Anda di halaman 1dari 5

1. Jelaskan pengertian krim, gel, pasta dan salep !

a. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim merupakan sediaan
dengan system 2 fase yang terdiri fase minyak dan fase air yang distabilkan dengan
emulgator. Sediaan krim lebih disukai karena mudah dibersihkan bila
dibandingkan sediaan salep berlemak yang sulit dibersihkan dan meinggalkan noda
pada pakaian (Depkes RI, 1979)
b. Gel adalah sediaan semisolid yang lebih halus, sedikit mengandung atau tanpa lilin,
digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya terdiri atas
campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah, mudah
dicuci dengan air. Gel juga mengandung cairan yang terperangkap dalam suatu
matriks 3 dimensi yang terbentuk dari gelling agent yang mengembang (Ansel,
2011)
c. Pasta adalah sediaan semisolid yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk), sebagai penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi dan memiliki
sifat kaku dibanding salep. Sehingga daya adsorpsi pasta lebih besar dan kurang
berlemak daripada salep (Ansel, 2011)
d. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar . Salep merupakan sediaan semosolid yang dapat menempel pada kulit
dalam jangka waktu yang lama dibandingkan sediaan semisolid lainnya (Depkes
RI, 1979).

2. Jelaskan metode dalam pembuatan semisolid baik pencampuran maupun pelelehan


dengan contoh resep dan cara kerjanya!

Metode pembuatan salep ada 2 yaitu,

1. Metode Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan segala
cara sampai sediaan yang rata tercapai. Metode pencampuran dapat dibagi
menjadi 4 cara, yaitu :
a. Pencampuran secara langsung bahan aktif ke basis salep
Metode ini dilakukan pada zat yang mudah larut dalam dasar salep
R/ Camphorae 1

Ol. Cocos 1

Adeps Lanae 18

m.f. ungt.

Cara Kerja
Camphora dilarutkan langsung dengan cara digerus dengan minyak lemak
dalam mortir. Setelah itu tambahhkan adeps lanae, gerus dan campur hingga
homogen.
(Syamsuni, 2006)
b. Pencampuran levigating agent dengan bahan aktif kemudian ditambahkan
basis salep
Dapat mencampurkan atau menambahkan bahan aktif dengan minyak mineral
atau gliserin

R/ Protargol 0,2
Glyserin 1
Lanolin 5
Vaselin ad 10
m.f. ungut
s.u.e

Cara Kerja

Dilarutkan protargol dengan gliserin, dicampur hingga homogen.


Ditambahkan vaselin secukupnya, digerus hingga halus. Ditambahkan lanolin,
digerus. Setelah itu ditambahkan sisa vaselin

c. Pencampuran bahan aktif ke dalam pelarut


Pada metode ini, bahan obat terlebih dahulu dilarutkan dengan air sebagai
pelarutnya, kemudian ditambahkan dasar salep
R/ Ceotosreatyl alcohol 90
Natrium lauryl sulfat 10
Aquadest 4ml

Cara Kerja
Dilarutkan air dengan natrium lauryl sulfat, dicampur hingga homogen sebagai
pelarutnya. Disiapkan Ceotosreatyl alcohol ditambahkan pelarut, campur
hingga homogen.

d. Pencampuran bahan aktif dengan basis hidrofilik kemudian dicampur dengan


basis hidrofobik
R/ Acid Borici 5
Adeps Lanae 2,5
Glyserolum 12,5
Vaselin Album 30
S.ad.us.ext

Cara Kerja
Acid Borici dilarutkan terlebih dahulu dengan glyserolum, kemudian
ditambahkan adeps lanae digerus dan dicampur hingga homogen.
Ditambahkan vaselinum album, digerus dan dicampur hingga homogen.

2. Peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang
tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental
setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila
temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian
atau penguapan dari komponen.

R/ Sulfadiazini

Alcoholcetylici aa 2,5

Zinci Oxydi 5

Oleum Sesami 20

Acidi Borici 4

Vaselini 16

s. ad..us.ext

Cara kerja

Dilebur Alcoholcetylici, Vaselinum dan Oleum sesami. Diayak Zinci Oxydum


terlebih dahulu. Dicampur ayakan Zinci Oxydum dengan leburan dasar salep,
digerus dan dicampur hingga homogen.

(Syamsuni, 2006)

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai