Anda di halaman 1dari 1

Jean Genet adalah seorang pengarang Prancis.

Namun kalau melihat potret dirinya di bukubukunya, orang bisa keliru besar. Wajahnya mirip pengarang Indonesia yang bernama Gerson Poyk (diwaktu berusia 35 tahun): Akan tetapi yang terakhir ini bukan pengarang yang menyerah atau menceburkan diri ke dalam absurditas lalu bermabuk-mabuk di sana. Ia memiliki pengertian (nation) dan perasaan (feeling) terhadap absurditas tetapi selalu berusaha untuk tidak hanyut dan tenggelam dalam absurditas. Genet adalah orang yang terlempar keluar dari keluarga dan masyarakat karena ia adalah pencuri dan memiliki kelainan seks. Ketika ia hampir dipenjarakan seumur hidup, ia dimaafkan karena adanya protes dari dunia kesusastraan Prancis. Pemandangan hidupnya jelas timbul dari riwayat hidupnya yang dahsyat itu. Genet merasakan bahawa hidup itu sendiri tidak jelas. Dunia adalah iluisi yang menggoda manusia dengan mengatakan bahwa hidup ini punya arti. Genet tidak bisa digoda. Ia tetap dengan 'iman' yang mengatakan bahwa hidup ini ilusi. Hidup tak punya arti dan perbuatan (aksi) manusia sia-sia, tak bernilai. Dendam yang membunuh tidak lebih jelek dari cinta. Ya, dendam dan cinta berjalan erat. Penggunaan kekuasaan adalah salah satu dari penyebab terbesar timbulnya setan-iblis dan penderitaan manusia. Penguasa manusia tidak memiliki kekuasaan yang jelas. Kekuasaan mereka adalah ilusi. Mereka adalah manusia dangkal yang bermain dengan kenyataan seperti orang lain. Manusia kriminil adalah manusia yang jujur karena dengan tingkah laku iblisnya mereka terusir dan diusir dari masyarakat hipokrit (munafik). Dengan demikian manusia kriminil betul-betul hidup dalam integrasi diri, terbebas dari tipudaya dan korupsi dalam masyarakat. Segala nilai penuh dengan kebalikan atau pertentangan. Perbuatan yang baik yang diperintahkan Tuhan untuk dilestarikan tidak perlu ditaati manusia. Manusia merdeka untuk membalik perintah suci demi untuk kebebasan iblis melakukan perbuatan baik. Karena drama-drama Genet sesuai dengan sikapnya yang berlawanan dengan Tuhan, maka dalamnya terdapat himbauan untuk menolak masyarakat, sekaligus pandangan rasional yang baginya sia-sia. Iblis yang beraksi di atas panggung adalah iblis yang ritual yang dipertahankan oleh kambing hitam ritual pula. Para kambing hitam itu adalah kriminal seperti juga korban-korban mereka. Mereka dihormati sebagai orang suci karena perasaan mereka yang sulit. Dalam karyanya The Maids (1947), anak-anak lelaki bermain sebagai pelayan wanita yang pada gilirannya berperan sebagai mistress dan pelayannya bermaksud untuk membunuh sang mistress. Karyanya The Balcony(1956) adalah sebuah visi imajinatif tentang para pelacur dan para tamunya yang pura-pura menjadi tokoh politik.

Anda mungkin juga menyukai