Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

Kurva Species Area

NURUL ILMI R.H


1314040007
PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang memiliki jumlah
varietas yang sangat banyak tersebar di muka bumi ini. Persebaran tumbuhan
relatif bergantung pada jenis tumbuhan dengan kondisi wilayah yang
ditempatinya. Persebaran tumbuhan sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah,
kondisi cuaca atau iklim dan juga kekerabatannya dengan species lain.
Keragaman species yang terdapat dalam suatu wilayah cenderung memiliki
jumlah yang sedikit pada musim kemarau jika dibandingkan dengan
keragamana species pada musim penghujan.
Iklim sangat memengaruhi keragaman species dalam suatu wilayah.
Namun tidak hanya iklim yang menjadi salah satu indikator dalam
peningkatan jumlah keragaman species pada suatu area. Kondisi tanah
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keragaman species
yang ada. Tandus atau keringnya area sekitar tanaman dapat menyebabkan
kemampuan suatu varietas tanaman sulit untuk bertahan hidup karena
kurangnya unsur hara yang diperoleh dari dalam tanah. Unsur hara dalam
tanah menjadi sumber nutrisi bagi tanaman untuk tetap bertahan hidup. Selain
kadar unsur hara dalam tubuh, kadar air dalam tanah menyebabkan tanaman
menjadi layu dan tidak dapat berdiri dengan tegak. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya air yang diserap oleh akar kemudian dibawa ke tubuh tumbuhan
oleh xilem.
Tumbuhan yang kekurangan nutrisi berakibat pada mudahnya terserang
hama. Menurut Girsang (2008), setiap species tanaman diganggu oleh hampir
seratus jenis cendawan, bakteri, molikut, virus dan nematoda yang berbeda-
beda. Mekanisme resistensi pada tanaman yang resistensi cepat terjadi setetlah
patogen muncul, sehingga dapat menghambat atau mencegah perkembangan
patogen.
Keanekaragaman jenis tumbuhan dalam suatu ekosistem yang terdapat
di alam terdiri atas beberapa populasi. Komunitas tumbuhan umumnya terdiri
atas lebih dari satu populasi. Satu populasi dengan populasi yang lainnya
menyebabkan terjadinya interaksi dalam suatu ekosistem. Menurut
Wirakusumah (2003), ekosistem tidak ada yang homogen meskipun hanya
berupa relung yang sempit sekalipun karena adanya mikrohabitat ekosistem
yang beragam (heterogen). Perbedaan tingkat heterogenitas itu dapat terjadi
karena adanya perbedaan topografi.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum ekologi tumbuhan
yang berkaitan dengan keanekaragaman jumlah species atau varietas yang
terdapat disekitar area kampus UNM Parangtambung sesuai dengan
topografinya. Pengukuran dengan menggunakan plot kuadrat dilakukan pada
dua area kampus UNM Parangtambung yaitu samping Masjid Ulil Albab dan
pelataran Baruga Fakultas Bahasa dan Sastra.
Pengamatan mengenai keanakergaman tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode kurva minimal area. Penggunaan kurva minimal area
dapat menjadikan data yang diperoleh akurat dan mewakili semua jenis
vegetasi atau bersifat representatif. Ukuran plot terkecil yang digunakan yaitu
0,5 x 0,5 meter hingga plot area dengan ukuran tertentu sesuai dengan
pertambahan jenis species.

B. Tujuan Praktikum
Praktikum ekologi tumbuhan ini bertujuan :
a. Untuk mengukur plot area minimum
b. Untuk mengetahui jumlah keragaman species yang terdapat pada area
samping Masjid Ulil Albab dan pelataran baruga FBS UNM serta
c. Untuk membandingkan tingkat keragaman species atau vegetasi yang
terdapat kedua area tersebut.

C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari dilakukannya praktikum ekologi tumbuhan yaitu :
a. Mengetahui cara mengukur plot area minimum.
b. Mengetahui jumlah keragaman species yang terdapat pada area samping
Masjid Ulil Albab dan Pelataran baruga FBS UNM.
c. Mengetahui perbandingan jumlah keragaman species yang terdapat pada
area di samping Masjid Ulil Albab dan Pelataran baruga FBS UNM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari


beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Simorangkir, 2009).
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah
minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum
yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu.
Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu:
Penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk
mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau
kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat
dibedakan dengan cara pendekatan yaitu: Penyebaran percontohan secara acak,
penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi
sistematik ( Rahardjanto, 2005).
Lokasi yang digunakan terletak di Kota makassar khususnya kampus
UNM parangtambung dengan kondisi lingkungan yang cukup gersang. Lokasi
pertama dengan kondisi tanah yang kurang subur dan lokasi kedua dengan kondisi
tanah yang cukup subur. Hal ini didasarkan pada jumlah species yang nampak.
Salah satu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah yaitu dengan
Species Area Curve (SAC). Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui
minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk
komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 2001).
Pemilihan lokasi plot dilakukan berdasarkan survey pendahuluan serta
studi literatur dilengkapi pula dengan studi peta kawasan. Salah satu kriterianya
adalah lokasi yang masih memiliki kawasan hutan yang masih utuh. Didapatkan
lokasi plot di sebelah utara atau bagian belakang gunung karena areal bagian
muka atau selatan gunung telah mengalami kerusakan akibat kebakaran. Plot
dibuat dengan berukuran 1 ha dengan sub plot ukuran 20 x 20 m, yang
berdasarkan hasil perhitungan kurva areal jenis dan kalibrasi dengan luas serupa
di lokasi lain yang juga memiliki plot sampel permanen (Sutomo, dkk., 2012).
Keanekaragaman spesies dalam suatu area digambarkan dalam grafik
seperti di bawah. Pola kurva ditentukan oleh distribusi individu masing-masing
jenis dalam hutan. Apabila individu-individu semua jenis bercampur secara
merata, kurva yang dihasilkan akan memperlihatkan pola peningkatan jumlah
jenis yang tajam pada kuadrat kecil yang kemudian diikuti dengan pola mendatar
pada ukuran kuadrat yang lebih besar (Lomolino, 2000).
Tipe kurva area spesies ada enam. Penentuannya berdasarkan karaktestik
ekologi dari berbagai sampel. Tipe I memiliki data pokok berdasarkan pada
pengukuran tunggal yang sudah ada petak bersarang. Tipe IIA dan IIB tersusun
atas penaksiran keberagaman yang terdapat pada suatu area. Tipe IIIA dan IIIB
memiliki data yang diperoleh dari kuadrat terdekat. Tipe IV memiliki data dari
sampel area yang memiliki ciri khusus (Scheiner, 2003).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasijenis
tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan
daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk
variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode
kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis
oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan
kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n)
dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam
persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu
dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numerik
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan (Badriah, 2011).
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi
erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut (Badriah, 2011).
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip
penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang
ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan
jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies
Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan Luas
minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat)
(Badriah, 2011).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran (Badriah, 2011).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis
vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan
individu dalam populasi (Badriah, 2011).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu/17 Oktober 2015
Pukul : 09.00 11.30 WITA
Tempat : Lokasi A (Samping Masjid Ulil Albab UNM)
Lokasi B (Pelataran Baruga FBS UNM)

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Meteran
2. Patokan bambu
3. Gunting
4. Buku Identifikasi Tanaman
5. Alat tulis
6. Software aplikasi R
7. Kamera
b. Bahan
1. Lahan dengan keragaman species (heterogen) tinggi
2. Tali rafia
3. Label/ Kertas

C. Prosedur Kerja
1. Menentukan area yang akan dijadikan sebagai plot area minimum
2. Membuat plot area terkecil pada daerah yang sudah ditentukan ditempat
tersebut dengan ukuran 0,5 x 0,5 m .
3. Menghitung dan mencatat jenis tumbuhan yang ada pada plot area
tersebut.
4. Melakukan dokumentasi terhadap jenis tumbuhan yang diperoleh untuk
selanjutnya diidentifikasi.
5. Memperluas plot area dengan ukuran 1 x 0,5 m lalu kembali mencatat
dan menghitung pertambahan jumlah species yang baru.
6. Memperluas kuadrat diteruskan sampai tidak ada tambahan spesies yang
baru dari setiap perluasan kuadrat dua kali luas kuadrat sebelumnya.
7. Menghitung jumlah species secara keseluruhan dari luas plot area.
8. Mencatat perluasan kuadrat dalam suatu tabel lalu menggunakan aplikasi
R untuk menganalisis kurva species area.
9. Membuat laporan mengenai kurva species area.

D. Teknik Pengelolahan Data


1. Analisis Data Lokasi A
#---Kurva Area Minimal -------------------------------
#-----------------------------------------------------
#--- Programmer: Nurul Ilmi R.H ----------------------
#--- Makassar 17 Oktober 2015 ------------------------
rm(list=ls(all=TRUE))
#--- Ambil data --------------------------------------
#--- Penentuan lokasi direktori ----------------------
setwd("D:/Ilmy's File/EKOLOGI TUMBUHAN/PRAKTIKUM UNIT 1
EKTUM")
dataku<-read.table("Kurva Lokasi A.csv",
header = TRUE,
sep = ",",
dec = ".")
#--- Tampilkan Data ---------------------------------
dataku
Kode Lebar Panjang Sp.Baru
1 1 0.5 0.5 7
2 2 0.5 1.0 1
3 3 1.0 1.0 1
4 4 1.0 2.0 1
5 5 2.0 2.0 1
6 6 2.0 4.0 0
#---
#--- Mengatur 3 angka di belakang koma --------------------
-----
options(digits=3)
#---------------------------------------
#-- Fungsi menghitung luas plot --------
#-- dalam meter persegi ----------------
luas.mt <-function(x,y)
{ls.m <-x * y
return(ls.m)
}
#---------------------------------------
Luas.m <- luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
Luas.m
[1] 0.25 0.50 1.00 2.00 4.00 8.00
#---------------------------------------
#-- Fungsi menghitung luas plot
#-- dalam hektar -----------------------
luas.ha <-function(x)
{ls.ha <-x /10000
return(ls.ha)
}
#--------------------------------------
Luas.ha <- luas.ha(Luas.m)
Luas.ha
#--------------------------------------
#--- Menghitung Akumulasi Spesies -----
akumulasi <-cumsum(dataku$Sp.Baru)
akumulasi
[1] 7 8 9 10 11 11
#--------------------------------------
#--- Menghitung persentase pertambahan-
#--- Spesies --------------------------
persen <-function(x,y)
{(x/y)*100}
persentase <-persen(dataku$Sp.Baru[-1],akumulasi)
Warning message:
In x/y : longer object length is not a multiple of shorter
object length
persentase
[1] 14.29 12.50 11.11 10.00 0.00 9.09
#--------------------------------------
#-- Menggabungkan data ----------------
dataku
<data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,persentase)
dataku
Kode Lebar Panjang Sp.Baru
1 1 0.5 0.5 7
2 2 0.5 1.0 1
3 3 1.0 1.0 1
4 4 1.0 2.0 1
5 5 2.0 2.0 1
6 6 2.0 4.0 0
#------------------------------------------
#--- Menyimpan data di EXCEL --------------
write.table(dataku, file = "kurva.sp1.csv", append = FALSE,
sep = ",",dec = ".", row.names = FALSE, col.names = TRUE)
#--- membuat grafik-------------------------
#-------------------------------------------
plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type='n',ylim=c(1,25),pch
=16,col=3, cex=1.5, ylab = 'Akumulasi Spesies',
xlab='Ukuran Plot')
#----- membuat grid ------------------------
grid(lty = 1, lwd = 1)
lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='red')
points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='blue')
#--- Membuat sumbu x perhatikan berapa banyak
#--- plot yang dibuat -----------------------
axis(1, at=1:10,
lab=c("1","2","3","4","5","6","7","8","9","10"))
#-------------------------------------------
#---- species accumulation curve -----------

2. Analisis Data Lokasi B


#---Kurva Area Minimal -------------------------------
#-----------------------------------------------------
#--- Programmer: Nurul Ilmi R.H ----------------------
#--- Makassar 17 Oktober 2015 ------------------------
rm(list=ls(all=TRUE))
#--- Ambil data --------------------------------------
#--- Penentuan lokasi direktori ----------------------
setwd("D:/Ilmy's File/EKOLOGI TUMBUHAN/PRAKTIKUM UNIT 1
EKTUM")
dataku<-read.table("Kurva Species Praktikum 1.csv",
header = TRUE,
sep = ",",
dec = ".")
#--- Tampilkan Data ---------------------------------
Dataku
Kode Lebar Panjang Sp.Baru
1 1 0.5 0.5 6
2 2 0.5 1.0 2
3 3 1.0 1.0 2
4 4 1.0 2.0 2
5 5 2.0 2.0 2
6 6 2.0 4.0 4
7 7 4.0 4.0 2
8 8 4.0 8.0 1
#---
#--- Mengatur 3 angka di belakang koma ---------------------
-----
options(digits=3)
#---------------------------------------
#-- Fungsi menghitung luas plot --------
#-- dalam meter persegi ----------------
luas.mt <-function(x,y)
{ls.m <-x * y
return(ls.m)
}
#---------------------------------------
[1] 0.25 0.50 1.00 2.00 4.00 8.00 16.00 32.00
Luas.m <- luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
Luas.m
#---------------------------------------
#-- Fungsi menghitung luas plot
#-- dalam hektar -----------------------
luas.ha <-function(x)
{ls.ha <-x /10000
return(ls.ha)
}
#--------------------------------------
Luas.ha <- luas.ha(Luas.m)
Luas.ha
[1] 2.5e-05 5.0e-05 1.0e-04 2.0e-04 4.0e-04 8.0e-04 1.6e-03
3.2e-03
#--------------------------------------
#--- Menghitung Akumulasi Spesies -----
akumulasi <-cumsum(dataku$Sp.Baru)
akumulasi
[1] 6 8 10 12 14 18 20 21
#--------------------------------------
#--- Menghitung persentase pertambahan-
#--- Spesies --------------------------
persen <-function(x,y)
{(x/y)*100}
persentase <-persen(dataku$Sp.Baru[-1],akumulasi)
persentase
Warning message:
In x/y : longer object length is not a multiple of shorter
object length
#--------------------------------------
#-- Menggabungkan data ----------------
dataku <-
data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,persentase)
dataku
Kode Lebar Panjang Sp.Baru Luas.m Luas.ha akumulasi
persentase
1 1 0.5 0.5 6 0.25 2.5e-05 6 33.33
2 2 0.5 1.0 2 0.50 5.0e-05 8 25.00
3 3 1.0 1.0 2 1.00 1.0e-04 10 20.00
4 4 1.0 2.0 2 2.00 2.0e-04 12 16.67
5 5 2.0 2.0 2 4.00 4.0e-04 14 28.57
6 6 2.0 4.0 4 8.00 8.0e-04 18 11.11
7 7 4.0 4.0 2 16.00 1.6e-03 20 5.00
8 8 4.0 8.0 1 32.00 3.2e-03 21 9.52
#------------------------------------------
#--- Menyimpan data di EXCEL --------------
write.table(dataku, file = "kurva.sp1.csv", append = FALSE,
sep = ",",dec = ".", row.names = FALSE, col.names = TRUE)
#--- membuat grafik-------------------------
#-------------------------------------------
plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type='n',ylim=c(1,25),pch=
16,col=3, cex=1.5, ylab = 'Akumulasi Spesies', xlab='Ukuran
Plot')
#----- membuat grid ------------------------
grid(lty = 1, lwd = 1)
lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='red')
points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col='blue')
#--- Membuat sumbu x perhatikan berapa banyak
#--- plot yang dibuat -----------------------
axis(1, at=1:10,
lab=c("1","2","3","4","5","6","7","8","9","10"))
#-------------------------------------------
#---- species accumulation curve -----------
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil Pengukuran Lokasi A


Jumlah Penambahan
No. Ukuran (m) Luas (m2)
Species Jumlah Persen
1 0,5 x 0,5 0,25 7 0 -
2 0,5 x 1 0,5 8 1 14,2%
3 1x1 1 9 1 12,5%
4 1x2 2 10 1 11,1%
5 2x2 4 11 1 10%
6 4x2 8 11 1 0%
Hasil Pengukuran Lokasi B
Jumlah Penambahan
No. Ukuran (m) Luas (m2)
Species Jumlah Persen
1 0,5 x 0,5 0,25 6 0 -
2 0,5 x 1 0,5 8 2 40%
3 1x1 1 10 2 25%
4 1x2 2 12 2 20%
5 2x2 4 14 2 16,6%
6 4x2 8 18 4 28,57%
7 4X4 16 20 2 11,1%
8 8x4 32 21 1 0,5%

I II IV
(0,5 x 0,5 m) (1 x 0,5 m) (4 x 2 m)

III
(2 x 2 m)

Gambar 1. Bentuk Pertambahan Petak Kurva Spesies Area (Lokasi A)


I II IV
(0,5 x 0,5 m) (1 x 0,5 m) (4 x 2 m)

III
(2 x 2 m)

V
(8 x 4 m)

Gambar 2. Bentuk Pertambahan Petak Kurva Spesies Area (Lokasi B)

Tabel 2. Hasil Analisis Script R Lokasi B


Kode Lebar Panjang Sp.Baru Luas.m Luas.ha akumulasi persentase
1 0.5 0.5 6 0.25 2.5e-05 6 33.33
2 0.5 1.0 2 0.50 5.0e-05 8 25.00
3 1.0 1.0 2 1.00 1.0e-04 10 20.00
4 1.0 2.0 2 2.00 2.0e-04 12 16.67
5 2.0 2.0 2 4.00 4.0e-04 14 28.57
6 2.0 4.0 4 8.00 8.0e-04 18 11.11
7 4.0 4.0 2 16.00 1.6e-03 20 5.00
8 4.0 8.0 1 32.00 3.2e-03 21 9.52

Gambar 3. Kurva Species Area (Lokasi A)


Gambar 3. Kurva Species Area (Lokasi B)

B. Pembahasan
1. Data Lokasi A
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada lokasi A, digunakan 6 plot
area, dengan masing-masing ukuran 0,5 x 0,5 m., 0,5 x 1 m., 1 x 1 m., 1 x
2 m., 2 x 2 m., 4 x 2 m. Berdasarkan tabel plot area dengan kode 1
sampai dengan lima diperoleh jumlah pertambahan species yang baru
sebanyak 1 species baru. Selanjutnya untuk plot area dengan kode nomor
6 (ukuran 4 x 2 m) tidak mengalami pertambahan jumlah species,
sehingga persentase 0%. Tingkat persentase dibawah dari 10-5% menjadi
salah satu indikator untuk menghentikan proses penambahan ukuran pada
area yang diamati. Sehingga jumlah total species yang diperoleh pada
lokasi A berjumlah 11 species.
Species yang ditemukan pada species A berasal dari familia
graminaceae, araceae, mimosaceae, cucurbitaceae dan fabaceae. Species
yang diperoleh dari familia graminaceae berupa Cymbopogon citratus.
Species yang diperoleh dari familia araceae berupa salah satu jenis bunga
bangkai yang memiliki anakan dengan tinggi sekitar 0,5 m. Species ini
dikategorikan dalam familia araceae sebab memiliki morfologi yang
menyerupai bunga bangkai dan bagian medialnya dikelilingi oleh lalat.
Sedangkan species yang tergolong familia fabaceae yaitu mucuna
pruriens (kacang babi), Pterocarpus indicus. Species dari mimosaceae
yaitu mimosa pudica, sedangkan species dari familia cleomaceae yaitu
Cleome rutidospermae. Species dari familia cucrbitaceae belum dapat
ditentukan jenis specienya sebab memiliki ciri morfologi yang sangat
identik dengan species lainnya yang berasal dari familia cucurbitaceae.
2. Data lokasi B
Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi B, ditemukan jumlah
species yang lebih banyak jika dibandingkan dengan lokasi A yang
berada disamping Masjid Ulil Albab. Hal ini menjadi salah satu indikator
bahwa kualitas tanah dan jumlah varietas tanaman dari lokasi B jauh
lebih banyak dibandingkan dengan lokasi A. Hasil pengukuran akhir
yang diperoleh memiliki luas 32 m2. Luas plot area yang dihitung
terdapat akumulasi species dengan jumlah 21 species. Plot area dengan
kode 2 hingga kode 5 memiliki pertambahan jumlah species sebanyak 2
species setiap pertambahan plot area. Sedangkan pada kode 6 memiliki
pertambahan species baru sebanyak 4 species. Kode 7 mengalami
penurunan jumlah species baru menjadi 2 species baru saja yang
ditemukan sedangkan kode yang terakhir (8) hanya mengalami
petambahan species sebanyak 1 species saja sehingga persentase akhir
kurang dari 10-5%.
Rendahnya pertambahan jumlah species baru dan persentase
menjadi indikator untuk menghentikan proses penambahan luas plot area.
Species yang diperoleh pada lokasi B lebih beragam, diantaranya yaitu
Mimosa pudica, Clitoria ternatea, Jatropa curcas, Morinda citrifolia,
Passiflora edulis, Cymbopogon citratus, Pterocarpus indicus.
Berdasarkan kedua data dari kedua lokasi yaitu lokasi A dan lokasi B
dapat diketahui bahwa lokasi yang memiliki ukuran plot area dengan
akumulasi species terbanyak terdapat pada lokasi B. Lokasi B memiliki
ukuran plot dengan luas 32 m2 sedangkan lokasi A hanya memiliki luas 8 m2
dengan pertambahan species yang tidak signifikan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa :
1. Mengukur plot area minimum dengan menggunakan ukuran terkecil yaitu
0,5 x 0,5 m kemudian menambahkan plot area apabila terjadi penambahan
species dengan persentase melebihi 5-10%. Plot area ditambahakan hingga
tidak ada species baru yang ditemukan.
2. Jumlah species yang ditemukan pada lokasi A (samping Masjid Ulil
Albab) berjumlah 11 species dengan ukuran plot 8 m2. Sedangkan lokasi B
terdapat 21 species dengan ukuran plot 32 m2.
3. Perbandingan jumlah species yang terdapat diantara kedua lokasi, lokasi B
yang memiliki varietas lebih tinggi dibandingkan lokasi A.

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka saran untuk
praktikan yang ingin melakukan praktikum ekologi tumbuhan dengan judul
kurva species area agar lebih teliti dalam mengamati dan mengidentifikasi
jumlah species baru yang ditemukan. Selain itu data vegetasi harus akurat
terhadap ekosistem sehingga datanya akurat dan representatif.
DAFTAR PUSTAKA

Girsang, Erik Melpin. 2008. Uji Ketahanan Beberapa Varietas tanaman Cabai
(Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan
Pemakaian Mulsa Plastik. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lomolino, M. V. 2000. Ecologists most general, yet protean pattern: the species-
area relationship. Journal of Biogeography.

Odum, Eugene P. 2001. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press.


Yogyakarta.

Rahardjanto, Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan.


UMM Press. Malang

Sheiner, S. M. 2003. Six types of special-area curves. Blackwell Science Ltd.


Global Ecology and Biogeography.

Simorangkir, Roland H., Dkk. Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat


Orangutan Liar (Pongo Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera
Utara. Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Desember 2009, p.10-
20.

Sutomo dkk. Studi Awal Komposisi Dan Dinamika Vegetasi Pohon Hutan
Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12
No. 2, Agustus 2012, hlm. 366 381

Wati, Isna Lidia., Hardiansyah., Sri Amintarti. 2010. Struktur Populasi Tumbuhan
Sungkai (Peronema canescens Jack.) Di Desa Belangian Kecamatan Aranio
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Wahana-Bio, Volume III
Juni.
LAMPIRAN

Penjelasan Menu default R-Rgui


1. Menu Utama
a. Menu file, menu ini menampilkan diantaranya cara mengambil kode
sumber R yang sudah ada atau tersimpan di komputer kita dengan
menggunakan menu source R code. Menu ini juga memudahkan kita
dalam menyimpan ruang kerja yang sedang kita kerjakan di R console ke
dalam folder komputer kita dan menggunakannya kembali dengan
menggunakan menu load workspace.
b. Menu Edit, adalah menu editor yang diantaranya berisikan menu editor
yang umum seperti copy, paste, select all dan menu editor lainnya seperti
menemplekan (paste) hanya commands, membersihkan console R
sehingga console R yang penuh dengan commands akan putih bersih
sediakala ketika memulai R.
c. Menu misc, adalah menu tambahan diantaranya memberhentikan seketika
perhitungan yang sedang berlangsung dengan menggunakan tombol ESC,
menampilkan objek dan membuang objek.
d. Menu packages, berisikan fasilitas untuk menambahkan paket statistik dan
paket lainnya dalam menu load package dan instalasi paket dalam install
package(s) dan update paket dalam update packages serta memungkinkan
instalasi pake dari file zip yang ada di komputer kita dengan menggunakan
menu install package from local zip files.
e. Menu windows
f. Menu helps, berisikan sejumlah panduan yang sering diajukan tentang R
(FAQ), fasilitas pencarian melalui resmi maupun situs proyek
pengembangan R. Panduan dalam format html dan pdf.
Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai