pelunakan, seperti lobus telinga atau

bibir (dikenal dengan istilah tanda Goodell). Sebagai

perbandingan konsistensi serviks pada wanita yang tidak hamil

terasa sama dengan ujung hidung. (Reeder. Dkk, 2011)

f) Kontraksi Braxton Hicks. Apabila uterus di rangsang atau

distimulasi dengan rabaan akan mudah berkontraksi.

(Sulistyawati, Ari.2012) Peregangan sel-sel otot uterus, akibat

meningkatnya aktomiosin di dalam otot uterus. (Ummi, Dkk.

2011)

3) Tanda pasti (positive sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan

janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. (Walyani, 2015)

a) Terdengarnya bunyi jantung janin , tanda ini baru timbul

setelah kehamilan lanjut diatas empat bulan. Jika dengan

ultrasound bunyi jantung janin dapat didengar pada kehamilan

12 minggu.
b) Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak saat

melakukan pemeriksaan.

c) Melihat rangka janin pada sinar Ro atau dengan menggunakan

ultrasonografi.

c. Tahap Pertumbuhan Janin

1) Embrio usia 2–4 minggu

a) Terjadi perubahan yang semula buah kehamilan hanya berupa

satu titik telur menjadi satu organ yang terus berkembang

dengan pembentukan lapisan-lapisan di dalamnya.

b) Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada

hari ke-20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang

pertama. Selanjutnya, pembuluh darah terus berkembang

diseluruh embrio dan plasenta

2) Embrio usia 4–6 minggu

Sudah terbentuk bakal organ-organ, jantung sudah berdenyut,

pergerakan sudah nampak dalam pemeriksaan USG, panjang

embrio 0,64 cm.

3) Embrio usia 8 minggu

Pembentukan organ dan penampilan semakin bertambah jelas,

seperti mulut, mata dan kaki, pembentukan usus, pembentukan

genitalia dan anus,jantung mulai memompa darah.

4) Embrio usia 12 minggu


Embrio berubah menjadi janin, usus lengkap, genitalia dan anus

sudah mulai terbentuk, menggerakkan anggota badan,

mengedipkan mata, mengerutkan dahi, dan mulut membuka, berat

janin 15–30 gram.

5) Embrio usia 16 minggu

Gerakan fetal pertama (quickening), sudah mulai ada mekonium

dan verniks ceseosa, sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem

saraf mulai melaksanakan control, pembuluh darah berkembang

dengan cepat, tangan janin dapat menggenggam, kaki menendang

dengan aktif, semua organ mulai matang dan tumbuh, denyut

jantung janin (DJJ) dapat didengar dengan doppler, berat janin 0,2

kg.

6) Janin usia 24 minggu

Kerangka berkembang dengan cepat karena aktifitas pembentukan

tulang meningkat, perkembangan pernafasan dimulai, berat janin

0,7–0,8 kg, janin usia 28 minggu, janin dapat bernafas, menelan,

dan mengatur suhu, surfaktan terbentuk di dalam paru-paru. mata

mulai membuka dan menutup, kuran janin 2/3 saat lahir.

7) Janin usia 32 minggu

Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk

persiapan pemisahan bayi setelah lahir, mulai menyimpan zat besi,

kalsium dan fosfor, bayi sudah tumbuh 38–43 cm, janin usia 36
minggu, seluruh uterus terisi oleh bayi, sehingga ia tidak dapat lagi

bergerak dan memutar banyak, antibodi ibu ditransfer ke janin,

yang akan memberikan kekebalan selama 6 bulan pertama sampai

sistem kekebalan bayi bekerja sendiri. (Sulistyawati, Ari. 2012)

d. Kebutuahan Ibu Hamil

Menurut (Rukiah, Ai,Yeyeh. 2009) kebutuhan ibu hamil yaitu:

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon

tubuh terhadap akselerasi metabolism rate perlu untuk menambah

masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi dan masa uterus dan

lain-lain.

2) Nutrisi

Wanita hamil harus betul-betul mendapatkan perhatian susunan

dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein, yang berguna

untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi

dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, dan lain-

lain. Sedangkan makanan berlebihan dapat menyebabkan

komplikasi seperti gemuk, pre eklampsia, janin besar dan

sebagainya. Zat-zat yang diperlukan antara lain yaitu protein,

karbohidrat, lemak, mineral atau bermacam-macam garam

terutama kalsium, fosfor, dan zat besi, vitamin dan air.


3) Personal Hygiene

Selama kehamilan, pH vagina menjadi asam berubah dari 4-3

menjadi 5-6,5 akibatnya vagina mudah terkena infeksi. Stimulus

estrogen menyebabkan adanya keputihan, peningkatan

vaskularisasi di perifer mengakibatkan wanita hamil sering

berkeringat, uterus yang membesar menekan kandung kamih

mengakibatkan keinginan wanita hamil untuk sering berkemih.

Mandi teratur dapat mencegah iritasi vagina, teknik mencuci

vagina dari depan ke belakang.kebersihan gigi juga harus

diperhatikan dan wanita hamil juga harus memeriksakan giginya

secara teratur sewaktu hamil.

4) Pakaian

Baju hamil yang praktis selama enam bulan kehamilan

menggunakan baju biasa yang longgar, pilihlah bahan yang tidak

panas dan mudah menyerap keringat, bagian dada harus longgar

karena payudara membesar. Pakaian yang digunakan ibu hamil

juga harus nyaman dan tidak terlalu ketat. Penggunaan sepatu

bertumit tinggi tidak baik bagi kaki karena dapat mengakibatkan

cedera.

5) Eliminasi

Penurunan tonus dan motliti lambung dan usus terjadi reabsorpsi

zat makanan peristaltic usus lebih lambat sehingga menyebabkan


obstipasi. Penekanan kandung kemih karena pengaruh hormone

estrogen dan progesterone sehingga menyebabkan ibu hamil

merasa ingin sering buang air kecil.

6) Seksual

Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan pelvis dapat

mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual sehingga

meningkatkan hubungan intercourse.

7) Istirahat

Ibu hamil jangan bekerja terlalu banyak dan capek. Ibu hamil

sebaiknya menggunakan waktu luangnya ntuk banyak beristirahat

atau tidur untuk memperbaiki sirkulasi darah. Wanita hamil yang

bekerja berhak mendapatkan cuti hamil setengah bulan sebelum

persalinan dan satu setengah bulan setelah persalinan.

e. Perubahan Psikologi Ibu Hamil

Menurut (Yulizawati. 2017) perubahan fisik selama kehamilan yaitu:

1) Perubahan psikologis pada trimester I

a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

b) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan

kesedihan. Bahkan ibu berharap dirinya tidak hamil.


c) Ibu selalu mencari tanda-tanda apakah ia benarbenar hamil.

Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk meyakinkan dirinya.

d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama.

e) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.

2) Perubahan yang terjadi pada trimester II

a) Ibu sudah merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormon yang tinggi.

b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

c) Ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi.

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

e) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dari dirinya.

f) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya/pada

orang lain.

g) Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran dan persiapan untuk peran baru.

h) Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban oleh

ibu.

3) Perubahan yang terjadi pada trimester III

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh

dan tidak menarik.


b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu.

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

e) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

f) Semakin ingin menyudahi kehamilannya.

g) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

h) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.

f. Perubahan Fisiologi Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah

pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.

Berat uterus itu normal lebih kurang 30 gram.Pada akhir

kehamilan (40 minggu), berat uterus itu menjadi 1.000 gram.

Perubahan uterus adalah sebagai berikut: pada minggu ke-16

dari luar, fundus uteri kira-kira terletak diantara setengah jarak

pusat ke simfisis, pada minggu ke-20 fundus uteri terletak kira-

kira dipinggir bawah pusat, pada minggu ke-24 fundus uteri

berada tepat dipinggir atas pusat, pada minggu ke-28 fundus


uteri terletak kira- kira 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak

antara pusat ke prosessus xifodeus, pada minggu ke-39 fundus

uteri terletik diantara setengah jarak pusat dari prosessus

xifodeus, padmingguke-36 fundus uteri terle terletak kira-kira

3 jari dibawah prosessus xifodeus xifodeus, pada minggu ke-40

fundus uteri turun kembali dan. Hal ini disebabkan oleh kepala

janin yang pada primigravida turun dan masuk ke dalam

rongga panggul Vagina, terjadi pembuluh darah vagina

bertambah, hingga warna selaput lendirnya membiru (tanda

Chadwick), kekenyalan ( elastis). Vagina bertambah artinya

daya direnggang bertambah, sebagai persiapan persalinan .

(Fatimah & Nuryaningsih, 2017)

b) Serviks

Kondisi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.

Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadi edema dapa seluruh serviks, bersamaan dengan

terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar serviks.

Serviks merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang

mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab

menjaga janin dalam uterus sampai akhir kehamilan dan


selama persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan ikat

fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraseluler

terutama mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan

dan bagian sel yang mengandung otot dan fibroblast, epitel

serta pembuluh darah. (Yulizawati, 2017)

c) Ovarium

Proses ovulasi selama kehilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga tertunda. Folikel ini akan berfungsi maksimal

selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan

berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang

relative minimal.(Yulizawati, 2017). Sejak kehamilan 16

minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi

produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium

tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan

pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi

siklus hormonal menstruasi. (Tyastuti Siti & Heni, 2016)

d) Vagina dan Perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva,

sehingga vagina akan terlihat berwarna keunguan. Perubahan

ini meliputi lapisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan


ikat dan hipetrofi pada sel-sel otot polos. Dinding vagina

mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan

untuk mengalami peregangan pada saat persalinan dengan

meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat,

dan hipetrofi sel otot polos. (Yulizawati, 2017)

e) Payudara

Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu

perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara.

sedangkan hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada

payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya

somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan

pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan

produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel

lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara membesar dan

tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar

Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat

pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol.

Hypertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae

disebut tuberke Montgomery yang kelihatan di sekitar puting

susu. Kelenjar sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting

susu, kelembutan puting susu terganggu apabila lemak


pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu akan

mengeluarkan kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu

yang berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga.

(Tyastuti Siti & Heni, 2016)

2) Sistem Peredaran Darah

Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah

lebih banyak dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada

umur hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah

sebesar 25% sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar

20%. (Fatimah & Nuryaningsih, 2017)

3) Sistem Pernapasan

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan oksigen (O2). Disamping itu juga terjadi

desakan diafragma, karena dorongan rahim yang membesar pada

umur kehamilan 32 minggu. (Fatimah & Nuryaningsih, 2017)

4) Sistem Pencernaan

Karena pengaruh estrogen pengeluaran asam lambung meningkat,

dapat menyebabkan terjadinya mual dan sakit atau pusing kepala

pada pagi hari, yang disebut morning sickness, muntah yang

disebut emesis gravidarum, sedangkan muntah yang berlebihan


sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari disebut hiper emisis

progesteron juga menimbulkan gerak usus makin berkurang dan

dapat menyebabkan obstipasi. (Fatimah & Nuryaningsih, 2017)

5) Perubahan Pada Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi

karena pengaruh melanophone stimulating hormone lobus anterior

dan pengaruh kelenjar supranelis hiperpigmentasi ini terjadi pada

striae gravidarum livide atau alba, aerola papilla mamae, pada pipi

(Cloasma gravidarum). (Fatimah & Nuryaningsih, 2017)

g. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan menurut

(Nugroho, 2014) adalah sebagai berikut:

1) Faktor Fisik

a) Status Kesehatan

Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan baik

kondisi kesehatan sebelum atau selama kehamilan.

b) Gaya Hidup

(1) Perokok, mengkonsumsi obat-obatan, dan alkohol

(2) Terpapar zat kimia berbahaya

(3) Hamil diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan

2) Faktor Psikologis
a) Stressor Internal & Eksternal

b) Dukungan Keluarga

c) Dukungan Suami

3) Faktor lingkungan, sosial budaya, ekonomi

a) Kebiasaan adat istiadat

b) Fasilitas Kesehatan

c) Sosial Ekonomi

h. Keluhan Ibu Hamil

Menurut (Fatimah & Nuryaningsih, 2017), keluhan pada ibu

hamil Trimester I adalah:

1) Mual Muntah

Mual-muntah atau dalam bahasa medis disebut Emesis gravidarum

atau Morning sickness merupakan suatu keadaan mual yang

terkadang disertai muntah.

2) Hipersalivasi

Air liur berlebih atau dalam bahasa medis disebut hipersalivasi

atau sialorrehea atau ptyalism adalah peningkatan sekresi air liur

yang berlebihan (1–2 L/hari). Hipersalivasi dapat di atasi dengan

menyikat gigi, berkumur atau menghisap permen yang

mengandung mint.

3) Pusing
Pusing bisanya terjadi pada awal kehamilan. Penyebab pasti belum

diketahui. Akan tetapi diduga karena pengaruh hormon

progesteron yang memicu dinding pembuluh darah melebar

sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dan

membuat ibu merasa pusing.

4) Mudah Lelah

Pada awal kehamilan wanita sering mengeluhkan masalah lelah.

Penyebab pastinya belum diketahui. Teori yang muncul

diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada

awal kehamilan. Selain itu peningkatan progesteron memiliki efek

menyebabkan tidur.

5) Heartburn

Heartburn disebabkan oleh peningkatan hormon progesteron,

estrogen dan relaxis yang mengakibatkan relaksasi otot-otot dan

organ termasuk sistem pencernaan.

6) Peningkatan Frekuensi Berkemih

Wanita hamil berkemih lebih dari 10 kali perhari pada siang hari

dan diikuti pula pada malam hari sebesar 72% dengan frekuensi

lebih dari 4 kali.

7) Konstipasi

Konstipasi adalah penurunan frekuensi buang air besar

yangdisertai dengan perubahan karakteristik feses.


penatalaksanaan awal konstipasi yaitu dengan perubahan gaya

hidup yaitu mengkonsumsi makanan berserat.

Keluhan pada ibu hamil Trimester II adalah:

1) Pusing

Pusing merupakan timbulnya perasaan melayang karena peningkatan

volume plasma darah yang mengalami peningkatan hingga 50%. Hal

ini mengakibatkan terjadi nya anemia.

2) Sering Berkemih

Sering bertambahnya usia kehamilan, massa uterus akan bertambah dan

ukuran uterus mengalami peningkatan. Hal tersebut memicu

meningkatnya frekuensi kencing pada kehamilan TM II.

3) Nyeri Perut Bawah

Nyeri perut bagian bawah dikeluhkan ibu hamil pada akhir trismeter I

atau ketika memasuki trimester II. Keluhan ini biasanya biasa terasa

lebih pada ibu multigravida disebabkan karena tertariknya ligamentum,

sehingga menimbulkan nyeri seperti kram ringan atau terasa seperti

tusukan yang akan lebih terasa akibat gerakan tiba-tiba di bagian perut

bawah.

4) Nyeri Punggung

Keluhan ini dimulai pada usia kehamilan 12 minggu hingga menjelang

persalinan. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh aliran darah vena ke arah
lumbal sebagai peralihan cairan dari intraseluler ke arah ekstaseluler

akibat dari aktivitas yang dilakukan ibu.

Keluhan pada ibu hamil Trimester III adalah :

1) Sering berkemih

2) Varises dan wasir

a) Varises

Pelebaran pada pembuluh darah balik vena sehingga katup vena

melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh balik

supervisial. Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya

kadar hormon progeteron dan esterogen sehingga aliran darah menuju

jantung melemah dan vena dipaksa bekerja lebih keras untuk dapat

memompa darah. Karenanya varises vena banyak terjadi pada vulva

atau rektum.

b) Wasir

Meskipun prevalensi yang tepat untuk kejadian hemoroid belum

diketahui, namun kondisi umum dan prevalensi dari hemoroid pada

kehamilan lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil.

Hemoroid sering didahului dengan konstipasi berpotensi menyebabkan

hemoroid. Progesteron menyebabkan relaksasi di dinding vena dan

usus besar.

c) Sesak Nafas
Hal ini disebabkan peningkatan ventilasi menit pernafasan dan beban

pernafasan yang meningkat dikarenakan oleh rahim yang membesar

sesuai dengan kehamilan sehingga menyebabkan peningkatan kerja

pernapasan.

d) Bengkak dan Kram Kaki

Oedema pada kaki biasa dikeluhkan pada usia kehamilan di atas 34

minggu. Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat

dan mempengaruhi sirkulasi cairan.

i. Tanda – Tanda Bahaya Kehamilan

Menurut (Tyastuti Siti & Heni, 2016) tanda-tanda bahaya

selama kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan per vagina

Perdarahan tidak normal yang terjadi pada awal kehamilan

(perdarahan merah, banyak atau perdarahan dengan nyeri),

kemungkinan abortus, mola atau kehamilan ektopik. Perdarahan

tidak normal pada kehamilan lanjut (perdarahan merah, banyak,

kadang – kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri) bisa berarti

plasenta previa atau solusio plasenta.

2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.

Sakit kepala hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah gejala

pre eklampsia.

3) Perubahan visual secara tiba – tiba (pandangan kabur)


Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan tidak

mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi kalau

perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur atau

berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda pre

eklampsia.

4) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak ada hubungan dengan persalinan adalah

tidak normal. Nyeri yang tidak normal apabila nyeri yang hebat,

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, hal ini kemungkinan

karena appendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang

panggul, gastritis, penyakit kantung empedu, abrupsio plasenta,

infeksi saluran kemih dll.

5) Bengkak pada muka atau tangan.

Hampir separuh ibu hamil mengalami bengkak normal pada kaki

yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah

beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan

tanda bahaya apabila muncul pada muka dan tangan dan tidak

hilang setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik lain. Hal ini

dapat merupakan tanda anemia, gagal jantung atau pre eklampsia.

6) Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya

Ibu hamil akan merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau

sebagian ibu merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 x

dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika

ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik.

j. Kunjungan Ideal ANC

Menurut (Nugroho, 2014), kunjungan ideal ANC adalah:

1) Periksa 1 x pada usia kandungan sebelum 3 bulan.

2) Periksa 2 x pada usia kandungan 4–6 bulan.

3) Periksa 5 x pada usia kandungan 7–9 bulan.

k. Tujuan Kunjungan ANC

Menurut (Tyastuti Siti & Heni, 2016), tujuan kunjungan ANC adalah:

1) Kunjungan TM I kali pada usia kandungan 3 bulan, dilakukan

untuk:

a) Penapisan dan pengobatan anemia

b) Perencanaan persalinan.

c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

2) Kunjungan TM II 2 kali pada usia kandungan 4–6 bulan, dilakukan

untuk:

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.


b) Penapisan pre eklampsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan.

3) Kunjungan TM III 5 kali pada usia kandungan 7–9 bulan,

dilakukan untuk:

a) Sama seperti kunjungan II dan III.

b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

c) Memantapkan rencana persalinan.

2. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul

dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, serta berlangsung dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Kurnarum, 2016)

b. Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan

Menurut (Kurnarum, 2016) persalinan berdasarkan umur

kehamilan dibagi menjadi 5 bagian yaitu :

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau

bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.


2) Partus Immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.

3) Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

4) Partus maturus atau a’terme

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu

atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

5) Partus postmaturus atau serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

c. Sebab Mulanya Persalinan

1) Penurunan Kadar Progesteron

Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen

dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron

menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi

mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan

jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan

buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot

rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim


mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone

tertentu. (Kurnarum, 2016)

2) Teori Oxitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi

Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun

sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot

rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-

tanda persalinan. (Kurnarum, 2016)

3) Keregangan

Otot-otot. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam

batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder

dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah

maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula

dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang

otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada

kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan

tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan. (Kurnarum,

2016)
4) Pengaruh Janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering

lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus.

Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan

induksi (mulainya ) persalinan. (Kurnarum, 2016)

5) Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang

dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab

permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra

dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap

umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat

keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya

persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar

prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah

perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama

persalinan. (Kurnarum, 2016)

d. Tahapan Persalinan Kala 1, 2, 3, dan 4


Menurut (Indriayani, 2016), dalam proses persalinan ada beberapa

tahapan yang harus dilalui oleh ibu, tahapan tersebut dikenal dengan

empat kala,yaitu:

1) Kala I (kala pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau

dikenal dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi

maupun kekuatannya) hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm

(pembukaan lengkap) atau kala pembukaan berlangsung dari mulai

adanya pembukaan sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan

kala satu, his yang timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih

koperatif dan masih dapat berjalan-jalan. Kala satu persalinan

dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten pada kala satu persalinan

(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

(2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan

serviks mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari 4

cm.

(3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga

8 jam.

b. Fase aktif pada kala satu persalinan


(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi

tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih).

(2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata

1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1

cm hingga 2 cm (multipara).

(3) Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.

(4) Pada umumnya, fase aktif berlangsung hampir atau hingga

6 jam.

(5) Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu:

(a) Fase akselerasi, pembukaan 3 ke 4, dalam waktu 2 jam.

(b) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal,

pembukaan berlangsung sangat cepat, yaitu dari

pembukaan 4 ke 9 dalam waktu 2 jam.

(c) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10 dalam waktu 2

jam.

(6) Fase-fase tersebut terjadi pada primigravida. Pada

multigravida juga demikian, namun fase laten, aktif dan

fase deselarasi terjadi lebih pendek.


(7) Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan

lengkap dapat diperkirakan dan dipantau dengan

menggunakan lembar partograf. Masalah/komplikasi yang

dapat muncul pada kala satu adalah ketuban pecah sebelum

waktunya (pada fase laten), gawat janin, inersia uteri.

2) Kala II (Pengeluaran Bayi)

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua

disebut juga dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala

dua adalah:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan/atau vagina.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan spingter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat

dan teratur. Umumnya ketuban pecah pada pembukaan

mendekati lengkap diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan,

his dan keinganan untuk meneran akan mendorong bayi keluar.


Kala dua berlangsung hingga 2 jam pada primipara dan 1 jam

pada multipara.

Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga

masuk ke ruang panggul sehingga menekan otot-otot dasar

panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin

meneran, karena adanya penekanan pada rektum sehingga ibu

merasa seperti mau buang air besar yang ditandai dengan anus

membuka. Saat adanya his bagian terendah janin akan semakin

terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat, vulva

membuka dan perineum menonjol.

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala dua

adalah pre-eklamsia/eklamsia, partus macet, kelelahan ibu,

distosia bahu, inersia uteri, lilitan tali pusat.

3) Kala III (Pelepasan Uri)

Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya

bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Setelah kala dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5

sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan

plasenta pada lapisan Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim.

Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda di bawah ini:


a) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.

b) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai

berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan umum tinggi

fundus uteri di bawah pusat.

c) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke

bawah, uterus berubah bentuk menjadi seperti buah

pear/alpukat dan tinggi fundus uteri menjadi di atas pusat.

d) Tali pusat bertambah panjang.

e) Terjadi semburan darah sevara tiba-tiba perdarahan (bila

pelepasan plasenta secara ducan/dari pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah

retensio plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan

lahir. Pada kasus retensio plasenta, tindakan manual plasenta

hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan terdapat perdarahan.

4) Kala IV (Pemantauan)

Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala

empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu. Pada kala paling empat paling sering terjadi perdarahan

postpartum, yaitu pada 2 jam pertama postpartum.

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah

perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi

jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan
pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:

a) Setiap 15 menit pada satu jam pertama.

b) Setiap 20–30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

c) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri yang sesuai.

Kontaksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan

amplitudo sekitar 6- sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini

tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan

terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang

kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran

darah postpartum. Kekuatan his dapat diperkuat dengan

memberi obat uterotonika. Kontraksi ikutan saat menyusui bayi

sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena pengeluaran

oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pengeluatran

oksitosin sangat penting yang berfungsi:

a) Merangsang otot polos yang terdapat di sekitar alveolus

kelenjar mamae, sehingga ASI dapat dikeluarkan.

b) Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan memepercepat.

c) Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosisn

mengurangi perdarahan postpartum.

e. Mendiagnosis Persalinan
Sangat sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dan

persalinan semu. Ingat indikator persalinan sesungguhnya ditandai

dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Ketika pasien

mengalami persalinan semu, ia merasakan kontraksi yang

menyakitkan namun kontraksi tersebut tidak menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks. (Sulistyawati, Ari. 2012)

f. Tanda – Tanda Bahaya Persalinan

Ada beberapa tanda-tanda bahaya ibu bersalin yang akan

mengancam jiwa diantaranya: syok pada saat persalinan, perdarahan

pada saat persalinan, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau

koma, tekanan darah tinggi, persalinan yang lama, gawat janin dalam

persalinan, demam dalam persalinan, nyeri perut hebat, sukar bernafas.

Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong

harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau

penyulit. Menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan

meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir.

Langkah atau tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat memberikan

manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung

aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan

ibu dan bayi yang akan dilahirkan. (Yeyeh, 2009)

g. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Menurut [ CITATION Ind16 \l 1033 ] ada 5 faktor penting yang

memengaruhi persalinan, terdiri dari 3 faktor utama (passage way,

passanger, power) dan 2 faktor lainnya (position dan psyche). Berikut

faktor-faktor yang memengaruhi persalinan :

1) Passage Way

Passage Way merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan

dengan segmen atas dan segmen bawah rahim dalam persalinan.

Segmen atas memegang peran yang aktif karena berkontraksi

dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.

Sebaliknya segmen bawah rahim memegan peranan pasif dan

semakin tipis dengan majunya persalinan karena peregangan.

Jalan lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak serviks, dasar

panggul, vagina dan introitus (bagian luar/lubang luar dari

vagina).

Berikut bidang-bidang panggul untuk menentukan seberapa

jauh bagian depan janin turun ke dalam rongga panggul (bidang

Hodge atau bidang khayal) antara lain :

a) Bidang Hodge I, yaitu bidang yang dibentuk pada lingkaran

PAP dengan bagian atas simfisis dan promontorium atau

bidang yang sama dengan PAP.

b) Bidang Hodge II, yaitu sejajar dengan Hodge I melalui

pinggir bawah simfisis


c) Bidang Hodge III, yaitu sejajar dengan Hodge I setinggi

spina ischiadica

d) Bidang Hodge IV, yaitu sejajar dengan Hodge I, II, dan III

setinggi ujung os coccygis (sudah sampai dasar panggul)

2) Passanger

Passanger meliputi janin, plasenta dan air ketuban. Janin bergerak

sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor, diantaranya

ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin

karena plasenta dan air ketuban juga harus melewati jalan lahir,

maka dianggap sebagai bagian dari passenger. Postur janin dalam

uterus antara lain :

a) Sikap (habitus), menunjukkan hubungan bagian-bagian janin

dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.

Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang

punggung dan kaki dalam keadaan fleksi serta lengan

bersilang di dada.

b) Letak janin, adalah bagaimana sumbu panjang janin berada

terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana sumbu

janin sejajar dengan sumbu panjang ibu. Ini bisa letak kepala

atau letak sungsang.

c) Presentasi, digunakan untuk menentukan bagian janin yang

ada di bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau


pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi

bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

a) Posisi, merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian

terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau

belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis), misalnya

pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK)

kiri depan, UUK kanan belakang.

3) Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar, terdiri dari :

a) His (kontraksi otot uterus)

His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang

terdiri dari kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma

pelvis atau kekuatan mengejan dan kontraksi ligamentum

rotundum.

b) Tenaga mengejan

Tenaga mengejan yaitu tenaga yang mendorong anak keluar.

Pembagian his dan sifat-sifatnya antara lain :

(a) His pendahuluan, yaitu his tidak kuat, his tidak teratur,

menyebabkan show

(b) His pembukaan (kala satu), his pembukaan serviks sampai terjadi

pembukaan lengkap, mulai kuat, teratur dan sakit.


(c) His pengeluaran (kala dua), sangat kuat, teratur, simetris,

terkoordinasi dan lama, untuk mengeluarkan janin.

(d) His pelepasan uri (kala tiga), untuk melepaskan dan melahirkan

plasenta.

Tabel Perbedaan his persalinan dan his palsu

His Persalinan His Palsu


1. Interval teratur 1. Tidak teratur
2. Makin lama intervalnya 2. tidak berubah
makin pendek
3. Lama dan kekuatannya 3. Tidak berubah
bertambah
4. Rasa nyeri mulai di belakang 4. Rasa nyeri terutama di
dan menjalar ke depan depan
5. Jalan-jalan menaikkan 5. Tidak berubah
intesitasnya
6. Ada hubungan antara derajat 6. Tidak ada hubungan
pengerasan uterus dengan
intesitas rasa nyeri
7. seringkali ada lendir darah 7. Tidak ada
8. Serviks mendatar dan 8. Tidak ada perubahan
membuka serviks
9. Bagian terendah janin turun 9. Tidak turun
10. Pada waktu tidak ada his 10. Kepala tetap bebas
kepala terfiksasi
11. Sedative tidak menghentikan 11. Sedativa yang efisien
his sungguhan menghilangkan his palsu

4) Position

Posisi ibu memengaruhi dapasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa

nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi

posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak


memungkinkan gaya gravitasi untuk penurunan bagian terendah

janin. Posisi tegak dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat.

5) Psychology

Faktor psikososial terdiri atas kesiapan fisik maupun mental

melahirkan, nilai dan kepercayaan sosial budaya, pengalaman

melahirkan sebelumnya, harapan terhadap kesiapan melahirkan,

tingkat pendidikan, dukungan orang yang bermakna dan status

emosional. Tingkat kecemasan perempuan selama bersalin akan

meningkat jika perempuan tersebut tidak memahami apa yang

terjadi dengan dirinya. Dukungan psikologis dari orang-orang

terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang

sedang berlangsungg. Tindakan mengupayakan rasa nyaman

dengan menciptakan suasana nyaman, memberikan sentuhan

massase punggung.

h. Perubahan Fisiologi Persalinan

Perubahan Fisiologi Kala I

1) Perubahan Sistem Reproduksi

Menurut (Kurnarum, 2016) perubahan sistem reproduksi,

diantaranya sebagai berikut:

a) Segmen atas rahim dan bawah rahim

Sejak kehamilan yang lanjut uterus terbagi menjadi dua

bagian, yaitu segmen atas Rahim (SAR) yang dibentuk oleh


korpus uteri dan segmen bawah Rahim yang terbentuk dari

istmus uteri. SAR memegang peranan yang aktif karena

berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya

persalinan.Sebalikanya segmen bawah Rahim (SBR)

memegang peranan pasif makin tipis dengan majunya

persalinan karena meregang. Jadi singkatnya SAR

berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar

sedangkan SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan

dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan

dilalui bayi.

b) Perubahan Serviks

Perubahan pada serviks meliputi:

Pendataran. Adalah pemendekan dari kanalis servikalis,

yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa mm

sampai 3 cm menjadi satu lubang saja dengan tepi yang tipis.

Pembukaan. Adalah pembesaran dari ostium eksternum

yang semula berupa suatu lubang dengan diameter beberapa

mm menjadi lubang yang dapat dilalui janin. Serviks

dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10

cm. Pada nullipara serviks sering menipis sebelum persalinan

sampai 50-60% dan pembukaan sampai 1 cm. dengan

dimulainya persalinan ibu nullipara mengalami penipisan


serviks 50-100% kemudian, dimulai pembukaan. Sedangkan

pada multipara, sebelum persalinan seringkali serviks tidak

menipis tetapi hanya membuka 1-2 cm. biasanya dengan

dimulainya persalinan, serviks dengan ibu multipara

membuka kemudian menipis.

c) Vagina dan Dasar Panggul

Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina

yang sejak kehamilan mengalami perubahan sehingga dapatdi

lalui oleh bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan,

terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan

bayi. Oleh bagian depan yang maju, dasar panggul diregang

menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis.

2) Kardiovaskuler

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus (sistolik

meningkat 10-20 mmHg dan diastolic meningkat 5-10

mmHg).Diantara kontraksi tekanan darah kembali normal seperti

sebelum persalinan normal.Perubahan posisi ibu dari telentang

menjadi miring, dapat mengurangi peningkatan tekanan

darah.Peningkatan tekanan darah ini juga dapat disebabkan oleh

rasa takut dan khawatir.Berhubungan dengan peningkatan

metabolism, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi.


Antara kontraksi, detak jantung meningkat dibandingkan

persalinan.

3) Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerobic maupun

anareobik akan meningkat secara terus-menerus. Kenaikan ini

sebagian besar disebabkan oleh kecemasan serta kegiatan otot

tubuh.Kenaikan metabolism tercermin dengan kenaikan suhu

badan, denyut jantung, pernafasan, curah jantung, dan kehilangan

cairan. Kenaikan curah jantung serta kehilangan cairan akan

memengaruhi fungsi ginjal sehingga diperlukan hati dan tindakan

untuk mencegah terjadinya dehidrasi.Suhu tubuh selama persalinan

akan meningkat, hal ini terjadi karena peningkatan metabolism.

Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 0,5 sampai 1°C dari

suhu sebelum persalinan.

4) Pernapasan

Peningkatan laju pernafasan selama peersalinan adalah normal.

Hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.

Hiperventilasi yang lama adalah tidak normal dan dapat

menyebabkan alkalosis. Sulit untuk mendapatkan penemuan angka

yang akurat mengenai pernafasan karena angka dan iramanya

dipengaruhi oleh rasa tegang, nyeri, kekhawatiran, serta

penggunaan teknik-teknik pernafasan. Observasi pernafasan ibu


dan membantunya dalam mengendalikan pernafasan tersebut untuk

menghindari hiperventilasi yang terlalu lama.

5) Ginjal

Polyuria sering terjadi selama persalinan.Mungkin diakibatkan

oleh curah jantung dan peningkatan filtrasi glomerulus serta aliran

plasma ginjal.Proteinuria yang sedikit (+1) dianggap normal.

6) Gastrointestinal

Gerakan lambung dan penyerapan makanan padat secara

subtansial berkurang drastic selama persalinan.Selain itu

pengeluaran asam lambung berkurang, menyebabkan aktivitas

pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi

sangat lamban.Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan

lambung dalam tempo yang biasa. Rasa mual dan muntah biasa

terjadi sampai berakhirnya kala I.

7) Hematologi

Hemoglobin akan meningkat 1,2 mg / 100ml selama persalinan

kembali seperti sebelum persalinan pada hari pertama postpartum

jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Masa koagulasi

darah akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma. Sel-sel

darah putih secara progresif akan meningkat selama persalinan

kala I sebesar 5000-15000 saat pembukaan lengkap. Gula darah


akan berkurang kemungkinan besar disebabkan peningkatan

kontraksi uterus dan otot-otot tubuh.

8) Endokrin

Sistem endokrin akan di aktifkan selama persalinan karena

terjadi penurunan kadar progesterone dan peningkatan kadar

estrogen, prostaglandin, dan oksitosin.

9) Integument

Adaptasi sistem integument khususnya distensibilitas yang

besar pada introitus vagina yang terbuka.Derajat distensibilitas

bervariasi pada ibu yang melahirkan.Walaupun tanpa episiotomy

atau laserasi, robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina

mungkin terjadi.

10) Muskuluskeletal

Perubahan metabolism dapat mengubah keseimbangan asam

basa cairan tubuh dan darah sehingga menambah terjadinya kram

pada kaki.

Perubahan fisiologis kala II persalinan

Menurut (Yeyeh, 2009)Sejak kehamilan lanjut, uterus (rahim) dapat

dilihat dengan jelas bagian-bagiannya yang terdiri dari dua bagian,

yaitu : segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh corpus uteri dan

segmen bawah rahim (SBR) yang terjadi dari isthmus uteri.

1) Sifat Kontraksi Otot Rahim


a) Setelah kontraksi, otot rahim tidak berelaksasi kembali ke

keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek

walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi yang disebut

retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak

berangsur didorong kebawah dan tidak banyak naik lagi ke

atas setelah his hilang. Retraksi ini mengakibatkan SAR

makin tebal dengan persalinan apalagi setelah bayi lahir.

b) Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat didaerah

fundus uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling

lemah pada SBR. Sebagian isi rahim keluar dari SAR

diterima oleh SBR sehingga SAR makin mengecil sedangkan

SBR makin diregang dan makin tipis dan isi rahim pindah ke

SBR sedikit demi sedikit.

2) Perubahan bentuk rahim

a) Kontraksi, mengakibatkan sumbung panjang rahim bertambah

panjang sedang ukuran melintang maupun ukuran muka

belakang berkurang.

b) ‘Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang

bekurang, rahim bertambah panjang. Hal ini merupakan salah

satu sebab dari pembukaan serviks.

3) Ligamentum rotundum
Mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-

otot ini ikut berkontraksi hingga logamentum rotundum menjadi

pendek.

4) Perubahan pada serviks

Agar anak dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan

dari servik, pembukaan seviks didahului oleh pendataran dari

serviks.

5) Pendataran dari serviks

Pemendekan dari canalis servikalis, yang semula berupa sebuah

saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang dengan

pinggir yang tipis.

6) Pembukaan dari serviks

Pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu

lubang dengan diameter beberapa milimiter menjadi lubang yang

dapat dilalui bayi, kira-kira 10 cm.

7) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

a) Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina

b) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar

panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh bagian

depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran

dengan dinding-dinding yang tipis. Waktu kepala sampai di

vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas.


c) Dari luar, peregangan oleh bagian depan nampak pada

perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus

menjadi terbuka.

8) Station

Station adalah salah satu indikator untuk menilai kemajuan

persalinan yaitu dengan cara menilai keadaan hubungan antara

bagian yang paling bawah presentasi terhadap garis

imajinasi/bayangan setinggi spina iskiadika. Penilaian station

dengan ukuran cm. Station nol (0) berarti bagian bawah

presentasi berada diatas +1,+2,+3,+4 dan +5 cm berarti presentasi

berada diatas 1,2,3,4 dan 5 cm dibawah garis imajinasi spina

iskiadika. Perlu berhati-hati dalam menentukan pemeriksaan

station karena hasil pemeriksaan dapat keliru bila terdapat

molding atau tulang tengkorak janin saling menumpuk atau

terjadi kaput suksedanium.

Perubahan fisiologis kala III persalinan

Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba

keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plsenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir


dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.

Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat

pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta

dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang

utero-plasenter akan mendorong plasenta keluar.

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta

karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal,

kemudian lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau

kedalam vagina. Setelah jalan lahir, uterus mengadakan kontraksi

yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat

implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat

implantasinya.

Perubahan fisiologis kala IV persalinan

Selama kala IV banyak perubahan fisiologis yang terjadi dan akan

kembali stabil setelah 1 jam pertama persalinan. Perubahan fisiologis

diantaranya:

1) Uterus: Keadaan uterus yang berkontraksi normal harusnya terasa

keras ketika desenteuh atau diraba.


2) Serviks, vagina , dan perineum: Dua jam setelah persalinan

intoitus vagina hanya bisa dimasuki dua atau tiga jari

3) Tanda-tanda vital: Selama 1 jam pertama pascapartum, tekanan

darah, nadi, dan pernapasan harus kembali ke level sebelum

persalinan. Selama interval ini pemantauan dilakukan untuk

mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan. Sedangkan

suhu tubuh ibu biasanya di bwah 38derajat celcius. Namun jika

intake cairan baik maka suhu tubuh dapat kembali normal dalam

dua hari.

4) Sistem gastrointestinal

5) Sistem renal: Setelah melahirkan, kandung kemih harus tetap

kosong agar kontraksi uterus tidak terganggu. Kontraksi uterus

yang buruk meningkatkan resiko perdarahan dan nyeri yang

parah.

i. Perubahan Psikologi Persalinan

Banyak wanita normal merasakan kegembiraan disaat

merasakan kesakitan pertama menjelang kelahiran bayinya. Perasaan

positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah terjadi

suatu “realistas kewanitaan” sejati, yaitu munculnya rasa bangga

melahirkan anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung ketika

proses persalinan mulai. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian

bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang


belum pasti. Kini akan benar-benar terjadi atau terealisasi secara

konkret [CITATION Lai15 \l 1033 ].

Sebaliknya, jika wanita yang bersangkutan bersifat sangat pasif

atau menyerah, keras kepala dan tidak bersedia memberikan partisipasi

sama sekali, maka sikap ini dapat memperlambat proses pembukaan

dan pendataran serviks juga mengakibatkan his menjadi sangat lemah

bahkan berhenti secara total dan prose kelahiran menjadi sangat

terlambat. Pada ibu multigravida sering khawatir dan cemas terhadap

anak-anaknya yang ditinggal dirumah.Suami atau pasangan dapat

memberikan perhatian dan tempat mereka untuk berbagi. Beberapa

wanita dapat menjadi kuat dan mampu melalui proses persalinan

dengan dukungan dari pasangan. [CITATION Lai15 \l 1033 ].

j. Pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama persalinan

Menurut [ CITATION Ind16 \l 1033 ] kebutuhan ibu selama persalinan

sesuai dengan konsep Abraham Maslow sebagai berikut :

1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan

a) Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan

b) Memberi makan dan minum

c) Menganjurkan istirahat diluar his


d) Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila

memungkinkan ibu disuruh untuk mandi atau membersihkan

daerah kemaluan)

e) Mengajurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besar

f) Menolong persalinan sesuai standar

2) Pemenuhan kebutuhan rasa aman

a) Memberi informasi tentang proses persalinan atas tindakan

yang akan dilakukan.

b) Menghargai pilihan posisi tidur.

c) Menentukan pendampingan selama persalinan.

d) Melakukan pemantauan selama persalinan.

e) Melakukan tindakan sesuai kebutuhan

3) Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai

a) Menghormati pilihan pendampingan selama persalinan.

b) Melakukan kontak fisik atau memberi sentuhan ringan.

c) Melakukan masase untuk mengurangi rasa sakit

d) Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan

sopan.

4) Pemenuhan kebutuhan harga diri

a) Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau

menjadi pendengar yang baik.

b) Memberi asuhan dengan memperhatikan privasi ibu.


c) Memberi pelayanan dengan empati

d) Memberitahu pada ibu setiap tindakan yang akan dilakukan.

e) Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah

dilakukan

5) Pemenuhan kebutuhan aktualisasi

a) Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai dengan

keinginan.

b) Menentukan pendamping saat persalinan.

c) Melakukan bounding attachment.

d) Memberi ucapan selamat setelah persalinan selesai.

k. Menolong Persalinan Sesuai APN

Menurut [ CITATION Mut17 \l 1033 ] menolong persalinan sesuai APN

sebagai berikut :

1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali

pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan

dengan sabun & air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.


6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan

gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam–pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (Pada saat ada his Memeriksa denyut jantung janin

setelah kontraksi uterus selesai–pastikan DJJ dalam batas normal

(120 – 160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah

merasa ingin meneran.

12) Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.


14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5–6 cm.

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5–6 cm,

memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut

ibu.

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental.Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan


tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku

sebelah atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung

kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas:

a) Apakah bayi menangis kuat?

b) Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak aktif?

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan

membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi

dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama

31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua

klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi

di kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati

kearah dorsokranial. Jika plasenta t idak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat


dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus

uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi

uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam kantong

plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam


44) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di

paha kiri anterolateral

45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam

47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama

1 jam kedua pascapersalinan

50) Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan

sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian

bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf

l. Mekansime dalam Persalinan

Menurut [ CITATION Mik16 \l 1033 ] mekanisme persalinan adalah

putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran

manusia.tujuh gerakan kondisi presentasi puncak kepala pada

mekanisme persalinan adalah engagement, descent (penurunan), fleksi,

putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar dan akhirnya kelahiran

melalui ekspulsi.

1) Engagement
Kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas

panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas

panggul. Pada primipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif

dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang sehingga bagian

presentasin terdorong kedalam panggul.pada multipara yang

otot-otot abdomennya lebih kendur kepala sering kalitetap dapat

digerakan di atas permukaan panggul sampai persalinan dimulai.

2) Descent (penurunan)

Menurut [ CITATION Luh18 \l 1033 ] penurunan adalah gerakan

bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat:

tekanan cairan ketuban, tekanan langsung oleh fundus uteri,


kontraksi diaframa dan otot perut, serta melurusnya badan janin

akibat kontraksi uterus.

Synaitismus dan Asynaitismus

a) Synaitismus: Sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan

lahir tepat antara symphisis dan promotorium. Os parietal

depan dan belakang sama tinggi.

b) Asynaitismus: Sutura sagitalis agak kedepan mendekati

syimphisis atau agak ke belakang menekati promotorium.

Asynaitismus posterior, sutura sagitalis mendekati symphisis.

Os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

Asynaitismus anterior, sutura sagitalis mendekati

promotorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang.

3) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga

ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang

lebih kecil melalui jalan lahir, yaitu diameter subocciput

bregmatika (9,5 cm) sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir

atas panggul, cerviks, dinding panggul atau dasar panggul

[ CITATION Mik16 \l 1033 ].

4) Putaran Paksi Dalam

Menurut [ CITATION Mik16 \l 1033 ], putaran paksi dalam adalah

pemutaran dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

symphisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran

kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk


menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya

bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Sebab-sebab putaran paksi dalam:

a) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala

b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling

sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat niatus

genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.

c) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah diameter

antero posterior

5) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul,

terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu

jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas

sehingga kepala harus melakukan ekstensi untuk melaluinya

[ CITATION Mut17 \l 1033 ].


6) Putar Paksi Luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah

punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam. Gerekan ini disebut putaran

restitusi. Selanjutnya putaran diteruskan hingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak. Gerakan yang

terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan

disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam

diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul[ CITATION

Luh18 \l 1033 ].

7) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis

dan menjadi hipomoglion untuk melahirkan bahu belakang,


kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

anak lahir serarah dengan paksi jalan lahir (Oktarina, 2016).

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir dan Neonatus

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Menurut Dep. Kes RI (2005) dalam [ CITATION Man16 \l 1057 ] , Bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu – 42 minggu dan berat lahir 2500 – 4000 gram.

b. Ciri- Ciri Bayi Baru Lahir

Menurut Sondakh J. J., (2013), Ciri-ciri bayi baru lahir diantaranya

sebagai berikut:

1) Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan bayi 48 – 50 cm

3) Lingkar dada bayi 32 – 34 cm

4) Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian

turun sampai 140 – 120 kali/menit pda saat bayi berumur 30 menit

6) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, tertraksi suprasternal dan

interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 -15 menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik


9) Kuku telah agak panjang dan lemas

10) Genetalia testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayor

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)

11) Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk

12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket

c. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Menurut [ CITATION Son13 \l 1057 ] , pemeriksaan bayi baru lahir

diantaranya sebagai berikut:

1) Kepala : Pemeriksaaan terhadap ukuran, bentuk,

sutura menutup/melebar, adanya caput

succedaneum, cepal hematoma,

kraniotabes, dan sebagaiannya

2) Mata : Pemeriksaan terhadap pendarahan,

subkonjungtiva, tanda-tanda infeksi

(PUS)

3) Hidung dan Mulut : Pemeriksaan terhadap labio skisis,

labiopalatoskisis, dan reflek isap

(dinilai dengan mengamati bayi saat

menyusui)
4) Telinga : Pemeriksaan terhadap Preaurical tog,

kelainan daun/bentuk telinga

5) Leher : Pemeriksaan terhadap hematom

sternocleidomastoideus, ductus

thyroglossalis, hygroma colli

6) Dada : Pemeriksaan terhadap bentuk,

pembesaran buah dada, pernapasan,

retraksi intercostal, subcostal sifoid,

merintih, pernapasan cuping hidung,

serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular,

brokial, dan lain-lain)

7) Jantung : Pemeriksaan terhadap pulsasi,

frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi

jantung

8) Abdomen : Pemeriksaan terhadap membuncit

(pembesaran hati, limpa, tumor aster),

scaphoid (kemungkinan bayi menderita

diafragmatika/atresia esofagus tanpa

fistula)

9) Tali pusat : Pemeriksaan terhadap perdarahan,

jumlah darah pada tali pusat, warna,


dan besar tali pusat, hernia di tali pusat

atau di selakangan

10) Alat kelamin : Pemeriksaan terhadap testis apakah

berada dalam skrotum, penis,

berlubang pada ujung (pada bayi laki-

laki), vagina berlubang, apakah labia

mayora menutupi labia minora (pada

bayi perempuan)

11) Lain-lain : Mekonium harus keluar dalam 24 jam

sesudah lahir, bila tidak, harus waspada

terhadap atresia ani atau obstruksi usus.

Selain itu, urin juga harus keluar dalam

24 jam. Kadang pengeluaran urin tidak

diketahui karena pada saat bayi lahir,

urin keluar bercampur dengan air

ketuban. Bila urin tidak keluar dalam

24 jam, maka harus diperhatikan

kemungkinan adanya obstruksi

saluran kemih

d. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut [ CITATION Son13 \l 1057 ], Konsep mengenai adaptasi bayi

baru lahir, sebagai berikut:


1) Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.

Konsep ini merupakan hal yang esensial pada kehidupan

ekstrauterin

2) Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal,

hematologi, metabolik, dan sistem neurologis bayi baru lahir harus

berfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan

ekstrauterin

Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu:

1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama

kehidupan. Yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan

mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan

2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan

terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan

pernapasan cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi,

serta suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung

dapat mencapai 180 kali/menit selama beberapa menit kehidupan

3) Setelah respon awal, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang,

relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama (fase tidur) terjadi dalam

2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai

beberapa jam

4) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai

dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna


kulit dari merah muda menjadi agak sianosis, dan denyut jantung

cepat

5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,

misalnya tersedak, aspirasi, tercekik, dan batuk

(1) Adaptasi pernapasan

Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia,

yaitu :

(a) Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang

kolaps (misalnya, perubahan dalam gradien tekanan)

(b) Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya,

suara, dan penurunan suhu

(c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah

(misalnya, penurunan kadar O2, peningkatan kadar Co2,

dan penurunan pH) sebagai akibat asfiksia-sementara

selama kelahiran

(2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60

kali/menit

(3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan

muntah, terutama selama 12-18 jam pertama

(4) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respons

refleks terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk


mempertahankan jalan napas tidak ada pada sebagian besar

bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran

Pernapasan pertama pada bayi normal dalam waktu 30

detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat

aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu

oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan

perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan

rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta

otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada

saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan paru-paru

kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat di dalamnya,

sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang

hilang tersebut akan diganti dengan udara.

(5) Adaptasi Kardiovaskuler

(a) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.

Beberapa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian

lagi terjadi seiring dengan waktu

(b) Sikulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis

(pada tangan, kaki, dan sekitar mulut)

(c) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan

100 kali/menit saat tidur.

Tabel 3. Perubahan Sirkulasi Janin Ketika Lahir


Struktur Sebelum Lahir Setelah Lahir

Vena umbilikalis Membawa darah arteri ke Menutup, menjadi


hati dan jantung ligamentum teres
hapatis
Arteri umbilikalis Membawa darah Menutuo, menjadi
arteriovenosa ke plasenta ligamentum vensum
Duktus venosus Pirau darah arteri ke dalam Menutup, menjadi
vena cava inferior ligamentum
arteriosum
Foramen ovale Menghubungkan atrium Biasanya menutup,
kanan dan kiri kadang-kadang
terbuka
Paru-paru Tidak mengandung udara Berisi udara dan
dan sangat sedikit disuplai darah
mengandung darah berisi dengan baik
cairan
Arteri pulmonalis Membawa sedikit darah ke Membawa banyak
paru darah ke paru
Aorta Menerima darah dari kedua Menerima darah
ventrikel hanya dari ventrikel
kiri
Vena cava Membawa darah vena dari Membawa darah
inferior tubuh dan darah arteri dari hanya dari atrium
plasenta kanan

(4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi

sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan

terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan

karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh

darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan

ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong.


Aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale

tertutup.

(5) Perubahan Termoregulasi dan Metabolik

(a) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat

karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada

lingkungan pada uterus

(b) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area

permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat

badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas

pada lingkungan.

(c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang

dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan

evaporasi

(d) Hipotermi pada bayi baru lahir dalam hubungannya

dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan,

bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

(6) Adaptasi Neurologis

(a) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis

belum berkembang sempurna

(b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot


yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada

ekstremitas

(c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi

tumbuh, perilaku yang kompleks (misalnya, kontrol

kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan

berkembang

(d) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting

perkembangan normal

- Reflek leher (tonik neck reflex) yaitu gerakan


spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan bayi
memiringkan kepalanya.
- Reflek mencari (rooting reflex) yaitu bila jarinya
menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan
membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya
kearah datangnya jari.
- Reflek menggenggam (grasping reflex) yaitu bila
kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-
jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
- Reflek terkejut (morrow reflex) yaitu reflek yang
timbul di luar kemauan dan kesadaran bayi.
- Reflek terkejut (Startle reflex) yaitu reaksi
emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan dan sering
diikuti dengan tangis.
- Reflek berjalan dan melangkah (stapping reflex)
yaitu reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu
disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah
berjalan.
- Refleks menghisap (sucking reflex) yaitu areola
puting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-
langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan
memancarkan ASI.
- Reflek menelan (swallowing reflek) yaitu di mana
ASI di mulut bayi mendesak otot daerah mulut dan
faring sehingga mengaktifkan reflek menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung.
(7) Adaptasi Gastrointestinal

(a) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat

menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-

38 minggu

(b) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk

menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir

(c) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai,

pencernaan, dan absorpsi lemak kurang baik karena

tidak adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.

(d) Kelenjar saliva imatur saat lahir sedikit saliva diolah

sampai bayi berusia 3 bulan


(e) Pengeluaran mekonium, dieksresikan dalam 24 jam

pada 90% bayi baru lahir normal

(f) Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang

minat terhadap makanan, gejala-gejala lapar, dan

jumlah makanan yang ditelan pada setiap kali

pemberian makanan

(g) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila

diletakkan pada payudara, sebagian lainnya

memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif

(h) Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari telah


diamati di dalam uterus, tindakan-tindakan ini
berkembang baik pada saat lahir dan diperkuat dengan
rasa lapar Oleh karena kadar gula tali pusat 65 mg/100
mL akan menurun menjadi 50 mg/100 Ml dalam waktu
2 jam sesudah lahir, energi bertambah yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil
dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula
mencapai 120/100 mL. Bila perubahan glukosa menjadi
glikogen meningkat atau adanya gangguan
metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi
mengalami hipoglikemia.
(8) Adaptasi Ginjal
(a) Lajur filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir

disebabkan oleh tidak adekuatnya permukaan kapiler

glomerulus

(b) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam

bayi baru lahir yang normal, tetapi

menghambat kapasitas bayi untuk berespons

terhadap stressor

(c) Penurunan kemampuan untuk mengeksresikan obat

obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan

mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan

(d) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam

pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari

pertama, setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam

24 jam

(e) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat,

noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati

pada popok karena kristal asam urat

(9) Adaptasi Hati

(a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu

setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah

(b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang

esensial untuk pembekuan darah


(c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi

sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini,

bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat

besi

(d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi

yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan

dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah

merah

(e) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem

vaskular dan menembus jaringan ekstravaskular lainnya

(misalnya, kulit, sklera, dan membran mukosa oral)

mengakibatkan warna kuning (ikterus)

(f) Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi

yang mengakibatkan peningkatan produksi asam.

Asidosis metabolik terjadi dan jika terdapat defek

fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat terjadi.

Asam lemak yang berlebihan menggeser bilirubin dari

tempat-tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar

bilirubin tidak berikatan yang bersirkulasi

mengakibatkan pengingkatan risiko k ern-ikterus

bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dl atau

kurang.
(10) Adaptasi Imun

(a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme

penyerang di pintu masuk

(b) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan

meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru

lahir

- Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatid

maupun kuantitatif

- Fagositosis lambat

- Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin

belum berkembang sempurna sampai usia 3-4

minggu

- Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan

dan perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu

ASI, IgA juga tidak terdapat dalam saluran GI.

(c) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas selama periode neonates

e. Kunjungan Neonatal

Menurut [CITATION Mai15 \l 1057 ], Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

yang dilaksanakan oleh bidan minimal 3 kali selama periode 0-28 hari
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan

rumah, pelaksanaan kunjungan neonatus diantaranya sebagai berikut:

1) Kunjungan pertama (KN1), 6 jam – 48 jam setelah lahir

2) Kunjungan kedua (KN2), hari ke 3 – 7 setelah lahir

3) Kunjungan ketiga (KN3), hari ke 8 – 28 setelah lahir

f. Pencegahan Infeksi

Menurut [ CITATION Noo18 \l 1057 ], Bayi baru lahir (BBL) sangat

rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau

kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung

maupun beberapa saat setelah lahir. Berikut tindakan pencegahan

penyebaran infeksi pada bayi baru lahir:

1) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah kontak

dengan bayi

2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan

3) Memastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan

benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril.

Jika menggunakan bola karet penghisap, pakailah yang bersih dan

baru.

4) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut, serta kain

yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih


5) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer,

stetoskop, dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan

bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali

digunakan)

6) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya

dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun)

7) Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan

air bersih, hangat, dan sabun setiap hari

8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan

memastikan orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan

sebelumnya

g. Kelainan – Kelainan Pada Bayi Baru Lahir

Menurut [ CITATION Set16 \l 1057 ], Kelainan-kelainan pada Bayi Baru

Lahir, diantaranya sebagai berikut:

1) Labioschisis

Labio merupakan bibir, sedangkan Schisis merupakan

celah/belahan. Jadi labioschisis merupakan celah congenital pada

lateral bibir atas.

2) Labiopalatoschizis

Palato merupakan langit-langit, sedangkan schizis merupakan

celah. Jadi labiopalatoshizis merupakan adanya celah kongenital

pada langit-langit.
3) Atreksia Esofagus

Atreksia esofagus merupakan perkembangan embrionik abnormal

esophagus yang menghasilkan pembentukan suatu kantong atau

lumen berkurang tidak memadai yang mencegah perjalanan

makanan/sekresi dari faring ke perut.

4) Atresia Duodenum

Atresia duodenum merupakan kondisi dimana duodenum (bagian

pertama usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak

berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak kemungkinan

perjalanan makanan dari lambung ke usus.

5) Atresia Ani

Atresia ani merupakan tidak adanya anus. Terdapat 3 tipe, yaitu:

a) Tipe rendah, bila ujung usus mendekati kulit ditempat anus

seharusnya

b) Tipe tinggi (kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi

laki-laki), sebaliknya kelainan letak rendah sering ditemukan

pada bayi perempuan. Pada perempuan dapat ditemukan fistula

rektoperinium dan fistula rektovagina juga dapat ditemukan

tipe cloaca, sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan fistula,

yaitu ektourinaria

c) Membran anus menetap

6) Hisprung
Hisprung disebut juha hischprung’s disease atau megacolon

congenital atau aganglionik megacolon, yaitu tidak didapatkannya

syaraf simpatis dan para simpatis di tunica muscularis usus,

terutama di colon paling sering di rectosigmoid.

7) Obstruksi Biliaris

Obstruksi Billiaris adalah kondisi tidak adanya saluran empedu di

luar hati (ekstrahepatik). Saluran empedu ini berfungsi untuk

mengeluarkan empedu yang diproduksi di hati menuju ke usus.

8) Omfalocel

Omfalocel merupakan kelainan yang berupa protusi isi rongga

perut keluar dinding perut disekitar umbilicus, benjolan terbungkus

dalam suatu kantong (A.H. Markum, 1991:245).

9) Hernia Diafragmatika

Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam

rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma

adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.

10) Encephalocel

Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai

dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak

yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang

tengkorak.

11) Hydrosefalus
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani:

"hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala;

sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air"). Suatu

keadaan dimana terdapat timbunan likuar serebrospinalis yang

berlebihan dalam ventrikel-ventrikel dan ruang subarakhnoid

yang disertai dengan kenaikan tekanan intrakranial.

12) Fimosis

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis ( preputium ) melekat

pada bagian kepala penis ( gland penis ) dan mengakibatkan

tersumbatnya lubang saluran air seni sehingga bayi atau anak

mengalami kesulitan dan kesakitan saat kencing.

13) Hypospadia

Hipospadia adalah deformitas umum dimana uretra pada anak

laki-laki terbuka di suatu tempat sepanjang permukaan bawah

penis (Hamilton,1995:259 dalam [ CITATION Set16 \l 1057 ] .

Hipospadia muara orifisium uretra eksterna (lubang tempat air

seni keluar) berada diproksimal dari normalnya yaitu pada ujung

distal glans penis, sepanjang ventral batang penis sampai

perineum (Lakshmi Nawasasi, 2005 dalam [ CITATION Set16 \l

1057 ]). Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra

terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.

Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan


uretra anterior dimana muara dari uretra terletak ektopik pada

bagian ventral dari penis proksimal hingga glands penis

(Oktavianus, 2008 : okto’s Site dalam [ CITATION Set16 \l 1057 ].

4. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira- kira 6 minggu, akan tetapi,

seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil

dalam waktu 3 bulan. (Wahyuningsih Puji, 2018)

b. Tahapan – Tahapan Masa Nifas

Menurut (Wahyuningsih Puji, 2018) Tahapan nifas dibagi menjadi 4

yaitu sebagai berikut :

1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan

postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu

melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi

uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan

suhu.

2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling perencanaan KB.

4) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki

penyulit atau komplikasi.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas

Menurut Sari dan Siti (2018), peran dan tanggung jawab bidan dalam

masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.

2) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

3) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang

berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan

administrasi.
4) Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya

mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda

bahaya, menjaga gizi yang baik serta mempraktekkan kebersihan

yang aman.

5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam

peranannya sebagai orangtua.

7) Memberikan asuhan kebidanan secara professional.

8) Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara

mengumpulkan data, menetapkan diagnose dan rencana tindakan

serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode nifas

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Sari dan Siti (2018), perubahan fisik pada masa nifas adalah

sebagai berikut:

1) Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim

(involusi uteri). Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil

(berinvolusi) sehingga akhirnya seperti sebelum hamil.

2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochea). Lochea mengalami

perubahan karena involusio. Perbedaan masing-masing lokhea

dapat dilihat sebagai berikut:


a) Lokhea rubra (Cruenta), keluar pada hari 1-2 pasca

melahirkan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-

sisa selaput ketuban, jaringan dan desidua, vernikd

caseosa, lanugo serta meconium.

b) Lokhea sanguinolenta, keluar pada hari ke 3-7 pasca

melahirkan, berwarna merah kekuningan dan berisi darah

lendir.

c) Lokhea serosa, keluar pada hari ke 7-14 pasca

melahirkan, berwarna kecoklatan mengandung lebih

banyak serum da lebih sedikit darah, juga terdiri dari

leukosit dan robekan laserasi plasenta.

d) Lokhea alba, keluar sejak 2-6 minggu pasca melahirkan,

berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

e) Lokhea purulent, merupakan lokhea yang berbau busuk

dan terinfeksi.

3) Kelelahan karena proses melahirkan

4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar

5) Kesulitan buang air besar dan buang air kecil

6) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)

7) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

e. Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Menurut Sari dan Siti (2018), perubahan psikologis pada masa nifas

adalah sebagai berikut:

1) Fase Taking in. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung

setelah melahrkan sampai hari ke 2

2) Fase Taking Hold. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan

untuk merawat bayinya, mucul perasaan sedih (baby blues).

Perasaan ini biasanya berlangsung pada hari ke 3 sampai hari ke

10.

3) Fase Letting Go. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan

bayinya. Fase ini terjadi pada hari ke 10 masa nifas.

f. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1) Nutrisi dan cairan

Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses

laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori

500-800 kal/ hari. Makan dengan diet seimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum

sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk menambah

zat besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan, Kapsul

vitamin A (200.000 IU ) agar dapat memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASI.

2) Mobilisasi
Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari tempat

tidur, tergantung kepada keadaan klien, namun dianjurkan pada

persalinan normal klien dapat melakukan mobilisasi 2 jam pp. Pada

persalinan dengan anestesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam,

lalu tidur ½ duduk, turun dari tempat tidur setelah 24 jam

Mobilisasi pada ibu akan berdampak positif, ibu merasa lebih

sehat dan kuat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik, Ibu juga

dapat merawat anaknya.

3) Eliminasi (BAK/BAB)

Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan

dalam 8 jam setelah melahirkan, selama kehamilan terjadi

peningkatan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini

dieliminasi sebagai urine, umumnya pada partus lama yang

kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum tau cunam, dapat

mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebainya dipasang dower

catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kemih.

Dengan demikian jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot

cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.

Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3

hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan,

obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang

sakit. Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi


serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk

mencapai regulasi BAB.

4) Kebersihan Diri/Perineum

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2

kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan

dimana tempat ibu tinggal. Perawatan luka perineum bertujuan

untuk mencegah terjadi infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan

mempercepat penyembuhan. Perawaan luka perineum dapat

dilakuakan dengan cara mencuci daerah genetalia dengan air dan

sabun setiap kali habis BAK/ BAB yang dimulai dengan mencuci

tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari, bila

pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut bekas pakai, pembalut

dapat kembali dipakai kembali dengan mencuci, dijemur dibawah

sinar matahari dan disetrika.

5) Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari. Setelah selama sembilan bulan ibu mengalami

kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat dan banyak

keadaan yang mengganggu lainnya serta proses persalinan yang


begitu melelahkan ibu, maka ibu membutuhkan istirahat yang

cukup untuk memulihkan keadaannya. Istirahat ini bisa berupa

tidur siang maupun tidur malam hari. Jika ibu mengalami kesulitan

tidur di malam hari dan dia nampak gelisah maka perlu diwaspadai

ibu mengalami gangguan psikologis masa nifas.

6) Seksual

Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan

penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual

ibu menurun karena kadar hormone rendah, adaptasi peran baru,

keletihan (kurang istirahat dan tidur).

Pada prinsipnya, tidak ada masalah untuk melakukan hubungan

seksual setelah selesai masa nifas 40 hari. Hormon prolaktin tidak

akan membuat ibu kehilangan gairah seksual. Ibu yang baru

malahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6

minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas

pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk

luka episiotomi dan luka bekas section cesarean (SC) biasanya

telah sembuh dengan baik.

Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan

jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan 3-4 minggu

setelah proses melahirkan. Meskipun hubungan telah dilakukan

setelah minggu ke-6 adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh


hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa

bulan proses persalinan

Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan suasana hati

yang tenang. Kecemasan akan menghambat proses perangsangan

sehingga produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan

terhambat. Cairan pelumas yang minim akan berakibat gesekan

penis dan dinding vagina tidak terjadi dengan lembut, akibatnya

akan terasa nyeri dan tidak jarang akan ada luka lecet baik pada

dinding vagina maupun kulit penis suami.

g. Postpartum Blues

Menurut Herlina dan Dewi (2018), postpartum blues adalah reaksi

penyesuaian dengan perasaan depresi yang juga dikenal dengan istilah

baby blues. Penyebab yang menonjol adalah sebagai berikut:

1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang

dialami wanita selama masa kehamilan dan persalinan.

2) Rasa sakit pada masa nifas.

3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.

4) Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari

rumah sakit.

5) Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.

Gejala-gejala yang muncul pada ibu yang mengalami postpartum

blues adalah sebagai berikut:


1) Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri dan

mudah tersinggung.

2) Merasa kehilangan semangat, menangis tanpa sebab yang jelas.

3) Kurang menerima bayi yang dilahirkan, terlalu sensitive, mudah

marah, gelisah dan sangat kelelahan.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang bidan adalah sebagai

berikut:

1) Menciptakan ikatan antara ibu dan bayi sedini mungkin

2) Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan

pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.

3) Menyarankan ibu agar:

a) Meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu membutuhkan

istirahat untuk menghilangkan kelelahan

b) Memberitahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan

c) Membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kekampuan

untuk merawat bayi

d) Mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk sendiri

h. Depresi Pasca Partum

Depresi pasca partum adalah perasaan tidak nyaman yang

dialami wanita setelah melahirkan yang bisa disebabkan oleh hormone

dan gangguan psikologis. Gejala ibu yang mengalami depresi pasca

partum yakni sering marah, sedih yang berlarut-larut, kurang nafsu


makan dan terlalu mencemaskan keadaan bayinya. (Herlina dan Dewi:

2018)

i. Kesedihan dan Duka Cita

Kesedihan (greafing) adalah pengalaman seseorang yang

mengalami kehilangan suatu benda, orang yang dekat, bagian fungsi

tubuhnya atau emosinya yang sebelumnya ada kemudian menghilang.

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi

meskipun kematian bayi terjadi saat kehamilan. (Herlina dan Dewi:

2018).

j. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan

bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

1) Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan

yang bertujuan untuk:

a) Mencegah peradarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain dan merujuk bila

perdarahan berlanjut

c) Memberi konseling pada ibu atau salah satu keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d) Pemberian ASI 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

berhasil dilakukan
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga

bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermia.

12) Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan yang

bertujuan untuk:

a) Memastikan involusio uteri berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi

c) Memastikan bahwa ibu cukup makanan, minuman dan istirahat,

d) Memastikan bahwa ibu menyusui dengan benar dan

memperhatikan tanda-tanda penyakit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

4) Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan yang

memiliki tujuan yang sama dengan kunjungan kedua.

5) Kunjungan keempat dilakukan 6 minggu setelah persalinan, yang

bertujuan untuk:

a) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

5. Konsep Dasar Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana


Menurut (DepkesRI,1999; 1) dalam buku (Yulizawati et al.,

2019)KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat

perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri

untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kelahiran.

Menurut kementrian kesehatan republik indonesia, keluarga

berencana merupakan pasangan usia subur, suami, istri, atau pun

keduanya menggunakan alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi.

Keluarga yang mengikuti KB disebut juga peserta/ akseptor KB.

Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan yang istrinya berumur

15-49 tahun [CITATION Kem142 \t \l 1057 ]

b. Tujuan Keluarga Berencana

Menurut (Yulizawati et al., 2019) tujuan keluarga berencana terdiri

atas :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.


2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

c. Macam – Macam Alat Kontrasepsi

1) Kontrasepsi sederhana

Kontrasepsi sederhana merupakan cara kontrasepsi atau

pencegahan kehamilan yang dilakukan atau digunakan secara

sederhana atau sewaktu-waktu, bahkan untuk sekali pemakaian

saat melakukan hubungan seksual. Metode sederhana dibagi

menjadi 2 yaitu, dengan menggunakan alat dan tanpa alat. Tanpa

menggunakan alat yaitu, Metode Amenorhea Laktasi /MAL,

Metode Kalender, Metode Suhu Basal, Metode Lendir Serviks,

Coitus Interuptus Atau Senggama Terputus. Sedangkan

Menggunakan Alat Yaitu Meliputi Kondom, Diafragma Dan

Spermisid

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu

Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja

tanpa pemberian makanan tambahan atau minuman apapun

[CITATION Har17 \l 1057 ]. Menyusui menyebabkan penundaan

pemulihan kesuburan setelah persalinan dan dapat digunakan

sebagai salah satu metode kontrasepsi alami. Pola menyusui


dapat menimbulkan infertilitas. Hal ini dikaitkan dengan

amenorea dan terjadinya penekanan ovulasi yang

menyebabkan tidak adanya menstruasi [CITATION Pur15 \l 1057 ]

Menurut Setiyaningrum (2014) syarat-syarat MAL yaitu

(1) Bayi tersebut harus berusia kurang dari 6 bulan.

(2) Wanita tersebut tidak mengalami perdarahan vaginal

setelah 56 hari postpartum.

(3) Menyusui harus menjadi sumber nutrisi eksklusif

untuk bayinya

b) Metode Pantang Berkala (Kalender)

Metode kalender dilakukan dengan wanita mendeteksi masa

suburnya yang biasanya 12-16 hari pertama masa menstruasi

berikutnya. Metode ini didasarkan pada hitungan mundur

siklus menstruasi wanita selama periode 6-12 bulan siklus yang

tercatat. Metode ini tidak lagi dikenal sebagai metode yang

dapat diandalkan jika digunakan secara tunggal, tetapi dapat

diajarkan bersamaan metode lain. Angka kegagalan metode ini

adalah 14,4-47 kehamilan pada 100 wanita pertahun (Everett.

2015).

Teknik metode kalender Seorang wanita menentukan masa

suburnya dengan :
(1) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk

menentukan awal dari masa suburnya.

(2) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk

menentukan akhir masa suburnya.

a) Metode Suhu Badan Basal

Menurut Mustika (2018) Suhu tubuh seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain kecepatan metabolism basal,

rangsangan saraf simpatis, hormone pertumbuhan, hormone tiroid,

hormone reproduksi dan lingkungan.

Aturan perubahan suhu menurut Affandi dkk (2014) antara lain:

(1) Ukur suhu ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi

(sebelum bangkit dari tempat tidur) dan catat suhu ibu pada

kartu yang disediakan oleh instrukturr KBA ibu.

(2) Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama

dari siklus haid ibu untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu

yang “normal, rendah” (misalnya catatan suhu harian pada pola

tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa). Abaikan setiap

suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.

(3) Tarik garis 0,05°C - 0,1°C di atas suhu tertinggi dari suhu 10

hari terebut. Ini dinamakan garis pelindung (cover line) atau

garis suhu.
(4) Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-

turut suhu berada diatas garis pelindung tersebut (aturan

perubahan suhu).

gambar 10 KB metode kalender

b) Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi

Metode Ovulasi Billings didasarkan pada pengenalan terhadap

perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi yang

menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas

maksimal dalam masa subur. Lendir servik dapat diamati seorang

wanita setiap harinya, pada saat setelah menstuasi lender serviks itu

sangat sedikit bisa dikatakan masa “kering”. Dimana saat itu

enstrogen dan progesterone sangat rendah, dan lender tersebut

adalah lender masa tak subur. Kadang tampak sedikit lender yang
sangat lengket dan bila di rentangkan dua jari akan putus (Putri,

2017).

Ketika ovum mulai matang, jumlah estrogen yang dihasilkan

meningkat, yang menyebabkan peningkatan lendir serviks. Hal ini

menandai permulaan fase subur. Kadar estrogen terus naik sebelum

terjadi ovulasi dan jumlah lendir serviks meningkat, menjadi jernih

dan melar, apabila dipegang diantara dua jari, lendir dapat

diregangkan dengan mudah tanpa terputus dan disebut lendir subur.

Tingkat angka keggagalan metode lendir serviks berkisar 0,4-39,7

kehamilan pada 100 wanita pertahun. (Setiyaningrum, 2014)

Menurut Setiyaningrum (2014) ciri-ciri lendir serviks pada

berbagai fase dari siklus haid (30 hari) :

(1) Fase I

Haid hari 1-5 lendir dapat ada atau tidak, dan tertutup oleh

darah haid. Perasaan wanita: basah

(2) Fase 2

Post-haid hari 6-10 tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali.

Perasaan wanita : kering

(3) Fase 3

Awal pra-ovulasi hari ke 11-13 lendir keruh, kuning atau putih,

dan lihat. Perasaan wanita lembab.

(4) Fase 4
Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi hari ke 14-17

lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan dengan

konsistensi seperti putih telur hari terakhir dari fase ini dikenal

sebagai gejala puncak Perasaan wanita lubrikatif/basah.

(5) Fase 5

Post ovulasi hari ke 18-21 lendir sedikit keruh perasaan wanita

lembab.

(6) Fase 6

Akhir post-ovulasi atau segera pra-haid lendir jernih dan seperti

air perasaan wanita: liat dan/ atau lembab/ basah.

Gambar 11 KB metode lendir serviks

c) Metode Senggama Terputus (Coitus Interuptus)

Adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri

sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Senggama terputus adalah

metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan


alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai

ejakulasi, sehingga sprema tidak masuk ke dalam vagina sehingga

tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat

dicegah. Efektifitas metode ini sangat bergantung pada kesedian

pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap

melaksanakannya ( angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100

perempuan pertahun) (affandi 2014).

1) Metode barier

a) Kondom

Menurut [ CITATION Bir14 \l 1057 ]kondom merupakan

selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan

dantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami

(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan

seksual.

Tipe kondom terdiri dari:

(1) Kondom biasa

(2) Kondom berkontur (bergerigi).

(3) Kondom beraroma.

(4) Kondom tidak beraroma.

(5) Kondom pria dan wanita.


Gambar 12 jenis- jenis kondom

Menurut Affandi dkk. (2014) manfaat kondom antara lain :

Kontrasepsi :

(1) Efektif bila digunakan dengan benar

(2) Tidak mengganggu produksi ASI

(3) Tidak mengganggu kesehatan klien

(4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

(5) Murah dan dapat dibeli secara umum

(6) Tidak perlu resep dokter atau pemeiksaan kesehatan khusus

(7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi

lainnya harus ditunda.

Tabel 5 seleksi klien pengguna kondom

Kondom
Tidak sesuai untuk pria yang
Sesuai untuk pria yang :
:
Mempunyai pasangan yang
Ingin berpartisipasi dalam
berisiko tinggi apabila
program KB
terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan alat Alergi terhadap bahan dasar
kontrasepsi kondom
Menginginkan kontrasepsi
Ingin kontrasepsi sementara jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu
dengan berbagai persiapan
Hanya ingin menggunakan alat untuk melakukan hubungan
kontrasepsi jika berhubungan seksual.
Berisiko tinggi Tidak peduli berbagai
tertular/menularkan IMS persyaratan kontrasepsi.

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya adalah

dengan menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai

saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi) dan

sebagai alat tempat spermisida. (Affandi,dkk. 2014). Jenisnya

antara lain :

(1) Flat spring (flat metal band)

(2) Coil spring (coiled wire)

(3) Arching spring (kombinasi metal spring)

c) Spermisida / Spons (Today Sponge)

Menurut Affandi (2014) spermisida adalah bahan kimia

(biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau


membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet

vagina, suppositoria, atau dissolvable film, dan krim. Cara

kerjanya adalah menyebabkan sel membrane sperma terpecah,

memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan

pembuahan sel telur.

Gambar 13 spermisida

Manfaat spermisida yaitu:

Kontrasepsi :

(1) Efektif seketika (busa dan krim).

(2) Tidak mengganggu produksi ASI.

(3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.

(4) Tidak mengganggu kesehatan klien.

(5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

(6) Mudah digunakan.

(7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.

(8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan

khusus.
2) Kontrasepsi hormon kombinasi

Kontrasepsi kombinasi menggunakan metode kombinasi antara

hormon estrogen dan hormon progesteron. Kontrasepsi kombinasi

terbagi atas dua macam yaitu pil kombinasi dan suntikan

kombinasi. Cara kerja kontrasepsi kombinasi yaitu:

a) Mencegah ovolasi

b) Mencegah implantasi

c) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma

d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur akan

tergangggu

Jenis kontrasepsi kombinasi

a) Pil kombinasi

Menurut [CITATION Kem143 \t \l 1057 ] pil kombinasi

memiliki tiga jenis yaitu

(1) Monofasik: kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/ progesterom dalam dosis yang sama dan 7 tablet

tanpa hormon aktif

(2) Bifasik: kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dan 7

tablet tanpa hormone aktif


(3) Trifasik: kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dan 7

tablet tanpa hormone aktif

Gambar 14 Pil KB Kombinasi

Keuntungan:

(1) Efektivitas yang tinggi

(2) Tidak menganggu hungan seksual

(3) Mudah dihentikan setiap saat

(4) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

b) Injeksi/suntikan

Jenis

(1) 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol

Sipionat yang diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali


(2) 50 mg Noretindron enantat injeksi intramuscular sebulan sekali

[ CITATION Pra14 \l 1033 ].

Gambar 15 Injeksi Kombinasi

Waktu mulai menggunakan

Direkomendasikan hanya untuk ibu tidak menyusui

(1) Ibu pasca persalinan aman digunakan setelah 3 minggu pasca

persalinan

(2) Ibu pasca keguguran segera atau dalam 7 hari setelah

keguguran

Efek samping

(1) Pola haid tidak teratur

(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara dan keluhan akan hilang

setelah suntikan kedua atau ketiga

(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan

(4) Penambahan berat badan

(5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS

(Kementrian Kesehatan RI, 2014)


3) Kontrasepsi hormon progestin

Hormone progestin adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron.

Hormone progestin terbagi menjadi pil, suntik/injeksi, implan, Cara

kerja hormone progestin adalah mencegah ovulasi, mengentalkan

lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,

menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat

transportasi gamet oleh tuba (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

a) Pil progestin

Jenis

(1) Kemasan 28 pil berisi 75 µg norgesterol

(2) Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonorgesterol atau 350 µg

norethindrone (Kementrian Kesehatan RI, 2014)

Gambar 16 Pil Progestin

Keuntungan

(1) Efektif jika diminum setiap hari diwaktu yang sama

(2) Tidak diperlukan pemeriksaan panggul


(3) Tidak mempengaruhi ASI

(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

(5) Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan

(6) Mudah digunakan dan nyaman

(7) Efek samping kecil (Kementrian Kesehatan RI, 2014)

Efek samping

(1) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahana sela,

spotting, amenorrhea)

(2) Peningkatan/penurunan berat badan

Efek penambahan berat badan pada pemakaian KB suntik

DMPA disebabkan karena pengaruh hormon progesteron yang

mempermudah perubahan karbohidrat dan gula yang

dikonsumsi dari makanan menjadi lemak. [ CITATION Han15 \l

1033 ]

(3) Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis dan

jerawat

Waktu mulai menggunakan

(1) Pasca ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu

pasca persalinan

(2) Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah

persalinan (Kementrian Kesehatan RI, 2014)

b) Injeksi/ suntikan
Suntikan Progestin merupakan jenis kontrasepsi yang paling

banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar 47%, diikuti dengan

AKDR sebesar 24%. Kontrasepsi suntikan merupakan metode

kontrasepsi yang banyak dipilih oleh responden karena sebagian

besar responden merasa nyaman dengan penggunaan kontrasepsi

ini. [ CITATION Her14 \l 1033 ].

Jenis:

Ada dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu:

(1) Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA,

yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuscular di daerah bokong

(2) Depo noretisteron enanatat mengandung 200 mg noretindron

enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuscular (Kementrian Kesehatan RI, 2014)

Keuntungan

(1) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

(2) Tidak mempengaruhi ASI

(3) Sedikit efek samping

(4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

primenopause
(5) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik

(6) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

Gambar 17 Injeksi Progestin

(Kementrian Kesehatan RI, 2014)

Efek samping

(1) Gangguan haid seperti siklus haid memendek atau memanjang,

perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan

bercak,spotting, tidak haid sama sekali

(2) Peningkatan berat badan

(3) Sedikit menurunkan kepadatan tulang pada penggunaan jangka

panjang

(4) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala,

jerawat (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

c) Implan
Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung

progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon polidimetri

(Kementrian Kesehatan RI, 2014)

Jenis

(1) Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg

levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun

(2) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3

keto desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun

(3) Jadelle dan indoplan, terdiri dari dua batang berisi 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun (Kementrian

Kesehatan RI, 2014)

Gambar 18 norplan, jadelle, implanon

Keuntungan

(1) Sangat efektif


(2) Daya guna tinggi

(3) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

(4) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

(5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

(6) Bebas dari pengaruh estrogen

(7) Tidak menganggu hubungan seksual

(8) Tidak menganggu ASI (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

4) Kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari

plastik yang flesibel dan dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang

paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah yang

tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim

(AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB 3 bulan, minipil

dan kondom (BKKBN: 2014).

Menurut Imani (2016), Metode kontrasepsi IUD tidak

mempengaruhi kesehatan dan efek samping yang hormonal. Karena

alat kontrasepsi IUD adalah alat kontrasepsi yang non hormonal dan

banyak yang mendukung dengan adanya pemakaian alat kontrasepsi

IUD, karena dirasa alat kontrasepsi tesebut adalah alat kontrasepsi

yang praktis dan tidak perlu untuk periksa secara berkala atau tidak

perlu mengingat serta memakai alat kontrasepsi terlebih dahulu.


Menurut Affandi, dkk (2014), Jenis Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim/AKDR adalah sebagai berikut:

(1) AKDR CuT-380A

Kecil kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T

diselubungi oleh kawat halus yang terbuat tembaga (Cu).

Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-mana. Dengan

AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal serta tidak

mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.

(2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T

(Schering)

(3) Berdasarkan bentuknya IUD terbagi menjadi dua macam yaitu:

(a) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop,

CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

(b) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring,

Altigon, dan Graten ber-ring.


Gambar 19 Jenis KB AKD

Cara kerja AKDR adalah sebagai berikut:

(1) Menghambat kemampuan sprema untuk masuk ke tuba fallopi.

(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

(3) Mencegah sperma dan ovum bertemu.

(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi sel telur dalam

uterus.

5) Kontrasepsi mantap

a) Tubektomi

Kontrasepsi permanen pada wanita disebut dengan

tubektomi atau biasa disebut dengan Metode Operasi Wanita

(MOW) adalah tindakan mengikat/ memotong terhadap kedua

saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak

dapat melewati saluran tersebut, dengan demikian sel telur

tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak

terjadi kehamilan[ CITATION Suf14 \l 1057 ].


Gambar 20 Tubektomi
Tubektomi termasuk metode efektif dan tidak

menimbulkan efek samping jangka panjang. Efektivitas

tubektomi.:

(1) Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5per 1000) perempuan

pada tahun pertama penggunanan

(2) Pada 10 tahun penggunanan , terjadi sekitar 2 kehamilan

per 100 perempuan (18 -19 per 1000) perempuan

(3) Efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik

tubektomi (penghambatan atau oklusi tuba) tetapi secara

keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi

dibandingkan metode kontrasepsi lainnya. metode dengan

efektivitas tinggi adalah tubektomi minilaparotomi

pascapersalinan.

Kapan Dilakukan

(1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakni

secara rasional klien tersebut tidak hamil.


(2) Hari ke -6 hingga ke- 13 dari siklus menstruasi (fase

poliferensi ).

(3) Pascapersalinan.

Pascapersalinan dapat dilakukan dalam 24 jam, atau

selambat-lambatnya dalam48 jam pascapersalinan

([ CITATION rod17 \l 1057 ]

(4) Pascakeguguran

Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada

bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi)

Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada

bukti infeksi pelvik ( minilap saja)

b) Vasektomi

Medis Operatif Pria (MOP) atau dikenal dengan istilah

vasektomi merupakan tindakan penutupan (pemotongan,

pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami

sebelah kanan dan kiri, sehingga pada waktu senggama sel

mani tidak dapat keluar membuahi sel telur, sehingga tidak

terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan

daripada sunat atau khitan pada pria, pada umumnya dilakukan

sekitar 15 sampai 45 menit, dengan cara mengikat dan


memotong saluran mani yang terdapat didalam kantong buah

zakar [ CITATION Kur16 \l 1057 ].

Gambar 21 Vasektomi

6) Kontarasepsi pascakeguguran

Asuhan pascakeguguran mungkin merupakan keempatan

yanglangka bagi wanita untuk terpapar dengan pelayanan kesehatan.

Olehkarna itu kesempatan untuk memberi informasi dan pelayanan

keluarga berencaa. Kontrasepsi pascakeguguran/abortus perlu dimulai

segera karena ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah terapi

keguguran/abortus.

Jenis kontrasepsi yang dapat dipakai yaitu:

a) Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester I, sama

dengan yang dianjurkan pada masa interval.

b) Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester II sama

dengan yang dianjurkan pada masa pascapersalinan


Tabel 6 metode kontrasepsi pasca keguguran

Metode Waktu mulai penggunaaan Ciri-ciri catatan


kontrasepsi khusus
Pil Segera mulai  Dapat segera  Jika konseling dan
dimulai informasi belum
Kontasepsi walaupun cukup, tunda suntikan
kombinasi terdapat pertama atau
infeksi pemasangan implan
Kontrasepsi  Sangat efektif  Untuk implan pelu
progestin tenaga terlatih

Suntikan
kombinasi

Implant

AKDR Trimester I  Jika konseling dan


 AKDR dapat langsung informasi belum
dipasang jika jika tidak ada cukup tunda
infeski pemasangan.
 Tunda pemasangan sampai  Perlu tenaga terlatih
luka atau infeksi sembuh, untuk pemasangan
perdarahan diatasi, dan AKDR.
anemia diperbaiki.  Pada trimester II
Timester II mungkin risiko
 Tunda pemasangan 4-6 perforasi sewaktu
minggu pascakeguguran pemasangan lebih
kecuali jika tenaga terlatih besar.
dan peralaan untuk insersi
pascakeguguran tersedia.
 Yakinkan tidak ada infkesi,
tunda pemasangan sampai
infeksi teratasi 3 bulan.

7) Kontrasepsi darurat

Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang

dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah hubungan


seksual. Hal ini sering disebut “ kontrasepsi pascasenggama” atau

“morning after pill” atau morning after treatment”.

Indikasi

Indikasi kontrasepsi darurat adalah untuk mencegah kehamilan yang

tidak dikehendaki.

a) Bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:

(1) Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya.

(2) Diagfarma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat.

(3) Kegagalan senggama terputus ( misalnya ejakulasi di vagina

atau pada genetalia eksterna).

(4) Salah hitung masa subur

(5) AKDR ekspulsi’

(6) Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet.

(7) Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB

b) Pemerkosaan

c) Tidak menggunakan kontrasepsi

Tabel 7 jenis kontrasepsi darurat

Cara Merek dagang dosis Waktu pemberian


AKDR-cu Copper T Satu kali Dalam 7 hari
Multiload peasangan pascasenggama
Nova T
Pil Micrigynin 50 2x2 tablet Dalam waktu 5 hari
kombinasi Ovral pascasenggama, dosis
disis Neogynon kedua 12 jam kemudian
tinggi Nordiol
Eugynon
Dosis Microgynon 30 2x4 tablet Dalam waktu 5 hari
rendah Mikrodiol pascasenggama, dosis
Nordette kedua 12 jam kemudian
Progestin Postinor-2 2x1 tablet Dalam waktu 5 hari
pascasenggama, dosis
kedua 12 jam kemudian
Estrogen Lynoral 2,5 Dalam watu 5 hari
Premarin mg/dosis pascasengama, 2x1
Progynova 0,625 dosis selama 5 hari
mg/dosis
10 mg/dosis
Danocrine 2x4 tablet Dalam waktu 5 hari
Danazol Azol pascasenggama, dosis
kedua 12 jam kemudian
Keterbatasan

a) Pil kombinasi hanya efektif jika digunakan dalam 72 jam sesudah

hubungan seksual tanpa perlindungan.

b) Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, atau nyeri

payudara.

c) AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan

seksual.

A. Standar Asuhan Kebidanan

1. Asuhan Kehamilan

a. Standar Asuhan Kebidanan

Standar Asuhan Kebidanan berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/VIII/2007 tentang

Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan


keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang

dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai

dari pengkajian, perumusan diagnose dan/atau masalah kebidanan

(Permenkes 938, 2007).

1) Standar I: Pengkajian

a) Pernyataan standar:

Bidan mampu mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien.

b) Kriteria pengkajian:

(1) Data tepat, akurat, dan lengkap.

(2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata,

keluhan utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan, dan

latar belakang sosial budaya).

(3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang ).

2) Standar II : Perumusan diagnose dan masalah kebidanan.

a) Pernyataan standar:

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengiterprestasikannya secara akurat dan logis untuk

menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.


b) Kriteria perumusan diagnosa atau masalah :

(1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan,

(2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien,

(3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara

mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

3) Standar III : Perencanaan

a) Pernyataan standar:

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose

dan masalah yang ditegakkan.

b) Kriteria perencanaan:

(1) Rencanakan tindakan disusun berdasarkan prioritas

masalah dan kondisi klien: tindakan segera, tindakan

(2) antisipasi, dan asuhan secara komprehensif,

(3) Melibatkan klien/pasien/keluarga,

(4) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya

klien,

(5) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan

kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan

memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermamfaat

untuk klien.

(6) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang

berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang ada.


4) Standar IV : Implementasi

a) Pernyataan standar:

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi,

dan rujukan.

b) Kriteria:

Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial-spritual-kultural,

(1) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan

dari klien atau keluarganya (inform concent),

(2) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence

based,

(3) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan,

(4) Menjaga privasi pasien,

(5) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi,

(6) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan,

(7) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada

dan sesuai,

(8) Melakukan tindakan sesuai standar


(9) Mencatat tindakan yang telah dilakukan.

5) Standar V: Evaluasi

a) Pernyataan standar:

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien.

b) Kriteria evaluasi:

(1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien,

(2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada

klien/keluarga,

(3) Evaluasi dilakukan sesuai standar,

(4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien.

6) Standar VI : Pencatatan asuhan kebidanan

a) Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatat secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

b) Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status

pasien/buku KIA), ditulis dalam bentuk catatan

perkembangan SOAP.

S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan.

P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan

dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti

tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif: penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi/ follow up dan rujukan.

b. Pelayanan standar 10T

Menurut Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tahun 2015 standar

minimal pelayanan (ANC) yaitu:

1) Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan,

pengukuran tinggi badan cukup satu kali, bila tinggi badan < 145
cm, maka faktor risiko panggul sempit, kemungkinan sulit untuk

melahirkan secara normal. Penimbangan berat badan setiap kali

periksa.

2) Pengukuran tekanan darah, tekanan darah normal 120/80 mmHg.

Bila tekanan darah lebih besar atau sama sengan 140/90 mmHg,

ada faktor risiko hipertensi (tensi tinggi)dalam kehamilan.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Bila < 23,5 cm

menunjukkan ibu hamil menderita kurang energi kronis dan

berisiko melahirkan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

4) Pengukuran tinggi Rahim, pengukuran tinggi Rahim berguna

untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia

kehamilan

Tabel 8 ukuran fundus sesuai usia kehamilan

Umur Kehamilan
No Tinggi Fundus Uteri
dalam Minggu
1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 40 cm 40

Usia Gestasi Ukuran tinggi fundus dari simfisis


1 Belum teraba
2 Belum jelas Karena pembesarannya erdapa
di belakang simfisis
3 1-2 jari di atas simfisi
4 Pertengahan simfisis-pusat
5 2-3 jari dibawah pusat
6 Setinggi pusat
7 2-3 jari di atas pusat
8 Pertengahan pusat-procesus xiphoideus
(px)
9 3 jari dibawah px
10 Kembali seperti usia kehamilan pada akhir
8 bulan

5) Penentuan letak janin (presentasi janin dan perhitungan denyut

jantung janin, apabila trimester III bagian bawah janin bukan

kepala atau kepala belum masuk panggul kemungkinan ada

kelainan letak atau ada masalah lain. Bila debyutjantung janin

kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit

menunjukkan ada tanda gawat janin, segera rujuk.

6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid TT, menurut

(Rukiyah, 2011) Pemberian imunisasi TT pada kehamilan

umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama pada usia

kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu

kemudian. Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya

tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada

saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-nya.

Pemberian imunisasi TT pada ibu disesuaikan dengan status

imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status T2


agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu

hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi.

Tabel 9 Imunisasi Tetanus Toxoid

% Masa
Imunisasi Interval
Perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC 0% Tidak ada
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun /
seumur hidup
Sumber : Walyani, 2015.

7) Pemberian tablet tambah darah, sejak awal kehamilan minum 1

tablet tambah darah setiap hari selama 90 hari. Tablet tambah

darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8) Tes laboratorium, tes gologan darah untuk mempersiapkan donor

bagi ibu hamil bila diperlukan. Tes Hemoglobin untuk mengetahui

adanya glukosa atau penyakit diabetes mellitus.

9) Temu wicara/konseling, tenaga kesehatan memberikan penjelasan

mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,

persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), nifas, perawatan

bayi baru lahir, ASI Eksklusif, keluarga berencana, dan imunisasi

pada bayi.
10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan jika ibu mempunyai

masalah kesehatan pada saat hamil.

c. Kunjungan Antenatal care

Menurut sulistyawati (2013), kunjungan Antenatal care adalah:

1) Kunjungan minimal antenatal care

1x pada Trimester I : Usia Kehamilan 0-13 minggu

1x pada Trimester II : Usia kehamilan 14-27 minggu

2x pada Trimester III : Usia kehamilan 28-40 minggu

2) Kunjungan ideal Antenatal care

1x1 bulan : awal kehamilan – 28 minggu

1x2 minggu : 28 minggu- 36 minggu

1x1 minggu : 36 minggu-lahir

Menurut sulistyawati (2013), pemeriksaan Antenatal care

minimal paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Cakupan pelayanan

antenatal care dapat dikenal dengan K1 dan K4 sebagai berikut:

1) Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan

terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus


dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya

sebelum minggu ke 8.

2) Kunjungan ke Empat (4)

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk

mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.

Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut : sekali pada trimester 1

(kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester 2 (>12-24 minggu),

minimal 2 kali kontak pada trimester 3 dilakukan setelah minggu

ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa

dilakukan lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,

penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam

K4.

d. Asuhan selama kehamilan

Menurut Irianti (2014), Asuhan kehamilan adalah:

1) Asuhan trimester I

Berdasarkan pada kebutuhan kehamilan, prinsip pemeriksaan

ANC trimester 1, pada usia kehamilan < 12 minggu yaitu:

(a) Menegakkan diagnosa kehamilan baik dengan metode

sederhana maupun dengan memperhatikan perubahan

fisiologi yang terjadi, serta kolaborasi untuk dilakukannya

USG untuk penegakkan diagnosa pasti.


(b) Penapisan kebiasaan ibu yang kurang baik, serta dapat

menyebabkan gangguan pada janin dan kehamilan, seperti

merokok dan minuman-minuman keras.

(c) Melakukan penapisan penyakit penyerta dalam kehamilan.

(d) Pemeriksaan berat badan dan IMT

(e) Pemeriksaan tekanan darah

(f) Deteksi infeksi menular seksual termasuk HIV-AIDS, deteksi

infeksi bakteri uria

(g) Pemenuhan kebutuhan asam folat 400 gram/hari (12 minggu),

vitamin D, vitamin B6, vitamin B12 untuk mengatasi mual

dan anemia dalam kehamilan. Pemberian Fe secara rutin tidak

dianjurkan karena memiliki efek samping bagi ibu.

(h) Kebutuhan vitamin A sebesar 700 gram selama kehamilan

(i) Menyiapkan psikologis ibu terhadap kehamilan yang terjadi

(j) Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi

pada awal kehamilan

(k) Pemberian informasi sesuai kebutuhan ibu berdasarkan

temuan

(l) Deketsi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada trimester

1 dan melakukan tindakan kolaborasi atau rujukan dengan

cepat

(m) Linatkan keluarga dalam setiap asuhan yang diberikan


2) Asuhan trimester II

Adapun yang menjadi dasar dalam pemantauan pada

kehamilan trimester II yaitu usia 13-26 minggu, diantaranya:

(a) Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT

ibu

(b) Pemeriksaan tekanan darah

(c) Pemeriksaan tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 24

minggu

(d) Melakukan palpasi abdomen

(e) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin

(f) Pemeriksaan lab urin untuk mendeteksi secara dini kelainan

tropoblas yang terjadi serta diabtes gestasional

(g) Deteksi anemia akibat hemodilusi

(h) Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan dukungan

selama kehamilan

(i) Kebutuhan exercise ibu yaitu dengan senam hamil

(j) Deteksi pertumbuhan janin dengan baik yaitu pemeriksaan

palpasi dan pemeriksaan kolaborasi dengan USG

(k) Pemberian vaksinisai TT untuk mencegah terjadinya tetanus

neonatrium pada bayi

(l) Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi

pada trimester II
(m) Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester II dan

melakukan tindakan kolaborasi dan rujukan secara cepat.

(n) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan

3) Asuhan trimester III

Dasar dalam pemantauan pada kehamilan trimester III yaitu

pada usian 27-42 minggu diantaranya:

(a) Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT

ibu

(b) Pemeriksaan tekanan darah

(c) Pemeriksaan tinggu fundus dan penentuan berat badan janin

(d) Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal

(e) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin

(f) Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan dukungan

selama kehamilan

(g) Kebutuhan excercise ibu yaitu dengan senam hamil

(h) Mengurangi keluhan ibu akibat ketidaknyamanan yang terjadi

pada trimester III

(i) Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan

melakukan tindakan kolaborasi dan rujukan secara cepat

(j) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan

(k) Persiapan laktasi


(l) Persiapan persalinan

(m) Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan

kemungkinan kelainan letak janin, letak plasenta atau

penurunan kesejahteraan janin

(n) Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada

trimester III

e. Tujuan asuhan antenatal

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

f. Metode pendokumentasian SOAP


Catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian asuhan

kebidanan karena:

1) Pendokumentasian dengan metode SOAP berupa kemajuan

informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan

kesimpulan sehingga terwujud rencana asuhan.

2) Metode ini merupakan penyaringan dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

3) Metode SOAP dapat membantu mengorganisir pikiran sehingga

dapat memberikan asuhan secara menyeluruh.

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan

tertulis. Langkah dalam metode pendokumentasian dengan SOAP:

Pengumpulan data subyektif (S), pengumpulan data obyektif (O),

perumusan assessment (A) atau analisa dari data subyektif dan

obyektif, pembuatan planning (P) yang merupakan perencanaan,

implementasi dan evaluasi asuhan (Jannah, 2012).

2. Asuhan Persalinan Normal

a. Asuhan ibu bersalin kala I (JNPK-KR, 2014)

1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi.

a) Ruangan yang hangat dan bersih, sirkulasi udara yang baik.

b) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan.

c) Air DTT untuk membersihkan vulva dan perineum ibu.


d) Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain

pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan,

lantai, peraabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.

e) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi dan

penolong persalinan.

f) Tempat yang luas untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat

persalinan.

g) Penerangan yang cukup.

h) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.

i) Tempat yang bersih untuk memberi asuhan bayi baru lahir.

j) Meja yang bersih untuk menaruh peralatan persalinan.

k) Meja untuk tindakan resusitasi bbl.

2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang

diperlukan. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan

yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap

persalinan dan kelahiran bayi.

3) Persiapan rujukan. Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk

merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu

dan atau bayinya.

4) Memberikan asuhan sayang ibu.

a) Dukungan emosional.

b) Mengatur posisi.
c) Pemberian cairan dan nutrisi.

d) Mengosongkan kandung kemih.

e) Pencegahan infeksi.

5) Partograf.

a. Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan.

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaaan harus dicatat.

b. Pencatatan selama fase aktif persalinan.

Meliputi kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu,

kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan,

kondisi ibu.

c. Mencatat temuan pada partograf.

Meliputi informasi tentang ibu, kondisi janin (DJJ, warna dan

adanya air ketuban, penyusupan tulang kepala janin),

kemajuan persalinan (pembukaan serviks, penurunan bagian

terbawah janin, garis waspada dan garis bertindak), jam dan

waktu (waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu aktual

saat pemeriksaan atau penilaian), kontraksi uterus, obat-

obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu (nadi, tekanan

darah, suhu tubuh, volume urin, protein atau aseton).

b. Asuhan ibu bersalin kala II (JNPK-KR, 2014).

1) Persiapan ibu dan keluarga


a. Asuhan sayang ibu

Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya

selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan

dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai ibu sangat

diperlukan dalam menjalani proses persalinan. Anjurkan

keluarga ikut terlibat dalam asuhan, di antaranya membanttu

ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,

memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan

memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan

melahirkan bayinya. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam

menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman dan

semangat serta tenteramkan hatinya selama proses persalinan

berlangsung.

b. Membersihkan perineum ibu

Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan kala

dua diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan

perineum menggunakan air matang (DTT).

c. Mengosongkan kandung kemih

Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih

sering jika kandung kemih selalu terasa penuh. Jika

diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi. Jika ibu tak


dapat berjalan ke kamar mandi, bantu agar ibu dapat duduk

dan berkemih di wadah penampung urin.

2) Amniotomi

Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan

warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi.

3) Membimbing ibu untuk meneran

Bila tanda pasti kala 2 telah diperoleh, tunggu sampai ibu

merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran.

4) Posisi ibu saat meneran

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu

dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena

hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi

meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter

tetap baik.

5) Pemantauan selama kala 2 persalinan

Meliputi nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama

kontraksi setiap 30 menit, DJJ setiap selesai meneran atau setiap

5–10 menit, penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui

pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam stiap 60

menit atau jika ada indikasi, warna cairan ketuban jika selaputnya

sudah pecah, apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat


terkemuka, putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir,

kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama

lahir, catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan

pada catatan persalinan.

c. Asuhan ibu bersalin kala III (JNPK-KR, 2014)

1) Manajemen aktif kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah

kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan

fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di

Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana

sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta

yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen

aktif kala tiga.

2) Pemberian suntikan oksitosin

Sebelum menyuntikkan oksitosin pastikan terlebih dahulu

bahwa tidak ada janin kedua karena okstitosin menyebabkan

uterus berkontraksi yang akan menurunkan pasokan oksigen

kepada bayi. Setelah itu suntikkan oksitosin 10 unit IM pada1/3

bagian atas paha bagian luar. Oksitosin akan merangsang fundus


uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat

membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.

3) Penegangan tali pusat terkendali

Letakkan tangan pada abdomen ibu tepat di atas simfisis

pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan

menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.

Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan

satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen)

menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso cranial).

Lakukan secara hati-hati untuk mencegah inversion uteri. Bila

plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali

(selama dua atau tiga menit) untuk mengulangi kembali

penegangan tali pusat terkendali. Saat mulai kontraksi tegangkan

tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso cranial hingga tali

pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang

menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.

4) Rangsangan taktil (masase) funduss uteri

Letakkan telapak tangan pada fundus uteri. Jelaskan tindakan

kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak

nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk


menarik napas dalam dan perlahan serta rileks. Dengan lembut

tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus

uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi

dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.

d. Asuhan ibu bersalin kala IV (JNPK-KR, 2014)

1) Memperkirakan kehilangan darah

Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan

melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa

banyak botol 500 ml dapat menampung darah tersebut. Jika darah

bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika

darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.

Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk

menilai kondisi ibu.

2) Memeriksa perdarahan dari perineum

Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi

atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi

perineum.

3) Pencegahan infeksiSetelah persalinan, dekontaminasi alas plastik,

tempat tidur dan matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci

dengan deterjen dan bilas dengan air bersih.

4) Pemantauan keadaan umum ibu


a) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan

darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30

menit selama 1 jam kedua kala empat.

b) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap

15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit selama 1 jam

kedua kala empat.

c) Pantau suhu tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca

persalinan.

d) Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama 15 menit

selama satu jam pertama dan 30 menit selama 1 jam kedua kala

empat.

e) Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana cara menilai kontraksi uterus

dan jumlah darah yang keluar serta bagaimana cara masase uterus.

3 Asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus

a. Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mokroorganisme yang

terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung

maupun saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi

maka sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan dan

pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya pencegahan infeksi

berikut:
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi.

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayu yang

belum dimandikan.

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem, gunting, penghisap lendir DeLee, alat resusitasi dan

benang tali pusat telah di disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau

sterilisasi. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan

melakukan penghisapan lendir. Jangan menggunakan bola karet

penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi.

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian

halnya dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop

dan benda-benda lain yang akan bersentuhan langsung dengan

bayi.. dekontaminasi dan cuci bersih semua peralatan setiap kali

setelah digunakan.

b. Pencegahan kehilangan panas

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-

cara sebagai berikut:

1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.

Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.


Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak

segera di keringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya

tidak segera dikeringkan dan diselimuti (Kemenkes RI, 2014).

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih

rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui

mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda

tersebut (Armini, 2017).

3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan

atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingi akan cepat

mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika

terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui

ventilasi atau pendingin ruangan (Kemenkes RI, 2014).

4) Radiasi adalah kehilagan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih

rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan

cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas

tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

(Armini, 2017).

c. Asuhan tali pusat


1) Memotong dan mengikat tali pusat

a) Klem dan potong tali pusat dua menit setelah bayi lahir.

Lakukan dahulu penyuntikan oksitosin sebelum tali pusat

dipotong.

b) Tali pusat dijepit dengan klem DTT sekitar 3 cm dari

dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titikjepitan, tekan

talipusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat

kearah ibu (agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan

pemotongan tali pusat). Kemudian jepit dengan klem kedua

tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi

ibu) berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.

c) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan

yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut

dengan menggunakan gunting DTT atau steril.

d) Ikatkan tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu

sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

e) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5%.

f) Kemudian letakkan bayi dengan posisi tengkurap didada ibu

untuk inisisasi menyusui dini dan kemudian melakukan


kontak kulit kedada ibu minimal dalam satu jam pertama

setelah lahir (Sulistyawati, 2010).

2) Merawat tali pusat

a) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan

ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah

dan sekresi lainnya.

b) Bilas tangan dengan air DTT dan keringkan dengan handuk

atau kain bersih dan kering.

c) Raba tali pusat, setelah berhenti berdenyut, kemudian klem,

potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Protocol untuk menyuntikan oksitosin dilakukan sebelum

tali dipotong

d) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem DTT atau

klem tali pusat plastic (dispossible) sejauh 3cm dari dinding

perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik kejepitan, tekan tali

pusat dengan dua jari kemudian doorng isi tali pusat kearah

ibu (agar darah tidak terpancar pada saat melakukan

pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan

jarah 2cm dari tempat jepitan ke-1 kearah ibu.

e) Pegang tali pusat diantara dua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan


yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut

dengan menggunakan gunting DTT atau steril.

f) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

g) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke

dalam larutan klorin 0,5%

h) Bungkus tali pusat yang sudah diikat dengan kassa steril.

i) Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi

menyusu dini (IMD) (Indrayani, 2016).

d. Inisiasi menyusui dini (IMD)

IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas perut ibu

selama 1 jam, kemudian bayi akan merangkak dan mencari puting

susu ibunya. Pastikan pemberian ASI dimulai 1 jam setelah bayi

lahir, lakukan IMD dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui

bayinya setelah tali pusat dipotong. Dengan IMD, bayi dapat segera

menggunakan reflek mencari, menghisap, dan menelan. Biarkan

proses ini berlangsung sampai bayi berhenti menyusu dengan

sendirinya (Indrayani, 2016).

e. Pencegahan infeksi mata


Salep tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan

segera setelah IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya satu jam

setelah lahir. Pencegahan infeksi tersebut dianjurkan menggunakan

salep mata antibiotik Tetrasiklin 1% (Kemenkes RI, 2014).

f. Pemberian vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intramuskuler setelah satu jam kontak kulit ke ibu dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin

K yang dapat dialami oleh sebagian BBL (JNPK-KN, 2010).

g. Pemberian imunisasi

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir,

mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis

dengan resiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45% (Yongki,

2012).

h. Kunjungan neonatal

Kunjungan Neonatal Pertama (KN 1) dilakukan pada 6–24 jam

setelah lahir, asuhan yang diberikan adalah timbang berat badan, ukur

panjang badan bayi, ukur lingkar kepala dan lingkar dada bayi,

pertahankan suhu tubuh bayi untuk mencegah hipotermi,lakukan

perawatan tali pusat untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi,

kaji tanda-tanda bahaya pada bayiuntuk mengetahui sedini mungkin

adanya kelainan pada bayi seperti hipotermi/hipertermi, asfiksia,


tanda-tanda infeksi, berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya

perdarahan, beri imunisasi HB untuk memberikan kekebalan pada

bayi terhadap virus hepatitis, ajarkan pada keluarga untuk perawatan

bayi sehari-hari, berikan penyuluhan pada ibu untuk pemberian ASI

eksklusifguna memberikan nutrisi yang sesuai pada bayi.

Kunjungan Neonatal (KN2) pada hari ke-3–7 hari setelah lahir.

Asuhan yang diberikan adalah menanyakan pada ibu mengenai

keadaan bayi, menanyakan bagaimana bayi menyusui, memeriksa

apakah bayi terlihat kuning (ikterus), memeriksa apakah ada nanah

pada pusat bayi dan apakah baunya busuk.

Kunjungan Neonatal 3 (KN3) pada hari ke 8–28 setelah lahir.

Asuhan yang diberikan adalah tali pusat biasanya sudah lepas pada

kunjungan 2 minggu pasca salin, memastikan apakah bayi

mendapatkan ASI yang cukup, bayi harus mendapatkan imunisasi

BCG untuk mencegah tuberculosis, Vaksin polio I secara oral, dan

Vaksin hepatitis B (Walyani, 2015).

4. Asuhan Pada Masa Nifas dan Keluarga Berencana

a. Asuhan Pada Masa Nifas

Kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status

ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi.


1) Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan

yang bertujuan untuk:

a) Mencegah peradarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain dan merujuk bila

perdarahan berlanjut

c) Memberi konseling pada ibu atau salah satu keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

d) Pemberian ASI 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

berhasil dilakukan

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga

bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermia.

2) Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan yang

bertujuan untuk:

a) Memastikan involusio uteri berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi

c) Memastikan bahwa ibu cukup makanan, minuman dan

istirahat,

d) Memastikan bahwa ibu menyusui dengan benar dan

memperhatikan tanda-tanda penyakit.


e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

3) Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan yang

memiliki tujuan yang sama dengan kunjungan kedua.

4) Kunjungan keempat dilakukan 6 minggu setelah persalinan, yang

bertujuan untuk:

a) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut [ CITATION Her181 \l 1033 ], tujuan masa nifas antara lain:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

psikologis dimana dalam asuhan pada ibu masa ini peranan

keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan

psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif di mana bidan harus

melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas

secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif

maupun penunjang.
3. Melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

c. Langkah-langkah dalam Asuhan Masa Nifas

1. Pengkajian data fisik dan psikososial

Langkah awal yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan

masa nifas adalah melakukan pengkajian data. Data yang dikaji

meliputi data subjektif dan data objektif. Data subjektif digali

langsung dari klien atau keluarganya sedangkan data objektif

diambil melalui pemeriksaan baik pemeriksaan umum,

pemeriksaan khusus maupun pemeriksaan penunjang.

Pengkajian data dalam asuhan masa nifas normal meliputi:

2. Riwayat kesehatan

Keluhan yang dirasakan ibu saat ini misalnya: demam,

menggigil, sakit kepala, lemah, tidak nafsu makan

3. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, bidan harus melakukan pemeriksaan

menyeluruh dan terutama berfokus pada masa nifas.

4. Merumuskan diagnosa/masalah aktual/masalah potensial

Langkah selanjutnya setelah memperoleh data adalah melakukan

analisis data interpretasi sehingga didapatkan rumusan diagnosis.


Berdasarkan data yang diperoleh bidan akan memperoleh

kesimpulan apakah masa nifas ibu normal atau tidak.

5. Merencanakan asuhan kebidanan

Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat merencanakan

asuhan pada ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang

menyeluruh.

6. Pelaksanaan asuhan kebidanan

Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dilakukan dengan tindakan

mandiri atau kolaborasi. Di samping itu diperlukan tindakan

pengawasan pada ibu nifas untuk memastikan ibu dan bayi

dalam kondisi sehat. Berikan pendidikan/penyuluhan sesuai

dengan perencanaan. Pastikan ibu mengikuti rencana yang

disusun. Untuk itu dalam membuat perencanaan bidan harus

selalu mendiskusikan dengan ibu dan keluarga sehingga

pelaksanaan asuhan yang menjadi tanggung jawab bersama.

7. Evaluasi asuhan kebidanan

Evaluasi dalam asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui

keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan

yang diberikan apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai

dengan perencanaan. Rencana tersebut dapat dianggap efektif


jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ingat kembali

tujuan asuhan kebidanan yang diberikan dan evaluasi efektivitas

tindakan untuk mengatasi masalah. Evaluasi dapat dilakukan saat

ibu melakukan kunjungan ulang. Saat itu bidan dapat dilakukan

penilaian keberhasilan asuhan.

d. Asuhan Lanjutan Nifas di Rumah

1) Asuhan Nifas di Rumah

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan

dalam memberi asuhan kebidanan pada ibu nifas :

a) Memeriksakan tandavital ibu periksalah suhu tubuh, denyut

nadi dan tekana darah ibu secara teratur minimal sekali

dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan.

b) Membersikan alat kelamin, perut dan kaki ibu bantulah ibu

membersikan diri setelah melahirkan. Gantilah alas tidur

yang sudah kotor dan bersihkan darah dari tubuhnya.

Cucilah dengan lembut, gunakan air bersih dan kain steril.

c) Mencegah perdarahan hebat setelah melahirkan, normal bagi

wanita untuk mengalami perdarahan sama banyaknya ketika

dia mengalami perdarahan bulanan. Darah keluar mestinya

juga harus tampak seperti darah mestruasi yang berwarna


tua dan gelap, atau agak merah muda. Darah merembes

kecil-kecil saat Rahim berkontraksi atau ketika batuk,

bergerak atau berdiri. Perdarahan yang terlalu banyak sangat

membahayakan. Untuk memeriksa muncul tidaknya

perdarahan hebat beberapa jam setelah persalinan.

(1) Rasakan Rahim untuk melihat apakah dia berkontraksi

periksalah segera setelah plasenta lahir. Kemudia

perikasalah setelah 5 atau 10 menit selama 1 jam. Untuk

1 jam atau 2 jam berikutnya periksalah 15-30 menit.

Jika rahimnya terasa keras, maka dia berkontraksi

sebagaimana mestinya.

(2) Periksa popok ibu untuk melihat seberapa sering

mengeluarkan darah, jika mencapai 500 ml (sekitar 2

cangkir) berat darah berlebihan.

(3) Periksa denyut nadi ibu dan tekanan darahnya setiap

jam, untuk memastikan adanya tanda syok.

d) Memeriksa alat kelamin ibu dan masalah-masalah lainya

Kenakan sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut

robekan atau tidaknya alat kelamin ibu. Selain itu, perlu

diperiksa juga apakah serviknhya sudah menutuo (turun

menuju bukaan vagina).


e) Bantu ibu buang air Hendaknya buang air kecil dapat

dilakukan sendiri secepatnya. Kadangkadang wanita

mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra

ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus

spingter ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh

dan wanita sulit BAK sebaiknya dilakukan katerisasi.

f) Bantu ibu makan dan minum Sebagian besar ibu mau makan

setelah melahirkan dan bagus bagi mereka untuk bisa

menyantap beragam makanan bergizi yang diinginkan. Jus

buah sangat baik karena akan memberinya energy. Anjurkan

ibu untuk segera makan dan banyak minum pada jam-jam

pertama. Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori.

Sebaiknya ibu mengkonsumsinya makanan yang

mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-

buahan.

g) Memerhatikan peraasan ibu terhadap bayinya Hal-hal yang

harus dilakukan untuk membantu meningkatkan perasaan

ibuterhadap bayinya adalah sebgai berikut :

1) Beri dukungan emosional

Sangat penting untuk memberikan dukungan

emosional. Kebiasaan dan ritual menghormati ibu atau

merayakan kehadiran adalah salah satu cara untuk


mengakui keberhasilan ibu dalam persalinan.

Kebanyakan wanita merasakan emosi-emosi yang kuat

setelah melahirkan. Ini adalah hal yang normal.

Beberapa wanita merasakan sedih dan khawatir selama

beberapa hari, minggu atau bulan.

2) Ibu tidak tertarik kepada bayinya beberapa ibu tidak

merasa nyaman dengan bayi baru mereka. Ada beberapa

alas an yang menyebabkannya bisa jadi ibu sangat lelah,

sakit, dan mengalami perdarahan hebat.bisa juga dia

tidak menginginkan bayi itu, atau khawatir tidak bisa

merawatnya, sehingga mengalami depresi.

h) Perhatikan gejala infeksi pada ibu Suhu tubuh ibu yang baru

melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi daripada suhu

normal,khususnya jika cuaca hari itu sangat

panas.Namun,jika ibu merasa sakit,terserang demam , atau

denyut nadi cepat,atau merasa perih saat kandungannya di

sentuh.Bisa jadi dia terkena infeksi.Infeksi seperti ini

biasanya terjadi jika air ketuban pecah lebih awal dari

persalinan di mulai atau jika persalinan terlalu lama, atau

mereka merasa kelelahan saat persalinan.

i) Bantu ibu menyusui Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu

dan bayinya jika ibu merasa kebingungan apakah dia ingin


menyusui atau tidak,mintalah dia untuk mecoba menyusui

hanya untuk minggu minggu atau bulan bulan pertama

bahkan sedikit saja waktu untuk menyusui masih lebih baik

daripada tidak sama sekali.

j) Berikan waktu berkumpul bagi keluarga.

Jika ibu dan bayinya sehat,berikan mereka waktu sesaat

untuk berduaan saja.orang tua baru memerlukan waktu

untuk sama lain dengan bayi mereka.Mungkin mereka juga

memerlukan jumlah waktu pribadi sebentar untuk

berbincang bincang, tertawa, menangis, berdoa, atau

merayakannya dengan sesuatu cara tertentu.

2) Pendidikan Kesehatan

a. Nutrisi ibu menyusui Pada masa nifas diet perlu

mendapatkan perhatian hkhusus karena dengan nutrisi yang

baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu. Diet yang di berikan harus

bermutu bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan

banyak mengandung cairan.

b. Kebersihan pada ibu dan bayi Pada masa nifas,ibu sangat

rentan dengan infeksi. Oleh Karena itu, kebersihan diri

sangat penting untuk mencegah infeksi.kebersihan tubuh,

pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk


di jaga. Kebersihan kulit bayi perlu di jaga.walaupun

mandin dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus di

lakukan setiap hari tetapi bagian bagian seperti muka,

bokong dan tali pusat perlu di bersihkan secara teratur

sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum

memegang bayi. Untuk menjaga bayi tetap bersih hangat

dan kering setelah BAK popok bayi harus segera di ganti

atau ganti pempers minimal 4–5 kali perhari.

c. Istirahat dan tidur Anjurkan ibu istirahat yang cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan saran kan ibu untuk

melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara bertahap,

tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tertidur.

d. Latihan atau senam nifas

Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan

mengencangkan keadaan didnding oerut yang sudah tidak

indah lagi. Untuk itu beri penjelasan untuk ibu tentang

beberapa hal berikut:

(1) Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot otot

perut dan panggul kembali normal.ibu akan merasa

lebih kuat dan otot perut nya menjadi kuat sehingga

mengurangi rasa sakit pada punggung.


(2) Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit

setiap hari sangat membantu yaitu dengan : tidur

terlentang dan lengan di samping,tarik otot perut sambil

menarik nafas,tahan nafas dalam,angkat dagu ke dada,

tahan mulai hitungan 1 –5 rilex dan ulangi sebyak 10

kali.

(3) Berdiri dengan tungkai di rapatkan kencangan otot

bokong dan pinggul tahan sampai 5 hitungan relaksasi

otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

e. Pemberian asi

Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu sudah

mengkonsumsi sayuran hijau, kacang kacangan dan minum

sedikitnya 8 gelas sehari, sejak si bayi dalam

kandungan.karena ini merupakan awal untuk mendapatkan

asi yang banyak, jangan lupa perawatan menggunakan baby

oil dan massage dan sekitar payudara selama hamil juga

dapat membantu puting yang mendelep.

f. Perawatan Payudara

(1) Menjaga payudara agar tetap kering.

(2) Menggunakan bra atau BH yang menyongkong

payudara
(3) Bila lecet sangat berat,dapat di istirahatkan selama 24

jam .asi di keluarkan dan di minumkan dengan

menggunakan sendok.

(4) Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1

tablet setiap 4 – 6 jam.

g. Hubungan seksual Secara fisik, aman untuk memulai

hubungan suami istri begitu darah berhenti memasukan 1

atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah

berhenti dan ibu tidak merasakan ketidak nyamanan, inilah

saat aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri

kapan saja ibu siap banyak budaya tradisi menunda

hubungan suami istri sampai waktu tertentu misalnya setelah

40 hari atau 6 minggu.

h. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan

menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin

merencanakan tentang keluarganya.

i. Tanda tanda bahaya

Yang perlu di perhatikan ialah:

(1) Demam tinggi melebihi 38°


(2) Perdarahan vagina luar biasa atau tiba tiba tambah

banyak ( lebih dari perdarahan haid atau bila

memerlukan penggantian pembalut 2 kali

dalamsetengah jam )

(3) Nyeri perut hebat atau rasa sakit di bagian bawah

abdomen atau punggung serta ulu hati.

(4) Sakit kepala parah atau terus menerus pandangan rabun

atau masalah penglihatan

(5) Pembengkakan wajah jari atau tangan

(6) Rasa sakit, merah atau bengkakdibagian betis atau kaki.

(7) Payudara membengkak, kemerahan, lunak di sertai

demam

(8) Kehilangan hawa nafsu dalam waktu lama

(9) Merasa sangat sedih tidak mampu mengasuh bayinya

sendiri

(10) Depresi pada masa nifas

e. Asuhan Keluarga Berencana

Isu tentang mutu pelayanan dan akses yang mempengaruhi

pemberian kontrasepsi:

1) Klien harus memperoleh informasi yang cukup sehingga dapat

memilih sendiri metode kontrasepsi yang sesuai untuk mereka.

Informasi tersebut meliputi pemahaman tentang efektivitas relatif


dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping, manfaat dan

kerugian metode tersebut, gejala dan tanda yang perlu ditindak

lanjuti di klinik atau fasilitas kesehatan, kembalinya kesuburan,

dan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.

2) Untuk metode yang memerlukan prosedur bedah, insersi atau

pencabutan alat oleh tenaga terlatih, perlu dilengkapi dengan

fasilitas yang cukup agar prosedur tersebut dapat dilaksanakan

sesuai dengan standar, termasuk prosedur pencegahan infeksi.

3) Peralatan dan pasokan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan

harus tersedia.

4) Petugas pelayanan harus mendapat pelatihan yang cukup dalam

konseling keluarga berencana. Konseling merupakan elemen

kunci dalam mutu pelayanan, mulai dari kunjungan awal serta

ulang. Dan meliputi masalah-masalah seksualitas dan pencegahan

PMS termasuk HIV dan AIDS (Pinem, 2009).

5) Efektivitas berbagai metode Kontrasepsi

Dalam memilih kontrasepsi, klien perlu mendapat informasi

tentang:

1) Efektivitas relative dari berbagai metode kontrasepsi yang

tersedia.
2) Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan

dan risiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi

medis tertentu (Pinem, 2009).

B. Kewenangan Bidan

Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang

Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelanggaraan Praktik Bidan,

Kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :

1. Kewenangan normal :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki

dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu

a. Ruang lingkup
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c) Pelayanan persalinan normal

d) Pelayanan ibu nifas normal

e) Pelayanan ibu menyusui

f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

b. Kewenangan :

a) Episiotomi

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c) Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan

d) Pemberiat tablet Fe pada ibu hamil

e) Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas

f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi

air susu ibu (ASI) eksklusif.

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

h) Penyuluhan dan konseling

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j) Pemberian surat keterangan kematian

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak

a. Ruang lingkup
a) Pelayanan bayi baru lahir

b) Pelayanan bayi

c) Pelayanan anak balita

d) Pelayanan anak pra sekolah

b. Kewenangan

a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk

resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini

(IMD), injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada

masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.

b) Penangan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah

f) Pemberian konseling dan penyuluhan

g) Pemberian surat keterangan kelahiran

h) Pemberian surat keterangan kematia

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,

dengan kewenangan :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus

bagi bidan yang menjalankan program pemerintah mendapatkan

kewenangan tambahan untuk melakukan pelayangan kesehatan

yang meliputi :

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam

rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

kronis tertentu (dilakukan dibawah supervisi dokter)

3. Penangan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang

ditetapkan

4. Melakukan pembinaan persan serta masyarakat dibidang

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan

penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah

dan anak sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanankan deteksi dini, merujuk dan memberikan

penyuluhan terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk

pemberian kondom, dan penyakit lainnya


8. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah

Khusus untuk alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal

terintegrasi, penangan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan

deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap infeksi

menular seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta penyalahgunaan

narkotika, psikotropika, dan zakt adiktif lainnya (NAPZA), hanya

dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapatkan pelatihan untuk

pelayanan tersebut.

Selain itu khusus didaerah (kecamatan/kelurahan) yang belum ada

dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk

memberikan pelayanan kesehatan diluar kewenangan normal,

dengan syarat telah ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan

kesehatan diluar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak

berlaku lagi jika didaerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

Anda mungkin juga menyukai