1
Tawanya seperti kesurupan, jiwanya
dikatakan mati. “Peduli amat katanya”,
mereka acuh tak acuh pada laki-laki
peminum itu. Tawanya semakin kencang di
keramaian. Kendati, itu bukan pasar
tempat transaksi jual beli. Orang-orang
hanya menatap sinis, tak tahu tentang
kebenarannya. Mereka hanya peduli pada
harga egosime. Perut mereka keroncongan,
butuh makan?. Tidak pastinya, mereka
hanya butuh kepuasan tanpa mempeduli
kan kejadian setelahnya.
2
lama pun, Laki-laki itu pergi entah
kemana.
3
meninggal ditempat peradilan yang tak
diinginkan dianggap sebagai pengorbanan.
4
kebenaran kemanusiaan yang dilabelisasi
kesetaraan.
5
Begitulah ucapan pantas kepada
perempuan yang meninggal karena trauma
dimulai masa kecilnya.
6
Masa kecil bukan lagi bahagia tentang
bermain main mainan boneka. Ia sudah
mengenal sperma, bahkan pernah
menginap didalam organ vital tanpa ada
pertanda garis dua. Sejak dini, ia sudah
mengenal sakitnya menjadi seorang
manusia. Bukan tentang menangisi
boneka yang di rebut oleh teman
sepermainanya.
7
Neraka bukan lagi lawan dari surga.
Akan tetapi adalah kemerdekaan. Lebih
lagi kesakitannya hampir tiap hari oleh
bajingan tua yang selalu meremas
payudara di sela-sela kesempatannya.
Bukan hanya itu, kekejaman tidak hanya
dari satu laki-laki dianggapnya keluarga.
Tapi berasal dari sanak keluarga yang
lainnya. Perempuan itu dihina, dicaci maki
sebagai aib seorang keluarga. Bahkan satu
desapun membenci keberadaan nya.
8
nya hanya dirinya tidak menangis.
Bahkan, itupun sulit didapatkan setiap
hari.
9
Preman yang sendari awal mengikuti
dari belakangnya dengan cepat melihat
kondisi yang tepat. Ruko kosong pun
menjadi saksi waktu itu, saat mereka
bajingan-bajingan tak bermoral mem
perkosa perempuan masih berusia 15
tahun. Hanya tangis dan ketakutan saja
yang menjadi pembantu rasa sakit, jangan
tanyakan bagaimana keadaanya. Ia hanya
memikirkan satu hal dari kejadian itu.
Diperkosa bergiliran oleh beberapa preman
dengan penuh nafsu, ia tak lagi mengutuk
mereka. Bahkan kata-kata dan semangat
hidup pun sudah tak lagi bisa diucapkan
nya.
10
Pakaian roknya sobek, perempuan itu
hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Rasanya, setelah pelecehan itu. Ia hanya
menginginkan bunuh diri saja. Sepulang
dari rumah untuk memasak, ia akan pergi
ke bukti dekat rumahnya untuk
melepaskan penderitaan itu.
11
diri. Bahkan ia mulai tersenyum tipis ke
laki-laki tak berakhlak itu.
12
menjadi satu frekuensi pemahaman yang di
benarkan. Maka yang perlu diperiksa
adalah kita itu manusia atau anjing liar”
13
penjara pencabulan, pergi jauh entah
kemana hanya bermodalkan 100k.
14
bayaran 100-200k daripada hanya diberi
makan, itupun sisa.
15
mereka dilahirkan sebagai manusia kedua
jika semangat seorang laki-laki membutuh
kan tempat memuaskan birahinya”.
16
menjadi hantu pada dirinya dan orang lain.
Tidak mengenal dirinya sendiri, hanya tau
fungsi bahwa seorang perempuan hadir
untuk laki-laki.
17
menjadi babu pemuas keluarga tanpa
bayaran.
18
buktinya saja dirinya sudah memiliki
rumah dan uang banyak.
19
hanya untuk bisa membeli pakaian dan
kebutuhan yang lain setiap hari.
20
berusaha menjadi seorang yang lebih baik
dengan cara yang baik pula.
21
padanya. Tetapi, sama saja. Perempuan itu
masih tetap berfikir sinis pada laki-laki
tersebut. Bahkan, tak berterima kasih
ketika laki-laki itu memberikan tempat
duduk padanya. Sama saja katanya
22
sebuah kepuasan nafsu dengan cara
apapun. Pembelaan dari laki-laki yang
setia dan berani bertanggungjawab adalah
tipuan terbesar manusia. Laki-laki hanya
mementingkan diri sendiri tanpa merasa
bersalah ketika mereka menyakiti seorang
wanita.
23
-sangka. Kelicikan seorang laki-laki
memang tidak bisa di herankan lagi. Ia
menjadi kucing yang imut dan menjadi
anjing yang bangsa pada waktu yang
berbeda-beda “.
24
untuk selalu sabar dengan keadaan
penindasan. Ia tidak lagi percaya dengan
apapun yang berbau agama, karena
selepas pengalaman hidupnya pribadi.
Kematian dari dirinya adalah hidup dengan
keluarga dan diselamatkan oleh preman
durjana.
25
lebih diprioritaskan daripada hidup orang
lain, karena kadangkala ketika menghidup
kan orang lain, kita dihempas dan dibuang
menjadi sampah yang tak berguna lagi.
26
pemilik perusahaan besar. Tak lain yang
menjadi bos disana adalah laki-laki yang
ditemui nya di bus waktu itu. Berbeda
dengan waktu di bus, dirinya tetap
profesional dalam bekerja. Senyum ramah
terpancar demi menarik investor untuk
bekerja sama.
27
adalah menjadi pemuas nafsu, penindasan
dan belenggu patriarki yang membabibuta.
28
Persetan dengan cinta. Tidak peduli
sejauh mana laki-laki itu berjuang, yang
ada hanyalah sebuah penolakan dengan
wajah sinis kembali. Terakhir kali laki-laki
itu melihat perempuan tersebut tersenyum
ketika menerima kerja sama. Dengan kata
lain itu adalah senyum kepura-puraan.
29
berujung penerimaan. Akhirnya laki-laki
itu memilih jalan keburukan.
30
bahwa hidup dengan nyaman adalah hidup
yang sepantas nya untuk dijalani”.
31
Saat perempuan itu mengambil
handphone tanpa menutup pintu, sik laki-
laki langsung masuk kedalam dan
menutup dan mengunci pintu hotel
tersebut.
32
bajunya dan meremas payudaranya. Ia
terlihat pasrah dan tak mampu lagi untuk
berteriak dikarenakan benaknya hanya
dihantui trauma-trauma masa lalunya.
33
Akan tetapi, semua menjadi tidak
terkendali. Kenapa seorang perempuan
yang mencoba untuk berubah harus
terhalangi oleh berbagai.
34
laki itu kabur entah kemana. Perempuan
itu masih berbaring lemah dengan
dibayangi trauma-trauma masa lalu.
Kemudian ditambah lagi dengan kejadian
di hotel tersebut yang membuat dirinya
semakin membenci laki-laki.
35
masuk ke dalam ruang introgasi oleh
beberapa oknum posisi.
36
kepuasan jika mereka mendapatkannya
pada situasi dan kondisi yang tepat.
37
Bukan lagi tentang apakah mereka
harus hidup atau tidak, melainkan pilihan
lainnya adalah perempuan itu ingin
bersama mereka yang menyakitinya
didalam neraka untuk melihat penyiksaan
dengan puas kepada mereka yang telah
melecehkan dirinya.
38
yang goda dia, bukan dia yang goda kamu.
Dasar murahan, pergi sana.!! “
39
kelahiran nya. Ia punya alasan tersendiri
untuk kembali lagi ke kampung halaman
setelah hampir 5 tahun lebih ia
diperantauan. Tak ada tempat untuk
berpulang, hanya mengharapkan sampai
kapan kehidupan nya masih bisa
bertahan. Hidup penuh dengan lika-liku
yang tak pernah berhenti.
40
Ia hanya melihat besar ombaknya
pantai dan membuat satu status panjang
terakhir kalinya di sosial media dengan
poto telanjangnya itu. Adapun isi satu
statusnya.
41
kami, biarkan kami milik kami sendiri. Jadi
eksploitasi kami layaknya barang yang
dikonsumsi. Jangan perbudak kami,
seorang perempuan maupun didik untuk
tahu tentang keperempuanan, tetapi tidak
dengan kemanusiaan yang pada
Hakikinya. Saat dimana laki-laki maupun
perempuan terlahir melihat dunia hanya
dari satu tempat bernama vagina, itupun
dari milik perempuan. Tetapi tetap saja
semua itu diabaikan, dan malahan terjadi
penindas pada perempuan oleh para
bangsat-bangsat dilahirkan dari sosok
perempuan “.
42
tersebut merupakan pilihan terburuknya
sekaligus merupakan akhir di dunia yang
menyakitkan. Terlahir sebagai anak haram
dan mati dengan cara yang tidak
dibenarkan.
43
adalah manusia yang sama diciptakan oleh
Tuhan.
44
hanya minta satu hal penting untuknya,
yakni hargai lah mereka sebagai
perempuan dengan porsi yang sama seperti
laki-laki. Karena perempuan juga sama
halnya dengan laki-laki yakni seorang
spesies bernama manusia “
45
perlu diberantas, karena pandangan ini
merupakan doktrin tersesat.
46
satu alternatif yang amoral untuk
menjauhi dunia.
47
orang yang dominan untuk bisa menjaga
orang-orang yang berusaha untuk
mempertahankan spesiesnya.
48
menjadi manusia yang terlahir di muka
bumi.
49
Perempuan yang sejak awal merasa
tertindas merindukan kematiannya. Ia tak
lagi berharap tentang keesokan hari makan
apa lagi, melainkan esok hari laki-laki yang
mana bisa untuk diporoti karena
kebutuhan seksualitas laki-laki itu.
Begonya, semua itu di sadari, namun tidak
ada jalur lain terkecuali cara terkutuk
itulah mendapatkan uang untuk makan.
50
seorang laki-laki. Tidak mungkin sesuatu
sebab tidak memiliki akibat dan sesuatu
tindakan tidak memiliki kepentingan.
Kausalitas manusia itu berlaku dalam
tindakan. Moral menjadi satu rujukan, tapi
tidak sepenuhnya berlaku untuk
perempuan.
51
Seorang perempuan yang terlahir
cantik itu memperoleh satu kebaikan,
karena dirinya cantik dan memperoleh
sejuta keburukan dan penderitaan dalam
hidup. Semasa hidup di hantui oleh
trauma.
52
untuk nya. Semua sudah mati setelah
menerima kabar bahwa hidupnya dirusak
sejak dini oleh pamannya sendiri.
53
dihormati, disukai dan dijadikan merasa
utuh.” (Nawal el Saadawi, hal. 141)
54
mengugat. Tempat paling teraman pun
seperti kantor polisi juga menjadikan
dirinya merasakan ppengalaman yang
menakutkan.
55
“Wajar saja, hidupnya tidak pernah
bahagia sekalipun. Ia sudah tak lagi
tertawa dengan ikhlas. Semasa hidupnya
dihantui oleh ketakutan.”.
56
telanjang bulat, pesan terakhir sosial
media memberikan catatan penting
kesimpulan. Bahwa perempuan itu mati
karena bukan bunuh diri, tetapi
dipaksakan oleh kehidupan yang
membuatnya harus dibunuh oleh kondisi.
57
selembar kain. Ia bisa dilindungi dan
dijaga. Mungkin ibunya benar, jika ia
dilindungi dari para laki-laki bangsat
dipinggir jalan. Tetapi tidak dengan laki-
laki yang berhijab dengan kebaikan.
58
melekat. Guru itu memperhatikan kila
dengan senyum saja. Kila hanya bisa
menunduk, tetapi ia hanya berprasangka
baik. Fikirannya bahwa guru itu
memberikan satu wejangan kebaikan
untuk dirinya di masa depan soal agama.
59
mampu membimbing dan menjadi
tauladan baik untuknya. Itu di rusak saat
itu. Kila sudah bukan perawan lagi,
bahkan itu bukan subtansi fikirannya.
Tetapi ia memilih untuk meninggalkan
hidupnya selepas pristiwa itu.
60
adilan bagi perempuan. Belajar dari masa
lalunya. Dibungkam oleh kepercayaan dan
keyakinan baik, namun didalamnya
terselip keburukan sangat besar. Ia tak lagi
percaya tentang agama. Katanya, nilai nilai
agama dan moral telah ia simpan di buku
catatanya. Namun, tak peduli lagi apakah
itu usang atau tidaknya.
61
trauma masa kecil yang sangat
menyakitkan bagi dirinya.
62
melakukan apapun kehendak nya bisa
mereka atur untuk menyelamatkan diri
dari jeratan hukuman dunia”
63
perempuan itu mengajarkan kita tentang
bagaimana realita perempuan tertindas
hari ini. Bahkan, ia merasakan langsung.
64