yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan sehingga muncullah
Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat
dengan cara sederhana dan dibuat dengan bahan alam (tumbuhan dan hewan ) (Syamsuni A
2006 ).
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia
nabati atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada
masing-masing monografi kecuali dinyatakan lain, tingtur digunakan menggunakan 20% zat
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar selnya, maka larutan yang
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan tingtur.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami dan mengetahui cara
Adapun prinsip percobaan inidalah berdasarkan pada metode maserasi dan perkolasi
dengan menggunakan pelarut alkohol 70% dibuat tingtur dari sampel kulit jeruk kering dan kulit
jeruk segar.
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati
atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur
yang berbeda tidak selalu seragam, tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standard yang
telah ditetapkan. Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat menunjukkan aktivitas
10 gram obat dalam tiap 100 ml tingtur. Potensi ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar.
Sebagian tingtur tumbuhan lain mengandung 20 gram bahan tumbuhan dalam tiap 100 ml tingtur
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip kerja dari cara ini adalah:
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan.
Kekuatan yang berperan dalam perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler dan daya gerakan (friksi).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi diakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya
perbedaan konsentrasi, maka larutan yang terpekat dideak keluar. Peristiwa tersebut berulang-
ulang sehingga konsentrasi antara larutan di luar sel - sel dan didalam sel mengalami
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam
Adalah tingtur yang dibuat dengan menggunakan 10% simplisia berkhasiat keras.
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras.
a. Tincture aetherea, jika cairan penariknya adalah eter atau campuran eter dengan etanol. Contoh :
b. Tincture Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan etanol. Contoh :
c. Tincture Acida, jika kedalam etanol yang dipakai sebagai penarik ditambahkan suatu asam sulfat.
d. Tincture Aquosa, jika cairan penarik yang dipakai adalah air. Contoh : Tincture Rhei Aquosa.
e. Tincture Composita, adalah tingtur yang didapatkan jika penarikan yang dilakukan dengan cairan
penarik selain etanol. Hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran
(Syamsuni A, 2006).
B.Uraian Metode
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah
bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari
Perkolasi kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut: Basahi 10 bagian simplisia atau
campuran simplisia dengan dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan
masa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditkan hati-hati, tuangi dengan cairan
penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis
cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan
kecepatan 1ml per menit. Tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu
terdapat caran penyari secukupnya diatas simplisia, sehingga diperoleh 80 bagian perkolat. peras
massa, campur cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk,
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperolah 80 bagian perkolat,
tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syrat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari
C.Uraian Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Dicotyledonae
Subclass : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Jeruk manis termasuk kelas dicotyledonae atau berkeping dua dan mempunyai ciri-ciri :
Buah jeruk manis berukuran besar dan tangkainya kuat. Bentuknya bulat, bulat lonjong, atau
bulat rata dengan bagian besar bulat, ujungnya bulat atau papak, bergaris tengah 4-12 cm. Buah
yang masak berwarna orange, kuning atau hijau kekuningan, berbau sedikit harum, agak halus,
tidak berbulu, kusam dan sedikit mengkilat. Kulit buah tebalnya 0,3-0,5 cm, dari tepi berwarna
kuning atau kuning tua dan makin kedalam berwarna putih kekuningan sampai putih, berdaging
dan kuat melakat pada dinding buah. Didalam kulit buah ada segmen yang jumlahnya 8-13 buah
mengelilingi inti yang kuat. setiap segmen memiliki kulit tipis, kulit putih transparan (jernih), dan
melekat satu sama lain dengan kuat. Di dalam segmen-segmen ada daging (pulp)yang berwarna
kuning orange kekuningan atau kemerahan. Berbau sedikit harum, rasanya manis atau sedikit
D.Uraian Bahan
Rumus molekul : H 2O
Tingtur
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut
yang tertera pada masing-masing manografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat
khasiat dan 10% untuk zat khasiat keras.
Contoh Sediaan Tinctura :
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agak kasar (22/60) dengan etanol 70
% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%
hingga memenuhi syarat.
Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang
telah dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.
Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90 %, saring.
Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
e. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1
bagian air selama 3 jam. Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.
4. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang
cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Contoh-contoh Ekstrak :
1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan campuran etanol encer dan larutan
dalam air asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna. Suling etanol dengan
perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air.
Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar
1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk kering yang dibuat
sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada suhu tidak lebih dari 30 0C,
tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
D. Manpaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II ISI
A. Pengertian Tingtur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B. Cara Pembuatan Tingtur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 5
C. Macam-macam Tingtur Beserta Cara Pembuatannya. . . . . . . .. . .. . . . 6
D. Contoh Tingtur Beserta Cara Pembuatannya . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah merupakan salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam hal
menghimpun data.makalah juga merupakan salah satu sarana untuk menugaskan siswa dalam hal untuk
mendapatkan nilai.
Oleh karena itu guru mata pelajaran Ilmu Resep Dalam Bab “Galenika”.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari sediaan Tingtur?
b. Bagaimana cara pembuatan Tingtur ?
c. Apa saja contoh-contoh dari sediaan Tingtur dan bagaimana cara pembuatannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan di adakannya pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhin tugas mata Diklat Ilmu Resep dalam
Bab “Galenika” sekaligus untuk mendapatkan nilai dalam persiapan menghadapi Ujian Akhir Sekolah.
D. Mafaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar dapat memberikan tambahan pengetahuan serta pemahaman tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan bidang kefarmasiaan dan kesehatan juga untuk :
a. Memenuhi tugas mata diklat ilmu resep yang merupakan tolak ukur dalam pembelajaran
b. Agar dapat memupuk sifat individualisme seperti tanggung jawab dan disiplin
3
4
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini, penulis berharap adanya pengaruh fositif sebagai bahan masukan dalam ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai sediaan Tingtur.juga untuk :
a. Dapat mengetahui macam-macam sediaan Tingtur
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kefarmasiaan.
BAB II
ISI
A. Pengertian Tingtur
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali
dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.
B. Cara Pembuatan Tingtur
Cara pembuatan tingtur di lakukan dengan cara :
1. Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :
Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75
bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai,
peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari, enap,
tuangkan atau saring.
2. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut :
Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bagian
cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi
sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya
sampai cairan mulai
5
6
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml permenit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari
secukupnya sehungga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia sehingga di peroleh 80 bagian
perkolat.
Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga di
peroleh 100 bagian.Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk terlindung dari
cahaya, enap, tuang atau saring.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur
kadar hingga memnuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol
90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura,
Tingtur Menyan.
C. Macam-macam Tingtur Beserta Cara Pembuatannya
1. Menurut cara pembuatan
a. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang di buat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh Tingtur yang dibuat secara maserasi
7
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
Contoh Tingtur yang di buat secara perkolasi
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Cinnamoni Tinctura FI III
3. Digitalis Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Strychnini Tinctura FI II
6. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain
b. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tingtur yang di buat dengan cara melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut
tertentu.
Contoh :
1. Iodii Tinctura FI III
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a. Tingtur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat keras. Contoh :
8
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Digitalis Tinctura FI III
3. Opii Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Stramonii Tinctura FI II
6. Strychnin Tinctura FI II
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
b. Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras.Contoh :
1. Cinnamomi Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
4. Myrrhae Tinctura FI II
3. Berdasarkan Cairan Penariknya
a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol.Contoh :
Tingtura Valerianae Aethera.
b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura
Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam
sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
d. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air. Contoh : Tinctura Rhei Aquosa.
9
e. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik
selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia. Contoh :
Tinctura Chinae Composita.
D. Contoh Tingtur Beserta Cara Pembuatannya
1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agar kasar (22/60) dengan ethanol 70% hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan ethanol 70% hingga memenuhi syarat.
2. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (8/34) akar ipeka dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
3. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang telah dimemarkan dengan
1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.
10
4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tictura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian
tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan
kadar, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan
lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan.Pada etiket harus tertera tanggal pembuatan.
7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji sttrichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah,
yang menggunakan pelarut penyari etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
strichninya, jika perlu dengan etanol 70% secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.
11
8. Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan :
Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90%, saring.
9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan :
8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.
12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95% dan 1 bagian air selama 3 jam.
Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
12
13. Tungtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak
kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan
lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan.
14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
15. Tingtur Digitalis (Digitalis Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi syarat.
16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
Cara pembuatan :
Larutkan iodium 1,8 – 2,2% Natriun Iodida 2,1 – 2,6% dalam etanol encer.
13
17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan :
maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70% secukupnya.
18. Tingtur Opium Wangi (Opii Tinctura Aromatica)
Cara pembuatan :
maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk opium dengan
campuran etanol 90% dan air volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan :
campur 1 bagiab ekstrak sekale kornutum dengan 9 bagian etanol encer.
20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.
2. Cara pembuatan tingtur di lakukan dengan cara Maserasi, Perkolasi.
Sediaan galenik adalah sediaan yang di buat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang di ambil sarinya.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam
keadaan kering. Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil
sarinya, kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang
mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat.
Extraction adalah menarik zat berkhasiat sebanyak mungkin tanpa merubah khasiat
Istilah-istilah dalam extraction:
Ò Cairan penarik = Menstrum
Ò Ampas = Marc, Faeces
Ò Cairan yg dipisahkan = Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik diantaranya sebagai berikut:
4. Konsentrasi/kepekatan
Pada umumnya untuk menentukan penggunaan cairan penyari mengacu/memperhatikan beberapa faktor antara
lain:
1. Mempunyai kelarutan zat dalam menstrum
2. Tidak menyebabkan simplisia menjadi rusak atau hilang zat berkhasiatnya
3. Harga yang ekonomis
4. Jenis sediaan yang akan di buat.
Maserasi
Yaitu merendam cairan simplisia dengan cairan penyari pada suhu 15-25˚C. Merupakan proses pendahuluan untuk
Perkolasi
Digerasi
Yaitu merendam cairan simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35-45˚C hingga bentuk dari simplisia menjadi
rusak.
Perkolasi
Yaitu merendam simplisia dengan cairan penyari dalam alat perkolator. Macam-macam Perkolasi :
• Perkolasi Biasa
• Perkolasi Bertingkat, Reperkolasi, Fractional Percolation
• Perkolasi dg Tekanan, Pressure Percolation
• Perkolasi Persambungan, Continous Extraction
Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:
Menurut Farmakope Edisi II Aqua Aromatic adalah larutan jenuh Minyak atsiri dalam air. Diantara air aromatic ada
yang memiliki daya terapi yang lemah, digunakan untuk memberi aroma pada obat-obatan atau sebagai pengawet.
Air ini tidak boleh berwarna dan berlendir, tapi harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal.
Cara Pembuatan :
1.Larutkan minyak atsiri dalam 60 ml etanol 95%
2.+kan air s.d.s ad volume 100 ml sambil kocok kuat
3.+kan 500 mg talc, kocok, lalu diamkan, dan saring
4.Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Contoh :
Aqua Foeniculi
Larutkan 4 gr ol. Foeniculi + 60 ml etanol 90% + air ad 100 ml
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering,kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang sesuai.
ü Cara penyarian:
a. Air : Maserasi, perkolasi, penyeduhan dengan air mendidih ( infusa)
b. Etanol–air :Maserasi, perkolasi
c. Eter : Perkolasi
ü Ekstrak terbagi menjadi 3 yaitu : Ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak kering
ü Contoh ekstrak :
1. Ekstrak Belladonnae
2. Ekstrak Hyoscyami
3. Ekstrak Timi
4. Ekstrak Strici
5. Ekstrak Pule pandak
3. Syrup ( Sirupi )
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengadung sakarosa. Kadar sakarosa adalah tidak kurang dari 66,9%
kecuali dinyatakan lain.
Cara Pembuatan :
1. Air + gula, panaskan atau didihkan ad larut , Ditambah air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang di
kehendaki, bila terjadi busa, hilangkan busanya dan di serkai.
2. Glikosida antrakinon : + Na2CO3 10% bobot simplisia, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa di larutkan dalam pemanasan lemak
dan dalam botol yang tertutup. Hal ini dilakukan dalam membuat Aurantii compositus sirupus, Balsami tolutani
sirupus, Colae compositus sirupus, Senegae sirupus, Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus. Pada pembuatan
Cinamomi sirupus sakarosa di larutkan tanpa penggunaan air panas.
4. Tincture
Yaitu adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi dan perkolasi, tincture yang didapatkan haruslah jernih.
Untuk pembuatan zat berkhasiat tidak keras digunakan sebanyak 20% dari zat berkhasiat, dan untuk yang berkhasiat
keras digunakan sebanyak 10% dari zat berkhasiat.
Untuk bahan dasar yang mengandung harsa di gunakan cairan penyari etanol 90% v/v
Contoh : Benzoes Tinctura, Myrrhae Tinctura.
Pembagian Tingtur :
Menurut cara pembuatan
ü Tingtur Asli
ü Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Menurut kekerasan
ü Tingtur Keras
ü Tingtur Lemah
Yaitu campuran senyawa asam lemak dengan gliserin (gliserida asam lemak)
Cara mendapatkan minyak lemak :
1. Diperas pada suhu biasa
Contoh : ol. arachidis, ol. olivae, ol. ricini
Yaitu campuran bahan berbau keras & menguap. Didapatkan dengan cara penyulingan/perasan simplisia segar
maupun sintesis.
Ø Identifikasi
1. Teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh
2. Di sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak (penyulingan uap), tidak ada noda transparan .
3. Kocok minyak dengan larutan NaCl jenuh, biarkan memisah. Volume air tidak bertambah.
Ø Jumlah simplisia
1. Kulit kina : 6 bagian
2. Daun digitalis : 0,5 bagian
3. Akar ipeka : 0,5 bagian
4. Daun kumis kucing : 0,5 bagian
5. Sekale kornutum : 3 bagian
6. Daun sena : 4 bagian
7. Temulawak : 4 bagian
daftar pustaka:
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami perubahan apapun dan
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan.
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau
bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan
simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan
toksik apabila dikonsumsi.
^Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna atau berbahaya dalam
pembuatan simplisia Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut
ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.
^Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada
bahan.Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam simplisia.Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau
PAM.
^Pengubahan bentuk
Pengubahan bentuk dilakukan bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa
pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan
steinles.
^Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan
(cepat), dan luas permukaan bahan.suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan
dapat dilakukan antara suhu 30o-90o C.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar
matahari.Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata
dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun
juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas,
saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan
kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya
penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%.
Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu
sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
^Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan
benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal.
Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan
yang disimpan. Pada kemasan diberi dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan
pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena
beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar.Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan
terhindar dari sinar matahari langsung.
SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertent dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus
memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyarata minimal tersebut, ada beberapa faktor
yang berpengaruh , antara lain adalah :
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut haus memenuhi
persyaratan minimalyang ditetapkan.
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan
liar atau berupa tanaman budidaya.Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan
sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain,
misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi
simplisia.Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi
simplisia.Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara
kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga.Tanaman Obat Keluarga
adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia
yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan
mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal
tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya,
sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan
kearah yang tidak diinginkan.
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air
dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia
yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan
harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur
tertentu. Sebagai contoh pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-mula
terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pemben-
tukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua batang mulai
berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada daun kadar hiosiamina makin
meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I dalam pucuk tanaman pada saat tanai
an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbualz dan niakin turun ketika
buah makin tua. Contoh lain, tanaman Menthapiperita muda mengandung mentol banyak
dalanl daunnya. Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada
saat tanaman tepat akan berbunga. Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul
dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu
pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Di samping waktu panen yang dikaitkan
dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang
mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk
menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik
senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung
(Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula
pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji
terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada
buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita n~oscllata).
Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing
wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk buah,
misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).
3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada saat
tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu
penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, se-
hingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah
kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil dipilih
yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima
sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna.
Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat
tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan,
sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang
musim kemarau.
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada saat
umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti
misalnya bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada musim
kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang
dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat
atau menggunakan mesin. Dalam ha1 ini keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh
simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman
induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang
terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif
siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya. Cara pengambilan bagian tanaman untuk
penibuatan simplisia dapat dilihat pada tabel I hal. 6.
____________________________________________________________________________
__