Anda di halaman 1dari 9

Kebijakan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Di Indonesia Tahun 2020

Kelompok 3 :
Ainaya Nur Fatihah (F0118004)
Annida Sifa Utami (F0118013)
Annisa Silmy (F0118014)
Dzaky Ahmad (F0118033)
Farhan Faturohman (F0118044)
Irfani Latif (F0118053)
Thoriq Kamaludin (F0118095)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
Tabel 1
Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi 2018 tercatat 5,17%, meningkat dibandingkan dengan


pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,07% dan merupakan pertumbuhan tertinggi
sejak 2013. Secara umum, kinerja tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia
tetap solid, mengingat pada saat bersamaan pertumbuhan ekonomi dunia 2018 dalam
tren melambat dan ketidakpastian global sedang meningkat.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018 tidak terlepas dari dampak positif
bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam merespons
ketidakpastian global. Satu sisi, respons kebijakan moneter yang pre-emptive, front
loading, dan ahead of the curve untuk menjaga stabilitas perekonomian, khususnya
nilai tukar, serta komitmen pemerintah untuk menjaga prospek kesinambungan fiskal,
memberikan keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi usaha. Sisi lain,
arah kebijakan yang akomodatif dari kebijakan fiskal pusat-daerah, termasuk belanja
proyek infrastruktur, kebijakan pendalaman pasar keuangan, kebijakan
makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, dan kebijakan struktural memberikan
stimulus bagi kegiatan ekonomi. Implementasi kebijakan tersebut pada gilirannya
mendorong berlanjutnya kegiatan berusaha dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pada 2018 banyak ditopang
oleh permintaan domestik. Pertumbuhan konsumsi dan investasi meningkat didukung
pendapatan yang membaik, keberlanjutan pembangunan proyek infrastruktur, serta
daya beli yang terjaga sejalan dengan tekanan inflasi yang rendah.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan berada pada angka 5,1% pada 2020.
Perkiraan tersebut dirilis oleh World Bank dalam laporan kuartalan edisi Desember
2019 pada Rabu (11/12/2019). Lead Economist for Indonesia dari World Bank
Frederico Gil Sander menyebutkan, kondisi perekonomian global yang tak menentu
akibat ketegangan perdagangan internasional berimbas pada melambatnya penggerak
pertumbuhan domestik Indonesia. Ketegangan perdagangan internasional
diperkirakan akan menurun secara bertahap pada tahun depan. Hal ini juga akan
ditopang dengan menurunnya ketidakpastian politik dalam negeri yang membuat
pertumbuhan PDB riil akan mulai meningkat secara bertahap pada 2020. Sedangkan
dalam Rancangan APBN (RAPBN) 2020, pemerintah mematok pertumbuhan
ekonomi di kisaran 5,3 persen hingga 5,6 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengatakan kisaran pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan sikap
kehati-hatian pemerintah sekaligus menjaga optimisme pasar terhadap perekonomian
Indonesia secara terukur. Hal tersebut diungkapkan Sri Mulyani pada Rapat Paripurna
DPR RI dalam rangka merespon pandangan fraksi terhadap kerangka ekonomi makro
dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) RAPBN Tahun 2020.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, strategi yang
digunakan yaitu dengan menggunakan suatu kebijakan.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal akan diarahkan untuk tetap menopang stabilitas
perekonomian dengan tetap mengoptimalkan upaya untuk menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi. Untuk mendukung stabilitas perekonomian, Pemerintah tetap
fokus menjaga prospek kesinambungan fiskal dengan mengelola keseimbangan
primer dan defisit APBN secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, Pemerintah
menargetkan keseimbangan primer dan defisit pada APBN 2019 masing-masing
sebesar -0,12% dan 1,84% dari PDB. Pemerintah juga memperkuat strategi
pembiayaan yang akan dilakukan melalui penggabungan dan pengembangan sumber-
sumber pendanaan dan pembiayaan yang kreatif, dengan mengutamakan risiko dan
biaya yang paling efisien.
Arah kebijakan fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi
dilakukan melalui optimalisasi komponen belanja yang lebih produktif dan
pengembangan iklim investasi yang kondusif. Stimulus perekonomian difokuskan
pada program peningkatan kualitas SDM, perlindungan sosial, penyelesaian
infrastruktur dan penguatan fiskal daerah. Untuk mendukung hal tersebut, anggaran
pendidikan terus dijaga sebesar 20% dari APBN yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas dan akses pendidikan. Demikian pula untuk belanja kesehatan tetap dijaga
sebesar 5 persen untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan.
Pemerintah juga berkomitmen untuk memberikan perlindungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bansos bagi 40% penduduk
berpenghasilan rendah, termasuk menciptakan strategi inisiatif penanganan bencana
alam. Sementara itu, untuk mendukung pembiayaan infrastruktur, Pemerintah akan
mengutamakan berbagai terobosan melalui pembiayaan kreatif. Penguatan fiskal
daerah akan dilakukan dengan mengarahkan agar belanja Pemerintah Daerah dapat
ditempuh secara efektif, efisien, dan produktif untuk mengurangi kesenjangan antara
pusat dan daerah, serta antardaerah.
Pemerintah melakukan berbagai perbaikan agar pengelolaan fiskal ke depan
makin sehat dan berkelanjutan, dengan memperkuat fungsi alokasi,
distribusi dan stabilisasi. Dengan penguatan tersebut, diharapkan kebijakan fiskal
dapat berperan secara optimal bagi perekonomian dan peningkatan kesejahteraan.
a. Fungsi alokasi, diperkuat dengan meningkatkan kualitas belanja produktif
guna menstimulasi perekonomian dan penyediaan barang publik.
b. Fungsi distribusi, kebijakan fiskal diperkuat dengan meningkatkan peran
pajak sebagai instrumen redistribusi pendapatan, meningkatkan kualitas
desentralisasi fiskal dan meningkatkan efektivitas program perlindungan
sosial. Hal ini mengingat persentase penduduk miskin dan kesenjangan
pendapatan antar provinsi masih cukup bervariasi

Tabel 2
Tingkat Kesenjangan da Kemiskinan Ekonomi di Indonesia

c. Fungsi stabilisasi, diperkuat dengan menjaga keseimbangan makroekonomi,


meningkatkan peran APBN sebagai alat countercyclical dan mendorong
pengelolaan fiskal yang prudent. Perbaikan pengelolaan fiskal tersebut
dilakukan oleh Pemerintah, antara lain dengan mengendalikan defisit
anggaran, menjaga rasio utang dalam batas aman dan mendorong
keseimbangan primer menuju positif.

Dalam jangka menengah, kebijakan fiskal akan secara konsisten diarahkan untuk
lebih produktif, efisien, dan berkesinambungan. Pengelolaan fiskal akan dilakukan
melalui tiga strategi utama.
A. kebijakan ekspansif akan ditempuh secara lebih terarah dan terukur untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing. Sejalan dengan hal tersebut,
defisit anggaran diarahkan untuk kegiatan produktif dan diselaraskan dengan
siklus perekonomian, serta kebutuhan untuk akselerasi pencapaian target
pembangunan.
B. Kedua, mendorong peningkatan rasio penerimaan pajak selaras dengan
kapasitas perekonomian dengan tetap menjaga iklim investasi dan dunia
usaha. Di samping itu, upaya tersebut dilakukan dengan tetap memberikan
insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis.
C. Ketiga, mengendalikan rasio utang dalam batas aman dan terus diupayakan
menurun, serta mengarahkan utang untuk kegiatan produktif.

Stategi yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 

Posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup menggembirakan.


Meskipun menjadi kabar baik, fakta tersebut tetap menjadi tantangan bagi
pemerintah. Optimisme mencapai target pertumbuhan ekonomi perlu
didukung langkah-langkah strategis. Penting bagi pemerintah untuk
mengukur potensi pertumbuhan ekonomi.
Beberapa instrumen penting turut menjadi perhatian untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi. Pertama, konsumsi rumah tangga. Komposisi Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia menurut pengeluaran masih ditunjang oleh
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan pada Triwulan I-2019, PDB Indonesia sekitar 56,82 persen
ditunjang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan
sebesar empat sampai lima persen setiap triwulannya dalam tiga tahun
terakhir. Dengan kata lain, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi,
pengeluaran konsumsi rumah tangga perlu terus didorong. 

Pemerintah melalui bantuan sosial dan pemberian tunjangan hari raya (THR)
dan gaji-13 bagi aparatur sipil negara, anggota TNI dan Polri, serta
pensiunan berusaha meningkatkan belanja masyarakat untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Bantuan sosial diberikan agar konsumsi masyarakat
berpenghasilan rendah bisa didongkrak. Sementara pemberian THR dan gaji-
13 untuk meningkatkan konsumsi berpenghasilan menengah pada periode
Ramadhan dan Hari Raya Idhul Fitri. 

Selain itu, pemerintah perlu menjaga inflasi pada level terkendali untuk
memaksimalkan daya beli masyarakat. Saat terjadi kenaikan harga,
umumnya masyarakat akan menekan pengeluarannya dan berdampak pada
penurunan permintaan. Pemerintah menargetkan inflasi 2020 berada pada
kisaran dua hingga empat persen. Sampai Mei 2019, inflasi tahun kalender
Indonesia tercatat sebesar 2,05 persen, sementara inflasi tahun ke tahun
sebesar 3,28 persen. Jika angka inflasi ini dapat bisa dikendalikan sampai
akhir tahun, maka pengeluaran konsumsi tidak akan mengalami stagnasi. 
Kedua, investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN). Perang dagang Amerika Serikat dan China
seharusnya membuka peluang investasi untuk masuk ke Indonesia. Perang
tarif antara Amerika Serikat dan China memaksa beberapa pelaku bisnis di
China untuk memindahkan basis bisnisnya atau relokasi usaha ke negara
lain. Beberapa negara di Asia Tenggara menjadi destinasi pilihan, tidak
terkecuali Indonesia. 

Berdasarkan data BPS pada Triwulan I-2019, Pembentukan Modal Tetap


Bruto (PMTB) atau investasi berkontribusi 32,17 persen terhadap PDB
Indonesia. Namun faktanya, investasi di Indonesia belum menunjukkan kabar
bahagia. Pada Triwulan I-2019, pertumbuhan investasi justru turun sebesar
5,74 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara, untuk mencapai
target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah mematok
pertumbuhan investasi harus berada pada kisaran 7 hingga 7,4 persen
dengan kebutuhan investasi mencapai Rp 5.823,2 triliun. 

Pencapaian kebutuhan investasi yang tinggi sangat membutuhkan peran


swasta dan PMA. Pengeluaran konsumsi masyarakat kelas atas dibutuhkan
untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi akan tetapi perilaku masyarakat
kelas ini cenderung menahan konsumsi untuk investasi perlu juga menjadi
perhatian. Solusi terbaik yaitu memastikan investasi dari masyarakat kelas
atas tidak lari keluar Indonesia. Rangkaian kebijakan yang berhubungan
dengan investasi menjadi sangat krusial, baik itu terkait perbaikan
infrastruktur, produktivitas tenaga kerja, maupun simplifikasi regulasi untuk
menarik perhatian investor. 

Berkaca pada negara kompetitor seperti Vietnam, Myanmar, dan Thailand,


Indonesia harus menawarkan kelebihannya agar dilirik para investor. Tiga
negara tersebut merupakan negara-negara ASEAN yang seringkali menjadi
pilihan bagi investor untuk berinvestasi. Vietnam secara logistik memang
masih kalah dengan Indonesia, tetapi kemudahan perizinan serta posisi
dalam value chain yang lebih tinggi membuat Vietnam mampu mendorong
minat investor masuk ke negaranya. Sementara itu, Thailand memiliki
kelebihan dengan infrastruktur dan logistik yang lebih kuat. 

Daya tarik investasi di Indonesia perlu didorong untuk menarik minat investor
yang akan merelokasi basis usahanya. Pemerintah telah meluncurkan Online
Single Submission (OSS) di mana seluruh perizinan dapat diurus satu pintu
melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk menjawab
kemudahan soal perizinan investasi. Sayangnya, penerapan OSS ini belum
berjalan secara optimal. Waktu yang dibutuhkan dalam hal perizinan masih
cukup lama meskipun sudah satu pintu ke BPKM --BKPM belum memiliki
wewenang langsung untuk memutuskan. Pengajuan izin masih harus
diteruskan terlebih dahulu ke kementerian atau lembaga teknis terkait,
termasuk ke pemerintah daerah tempat investasi dituju sehingga
membutuhkan waktu dan proses yang panjang.

Ketiga, daya saing industri manufaktur. Pada Triwulan I-2019, sektor industri
manufaktur tercatat memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB Indonesia
sebesar 20,07 persen. Hanya saja, pertumbuhan industri manufaktur setiap
triwulannya selama empat tahun terakhir tercatat masih berkisar antara tiga
sampai empat persen. Memasuki era revolusi industri 4.0, Indonesia
sebenarnya telah menyiapkan roadmap "Making Indonesia 4.0" sebagai
strategi untuk mendorong pergerakan industri nasional. Salah satu yang perlu
disiapkan yaitu strategi bisnis agar Indonesia dapat meningkatkan perannya
dalam rantai nilai global. Performa industri manufaktur di Indonesia perlu
ditingkatkan agar dapat berorientasi ekspor. 

Daya ungkit industri manufaktur memang besar untuk menggerakkan motor


perekonomian. Selain berkaitan dengan penciptaan nilai tambah,
pertumbuhan industri manufaktur juga berperan dalam penciptaan lapangan
kerja, menarik investasi, dan memungkinkan transfer teknologi. Kebijakan
terkait optimalisasi pertumbuhan industri manufaktur perlu terus dikaji dan
dievaluasi agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah
ditargetkan.

Daftar Pustaka

[1]www.bi.go.id
[2]https://ekonomi.bisnis.com/read/20191211/9/1180312/bank-dunia-ramalkan-
ekonomi-indonesia-2020-tumbuh-51-persen#
[3]https://money.kompas.com/read/2019/06/11/155400426/ini-strategi-sri-mulyani-
capai-target-pertumbuhan-ekonomi-5-3-5-6-persen
(4) https://m.detik.com/news/kolom/d-4648191/peluang-mendorong-pertumbuhan-
ekonomi

Anda mungkin juga menyukai