KASUS STROKE
Ny. O usia 52 tahun dirawat di ruang Anyelir (Stroke Unit) kamar F5 RSUD
Kab. Sumedang dengan stroke non hemoragik atau stroke infark. Keluhan tidak
dapat terkaji karena klien mengalami afasia. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien memiliki riwayat hipertensi dan saat ini pasien stroke pada lengan bagian kiri.
Klien juga memiliki riwayat jatuh dan kebiasaan merokok setelah makan,
khususnya setelah makan petai dan jengkol.
Saat dilakukan pengkajian di Ruang Anyelir (Stroke Unit) didapat hasil tingkat
kesadaran Composmentis dengan afasia, E4 V (T/Af) M6. TD 180/110 mmHg, HR
74x/menit, RR 28x/menit Suhu 36,9 oC, BB dan TB tidak terkaji. Bentuk hidung
simetris, sekret (-), terpasang oksigen nasal kanul 4-6 L dan terpasang NGT. Bentuk
dada simetris, ada penggunaan otot bantu nafas, suara nafas tidak ada snorring dan
ronchi.
Nilai rujukan
*Na : 140 135 - 148
*K : 3.2 3.5 - 5.1
*Ca : 7.90 8.1 - 10.4
Nilai rujukan
*Asam Urat :6 < 5.7
Nama : Ny. O
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Status : Kawin
Pendidikan : SLTA
Suku : Sunda
Saat dilakukan pengkajian klien sulit berbicara sehingga kalimat atau kata
yang disampaikan klien tidak dipahami oleh pengkaji. Maka dari itu, Keluhan
utama tidak bisa terkaji karena klien afasia.
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit stroke, DM, hipertensi,
maupun penyakit jantung.
Jenis
Sehat Sakit
Kebutuhan
3. Pemeriksaan Fisik
Hidung Tidak ada keluhan. Tidak ada pembengkokan dan simetris pada
tulang hidung, Meatus tidak perdarahan, Kotoran ( - ),
Pembengkakan ( - ), Pembesaran / polip ( - )
Mulut Tidak ada keluhan. Warna bibir gelap, lesi (-), bibir pecah-pecah
(-).
Gigi Tidak ada keluhan. Ada gigi yang bolong dan sudah dicabut.
Lidah Kotor dan reflek menelan tidak teraba. Warna putih, namun tidak
menilai rasa.
Punggung Lurus
c. Pemeriksaan Lainnya
i. Sistem Neurologis
1. Mengkaji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale) Pada
pasien Ny.O tingkat kessadarannya yaitu compos mentis dengan afasia.
Berikut hasil penliaian GCS Ny.O : E4M6VAf
• Nilai respon membuka mata : 4 (membuka mata dengan spontan).
• Nilai respon verbal : Vaf (tidak terkaji karena pasien mengalami afasia
atau tidak dapat menyebutkan satu kata dengan benar).
• Nilai respon motoric : 6 (pasien dapat mengikuti perintah)
2. Pengkajian nervus cranialis
• Nervus I – Olfaktorius : pasien tidak dapat menghindu aroma kopi
yang diberikan pada kedua lubang hidung .
• Nervus II – Optikus : pandangan pasien focus saat diminta menutup
sebelah mata dan diberikan perintah untuk melihat suatu objek.
• Nervus III – Okumulatoriuz : pasien dapat mengikuti objek yang
diberikan untuk menilai gerakan bola mata.
• Nervus IV – Throclearis : pasien dapat mengikuti objek yang
diberikan untuk menilai gerakan bola mata.
• Nervus V – Thrigeminus : pasien mengedip spontan saat diberikan
rangsangan blinking reflex dan dapat merasakan sentuhan dan pada
saat diberikan rangsangan sentuhan pada wajah.
• Nervus VI – Abdusen : pasien dapat mengikuti objek yang diberikan
untuk menilai gerakan bola mata.
• Nervus VII (Facialis)
a. Motorik : senyum di wajah menunjukkan sedikit kurang simetris
pada bagian bibir sebelah kiri.
b. Sensorik : dapat merasakan adanya rasa yang telah diberikan pada
indera pengecapan walaupun pasien mengalami kesulitan dalam
mendeskripsikan rasa tersebut.
• Nervus VIII (Auditorius atau vestibulokoklearis)
Pasien dapat mendengar, tetapi hanya dapat merespon untuk
beberapa perintah.
Nervus IX (Glosopharingeal)
Dapat menggerakan lidah dengan lemah dan terdapat refleks
menelan yang juga lemah.
• Nervus X (Vagus)
Reflex menelan lemah.
• Nervus XI (Accessorius)
kepala dan bahu sebelah kiri dapat bergerak.
• Nervus XII (Hypoglosal)
Lidah dapat bergerak tetapi pergerakannya terbatas dan lemah
3. Memeriksa fungsi motorik
Ektremitas: Terdapat kelemahan di bagian kanan tubuh pasien,
kekuatan otot pasien; tangan kiri (5), kaki kiri (5), tangan kanan (1),
kaki kanan (2).
4. Memeriksa fungsi sensori
Ada refleks pada saat pemeriksaan babinski pada bagian kaki kiri
dan kanan. (+) Tetapi pada saat pemeriksaan homan’s sign kaki kiri
(+) dan kaki kanan (-)
ii. Sistem Muskuloskeletal (didalemnya ada kekuatan otot sama
kemandirian pasien.
4. Pemeriksaan Diagnostik
*Lemak Darah
Asam Urat 6
*Laboratorium
*Lab Cito
Hematologi Rutin
*CT Scan
· Infark kecil lama multiple di daerah pons, ganglia basalis literal substasia alba
ventricular lateralis bilateral
· Tidak tampak perdarahan intrakranial
5. Terapi
1. Sucralfat (3x1)
Sukralfat adalah obat untuk mengobati dan mencegah tukak lambung
serta ulkus duodenum. Efek samping yang dapat timbul setelah
mengonsumsi sukralfat adalah konstipasi, sakit kepala, vertigo, pusing,
diare, insomnia, perut kembung, muntah dan muntah.
2. Braxidin (2x1)
3. Lisitiopril (10 mg)
4. Amlodipin (10 mg)
Amlodipine adalah obat untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah
tinggi. Obat ini juga bisa digunakan untuk membantu mengatasi serangan
angina pectoris atau angin duduk. efek samping lain yang mungkin terjadi
adalah merasa lelah atau pusing, jantung berdegup kencang, merasa mual
dan tidak nyaman di bagian perut, pergelangan kaki membengkak.
5. Citicolin (2x1000mg) IV line
6. Aspirin (3x1)
7. Callos (3x1)
8. Lanzoprazole (1x1) 30 mg
Sukralfat adalah obat untuk mengobati dan mencegah tukak lambung
serta ulkus duodenum. Efek samping yang dapat timbul setelah
mengonsumsi sukralfat adalah konstipasi, sakit kepala, vertigo, pusing,
diare, insomnia, perut kembung, muntah dan muntah
6. Analisis Data (Data Etiologi, Masalah
No. Data Fokus Etiologi Masalah
7. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Perfusi cerebral berhubungan dengan infark kecil lama multiple di
daerah pons, ganglia basalis bilateral apabila terganggu dapat menyebabkan
kesulitan bicara dan gerak dan di substanta ganglia lateralis bilateral ditandai
dengan TD 185/110.
2. Gangguan komunikasi verbal B.D ketidakmampuan berbicara dan
kesulitan memahami pola komunikasi yang biasa D.D klien mengucapkan
kata tidak jelas dan kurang memahami pembicaraan, hasil GCS compos
mentis dengan afasia; E4M6VAF, Skor NIHSS; 5 (deficit neurologist ringan),
Hasil CT-Scan terjadi infark kecil lama multiple di daerah pons, ganglia
basalis bilateral, dan substanta ganglia lateralis bilateral, hasil pemeriksaan
saraf kranial terdapat gangguan di nervus IX, X, XII.
1. Gangguan mobilitas fisik B.D kelemahan pada anggota gerak kiri, keterbatasan
rentang, dan kesulitan mengubah posisi D.D Keluarga klien mengatakan
bahwa klien tidak dapat meggerakkan badan bagian kiri, Aktivitas dibantu,
Skor NIHSS : 5 (deficit neurologist ringan), kekuatan otot dan pemeriksaan
5 1
homan’s sign kaki kiri (+) dan kaki kanan (-).
5 2
2. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan eksremitas ditandai
denganrambut yang kotor dan berminyak, kuku yang panjang
3. Resiko tinggi jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan kekuatan otot 5,1,5,2