Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan: (1) Fungsi politik pemerintahan melalui naskah
drama Godlob;(2) pengaruh politik diktator yang disuarakan dalam naskah Godlob;(3)
unsur yang membangun konflik politik diktator dalam masyarakat . Jenis penelitian ini
deskripsi kualitatif. Data diambil dengan metode simak dan catat naskah. Data
kemudian diperoleh dari perspektif hegemoni politik. Validitas data melalui
kutipan naskah dalam proses semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
politik tidak hanya berfungsi sebagai konflik utama, tetapi sebagai metafor dan
media penyampai suara rakyat;(2)pengaruh politik diktator dalam naskah Godlob
antaralain: pengambilalih kekuasaan pemimpin dengan wewenang yang
disalahgunakan, tentara sebagai kaki tangan pemerintahan, pejabat yang tunduk
dalam sistem kepimpinan diktator, penyebab konflik politik dalam masyarakat.
Hegemoni politik diktator melalui tokoh Lelaki Tua (pejabat), Lelaki Muda
(tentara), Perempuan (penyampai kritik), serta para pembesar (pemimpin dan
struktur pemerintahannya).
Kata kunci : pengaruh politik, diktator, dan naskah Godlob
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Jenis naskah ini adalah drama tragedi. Dalam membedah struktur pembangun
drama menggunakan teknik analisis dekriptif dan semantik naskahnya. Untuk
melakukan analisis drama ini menggunakan isu hegemoni pada lingkup politik.
Sehingga disajikan setiap unsur pembangun drama yang mendukung konflik
politik beserta kutipan naskahnya.
Hegemoni politik diktator yang dijelaskan berdasarkan persoalan dan unsur yang
membangun naskah drama Godlob karya Danarto :
Dalam naskah drama yang berjudul “Godlob“ karya Danarto, persoalan yang
diangkat adalah “konflik politik terutama sudup pandang mengartikan sebuah
pahlawan’’. Danarto menghadirkan sosok seorang ayah menyampaikan sebuah
ketidakadilan yang dirasakan oleh seorang pejuang, sedangkan putranya memilih
untuk bungkam karena nasib pahlawan telah ditentukan garis yang telah dibuat
Tuhan. Konflik yang berkecamuk tersebut akibat dari ulah para pejabat yang
sewenang-wenang memperlakukan tokoh utama sebagai pejabat sekaligus
masyarakat.Konflik ini juga didukung oleh kritik seorang perempuan akan nasib
anaknya sebagai tentara yang berkorban terhadap tokoh utama yang patuh pada
pemerintahan. Persoalan tampak pada salah satu dialog dalam drama berikut ini :
Melalui konflik yang ditampilkan dalam naskah drama sebagai akibat dari
pengaruh politik diktator. Bila dikaitkan dengan politik yang pernah terjadi di
Indonesia, konflik tersebut terdapat pada rezim Soeharto atau disebut rezim Orde
Baru yang menggunakan TNI sebagai penumpas pemberontak G30 S PKI. Para
tentara dituntut untuk membasmi segala pemerintahan dan masyarakat yang
mengandung unsur PKI. Sehingga melalui peristiwa ini tentara sebagai kaki
tangan pemimpin dalam melakukan penumpasan.
Dari adegan yang diberikan dalam naskah ini menunjukkan sebuah realita
politiik diktator yang mengakibatkan peperangan yang tak kunjung berhenti
memakan korban. Wujud dari kekejaman rezim terhadap suatu kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
1. Latar/Setting
Latar tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama pada naskah
drama ‘’Godlob’’ adalah sebuah padang gundul dan di tengah balai kota.
Latar waktu adalah waktu terjadinya cerita dalam drama tersebut adalah
pada malam gelap gulita.
‘’(Lelaki tua membentak) Bangsat, kamu sinting! (melemparkan kaleng) Kau kira
kami ini bangkai, hah?! (mendekati anaknya) Malam datang, Anakku. Sedang
gagak-gagak itu masih belum kenyang. Kalau malam gelap seperti ini, aku sangsi,
apakah besok matahari sanggup menembusnya. Siang berganti siang, malam
berganti malam. Tidak ada sesuatu yang baru dalam hidup kita. Rutin… rutin.’’
Latar suasana adalah latar yang mendukung kejadian dalam cerita suasana
berkecamuk setelah perang yakni tegang, mencekam, serta mengharukan.
Yah, seperti mereka, sebelum Ayah mendapatkan kau. Berhari-hari tanganmu yang
lemah itu menggapai-gapai untuk mengusir burung-burung gagak yang
mengerumunimu karena mengira kau sudah jadi bangkai. Hidungmu yang
mewarisi hidung ibumu itu sudah kebal untuk bau busuk bangkai kawan-
kawanmu atau musuh-musuhmu Dan, udara mengantarkan kuman-kuman untuk
mengunyah sedikit demi sedikit luka yang parah itu.
‘’(perempuan menunjuk seseorang lelaki yang datang) Ini dia orangnya! Ia adalah
suamiku, namun sejak kugali mayat anakku ini, ia telah kuceraikan. Semalam ia
telah bercerita panjang lebar tentang garis depan. Akhirnya ia pulang dengan
membawa tipuan-tipuan buat kita. Mayat ini sama sekali bukan pahlawan. Aku
tahu tabiat anak-anakku. Dialah! (mendekati) Orang laki-laki ini yang
membikinnya jadi pahlawan! Dia membunuhnya! Dia menipu kita!’’
2. Tokoh
Dalam drama ‘’Godlob’’ terdapat empat tokoh sebagai pemeran yakni Lelaki
Tua, Lelaki Muda, Perempuan, dan Pembesar. Setiap tokoh memiliki karakter
watak masing-masing sesuai perannya. Lelaki Tua merupakan tokoh utama yang
memiliki watak tegas, penyayang, serta kritis terhadap politis.terlihat pada
ucapannya menyampaikan kebusukan pejabat pemerintahan.
‘’(menunjuk seseorang pembesar yang datang) Sebaliknya, aku kena tipu oleh
mereka! (yang ditunjuk berhenti) Kita semuanya kena tipu mentah-mentah.
Lihatlah aku! Keluargaku ludes! Tidak ada sesuatu pun yang kudapatkan!’’
Lelaki Muda sebagai tokoh pendamping pemeran utama lebih tepatnya putra dari
lelaki tua yang berwatak jiwa yang gagah, penurut, cinta terhadap bangsanya
melalui aksi bela negara melalui perang serta keras kepala mempertahankan
pendapatnya tentang pahlawan.
‘’(dengan menangis) Anakku, mengapa engkau harus mengalami nasib seperti ini?
Aku, sebagai ibumu, tak terima atas perlakuan ini semua. Aku protes atas
kesewenang-wenangan yang menimpamu!’’
Pada tahap pemaparan masalah atau tahap menuju adanya konflik ini,
bermula ketika lelaki tua menyampaikan sebuah sajak Sang Politikus sebagai
penyebab dan akibat dari perang.
(termangu kemudian tertawa) Sajak itu cukup baik, cukup bermutu bukan?
Anakku, kau tahu bedanya sajak yang dibuat oleh seorang politikus dengan
seorang penyair? (mengamati sekeliling) Kalau ada seseorang menderita luka
datang kepada seorang politikus, maka dipukullah luka itu hingga orang itu
berteriak kesakitan dan lari tunggang langgang. Sedangkan kalau ia datang kepada
seorang penuair, luka itu akan dielus-elusnya hingga orang itu merasa seolah-olah
lukanya telah tiada. Jadi, tak seorangpun dari kedua macam orang itu berusaha
mengobati dan menyembuhkan luka itu. Bagaimana pendapatmu, Anakku?’’
‘’(menunjuk seseorang lelaki yang datang) Ini dia orangnya! Ia adalah suamiku,
namun sejak kugali mayat anakku ini, ia telah kuceraikan. Semalam ia telah
bercerita panjang lebar tentang garis depan. Akhirnya ia pulang dengan membawa
tipuan-tipuan buat kita. Mayat ini sama sekali bukan pahlawan. Aku tahu tabiat
anak-anakku. Dialah! (mendekati) Orang laki-laki ini yang membikinnya jadi
pahlawan! Dia membunuhnya! Dia menipu kita!’’
‘’Apa yang bisa aku harapkan dari kalian? (memandang sekeliling dan menatapi
wajah demi wajah). Kalian orang-orang kecil, sekali-sekali boleh pergi ke garis
depan. Hingga kita bisa juga berbicara tentang perang! Lihatlah, Sang politikus!
Ia bicara tentang negara, tentang kebun binatang, tentang perempuan, tentang
ekonomi, tentang sajak. Semuanya sudah diborongnya. Lantas kita disuruh bicara
tentang apa?’’
(menggeliat) Oh, perutku terasa muak! Mual! Hingga mau muntah saja!
(mencabut pistol)
Bagian ini merupakan bagian dari akhir cerita. Telah disebutkan diatas, bahwa
perempuan mengakhiri nyawa suaminya sebagai wujud pembalasan atas segala
yang menimpa anaknya. Sebagai wujud kritik terhadap pemerintahan yang
diktator.
D. Pesan (Amanat)
SIMPULAN
Dalam penelitian ini disampaikan terkait dengan politik diktator yang diwujudkan
melalui unsur pembangun naskah drama beserta konfliknya. Sebuah politik yang
ditunjukkan dengan tindakan sewenang-wenang. Segala hal dilakukan demi
menciptakan stabilitas politik pada sebuah negara termasuk perang. Peperangan
yang telah menjatuhkan banyak korban terutama masyarakat pada sebuah negara.
Pemerintahan yang diktator juga menyebabkan struktur pemerintahan tunduk dan
patuh sepenuhnya pada seorang pemimpin. Sehingga tidak memperdulikan dan
mempertimbangkan segala akibat yang akan ditimbulkan terutama sebuah
peperangan dalam penumpasan rakyat suatu negara itu sendiri. Melalui naskah
drama Godlob karya Danarto memberikan sebuah wujud politik diktator dan
akibatnya bagi kehidupan bernegara. Serta mengingatkan bahwa Indonesia pernah
dalam masa tersebut. Peperangan dalam penumpasan komunis pada setiap lini
negeri. Masa Orde Baru dengan pemerintahan yang diktator.
DAFTAR PUSTAKA
Dari internet :