Anda di halaman 1dari 16

MENUNGGU PAGI TERANG

KARYA: JENI PURNAMASARI


1. Tokoh
a. Ana
b. Mas Angga
c. Vita
d. Mama
e. Tante Tia
f. Nia

2. Synopsis
Ana adalah sosok wanita yang baik. Ia memiliki seorang suami yang bernama Angga. Ia
sudah berkeluarga dan dikaruniai seorang bayi laki-laki. Tetapi, beberapa bulan
kemudian, bayi mereka pun meninggal. Ana tinggal bersama menantunya. Mereka berdua
bekerja dan dimata masyarakat, hidup ,mereka sangat sejahtera. Disamping hidup yang
sejahtera itu, ada yang senang dan ada juga yang iri melihat kesejahteraan mereka berdua.
Diantara mereka yang iri adalah teman ana yang sebetulnya adalah orang yang Pernnah
menjalani hubungan dengan Angga. Orang tersebut bernama Nia. Nia mempunyai kisah
cinta bersama Angga. Dahulu, hubungan mereka hamper masuk ke jenjang pernikahan.
Tetapi, angga menghianati cinta mereka dengan memilih pasangan hidup yaitu Ana. Nia
tentu tidak terima. Nia iri dan bermaksud untuk mengambil kembali apa yang pernah
dimilikinya dengan perbuatan yang keji. Ia memanfaatkan kekuatan supranatural untuk
menghancurkan keluarga mereka. Ia melumpuhkan dan membinasakan Ana. ia
menginginkan kematian Ana. dengan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang telah
merasuki tubuh ana, ana menjadi sakit dan tidak berdaya, sehingga pikiran ana
terguncang, ana selalu berfikir yang tidak-tidak. Menjadi pendiam, pemarah. Dengan
pemikiran negatifnya, ana selalu merasa tidak ada yang peduli terhadap dirinya. Anapun
selalu dengan keputus asaan. Pada saat ana sakit, ia tinggal di rumah tante tia, yaitu adik
dari mama Ana, karena di tempat tante Tia, tempat pengobatan keluhan sakit ana agak
dekat dibandingkan tempat tinggal ana di desa Cendana.
Dengan adanya pikiran-pikiran negative ana, ia selalu merasa disudutkan. Padahal
itu hanya perasaan ana tentang kehidupannya yang sudah tidak terarah lagi. Disamping
itu, terdapat bertubi-tubi penyesalan mama Ana kepada ana akan kehadirannya yang telah
lama dinantikan ana untuk menemani ana saat ia dalam kesusahan. Jarak tempat tinggal
mama Ana begitu jauh. Sehingga untuk pergi ke tempat tinggal ana, butuh 1 hari 1 malam
untuk sampai. Rencana mama ana untuk pergi ke tempat tante tia juga memakan waktu
kurang lebih sehari semalam. Ana begitu kecewa dan selalu berfikiran bahwa semua
orang tidak peduli kepadanya. Ia putus asa dengan kehidupannya.

Menunggu pagi terang

BABAK I
ADEGAN 1
Malam menjelang subuh, hujan turun dengan deras, disertai petir yang menyambar
bersahut-sahutan, tampak seorang perempuan dengan boneka kecil ditangannya. Nia namanya.
Dengan solilognya. Lampu warna biiru redup di sudut kanan panggung.

Aku kesakitan melihat kamu bahagia. Aku sakit melihat wajahmu selalu tersenyum saat
memandangi matahari pagi. Wajahmu seperti membuatku muak, serasa ingin menata wajahmu
dengan menambahkan kotoran kucing, lalu meratakannya. Seharusnya kamu memilihku. Aku
lebih mencintai kamu dibandingkan dia. Seharusnya kamu sadar. Kenapa

kamu lebih

memilihdia? Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang baik? Apa aku kurang cerdas dimatamu?
Hehehe
Justru aku lebih cerdas sayangku. Aku bisa membuatmu berpaling kembali kepadaku. Aku bisa
membuatmu kembali kepadaku. Aku memang sakit sekarang. Tapi asal kamu tahu, dengan sakit
ini aku bisa menjadi lebih kuat untuk mendapatkan apa yang aku inginkan.
Kalau saja kamu tidak berpaling, aku tidak mungkin kan begini. Dan semua itu berawal dari dia.
Dia yang membuatmu berpaling dariku. Dia pengacau saying. Dia yang membuat rencana kita
dulu menjadi berantakan. Dia pengacau!!! Dia Pengacau!!! Kenapa kamu memilih dia??? Apa
karena soal materi? Dia kaya?cantik? pintar? Hehehe
Aku ingin dia merasakan sakit ini sayang. Aku belum puas dengan kematian bayi kalian sayang.
Belum cukup untuk membalas sakitku. Aku ingin dia kesakitan. Aku ingin dia mati!! Mati!!
Mati!!!
ADEGAN 2
Di rumah Tante Tia, terdengar suara Ana sedang menjerit kesakitan,di kamar. saat itu malam
menjelang subuh, hujan masih dengan derasnya mendera pepohonan disertai petir. Lampu
warna biru menyala dengan sorotan ke Ana dan Vita

Menunggu pagi terang

Ana

: aaagghhh, aduhhh!!! (memegang perutnya, merintih)

vita

: (terbangun) kenapa kak? (cemas)

ana

: sakit, Mama, sakit ma..

vita

: sini kak, biar aku usap-usap perut ka Ana

ana

: sakit de,

vita

: (mengusap perut Ana) sini ka

ana

: aaaghh, jangan, jangan disitu, sakit, aduhh. (duduk) vita, tolong ambilkan
air hangat.

vita

: iya ka. Tunggu sebentar ya ka. (mengambil air minum di meja)

ana

: mama, sakit. Aduhhh, mama, mama kapan dating. Aku sakit ma, papa,
aku sakit pa. mama, papa, cepat datang. Aku sakit

vita memberikan segelas air hangatkepada ana


vita

: (memberikan segelas air kepada Ana) mama lagi diperjalanan ka

ana

: (menangis)

vita

: (melihat arloji disamping tempat tidurnya) ka Ana jangan menangis lagi.


Mama pasti pagi-pagi sudah ada disini, sedikit lagi sudah mau pagi ka.
Ka Ana jangan menangis yah.

ana

: (sakit Ana mulai membaik, berhenti menangis, dan terdiam). Vita, tolong
gosokkan punggung kakak.

vita

: iya ka (mencari minyak gosok, dan mendapatkan botol minyak yang


sudah tak berisi). Ka, minyaknya sudah habis

ana

Menunggu pagi terang

: coba kamu lihat di lemari.

vita

: (mencari botol di lemari, mendapatkan, lalu menggosokkan ke belakang


tubuh Ana)

dalam keadaan mengantuk, vita membaringkan tubuhnya masih mengusap, beberapa kali
matanya tertutup lalu terbangun kembali
ana

: vita,

vita

: (terkejut) iya ka

ana

: vita jangan tidur dulu (sedih)

vita

: vita tidak tidur ka.

ana

: tadi kakak lihat kamu ketiduran.

vita

: nih, (bangun) vita tidak tidur ka. Vita tidak ngantuk kok

ana

: kakak tidak bisa tidur. Vita temani kakak ya, jangan tidur

vita

: iya ka.

ana

: vita, mama dan papa masih dijalan ya? (sedih) kenapa mereka lama
datang ya? Apa mereka tidak peduli sama kakak? Apa mereka sudah
tidak sayang sama kakak?

vita

: mereka semua sayang sama ka Ana. mereka peduli kok. Mama dan papa
lama datang, karena mungkin saja masih ada urusan sedikit kak.

ana

: (cepat menjawab) apa mereka lebih mementingkan urusan pekerjaan


dibandingkan kakak yang sudah sekarat?

vita

: ka, jangan bilang seperti itu ka.

ana

: kakak sudah sekarat Vita, (menangis) mama dan papa tidak pernah peduli
sama kakak.

Menunggu pagi terang

vita

: kakak pasti bisa sembuh. Ka Ana harus kuat dan tabah. Ini adalah cobaan
dari Allah, supaya kakak tetap bersabar. Insya Allah, kalau dengan
bersabar, kakak pasti cepat sembuh.

Ana

: kakak tidak bisa sembuh Vita,

Vita

: kakak harus yakin, pasti kakak bisa sembuh,,,

ana

: tapi dokter bilang kakak

vita

: dokter itu salah ka, mereka hanya menduga-duga saja ka.

ana

: menduga-duga bagaimana. Jelas-jelas menyakit kakak sudah parah.

vita

: tidak ka, penyakit kakak masih bisa disembuhkan ka.

ana

: (berbaring )

vita

: Ka Ana harus kuat yah, pasti kakak bisa lewati cobaan ini.

ana

: vita pasti capek, vita boleh tidur sekarang.(berhayal)

lampu padam
ADEGAN 3
lampu warna kuning menyala
keesokan hari, pada pagi hari di kamar Ana, masih dengan deruan hujan dan petir. terdengar
suara jendela dan horden dibuka. Lalu masuk tante Tia dengan sapu ijuk di genggamannya.
Tante Tia

: (membuka jendela) Ana sudah bangun ya, Vita, bangun sudah jam
delapan begini kamu masih tidur-tiduran,

vita

: hmmm (dengan malasnya, masih tertidur)

Tante Tia

: ana mau makan apa? Tante buatkan sayur asam kesukaan ana ya,

Menunggu pagi terang

ana

: kalian semua bohong. Mama dan papa tidak akan datang kan. Tante
bilang saja. Tidak usah sembunyi-sembunyikan tante, tidak apa-apa
tante. Bilang saja. Iya kan tante?

Vita terbangun
Tante Tia

: mama dan papa sudah berada di jalan sayang, mereka semalam berangkat
jam 9 malam. Mungkin sedikit lagi mereka sampai.

vita

: iyah ka, mungkin mama dan papa masih ada halangan di perjalanan. Tapi
mereka sudah menuju kemari ka. Sedikit lagi pasti mereka datang ka.

Terdengar suara pintu diketuk. Vita langsung berlari menuju pintu.


Ana duduk di samping ranjangnya
Tante tia

: mungkin mama yang datang. Ana jangan nangis begitu. Tante mau
buatkan kuah kesukaan Ana ya,

Masuk vita dan angga dengan kopor dan barang bawaannya.


Mas Angga

: ana (meletakkan barang bawaaan, lalu mendekati ana, dan membelai


rambutnya). Nih, mas bawakan rambutan aceh untuk kamu.

ana

: (menengok botol yang dibawa mas angga) itu apa?

Mas angga

: itu ramuan untuk kamu minum sayang,

ana

: ramuan yang kemarin masih ada. Kenapa ada ramuan yang baru lagi
mas?

Mas angga

: iya, ini ramuan untuk penyakit kuning kamu.

ana

: datang dengan siapa?

Mas Angga

: sendiri

ana

: baguslah. Aku kira mama kamu datang juga (dengan muka dingin)

Menunggu pagi terang

tante tia

: (memotong pembicaraan) angga, kamu belum makan kan, vita siapkan


sarapannya mas angga. Tante mau bikin sarapan kakak kamu.

vita

: iya tante,

vita, dan tante Tia keluar dari kamar Ana,


mas angga

: maafkan mas ya, kemarin mas lagi ada pekerjaan

ana

: kalian semua lebih mementingkan pekerjaan daripada aku!

Mas angga

: Ana,

Ana

: mas bilang saja kalau sudah ingin pisah sama aku!

Mas angga

: Ana!

Suasana mulai tegang dengan tingkah anaa yang mulai emosi. Lampu warna merah menyala
redup
ana

: aku tau mas, apa gunanya saya sekarang. Aku hanya sebagai beban buat
kalian semua! Aku hanya merepotkan mas dan keluarga mas.

Mas angga

: ana, (memeluk) jangn berpikiran seperti itu. Kami semua sayang sama
kamu Ana,

ana

: iya, aku tau mas, tapi mas tidak pernah mengerti dengan perasaan aku
saat ini

mas angga

: mas mengerti sayang, masalahnya mas lagi ada kerja

ana

: bilang saja kalau mas mau pisah sama aku. Untuk apa lagi hubungan ini
diteruskan. Mas tidak pernah mengerti aku.

Mas angga

: mas kurang mengerti apa sama kamu,

ana

: (memanggil) vita, vita

vita

: iya ka,

Menunggu pagi terang

ana

: bersihkan badan kakak ya,

mas angga

: biar mas angga yang bersihkan

ana

: tidak perlu. Vita!

vita

: iya ka, (pergi)

lampu warna merah padam

ADEGAN 4
Vita pergi. Pada saat vita pergi, mama Ana sampai di rumah dan mengucapkan salam. Di
ruangan kamar ana, terdengar suara vita dan mama.
Mama

: assalamualaikum

vita

: waalaikum salam, mama (memanggil-manggil ana) ka ana, mama


sudah datang.

masuk Vita dan mama ke kamar Ana. Ana yang sementara duduk, lalu membaringkan ketempat
tidurnya, dan mempalingkan wajahnya dari mama. Mama dan vita masuk.
Vita

: ka ana, mama sudah datang.

Mas angga

: ma, (mencium tangan mertuanya) ana, mama sudah datang,

Ana tetap dengan keadaan berpaling.


mama

: ana, bagaimana keadaan kamu nak? Ana sudah makan belum? Mama
tadi singgah di took kue. Mama belikan kue perahu kesukaan kamu.
(sambil mengusap kepala ana)

vita keluar mengambil air untuk lap badan ana.


mama

: vita

vita

: iya ma

Menunggu pagi terang

mama

: ambilkan piring dan air minum ya,

vita

: iya ma

mas angga

: ma, aku mau ke belakang dulu ya, ana, mas ke belakang ya,

mama

: iya

mama tetap mengusap-usap kepala ana


mama

: mama tau, ana pasti sangat membenci mama. Mama selalu menunda
kedatangan mama. papa besok akan datang. dari Kalimantan, papa
langsung akan berangkat kemari nak.

ana

: (diam)

mama

: mama salah nak,

ana

: seharusnya mama sudah lama datang. Kenapa baru sekarang mama


muncul. (menangis)

mama

: mama tau, mama salah. Seandainya saja mama berani untuk naik kapal
kecil buat pergi kesini, tapi mama begitu takut nak, sehingga mama
menunggu kapal besar untuk menyeberangkan mama kesini sayang,
mama salah sayang.

ana

: ana Cuma butuh mama disamping ana. Tidak ada yang mengerti ana.
Ana sakit ma, ana sakit parah ma.

(masuk vita dengan seloyang airhangat dan piring serta gelas.


mama

: ana jangan bilang begitu, penyakit ana pasti bisa sembuh. Ana harus
yakin, ada mama sekarang di samping ana. ana bangun ya, mama mau
basuhkan badan ana, supaya segar.

Vita

: mama tidak mau makan dulu? Biar vita saja yang lap tubuh ka ana.
mama makan dulu

Menunggu pagi terang

mama

: mama belum lapar nak,

vita

: yasudah, vita mau makan dulu ma

mama

: iya nak,

vita pergi
ana

mama tidak mau tau keadaan ana disini. Mama Cuma perhatikan
pekerjaan mama. Sama seperti papa.

mama

: tidak sayang

ana

: itu benar ma. Mama tidak sayang sama ana, mama Cuma sayang sama
vita.

mama

: mama sayang sama ana, mama selalu perhatikan kamu nak, setiap saat
mama selalu bertanya kabar kamu sayang,

ana

: mama tidak pernah lagi menghubungi ana. biar bicara sedikitpun sengan
ana, mama tidak pernah.

Suasana menambah haru dan tegang. Lampu warna merah menyala redup
mama

: bukan begitu sayang (bantah mama)

ana

: (menangis) mama tau tidak, ana selalu berharap, bunyi HP ana itu dari
mama. Tapi tidak pernah yang berbunyi itu dari mama. Ana iri sama vita
kalau mama mulai berbicara dengan vita. Ana ingin seperti vita yang
bisa berbicara sama mama. Ana seperti anak yang tidak pernah
dirindukan sama mama.

mama

: mama sayang sama ana. mama ..

ana

kalau mama sayang, kenapa mama tidak menelpon ana, kenapa


menanyakan kabar ana hanya lewat dari vita? Ana sakit hati sama mama.
Mama pilih kasih. Apa karena anak mama ini sudah sakit-sakitan?

Menunggu pagi terang

10

mama

: tidak ana (menangis) mama takut ana, mama takut. Mama takut ana
marah. Mama tidak mau karena mama menelpon, ana jadi marah. Mama
takut marah ana akan membuat ana depresi, sehingga akan berpengaruh
terhadap sakit ana. setiap mama bicara sama ana lewat telepon, mama
selalu membuat amarah ana bertambah. Setiap menit mama selalu
menanyakan kabar kepada ana, sudah minum obat? Jawaban ana selalu
dengan jawaban marah-marah, seakan-akan mama salah menanyakan
seperti itu. Sedikit lagi, huh, it uterus yang ditanya. Selalu dengan
jawaban marah. Mama tidak mau ana marah, makanya mama takut
untuk menelpon ana. mama takut ana depresi. Mama tidak mau
menambah beban ana. mama tidak pernah membeda-medakan anak
mama, mama sayang semua anak mama. Jangan berpikiran begitu
sayang. Mama salah sayang.

ana

: ana ingin diperhatikan sama mama. Ana ingin mama di dekat ana. ana
tidak pernah marah ma. Kata-kata ana seperti marah sama mama ya?
Tapi ana tidak pernah bermaksud marah-marah ma, ana Cuma butuh
perhatian dari mama. Ana ingin cerita-cerita sama mama.

mama

: mama ada disini sayang, ana cerita apa yang ana pendam-pendam saat
ini. Keluarkan semuanya sayang, jangan dipendam-pendam seperti itu.
Mama mau dengar nak,

ana

: (terdiam, ttap mengangis)

mama

: ana cerita ya, ini mama nak, mama sudah disini, apa masalah ana,
kenapa dengan keluarga ana?

ana

: mama tidak tau betapa menderitanya ana disana ma

mama

: iya nak, cerita nak

ana

: mereka memperlakukan aku seperti pembantu ma, mereka tidak pernah


merawat ana, mereka baik, apabila ana sudah terima gaji ma, disini
mereka terlihat begitu perhatian , sudah lama ana menanti mama untuk

Menunggu pagi terang

11

memperhatikan ana layaknya anak mama waktu kecil. Mas angga tidak
tau melayani istrinya yang sedang sakit. Dia selalu meninggalkan ana
dari pagi sampai sore tanpa sepiring makanan yang ditinggalkan untuk
makanan ana. apalagi kedua mertua ana, mereka tidak seperti mama dan
papa. setiap hari sebelum pergi kantor, ana selalu memasak untuk
mereka sekeluarga. Hanya ana yang masak, yang lain sibuk dengan
masing-masing urusan mereka yang tak penting. Ana capek ma, capek
hidup seperti itu ma, ana jadi sakit ma,
mama

: iya nak, mama bisa merasakan perasaan ana sekarang, (memeluk)

ana

: mama ingat tidak, waktu lebaran kemarin? Ana menelfon dan bertanya
kepada mama, menu makanan mama disana apa saja?

mama

: iya sayang

ana

: mama bilang banyak nak, ada ayam goreng, kuah bugis, ketupat, dan
masih banyak lagi. Trus mama balik bertanya kepada ana. kalau ana
disana, menu makanannya apa? Ana bilang kalau menu disini hamper
sama dengan menu makanan mama. Tapi yang sebenarnya tidak ma. Ana
Cuma makan pisang. Tidak ada yang mau masak. Mereka tidak pernah
perhatian sama ana, ana sakit ma, ana selalu merintih kesakitan ma, biar
hanya menengok kamar ana saja, mereka tidak.

mama

: iya nak, mereka jahat sama anak mama. Sekarang ana mau apa? Bilang
sajaa sama mama. Ana ingin suami ana mama marah? Supaya beban ana
berkurang?

ana

: mereka semua jahat ma, ana ditelantarkan, ana selalu ditinggali mas
Angga ke kantor, pada saat ana sakit. Mereka tidak mau mengurus orang
sakit ma, mereka jahat sama Ana.

suasana yang tadinya tegang, kini pulih kembali dengan sentuhan kata-kata dari mama .lampu
merah padam

Menunggu pagi terang

12

mama

: seandainya pada saat mama ajak kamu pergi ke rumah, kamu mau, pasti
tidak akan seperti ini nak, mama akan rawat kamu nak,

ana

: tidak mungkin itu terjadi ma.

Mama

: mama masih mampu untuk menghidupi kamu nak, mama tidak perlu
kamu mencari, yang mama perlukan saat ini adalah, keadaan kamu nak,
mama sebenarnya tidak kuat melihat anak mama menderita seperti ini.

Ana

: mama, mas Angga sudah tidak cinta sama ana, dia sudah jenuh.

Mama

: rumah tangga memang seperti itu adanya sayang, masalah itu sudah
biasa. Kalian berdua terlalu memiliki ego yang tinggi untuk berbicara
baik-baik. mungkin ada sebab dibalik semua ini apabila mas kamu sudah
jenuh terhadap ana.

Suasana tegang .Lampu merah menyala


Ana

: (marah) ana selalu disalahkan. Baik mama, tante, dan orang-orang selalu
salahkan ana. tidak ada yang mau membela ana. ana disini selalu
dipojokkan sama kalian,

Mama

: ana, tidak seperti itu nak

Ana

: lalu seperti bagaimana? Mama memang tidak mau mengerti dan tidak
akan pernah mengerti mau ana itu seperti apa. Setiap permasalahan
dengan mas Angga, mama selalu menasehati ana. mama tidak pernah
membela ana. ana sakit ma, yang ana inginkan sekarang adalah
perhatian mama terhadap ana. ana piker mama bisa mengerti ana,
ternyata mama sama saja dengan yang lain. Kalian semua tidak pernah
berpihak kepada ana.

Mama

: (menangis) mama salah ana, seharusnya mama tidak bilang seperti itu,
oh Tuhan, kenapa engkau memberikan cobaan yang begitu tak kuat
dipikul oleh anak hamba. Mungkin ini semua adalah hukuman bagi
mama yang dulu pernah menelantarkan kamu pada saat kamu kecil,

Menunggu pagi terang

13

mama menitipkan kamu kepada tante, lalu dengan serakahnya, mama


mengambil kamu pada saat tidak susah untuk merawat kamu. Mama
yang salah , mama salah,
Ana

: seharusnya mama mengerti ana, bukannya memojokkan ana, ana ingin


pada saat ana sedih dan senang, selalu bersama mama.

Mama

: mama bodoh,,, (dengan merasa bersalah)

Ana

: Ana kecewa pada saat ana melahirkan , mama tidak berada disamping
ana,

Mama

: (dengan memukul-mukul dada keras-keras) mama bodoh, mama bodoh,


mama memang bodoh,

Tiba-tiba datang tante tia dan vita dengan makanan buat ana. Tante tia langsung memeluk
mama Ana, dan menenangkannya. Vita mengusap-usap punggung mama Ana.suasana menjadi
haru. lampu warna merah padam.
Tante Tia

: (cemas, lalu memeluk mama Ana) ada apa ini?

Vita

: mama (menangis dan mendekati mama)

Mama Ana tak henti menangis,


Vita

: mama, mama jangan menangis

Mama

: (mama tetap menangis)

Vita

: ka ana, (dengan intonasi Menasehati)

Mama

: Vita, (melarang) mama mau istirahat dulu, (dengan perasaan begitu


menyesal )

Tante Tia

: Vita!!! (dengan menggunakan isyarat menyuruh vita untuk menyusul


mama, bermaksud untuk menenangkan mama)

Vita menyusul mama

Menunggu pagi terang

14

Mama

: mama tidak apa-apa sayang, kamu jaga kakak kamu yah, mama mau
istirahat,

Ana

: mama, ana butuh mama ada disini, mama tidak tidak mau merawat ana
lagi. Mama tidak sayang sama ana (tante tia memeluk ana) tante, mama
jahat .

Tante Tia

: sudah sayang, tante rasa apa yang kamu rasakan sekarang. Tante juga
merasakan apa yang dirasakan mama kamu. Mama kamu menyesal
dengan keadaan-keadaan kemarin sayang, dia pasti merasa bersalah.
Tante tau kamu sangat sedih dengan keadaan seperti ini, begitu juga
mama kamu sayang, ibu mana yang tidak sedih melihat keadaan
anaknya seperti ini. Ditambah lagi penyesalannya yang kemarin.

Ana

: ana butuh mama tante, ana sayang sama mama,

Tante Tia

: iya sayang, kamu jangan berpikiran macam-macam ya sayang, kami


semua mencintai Ana, kami sangat menyayangi Ana. ana makan dulu ya,
sudah hamper siang, ana makan dulu ya, supaya cepat sembuh,

Tante tia menyuap ana.


Ana

: tante,

Tante Tia

: iya sayang,

Ana

: tante sudah capek ya, jaga ana?

Tante Tia

: tidak sayang, kenapa ana bilang begitu? kami semua sayang sama ana,
tante tidak pernah capek, jangan berpikiran yang dapat membuat beban
ana bertambah, ya, nih, makan lagi.

Ana

: ana saja yang sakit, sudah merasa capek, apalagi yang menjaga ana yang
sakit,

Tante Tia

Menunggu pagi terang

: tidak ana, (memeluk) kami semua sayang sama ana,

15

Ana

: ana sudah capek begini. Ini tanggal 28 kan tante?

Tante Tia

: iya sayang,

Ana

: penyakit ana sudah lebih dari 1 tahun tante. Selama 1 tahun lebih ana
sakit.

Tante Tia

: ana harus yakin, penyakit ana akan sembuh,

Ana

: ana capek selalu menahan sakit yang tiap harinya selalu datang dengan
tiba-tiba. Kalian semua jangan pernah lupakan ana ya, kalian jangan
sampai menjerit kalau ana sudah meninggal nanti.

Tante Tia

: ana jangan bicara seperti itu. Ana pasti sembuh

Ana

: kalau ana sudah tidak ada, jangan pernah lupa doakan ana disana nanti,

Lampu padam.
Terdengar suara Nia
Nia

: aku menginginkan dia Mati. Mati!!!

Bersamaan dengan suara nia, terdengar pula jeritan keras dari Ana

SELESAI
Purnamasarijenny93@yahoo.com

Menunggu pagi terang

16

Anda mungkin juga menyukai