Anda di halaman 1dari 65

1

Feminisme adalah satu sabda dari


teori ilmu pengetahuan sebagai garis besar
untuk perlawanan. Ia melukiskan dengan
sangat hormat tentang sebuah penindasan
yang perlu diberantasi di dunia ini,
terkhususnya penindasan pada gender
perempuan.

Daya dan upaya dilakukan untuk


merdeka. Setiap kata menjadi teori, setiap
aksi menjadi reaksi. Daya pemberontakan
mencuat. Dari ufuk timur, terlihat seorang
pria tua yang berjalan terengah-engah
berjalan, tak dikejar oleh siapapun, namun
ia bagai orang yang sedang akan
menyampaikan kabar besar bagi warga.
membawa sebotol bir dengan gelagak
tawanya yang sudah bisa ditebak, dirinya
orang gila yang sudah terkenal di
daerahnya itu.

1
Tawanya seperti kesurupan, jiwanya
dikatakan mati. “Peduli amat katanya”,
mereka acuh tak acuh pada laki-laki
peminum itu. Tawanya semakin kencang di
keramaian. Kendati, itu bukan pasar
tempat transaksi jual beli. Orang-orang
hanya menatap sinis, tak tahu tentang
kebenarannya. Mereka hanya peduli pada
harga egosime. Perut mereka keroncongan,
butuh makan?. Tidak pastinya, mereka
hanya butuh kepuasan tanpa mempeduli
kan kejadian setelahnya.

“Ada perempuan yang diperkosa di


pinggir pantai Sampai tewas” Tawa laki-
laki pembawa air itu. Dianggapnya sebuah
lelucon dalam komedi. Tak ada yang
menghiraukan nya, mereka masih mengisi
keegoisan dalam setiap percakapan. Tak

2
lama pun, Laki-laki itu pergi entah
kemana.

Wajar saja. Tak ada yang mau


menghiraukan kematian seorang manusia
berjenis kelamin perempuan. Bukan
tentang kapan kematian dan oleh siapa
kematian nya. Tetapi laki-laki atau
perempuan menjadi korban nya. Kebodoh
an mereka sangat lugu, tragedi itu sudah
menjadi banalitas kekerasan gender
kemanusiaan.

Siapa sangka. Kematian yang dikabar


kan oleh laki-laki gila itu kenyataan.
Melihat jenazah yang sudah tergelentang
tanpa busana pasang. Dikira, kematian
perempuan itu akan diangisi, ternyata
menjadi aib sebuah desa. Memang sadis
sekali. Seorang yang diperkosa dan

3
meninggal ditempat peradilan yang tak
diinginkan dianggap sebagai pengorbanan.

Warga hanya membicarakan kenapa


perempuan itu mati disana. Kenapa tidak
di tempat yang lain, jenazahnya hanya
mengotori nama desa saja. Gilanya, seisi
desa mengisi frekuensi pemikiran yang
sama. Entah mereka yang tak punya otak
ataupun mereka yang lupa melahirkan
akhlak.

Pantas saja laki-laki peminum itu


tertawa. Tidak menangisi keadaan, tetapi
mentertawakan kemanusiaan. Yang lebih
gila dari orang gila tersebut adalah
manusia bernama perempuan bukan
manusia yang dimanusiakan. Bukan
tentang abad cerita abad pertengahan.
Tetapi, orang gila yang telah menemukan

4
kebenaran kemanusiaan yang dilabelisasi
kesetaraan.

Ujung jalan sudah dieelapi dari darah


yang menandakan penggugatn terhadaap
ketidakadilan. Namanya masih tinggal
dengan keluarga dan seisi desa. Tubuhnya
sudah menjadi satu dokumentasi polisi.
Melihat perempuan secantik itu tewas
dengan isu bunuh diri.

Konon, katanya meninggalnya


perempuan itu karena bosan hidup. Sejak
dini dirinya menjadi pemuas dari
pamannya. Tempat tinggal masa kecil
bahagia nya sudah menjadi satu tempat
neraka di dunia.

“Siapa suruh cantik, kau akan menjadi


lebih menderita jika kau dipertemukan oleh
manusia penuh nafsu”.

5
Begitulah ucapan pantas kepada
perempuan yang meninggal karena trauma
dimulai masa kecilnya.

Dia hanya berteman dengan sepi.


Keluarga baik bapak dan ibunya sudah tak
peduli. Katanya dia “ Anak haram” Yang
lahir sebelum orang tuanya dinikahkan
secara paksa. Terlahir cantik, tetapi tidak
dengan takdirnya dilahirkan dengan
penyengsaraan dan ketidakadilan.

Masa kecilnya hanya sebuah cerita


tentang keluarga yang mengharuskan diri
menjadi budak birahi. Setiap makan,
pamannya memberikan satu telur untuk
satu remasan payudara. Dan tiga telur
untuk selangkangan memasuki penisnya.
Bagaimana tidak, “untuk makan pun,
seorang perempuan harus bertarung
dengan nafsu pria jahanam”.

6
Masa kecil bukan lagi bahagia tentang
bermain main mainan boneka. Ia sudah
mengenal sperma, bahkan pernah
menginap didalam organ vital tanpa ada
pertanda garis dua. Sejak dini, ia sudah
mengenal sakitnya menjadi seorang
manusia. Bukan tentang menangisi
boneka yang di rebut oleh teman
sepermainanya.

Besar di keluarga iblis tetapi berwajah


kerabat. Dijadikan budak keluarga,
padahal dirinya belum pernah menulis dan
membaca. Benar,

“seorang perempuan jika hanya hidup


dalam penderitaan, penindasan dan
pengasingan. Maka ia hanya merasakan
penderitaan adalah satu-satunya di dunia
ini”.

7
Neraka bukan lagi lawan dari surga.
Akan tetapi adalah kemerdekaan. Lebih
lagi kesakitannya hampir tiap hari oleh
bajingan tua yang selalu meremas
payudara di sela-sela kesempatannya.
Bukan hanya itu, kekejaman tidak hanya
dari satu laki-laki dianggapnya keluarga.
Tapi berasal dari sanak keluarga yang
lainnya. Perempuan itu dihina, dicaci maki
sebagai aib seorang keluarga. Bahkan satu
desapun membenci keberadaan nya.

Tawanya selalu ambigu, tak jelas


ekspresi apa yang selalu dipasangnya
setiap hari. Kadang-kadang ia menangis di
pojok kulkas setelah mencuci baju
keluarganya. Bahkan, dirinya tidak
memiliki baju yang sepantasnya layak. Ia
tumbuh menjadi remaja dengan mengenal
kesakitan sebagai kenikmatan, bahagia

8
nya hanya dirinya tidak menangis.
Bahkan, itupun sulit didapatkan setiap
hari.

Jangan pernah menanyakan soal


seks, ia tidak tahu, tetapi dirinya pernah
merasakan. Dilahirkan sebagai anak
haram, dibesarkan sebagai pemuas nafsu
laki-laki bajingan dan didik oleh keluarga
sebagai sosok pembantu tanpa gaji.

Paman, bibik, nenek, bahkan orang


tuanya sama saja. Ia hanya menikmati
rasa luangnya sesaat pergi berbelanja.
Itupun disergap oleh para preman yang
mengutipnya sejak awal dari pasar. Kau
kira dia berjalan kaki karena dekat dengan
rumahnya dari pasar?. Jawabannya tidak,
karena ia hanya di berikan uang pas tanpa
ada biaya transportasi.

9
Preman yang sendari awal mengikuti
dari belakangnya dengan cepat melihat
kondisi yang tepat. Ruko kosong pun
menjadi saksi waktu itu, saat mereka
bajingan-bajingan tak bermoral mem
perkosa perempuan masih berusia 15
tahun. Hanya tangis dan ketakutan saja
yang menjadi pembantu rasa sakit, jangan
tanyakan bagaimana keadaanya. Ia hanya
memikirkan satu hal dari kejadian itu.
Diperkosa bergiliran oleh beberapa preman
dengan penuh nafsu, ia tak lagi mengutuk
mereka. Bahkan kata-kata dan semangat
hidup pun sudah tak lagi bisa diucapkan
nya.

“Bunuh diri saja, kehidupan ku hanya


sebuah cerita yang mengharuskan ku
memuaskan nafsu laki-laki yang tak mau
mastrubasi sendiri”.

10
Pakaian roknya sobek, perempuan itu
hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Rasanya, setelah pelecehan itu. Ia hanya
menginginkan bunuh diri saja. Sepulang
dari rumah untuk memasak, ia akan pergi
ke bukti dekat rumahnya untuk
melepaskan penderitaan itu.

“Tidak ada kehidupan yang layak bagi


seseorang yang menikmati penindasan.
Jika perempuan dalam posisi itu, ia hanya
bisa mengharapkan kematian saja”.

Akan tetapi, preman bajingan itu


membuatnya berubah keputusan. Uang
100k diberikan kepada perempuan itu
untuk membeli pakaian yang sobek oleh
nya. Kau harus tahu bagaimana respon
perempuan itu?. Ia tak lagi menangisi
keadaan dan mengundurkan diri bunuh

11
diri. Bahkan ia mulai tersenyum tipis ke
laki-laki tak berakhlak itu.

“Terima kasih” Pun terlontar dimulut


perempuan yang telah diperkosa itu,
senyum tipis dengan penuh ikhlas sembari
memikirkan hal-hal yang sudah tak layak
difikirkan oleh perempuan pada
umumnya. Wajah seram dan nafsu pada
perempuan yang diperkosa nya mulai
pudar secara perlahan, bahkan berganti
dengan ketakutan. Kenapa bisa, seseorang
secantik itu bisa dihargai 100k saat
diperkosa. Keheran-heranan makin
menjadi, mereka lebih memilih untuk
meninggalkan perempuan itu daripada
berdiam diri dengan perempuan gila.

“Seorang perempuan hanya akan


menjadi satu cerita yang luar biasa jika diisi
dengan sebuah halusinasi laki-laki. Jika ini

12
menjadi satu frekuensi pemahaman yang di
benarkan. Maka yang perlu diperiksa
adalah kita itu manusia atau anjing liar”

Kematian sebagai manusia seutuhnya


tidak terjadi. Perempuan itu memilih
untuk merubah diri, tidak menjadi lebih
baik. Melainkan menjadi lebih buruk,
tetapi mampu memuaskan keinginannya
untuk terbebas dari belenggu penderitaan
selama-lamanya. Ia memilih cara menjadi
pemuas berbayar daripada pemuas lelaki
banjingan tempat tinggalnya.

Pasca berfikir seperti itulah, ia


memilih jalannya sendiri menjadi
perempuan pemuas berbayar, kata orang
profesi itu disebut pelacur. Menjual tubuh
diri demi sesuap nasi dan kebutuhan
kehidupan sehari-hari. Memilih untuk
tidak kembali kerumah yang dianggapnya

13
penjara pencabulan, pergi jauh entah
kemana hanya bermodalkan 100k.

Kebebasan mulai perempuan itu


miliki pasca kabur dari jeruji keluarga.
Sekiranya dari sanalah ia tak lagi percaya
dengan keluarga, agama bahkan moral
pengajaran dari siapapun. Ia hanya
percaya pada dirinya sendiri, tanpa
mengikuti keinginan orang lain dalam
cerita hidup.

Memilih untuk hidup di kota adalah


jalan ninjanya. Memutuskan menjadi
seorang pelacur di usia dini adalah
keputusan mantapnya. Ia lebih memilih
menjual dan menegosiasi kemaluannya
daripada memberikannya secara percuma
orang rumahnya. Memilih untuk memuas
kan hasrat orang-orang gila nafsu dengan

14
bayaran 100-200k daripada hanya diberi
makan, itupun sisa.

Kehidupan menjadi pelacur sudah


menjadi pilihan kemerdekaan. Banyak
perempuan memilih untuk bekerja dengan
layak, tetapi tidak dengan dirinya. Ia hanya
seorang anak perempuan yang hanya tau
mata uang, tanpa mempelajari di sekolah.
Ia hanya tau tentang genjotan tanpa
mempelajari di sekolah organ-organ
reproduksi manusia. Ia hanya selama ini
menjadi babu dan pelacur rumahan
keluarganya. Dirinya menjadi seorang
perempuan pelacur di waktu yang berbeda
dan menjadi seorang pembantu di waktu
yang berbeda.

“Jika diceritakan bagaimana nasib


seorang perempuan jika ditemani dengan
cerita-cerita dan nasib yang buruk. Maka

15
mereka dilahirkan sebagai manusia kedua
jika semangat seorang laki-laki membutuh
kan tempat memuaskan birahinya”.

Tidak tentang ekonomi, politik, agama


ataupun sosial. Tetapi tentang perempuan
sudah tak lagi mengikuti peran. Bahkan
mereka dipertanyakan

“Perempuan itu siapa, perempuan itu


spesies manusia apa?”

Semuanya menjadi satu pertanyaan-


pertanyaan menakutkan. Menyadari
bahwa kesesatan kita terhadap manusia
adalah kesesatan tentang penyimpangan
hak laki-laki dan perempuan.

Titik terjauh dimiliki perempuan


dalam kesempatan yang sama dengan laki-
laki diberikan kesempatan didepan
matanya. Seorang perempuan hanya

16
menjadi hantu pada dirinya dan orang lain.
Tidak mengenal dirinya sendiri, hanya tau
fungsi bahwa seorang perempuan hadir
untuk laki-laki.

Diajarkan bagi anak sekolah untuk


saling menghormati, tapi tidak dengan
perempuan pada praktiknya. Memang
tidak sepenuhnya melakukan itu, tetapi
patriarki selalu menjadi posisi problem
utama dalam setiap wanita di desa, bahkan
kotapun yang dikatakan memiliki
kesadaran pengetahuan itu hanya
dianggap sebagai sebuah teori belaka.

Itu dirasakan oleh perempuan itu.


Tertindas, terlempar, remuk, hancur,
terhempas, meninggal atas nama
perempuan, dan dilahirkan dengan nama
ketidakmanusiaa. Menjadi pemuas yang
berbayar lebih menghidupkan daripada

17
menjadi babu pemuas keluarga tanpa
bayaran.

Ia hidup dengan prinsip bagaimana


seharusnya seseorang bisa menikmati
sesuatu dengan mengerjakan, yang
kemudian memperoleh hasil nya langsung.
Dengan menjadi pemuas siapapun, ia
berhak mendapatkan bayaran. Trauma
masa kecil menjadi profesi yang tak pernah
disangka-sangka pada umur 15 tahun. Ia
hanya percaya pada satu hal pasti, bahwa
“pekerjaan yang menghasilkan itu harus
dipertahankan jika sama-sama menikmati
nya”.

Quotes tersebut hanya berlaku tak


cukup lama. Hingga dirinya mengerjakan
pekerjaan haram itu hampir 5 tahunan. Ia
sudah menjadi sosok yang profesional,

18
buktinya saja dirinya sudah memiliki
rumah dan uang banyak.

Dirinya kaya dengan kerja keras


dilakukan selama hampir 5 tahunan.
Menjadi perempuan dan kedua bukan
pilihan. Tetapi kondisi yang memaksakan
nya untuk menjadi sedemikian.

Ceritanya ia ingin hidup bahagia


tanpa menjadi simpanan seorang pria yang
sudah beristri, ataupun menjadi pemuas
birahi remaja-remaja untuk bayar ukt
kuliah dan kos pun masih minta ke orang
tua.

Tapi apa jadi, dengan cara itulah ia


hidup. Menjadi perempuan tertindas demi
sebuah upah, menjadi perempuan pesuruh
demi hanya untuk hidup dan menjadi
perempuan yang dihina karena profesi

19
hanya untuk bisa membeli pakaian dan
kebutuhan yang lain setiap hari.

Selama 5 tahun itulah ia kumpulkan


uang untuk berusaha, ia sudah bebas
ternyata saat ia membuka baju profesinya.
Prinsip hidup nya mulai bertransformasi
menjadi perempuan pembisnis. Ia mulai
berinvestasi kemana-mana dari uang
haramnya. Ia tahu itu hasil merupakan
hasil tidak halal, namun mencoba untuk
menjadi lebih baik. Walaupun modal yang
digunakan nya dari hasil yang tidak baik.

Ia mulai menjadi seorang pembisnis


yang sedikit tidak terdapat perubahan. Ia
masih kekeh dan kuat memegang prinsip
hidupnya. Bahwasanya ia tak lagi
mendekati bau bau yang berkaitpaut
dengan nafsu. Ia bahkan berprinsip

20
berusaha menjadi seorang yang lebih baik
dengan cara yang baik pula.

Prinsipnya tetap sama saja dari dulu.


Ia tidak ingin menjadi orang yang terlalu
peduli. Tidak ingin terikat dengan apapun,
bahkan ia menganggap semua laki-laki
adalah manusia penafsu yang tidak puas
dengan pasangannya.

Ia tak lagi terlintas dalam fikiran


untuk berpacaran, bahkan untuk
menikah. Karena menurut nya, menikah
adalah sebuah awal penidasan. Ia tak
percaya lagi dengan aturan agama maupun
hal lainnya. Hanya dirinyalah satu-
satunya yang pantas untuk di percayai.

Tetapi itu tak lama, sebelum ia


menemukan seorang laki-laki yang
memberinya tempat duduk di bus waktu
malam itu. Terlihat laki-laki itu sangat baik

21
padanya. Tetapi, sama saja. Perempuan itu
masih tetap berfikir sinis pada laki-laki
tersebut. Bahkan, tak berterima kasih
ketika laki-laki itu memberikan tempat
duduk padanya. Sama saja katanya

“laki-laki hanya mencari peluang


dengan cara menghormati perempuan
terlebih dahulu, selebihnya ia akan
membuat strategi yang lebih mulus lagi
untuk mendekati perempuan tersebut
supaya laki-laki itu bisa mencapai tujuan
nya, yakni kepuasan hasrat nafsu
pribadinya”.

Trauma masa lalu perempuan itu


memang sudah menjadi pondasi yang
dibeton sangat kuat. Hingga seorang laki-
laki dianggap sama saja secara
keseluruhan nya. Ia sudah menganggap
semua laki-laki sama saja. Mengharapkan

22
sebuah kepuasan nafsu dengan cara
apapun. Pembelaan dari laki-laki yang
setia dan berani bertanggungjawab adalah
tipuan terbesar manusia. Laki-laki hanya
mementingkan diri sendiri tanpa merasa
bersalah ketika mereka menyakiti seorang
wanita.

Ia hanya mengasihi ibunya saja,


itupun ketika ada maunya. Selebihnya ke
perempuan lain, laki-laki hanya butuh
sesuatu yang menjadi cinta dengan dasar
nafsu belaka. Tidak dengan semua laki-
laki, tetapi sebagian besar semuanya
bertindak seperti demikian.

“Laki-laki yang mesum tidak langsung


melakukan tindakan Pencabulannya.
Mereka memiliki cara tersendiri untuk
mendekati, mendapatkan kepuasannya
dengan cara yang taK pernah bisa disangka

23
-sangka. Kelicikan seorang laki-laki
memang tidak bisa di herankan lagi. Ia
menjadi kucing yang imut dan menjadi
anjing yang bangsa pada waktu yang
berbeda-beda “.

Ia hanya menikmati masa sekarang


nya yang tak ada lagi memaksannnya
untuk telanjang hanya demi sesuap nasi.
Menikmati makan dengan lauk semaunya
dan makan dimanapun tanpa harus diam-
diam di ruang wc berhubungan memenuhi
syarat mendapatkan lauk yang enak. Masa
lalunya adalah neraka dan masa sekarang
nya adalah surga. Ia sudah membunuh
harapan, bahkan tidak mengadakan surga
dan neraka yang ada pascakematian.

Ia beranggapan bahwa surga dan


neraka di akhirat itu hanyalah sebuah
delusi ataupun ilusi yang menipu manusia

24
untuk selalu sabar dengan keadaan
penindasan. Ia tidak lagi percaya dengan
apapun yang berbau agama, karena
selepas pengalaman hidupnya pribadi.
Kematian dari dirinya adalah hidup dengan
keluarga dan diselamatkan oleh preman
durjana.

Mengingat masa lalu yang sangat


pahit itulah yang membuat perempuan itu
menjadi tidak akan percaya lagi dengan
siapapun yang bernama laki-laki.
Walaupun dengan baik hati dan senyum
ramah diberikan olek laki-laki itu. Ia tak
pedul, acuh tak acuh, dan tak ingin
melihat wajah laki-laki itu sama sekali.

Ia hanya mencintai diri nya tanpa


mencintai siapapun dalam hidup nya lagi.
Tentang hidup yang pantas untuk
dihidupkan, selayaknya hidup pribadi

25
lebih diprioritaskan daripada hidup orang
lain, karena kadangkala ketika menghidup
kan orang lain, kita dihempas dan dibuang
menjadi sampah yang tak berguna lagi.

Beberapa hari setelahnya. Sama


dengan aktivitas untuk memajukan diri
tanpa peduli dengan yang lain. Perempuan
itu tetap optimistis untuk selalu hidup
untuk dirinya sendiri. Bekerja keras
dengan mengembangkan usaha. Ia
percaya, bahwa dirinya berpotensi menjadi
seorang penguasa tanpa ada background
sejak lahir. Ia tak memang jago menulis
atau membaca, tapi setidaknya ia memiliki
pegawai yang ahli dikeduanya.

Pertemuan kedua kalinya dengan laki-


laki bus waktu itu tidak sengaja. Ia
menemukannya saat dirinya sedang
melakukan kontrak kerja sama dengan

26
pemilik perusahaan besar. Tak lain yang
menjadi bos disana adalah laki-laki yang
ditemui nya di bus waktu itu. Berbeda
dengan waktu di bus, dirinya tetap
profesional dalam bekerja. Senyum ramah
terpancar demi menarik investor untuk
bekerja sama.

Jangan tanyakan lagi mau atau


tidaknya?. Karena sejak awal mereka
berdua bertemu saja sik laki-laki itu akan
setuju tanpa harus meyakinkannya. Laki-
laki itu jatuh cinta dengan perempuan
yang ia tak tahu bagaimana masa lalu
perempuan itu. Hanya ada cinta yang
timbul untuk bisa memilikinya.

Akan tetapi, saja saja. Semua hanya


menjadi usaha yang sia-sia. Perempuan itu
sudah mati rasa dan mati aksara jika soal
cinta. Sebab sejak awal cinta menurutnya

27
adalah menjadi pemuas nafsu, penindasan
dan belenggu patriarki yang membabibuta.

Setiap pertemuan, laki-laki itu selalu


memberikan perhatian kewanita itu. Tak
ada respon negatif atupun positif. Yang ada
hanyalah jawaban “Terima kasih”, “ Maaf”,
“gak apa apa”, “ Aku bisa kok”, “jangan
bantu”, sisanya lebih banyak diam seribu
bahasa. Usaha untuk mendapatkan
perhatian perempuan belum memuncul
kan dampak. Bahkan sudah hampir
beberapa bulan sebuah rasa tidak
terbalaskan.

“ Cintanya sudah dimakamkan atas


nama trauma masalalu. Ia dibesarkan dan
didik oleh pengalaman pahit, dan
dihadapkan oleh dunia Baru yang langsung
dianggapnya sebagai dunianya yang
lama”.

28
Persetan dengan cinta. Tidak peduli
sejauh mana laki-laki itu berjuang, yang
ada hanyalah sebuah penolakan dengan
wajah sinis kembali. Terakhir kali laki-laki
itu melihat perempuan tersebut tersenyum
ketika menerima kerja sama. Dengan kata
lain itu adalah senyum kepura-puraan.

Sebuah cinta yang di usahakan terus


diperjuangkan jika dibalas dengan ketidak
pedulian akan melahirkan satu kutub
negatif yang tak bisa disangka-sangka
dampaknya. Hal demikianlah selanjutnya
terjadi.

Laki-laki yang terkenal baik, soleh,


ganteng, mapan dan dermawan itupun
melakukan hal yang tidak patut dilakukan.
Dipaksakan oleh nafsu birahinya dan
dikecewakan oleh usaha yang tidak

29
berujung penerimaan. Akhirnya laki-laki
itu memilih jalan keburukan.

Dengan alasan mengajak perempuan


itu pergi ke hotel untuk bertemu seorang
turis yang bisa diajak bekerja sama dalam
bisnis. Tak ada rasa curiga pun dalam
benak perempuan itu, yang ada ia hanya
memikirkan bagaimana caranya turis itu
bisa menandatangani kontrak kerja sama.

Tak ada rasa curiga secuil pun,


karena fokus utamannya hanyalah pada
pandangan yang selalu membuatnya
bahagia.

“Seseorang mulai melupakan trauma


masa lalu ketika mereka menemukan
kebahagiaan yang bersifat berkelanjutan.
Ia akan tetap pada zona nyaman tersebut
karena dari sanalah ia hanya mempercayai

30
bahwa hidup dengan nyaman adalah hidup
yang sepantas nya untuk dijalani”.

Sesampainya di hotel. Dengan


strategi, liciknya laki-laki yang awalnya
baik tetapi diselimuti nafsu itu mulai
melancarkan aksinya. Ia menyuruh
perempuan memesan satu kamar hotel
untuknya, dan nantinya ia akan memesan
kamar hotel sendiri disamping kamarnya.

Perkataannya itupun diiyakan,


perempuan itu kemudian memesan kamar
untuk dirinya sendiri dan setelah itu
langsung pergi ke kamarnya. Ketika
sampai di kamar hotel, Beberapa menit
kemudian terdengar ketukan pintu hotel
dari kamar perempuan itu. Setelah dibuka
yang ternyata sik laki-laki yang berpura-
pura untuk meminjam handphone sik
perempuan.

31
Saat perempuan itu mengambil
handphone tanpa menutup pintu, sik laki-
laki langsung masuk kedalam dan
menutup dan mengunci pintu hotel
tersebut.

Dengan sergap sik laki-laki itu


membuka bajunya terlebih dahulu
kemudian sik laki-laki bangsat tersebut
langsung membanting perempuan di
kasur. Laki-laki itu langsung merobek baju
yang dikenakan oleh sik perempuan
dengan wajah penuh nafsu nya.

Perempuan itu hanya bisa terdiam


dan gemetar saja, ia mulai mengingat
bagaimana masa lalunya dulu. Dari masa
kecil hingga sebelum ia menjadi seorang
pembisnis.

Perempuan itu hanya terdiam seribu


bahasa ketika laki-laki bangsa itu merobek

32
bajunya dan meremas payudaranya. Ia
terlihat pasrah dan tak mampu lagi untuk
berteriak dikarenakan benaknya hanya
dihantui trauma-trauma masa lalunya.

Ia hanya bisa terdiam saja ketika ia


diperkosa oleh laki-laki yang sejak Awal
dianggapnya baik. Walaupun awalnya ia
melihat laki-laki itu perhatian dan tidak
dipeduli kan. Yang ternyata laki-laki itu
sama saja melampiaskan usaha kebaikan
nya selama ini. Memilih jalur hewanpun
malu dengan cara ini membuktikan bahwa
dalam catatan hidup perempuan itu
hanyalah bertemu sosok laki-laki yang
bajingan.

Dia hanya dilihat sebagai sosok


manusia yang berhak untuk memuaskan
laki-laki. Dirinya tak lagi menjadi pelacur
jalanan, merubah diri menjadi lebih baik.

33
Akan tetapi, semua menjadi tidak
terkendali. Kenapa seorang perempuan
yang mencoba untuk berubah harus
terhalangi oleh berbagai.

Dirinya selalu di posisi kan sebagai


manusia kedua yang harus dijadikan
sebagai budak pelayan laki-laki. Ironi
sekali, barangkali laki-laki yang berfikir
patriarki Radikal seperti ini sepantasnya
untuk dibunuh.

Bahkan dalam pandangan sik


perempuan itu, jika bisa seorang yang
bernama “Hitler” Terlahir sebagai
perempuan. Maka Hitler perempuan itu
akan membuat satu kebijakan untuk
membunuh semua laki-laki yang patriarki.

Pemerkosaan itu menjadi penanda


asal kekacauan kembali dalam hidup
perempuan itu. Selepas ia diperkosa, laki-

34
laki itu kabur entah kemana. Perempuan
itu masih berbaring lemah dengan
dibayangi trauma-trauma masa lalu.
Kemudian ditambah lagi dengan kejadian
di hotel tersebut yang membuat dirinya
semakin membenci laki-laki.

“Semua laki-laki dianggapnya hampir


sama saja. Mengharapkan sesuatu hal
lebih dari perempuan. Laki-laki tidak
sabaran, sehingga dominan dari mereka
memilih cara tak sehat untuk mendapatkan
nya”.

Tidak Terima dengan pemerkosaan


yang dilakukan, perempuan itu kemudian
pada pukul tengah malam pergi ke kantor
polisi untuk melaporkan. Sesampai di sana
ia melaporkan semua kejadian. Tetapi yang
terjadi apa?, semua laporan itu di tulis,
kemudian perempuan itu diperintah

35
masuk ke dalam ruang introgasi oleh
beberapa oknum posisi.

Di sana sekitar hampir belasan polisi


kemudian melakukan hal yang tidak
manusiawi, yakni. Oknum polisi
Memperkosa perempuan itu secara
bergiliran. Kemanusiaan sudah menjadi
sampah waktu itu, harga diri seorang
perempuan sudah menjadi teori
pengetahuan, tidak dengan direalisasikan.

Perempuan merasakan betapa


sakitnya malam itu. Ia merasakan dua
tragedi tidak manusiawi. Pemerkosaan
oleh laki-laki yang dianggapnya baik dan
oknum polisi tersebut membuatnya
menjadi tak bersemangat untuk hidup
kembali. Tak ada yang pantas untuk
dipercayai lagi. Semua orang butuh

36
kepuasan jika mereka mendapatkannya
pada situasi dan kondisi yang tepat.

Perempuan itu sudah menjadi bukti


bahwa tidak semua manusia didunia ini
baik. Mereka memiliki kepentingan yang
berbeda-beda untuk dicapai. Jika
dipertanyakan soal hawa nafsu pada laki-
laki. Jawabannya akan berbeda-beda pada
perkataan, namun pada situasi ia
dipojjokan oleh nafsu yang tak bisa
terkendali.

Setelah diperkosa oleh oknum polisi


bejat itu. Perempuan itu hanya terdiam
baku, tatapannya sangat tajam. Jika pun
ia memegang pistol, maka ia akan
membunuh dirinya. Jangan tanyakan lagi
berapa benci nya dia dengan orang-orang
yang memperkosanya.

37
Bukan lagi tentang apakah mereka
harus hidup atau tidak, melainkan pilihan
lainnya adalah perempuan itu ingin
bersama mereka yang menyakitinya
didalam neraka untuk melihat penyiksaan
dengan puas kepada mereka yang telah
melecehkan dirinya.

“Upahnya mana?“ Perkataan itu


keluar dari mulut perempuan itu, ia
dengan sedikit senyum tipisnya
mengatakan kata itu sambil menyodorkan
tangan selayaknya orang-orang yang
meminta uang bayaran karena telah
melakukan sesuatu hal bermanfaat.

“Sudah gila kamu ya, dasar


perempuan jalang, sundal. Gak ada harga
diri banget kamu. Pantesnya kamu mati
sana, cantik-cantik kok udah gak perawan.
Pasti laporan kamu tadi itu karena kamu

38
yang goda dia, bukan dia yang goda kamu.
Dasar murahan, pergi sana.!! “

Kata-kata pengusiran itu keluarga


dari mulut oknum polisi, kemudian mereka
semua tertawa sambil membawa minum
bir yang dilapisi dengan kertas koran.
Persetan dengan mereka, siapa lagi yang
berhak mengutuk tindakan mereka?.

Perempuan itupun pergi dari kantor


polisi dengan berjalan kaki, ia tanpa arah
dan tanpa tujuan. Ia hanya tau tentang
apakah ia memilih tetap hidup atau tidak?.
Jika pun mati, dirinya masih bingung Mati
dengan cara bagaimana. Seseorang yang
sudah tak ingin merasakan nikmat nya
hidup karena dipertemukan oleh manusia
berhati setan.

Ia kemudian memberhentikan taxi,


dan mengantarkan nya sampai ke desa

39
kelahiran nya. Ia punya alasan tersendiri
untuk kembali lagi ke kampung halaman
setelah hampir 5 tahun lebih ia
diperantauan. Tak ada tempat untuk
berpulang, hanya mengharapkan sampai
kapan kehidupan nya masih bisa
bertahan. Hidup penuh dengan lika-liku
yang tak pernah berhenti.

Sesampai di perbatasan desanya. Ia


pun turun, kemudian berjalan dekat
pantai desanya. Disitulah ia duduk
termenung hanya badannya ditutupi CD
pada kemaluannya saja. Sisanya ia tak
tutupi. Ia punya alasan sendiri, itu bentuk
gugatannya pada dunia yang telah
membuat dirinya, bahkan perempuan
diluar sana tertindas dan menjadi babu
laki-laki.

40
Ia hanya melihat besar ombaknya
pantai dan membuat satu status panjang
terakhir kalinya di sosial media dengan
poto telanjangnya itu. Adapun isi satu
statusnya.

“Seorang yang dikatakan sebagai


manusia tidak pernah dilahirkan secara
adil. Mereka selalu berada pada posisi dan
porsi yang berbeda. Itu hanya ungkapan
untuk manusia laki-laki saja, Bagaimana
dengan wanita?. Wanita tidak lagi
dianggap sebagai manusia seutuhnya. Ia
hanya lahir untuk laki-laki dan kepuasan
birahinya. Perempuan memang bisa
melawan, tetapi mereka dibatasi oleh
berbagai hal seperti budaya, pengetahuan,
sosial, hingga agama. Seorang perempuan
tidak perlu membela untuk setara.
Setidaknya hargai tubuh kami ini untuk

41
kami, biarkan kami milik kami sendiri. Jadi
eksploitasi kami layaknya barang yang
dikonsumsi. Jangan perbudak kami,
seorang perempuan maupun didik untuk
tahu tentang keperempuanan, tetapi tidak
dengan kemanusiaan yang pada
Hakikinya. Saat dimana laki-laki maupun
perempuan terlahir melihat dunia hanya
dari satu tempat bernama vagina, itupun
dari milik perempuan. Tetapi tetap saja
semua itu diabaikan, dan malahan terjadi
penindas pada perempuan oleh para
bangsat-bangsat dilahirkan dari sosok
perempuan “.

Status itu menjadi satu penutup


ceritanya, hingga pada terakhir kalinya ia
meminum racun sebagai pertanda
kebebasan penindasan. Bukan tentang
hidup yang tak mampu ia hidupi lagi. Hal

42
tersebut merupakan pilihan terburuknya
sekaligus merupakan akhir di dunia yang
menyakitkan. Terlahir sebagai anak haram
dan mati dengan cara yang tidak
dibenarkan.

Cerita pendek ini bukan tentang


keburukan perempuan yang bunuh diri.
Bunuh diri hanyalah sebagai akhir
menutup kisah yang terlalu panjang dalam
hidup yang membagongkan. Memilih
bunuh diri sebagai jalan adalah satu
kesalahan terbesar, dan tidak akan
dibenarkan dalam prespektif manapun.

Adapun pesan lainnya dalam intisari


pembahasan tentang bagaimana seharusn
ya seorang perempuan dan laki-laki itu di
posisikan. Perempuan bukan objek kajian,
dan laki-laki bukan subjek yang mengkaji
perempuan. Laki maupun perempuan

43
adalah manusia yang sama diciptakan oleh
Tuhan.

Penindasan terhadap perempuan


haruslah dihilangkan dari muka bumi.
Jangan jadikan feminisme menjadi satu
teori tanpa terealisasikan. Perempuan juga
manusia, bukan mahkluk kedua seperti
cerita yang di paparkan sebelumnya. Diri
mereka baik itu perempuan adalah diri
mereka, tidak untuk laki-laki yang berhak
mengeksploitasi perempuan.

Hanya untuk perempuan, tubuhnya


adalah milik pribadi mereka, sehingga
perempuan juga memiliki hak total atas
tubuhnya.

“Perempuan tidak ingin dipuja-puji,


tidak ingin diberikan sesuatu yang
mengangkat dirinya ataupun perempuan
diberikan peluang yang sama. Mereka

44
hanya minta satu hal penting untuknya,
yakni hargai lah mereka sebagai
perempuan dengan porsi yang sama seperti
laki-laki. Karena perempuan juga sama
halnya dengan laki-laki yakni seorang
spesies bernama manusia “

Perempuan bukan manusia kedua. Ia


adalah sosok yang luar biasa. Namun pada
sejarah yang di lukiskan dan diceritakan.
Hanya sosok spesies yang lemah.
Perempuan merupakan sosok yang sangat,
hal tersebut dibuktikan dengan apapun
yang dilakukan oleh laki-laki dalam sosial
juga bisa dilakukan oleh perempuan.

Perempuan tidak akan selamanya


menjadi manusia nomor dua. Dianggap
sebagai sosok yang tidak layak untuk
menjadi nomor satu atau setara.
Pandangan konservatif seperti patriarki

45
perlu diberantas, karena pandangan ini
merupakan doktrin tersesat.

Seseorang lahir sebagai manusia


entah itu laki-laki maupun perempuan.
Mereka memiliki hak dan kewajiban yang
sama secara sosial. Peduli dan saling
menghormati. Banyak hal catatan yang di
lupakan demi sebuah kepentingan dan
hasrat keburukan. Tidak ada catatan yang
jelas penindasan kepada perempuan
diperbolehkan dengan pengecualian dalam
ranah semasih perempuan itu bertindakan
positif.

Melihat Bagaimana kisah seorang


perempuan yang rela mati untuk
kebebasan. Maka terdapat beberapa poin
penting harus diambil. Kematian memang
tidak menjadi satu keuntungan bagi
pelakunya, akan tetapi kematian menjadi

46
satu alternatif yang amoral untuk
menjauhi dunia.

Bukan tentang Bagaimana


konsekuensi pasca kematian, menjadi satu
situasi awal adalah bagaimana seorang
menanggapinya.

Setiap orang terlahir sama karena


mereka terlahir di dunia dan oleh satu
Manusia bernama perempuan. Akan tetapi
terdapat demarkasi yang cukup jauh
antara perempuan dan laki-laki dalam
berbagai hal. Terjadinya perbedaan strata
dalam jenis kelamin membentuk satu pola
yang membudidaya hingga saat ini.

Bahwa salah satu dari jenis kelamin


harus merasakan dirinya sebagai orang
yang mempertahankan keturunan, di sisi
lain spesies sama-sama namun dengan
jenis kelamin yang berbeda harus menjadi

47
orang yang dominan untuk bisa menjaga
orang-orang yang berusaha untuk
mempertahankan spesiesnya.

Testimoni ini membuktikan bahwa


sejarah telah melihat satu pola yang
memang itu dibuat sesuai dengan kondisi.
Bawa perempuan saat itu haruslah
menjadi orang yang paling penting untuk
dilindungi karena Hanya mereka yang
memiliki sel telur untuk mengandung dan
melahirkan. Laki-laki tak punya itu, Ia
hanya bisa membuang spermanya ke sana
kembali tanpa rasa bersalah.

Laki-laki merasa bahwa pada puncak


ereksi lah dirinya merasa puas,
mengeluarkan sperma yang di dalamnya
berisi jutaan calon manusia yang jika
berhasil bertemu sel telur. Maka bisa

48
menjadi manusia yang terlahir di muka
bumi.

Seorang laki-laki bebas dan leluasa


dalam mengendalikan seksualitas nya,
tetapi perempuan tidak. Ia hanya dibatasi,
diatur sedemikian kemauan dari moral,
agama hingga masyarakat sosial budaya
untuk perempuan berkehidupan.

Dari sejak ruang lingkup keluarga


pun, perempuan sudah menjadi seorang
anak yang didik selalu menurut,
menghamba. Tidak pernah sekali (sangat
jarang) perempuan didik menjadi sosok
pemimpin yang memimpin laki-laki.
Mungkin itu zaman dahulu berlaku secara
merata. Tetapi tidak untuk sekarang ini,
semua bisa merasakan ketika Syarat
syarat yang memenuhi nya bisa dimiliki.

49
Perempuan yang sejak awal merasa
tertindas merindukan kematiannya. Ia tak
lagi berharap tentang keesokan hari makan
apa lagi, melainkan esok hari laki-laki yang
mana bisa untuk diporoti karena
kebutuhan seksualitas laki-laki itu.
Begonya, semua itu di sadari, namun tidak
ada jalur lain terkecuali cara terkutuk
itulah mendapatkan uang untuk makan.

“Tidak ada yang bisa diberi secara


percuma-Cuma. Semua itu ada harga,
catatannya adalah ketika seseorang
diberikan sesuatu dan selalu memberikan
perhatian lebih. Maka kemungkinan besar
terdapat maksud lain dibelakangnya”.

Jika hal demikian terjadi pada


perempuan. Maka yang perlu dilihat
adalah fenomena Bagaimana seorang
perempuan diperlakukan lebih oleh

50
seorang laki-laki. Tidak mungkin sesuatu
sebab tidak memiliki akibat dan sesuatu
tindakan tidak memiliki kepentingan.
Kausalitas manusia itu berlaku dalam
tindakan. Moral menjadi satu rujukan, tapi
tidak sepenuhnya berlaku untuk
perempuan.

Kadang-kadang moral dari berbagai


pandangan memperbolehkan perempuan
menjadi nomor 2 dan laki laki menjadi
manusia nomor satu. Keburukan ini sudah
menjadi budaya yang sangat kental tanpa
ada yang menentangnya secara berlebihan.

Jika dilihat, bahwa keuntungan lebih


didapatkan jika dua nominasi yang
berbeda ditampilkan dengan dua kutub
berbeda. Atas bawah, baik buruk,
pemimpin budak, dlsb.

51
Seorang perempuan yang terlahir
cantik itu memperoleh satu kebaikan,
karena dirinya cantik dan memperoleh
sejuta keburukan dan penderitaan dalam
hidup. Semasa hidup di hantui oleh
trauma.

Para laki-laki bajingan yang ditemui


wanita itu memiliki pengetahuan tentang
pelecehan seksual. Tetapi, mereka lupa,
merealisasikan untuk kehidupan
nyatanya.

“Ternyata seseorang bisa menjadi


manusia pada posisi keberuntungan
dirinya dan sekaligus menjadi hewan saat
memanipulasi kesempatan berbuat buruk”.

Ia selalu menjadi manusia menderita


karena dirinya perempuan. Selalu menjadi
objek hasrat laki-laki yang pernah ditemui.
Sudah tak ada lagi kebaikan di dunia ini

52
untuk nya. Semua sudah mati setelah
menerima kabar bahwa hidupnya dirusak
sejak dini oleh pamannya sendiri.

Sama halnya dengan kisah


“perempuan di titik nol” Karya nawa
elsaadawi, menceritakan sosok perempuan
bernama firdaus semasa hidupnya
menderita. Diperkosa oleh orang-orang
terdekatnya dan menjadi objek pemuas
seksual setelah dewasanya.

“Saya tidak minta apa-apa, kecuali


mungkin hanya satu hal. Untuk diamankan
oleh cinta dari segalanya. Untuk
menemukan diri saya kembali, untuk
mengenali diri-sendiri yang telah hilang.
Untuk menjadi makhluk manusia yang
tidak dilihat orang dengan caci-makian,
atau dengan pandangan rendah, tetapi

53
dihormati, disukai dan dijadikan merasa
utuh.” (Nawal el Saadawi, hal. 141)

Bayangkan saja, kehidupan yang


sama dirasakan oleh perempuan itu. Hidup
masa kecil menjadi masa awal penderitaan
tak pernah henti-hentinya dilanda
penindasan dan pelecehan. Jujur saja, ia
sudah tak lagi menjadi manusia setelah ia
faham tentang arti hidup saat itu.

Uang sebesar 100k merubah sudut


pandangannya, ia telah mati di saat orang
lain masih menikmati kesenangan hidup.
Di saat perempuan lain didik dan
dibesarkan oleh keluarga yang baik,
perempuan malang itu malahan besar oleh
didikan bayang-bayang keburukan.

Pantas saja, kematian lebih ia setujui


daripada kehidupan nya. Tak ada pilihan
selain bunuh diri. Bukannya ia tak berani

54
mengugat. Tempat paling teraman pun
seperti kantor polisi juga menjadikan
dirinya merasakan ppengalaman yang
menakutkan.

Tak ada tempat teraman baginya


selain mati. Ia meninggalkan kesan tak
baik. Matinya sudah menjadi aib, semasa
hidupnya tidak terlukis kan dengan baik.
Sejak awal cerita kecil hingga dewasanya
hanya tentang penderitaan. Bagaimana ia
harus menjadi orang baik sedangkan yang
ia temui di masa-masa hidupnya saja
sudah menguburkan kebaikan.

Cantik itu luka, cantik itu duka. Ia


memilih kematian daripada kehidupan.
Bertelanjang sebagai pertanda
penggugatan, tetapi malahan tanggapan
nya semakin tidak mengenakan.

55
“Wajar saja, hidupnya tidak pernah
bahagia sekalipun. Ia sudah tak lagi
tertawa dengan ikhlas. Semasa hidupnya
dihantui oleh ketakutan.”.

Mendengar kematian perempuan itu.


Kila yakni perempuan tak percaya agama
mulai melakukan aksi nyata, memaksa
kepolisian untuk mengusut kasus
kematian itu. Tapi jawaban nya sama saja.
Ia memperoleh jawaban bahwa investigasi
hasilnya adalah perempuan itu bunuh diri.

Kematiannya memang karena bunuh


diri, namun ia sejak awal mati dibunuh
oleh mereka yang memanipulasi data
kematian. Tak ada bukti pembunuhan di
tempat kejadian. Yang ada hanyalah
sebotol racun dan pakaian.

Kila menyadari kasus kematian itu


tidak semata-mata bunuh diri. Ia mati

56
telanjang bulat, pesan terakhir sosial
media memberikan catatan penting
kesimpulan. Bahwa perempuan itu mati
karena bukan bunuh diri, tetapi
dipaksakan oleh kehidupan yang
membuatnya harus dibunuh oleh kondisi.

Perempuan dan kila pun sama jika


diceritakan masa lalu. Ia hidup dengan
keluarga yang lengkap. Hidup dari
keluarga yang sangat harmonis, hidupnya
serba berkecukupan. Ia bahagia di masa
kecil hingga remaja.

Sejak umur 4 tahun pun, ia diajarkan


menggunakan hijab oleh ibunya. Katanya
“menggunakan hijab itu melindungi kita
dari mata-mata laki-laki yang berfikir dan
berbuat buruk pada kita”.

Jawaban itu bagi kila sangat


memuaskan, karena hanya dengan

57
selembar kain. Ia bisa dilindungi dan
dijaga. Mungkin ibunya benar, jika ia
dilindungi dari para laki-laki bangsat
dipinggir jalan. Tetapi tidak dengan laki-
laki yang berhijab dengan kebaikan.

Ia diajarkan ilmu agama oleh guru


yang katanya pintar mengaji. Kila memang
harus belajar ilmu agama dari siapapun,
untuk menambah pemahaman agama nya
secara holistik.

Pada saat itu, setelah selesai mengaji.


Kila diberhentikan oleh guru ngajinya
untuk Membicarakan sesuatu. Kila
menurut saja, ia patuh pada guru. Katanya
kan, berbakti pada guru itu satu hal yang
terpuji, ilmunya barokah lebih kurangnya.

Mereka bedua saja duduk diruang


tempat mengaji. Kila masih menggunakan
hijab, peci di guru ngaji nya pun masih

58
melekat. Guru itu memperhatikan kila
dengan senyum saja. Kila hanya bisa
menunduk, tetapi ia hanya berprasangka
baik. Fikirannya bahwa guru itu
memberikan satu wejangan kebaikan
untuk dirinya di masa depan soal agama.

Tapi tak sesuai dengan ekspetasi.


Guru itu langsung memegang kila dengan
erat pada bagian mulutnya. Kila kaget dan
memberontak, tapi apa daya. Ia hanya
seorang perempuan berumur 15 tahun
yang masih polos dan tak memiliki tenaga
yang kuat untuk melawan.

Guru bajingan itu langsung


memperkosa kila di ruang mengaji.

Tragedi itu adalah tragedi paling


buruk di masa hidupnya. Kila tak lagi
percaya tentang apapun. Dilecehkan oleh
guru ngaji sebelumnya dianggapnya

59
mampu membimbing dan menjadi
tauladan baik untuknya. Itu di rusak saat
itu. Kila sudah bukan perawan lagi,
bahkan itu bukan subtansi fikirannya.
Tetapi ia memilih untuk meninggalkan
hidupnya selepas pristiwa itu.

Pergi entah kemana, tanpa tujuan. Ia


hanya menginginkan menjadi orang baik
bisa hidup dengan bahagia. Jauh entah
kemana, Kehidupan nya berubah 180%.

Memilih untuk hidup di jalanan


dengan teman-teman barunya. Ia melihat
satu pandangan yang berbeda. Bahwa
mereka anak jalanan yang dianggap tidak
berguna lebih bermoral daripada guru yang
memperkosanya. Setidaknya mereka
masih menghargai wanita.

Hidup menjadi sosok aktivis


perempuan untuk mengunggat ketidak

60
adilan bagi perempuan. Belajar dari masa
lalunya. Dibungkam oleh kepercayaan dan
keyakinan baik, namun didalamnya
terselip keburukan sangat besar. Ia tak lagi
percaya tentang agama. Katanya, nilai nilai
agama dan moral telah ia simpan di buku
catatanya. Namun, tak peduli lagi apakah
itu usang atau tidaknya.

Kepedulian nya hanya tentang


manusia saja. Ia tak menginginkan
perempuan menjadi sengsara karena
budaya patriarki dalam ruang apapun.
Karena apapun yang dimiliki perempuan
adalah miliknya.

Kila merasakan satu kejadian yang


sama dengan perempuan yang bunuh diri
itu. Terhempas, lebur, hancur dan remuk
karena keadaan. Ia sama-sama mengenal

61
trauma masa kecil yang sangat
menyakitkan bagi dirinya.

Sebagian laki-laki menjadi oknum


berbuat seenak jidatnya. Mereka hanya
memahami kehidupan yang layak dan
perlu baginya. Sebagian laki-laki
memenuhi nafsunya dengan merusak
harga diri seorang perempuan. Laki-laki itu
melebihi sifat hewan dan sepantasnya
untuk menerima hukuman.

Tapi nyatanya, ia tak melihat


hukuman pantas untuk pelaku pelecehan
seksual yang pernah dirinya rasakan
ataupun perempuan itu rasakan.
Kadangkala Dunia selalu berpihak pada
orang-orang yang memiliki kemampuan
lebih, entah itu mereka nantinya baik atau
tidak. “Namun jika mereka sudah memiliki
modal untuk melindungi diri. Maka

62
melakukan apapun kehendak nya bisa
mereka atur untuk menyelamatkan diri
dari jeratan hukuman dunia”

Kila, perempuan itu, ataupun kita


sendiri tidak tahu sejauh mana hidup ini
tidak berpihak pada kita. Kadang-kadang
harus menerima perbedaan buruk demi
kepuasa beberapa oknum yang tak
bertanggungjawab.

Perempuan tak menjadi nomor dua, ia


adalah manusia yang setara dengan laki-
laki. Apapun dasarnya, kekerasan dalam
bentuk apapun terhadap perempuan tidak
diperbolehkan dalam ruang lingkup satu
pihak saja yang mendapatkan keuntung
an.

Jangan sampai tertipu oleh berbagai


alasan untuk memperbolehkan pelecehan.
Perempuan untuk nya sendiri. Kila dan

63
perempuan itu mengajarkan kita tentang
bagaimana realita perempuan tertindas
hari ini. Bahkan, ia merasakan langsung.

Sebagai penutup cerita pendek ini,


saya mengutip satu perkataan dari penulis
bernama sarah noer didalam judul artikel
“luka dan perempuan”

“Kurang lebih, begitulah. Lelaki


memang berengsek. Sepanjang saya
mengenal lelaki baik dan paham agama,
ketika di atas kasur, mereka tetap
membuka kancing baju saya. Maka ketika
mereka berkhotbah mengenai Tuhan
kepada teman-temannya di hadapan saya,
agama lelaki adalah dusta dan
keputusasaan semata”.

64

Anda mungkin juga menyukai