Anda di halaman 1dari 24

Istilah galenika berasal dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudeus Galenus ( Galen )

yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan sehingga muncullah

ilmu obat-obatan yang dinamakan galenika (http://moh.nursyani.blogspot)

Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat

dengan cara sederhana dan dibuat dengan bahan alam (tumbuhan dan hewan ) (Syamsuni A

2006 ).

Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia

nabati atau hewani, atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada

masing-masing monografi kecuali dinyatakan lain, tingtur digunakan menggunakan 20% zat

khasiat dan 10% zat berkhasiat keras ( DIRJEN POM 1979 ).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar selnya, maka larutan yang

terpekat didesak keluar.

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui

serbuk simplisia yang telah dibasahi

(Djoko harjono, 1986).

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan tingtur.

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami dan mengetahui cara

pembuatan tingtur dengan metode maserasi dan perkolasi.

Adapun prinsip percobaan inidalah berdasarkan pada metode maserasi dan perkolasi

dengan menggunakan pelarut alkohol 70% dibuat tingtur dari sampel kulit jeruk kering dan kulit

jeruk segar.
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati

atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada

masing-masing monografi (Dirjen POM, 1979)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau

hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur

yang berbeda tidak selalu seragam, tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standard yang

telah ditetapkan. Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat menunjukkan aktivitas

10 gram obat dalam tiap 100 ml tingtur. Potensi ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar.

Sebagian tingtur tumbuhan lain mengandung 20 gram bahan tumbuhan dalam tiap 100 ml tingtur

(Djoko Hargono, 1986).

Cara pembuatan tingtur menggunakan 2 cara yaitu sebagai berikut:

1.  Cara perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui

serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip kerja dari cara ini adalah:

Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan

melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya

beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk

menahan.

Kekuatan yang berperan dalam perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,

tegangan permukaan, difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler dan daya gerakan (friksi).

2.  Cara maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi diakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya

perbedaan konsentrasi, maka larutan yang terpekat dideak keluar. Peristiwa tersebut berulang-

ulang sehingga konsentrasi antara larutan di luar sel - sel dan didalam sel mengalami

keseimbangan (Djoko Hargono, 1986).


Pembagian Tingtur

1.  Menurut cara pembuatan

a.  Tingtur asli

Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.

Contoh tingtur secara maserasi :

1)  Opii Tincture

2)  Valerianae Tincture

3)  Capsici Tincture

4)  Myrhae Tincture

5)  Opii Aromatic Tincture

6)  Polygalae Tincture

Comtoh tingtur secara perkolasi:

1)  Belladonae Tincture

2)  Cinnamomi Tincture

3)  Digitalis Tincture

4)  Lobelia Tincture

5)  Strychnine Tincture

6)  Ipecacuanhae Tincture

b.  Tingtur tidak asli atau palsu

Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam

cairan pelarut tertentu.

Contoh tingtur tidak asli:

1)  Iodie Tincture

2)  Secalis Cornuti Tincture

2.  Menurut kekerasan (Perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)

a.  Tingtur keras

Adalah tingtur yang dibuat dengan menggunakan 10% simplisia berkhasiat keras.

Contoh tingtur keras:


1)  Belladonae Tincture

2)  Digitalis Tincture

3)  Opii Tincture

4)  Lobelia Tincture

5)  Stramonii Tincture

6)  Strychnine Tincture

7)  Ipecacuanhae Tincture

b.  Tingtur lemah

Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras.

Contoh tingtur lemah:

1)  Cinnamomi Tincture

2)  Valerianae Tincture

3)  Polygalae Tincture

4)  Myrhhae Tincture

3.  Berdasarkan cairan penariknya

a.  Tincture aetherea, jika cairan penariknya adalah eter atau campuran eter dengan etanol. Contoh :

Tincture Valerianae Aetherea.

b.  Tincture Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan etanol. Contoh :

Tincture Rhei Vinosa (Vinum Rhei)

c.   Tincture Acida, jika kedalam etanol yang dipakai sebagai penarik ditambahkan suatu asam sulfat.

Contoh : Tincture Acida Aromatica

d.  Tincture Aquosa, jika cairan penarik yang dipakai adalah air. Contoh : Tincture Rhei Aquosa.

e.  Tincture Composita, adalah tingtur yang didapatkan jika penarikan yang dilakukan dengan cairan

penarik selain etanol. Hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran

simplisia. Contoh : Tincture Chinae Composita.

(Syamsuni A, 2006).

B.Uraian Metode

1.  Metode Maserasi


Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut: masukkan 10

bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah

bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari

cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga

diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari

cahaya, selama 2 hari.enap tuangkan atau saring. (Dirjen POM,1979,hal.33)

2.  Metode Perkolasi

Perkolasi kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut: Basahi 10 bagian simplisia atau

campuran simplisia dengan dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan

masa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditkan hati-hati, tuangi dengan cairan

penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis

cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan

kecepatan 1ml per menit. Tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu

terdapat caran penyari secukupnya diatas simplisia, sehingga diperoleh 80 bagian perkolat. peras

massa, campur cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga

diperoleh 100 bagian. pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk,

terlindung dari cahaya, enap tuangkan atau saring.

Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperolah 80 bagian perkolat,

tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syrat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari

secukupnya (Dirjen POM,1979,hal.33).

C.Uraian Tumbuhan

1.  Klasifikasi Jeruk Manis (Citrus Sp.)

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisio : Magnoliophyta

Class : Dicotyledonae
Subclass : Rosidae

Ordo : Sapindales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies :Citrus Sp.

2.  Morfologi Jeruk Manis (Citrus SP)

Jeruk manis termasuk kelas dicotyledonae atau berkeping dua dan mempunyai ciri-ciri :

dapat hidup bertahun-tahun, perakarannya dalam, mempunyai akar tunggang.

Buah jeruk manis berukuran besar dan tangkainya kuat. Bentuknya bulat, bulat lonjong, atau

bulat rata dengan bagian besar bulat, ujungnya bulat atau papak, bergaris tengah 4-12 cm. Buah

yang masak berwarna orange, kuning atau hijau kekuningan, berbau sedikit harum, agak halus,

tidak berbulu, kusam dan sedikit mengkilat. Kulit buah tebalnya 0,3-0,5 cm, dari tepi berwarna

kuning atau kuning tua dan makin kedalam berwarna putih kekuningan sampai putih, berdaging

dan kuat melakat pada dinding buah. Didalam kulit buah ada segmen yang jumlahnya 8-13 buah

mengelilingi inti yang kuat. setiap segmen memiliki kulit tipis, kulit putih transparan (jernih), dan

melekat satu sama lain dengan kuat. Di dalam segmen-segmen ada daging (pulp)yang berwarna

kuning orange kekuningan atau kemerahan. Berbau sedikit harum, rasanya manis atau sedikit

asam, tetapi segar (http://neckencyt. Blogspot.com).

D.Uraian Bahan

1.  Aquadest (Dirjen POM, 1979. Halaman 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus molekul : H 2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2.  Etanol (Dirjen POM, 1979. Halaman 66)

Nama resmi : AETHANOLUM DILUTUM

Nama lain : Etanol encer

Rumus molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,07

Pemerian : Cairan bening, mudah menguap, dan mudah

bergerak, tidak berwarna, bau khas, rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan warna biru yang tidak berasap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Zat tambahan.

Tingtur
            Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut
yang tertera pada masing-masing manografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat
khasiat dan 10% untuk zat khasiat keras.
Contoh Sediaan Tinctura :

a. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)

            Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agak kasar (22/60) dengan etanol 70
% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%
hingga memenuhi syarat.

b. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)

            Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang
telah dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.

c. Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)

            Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90 %, saring.

d. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)

            Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
e. Tingtur Cabe  (Capsici Tinctura)

            Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95 % dan 1
bagian air selama 3 jam. Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.

f. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)

            Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.

4. Ekstrak
 

            Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang
cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Contoh-contoh Ekstrak :

1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan campuran etanol encer dan larutan
dalam air asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna. Suling etanol dengan
perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air.
Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar
1,3% alkaloida.

Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk kering yang dibuat
sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada suhu tidak lebih dari 30 0C,
tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.

2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)


Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang dibuat dari serbuk hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak lebih dari 80 0C,
tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3 bagian.Simpan dalam wadah berisi zat
pengering.

3.  Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)


Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan hingga kering.

4. Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)


Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan campuran yang terdiri dari etanol 90% dan air
volume sama, hingga perkolat terakhir hampir tidak berwarna, uapkan perkolat hingga diperoleh ekstrak
kering.

5. Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)


Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit kina dengan 50 bagian campuran 35 bagian HCl
encer p, 20 bagian gliserol p, 45 bagian air selama 24 jam, pindahkan ke dalam perkolator. Perkolasi mula-
mula dengan 50 bagian sisa campuran di atas yang diencerkan dengan 450 bagian air, kemudian dengan air
secukupnya hingga 2 tetes perkolat terakhir jika di tambah 8 tetes larutan Na2CO3p tidak keruh. Uapkan
segera perkolat hingga diperoleh 90 bagian, dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol.Ekstrak ini berkadar 6
– 8 % alkaloida.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.Atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat waktu.Dengan menyelesaikan penyusunan makalah ini
kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Di dalam makalah ini terdapat
Pengertian Tingtur,Cara Pembuatan Tingtur, Macam-macam Tingtur Beserta Cara Pembuatannya,Contoh
Tingtur Beserta Cara Pembuatannya. Mudah-mudahan dengan adanya/dibuatnya makalah ini dapat member
manfaat dalam bentuk apapun.Kami sadari didalam makalah yang kami buat ini isinya masih belum
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini
dapat diterima oleh semua kalangan.
Wasalamualaikum Wr.Wb.

Majalengka, Mei 2012

Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
D. Manpaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II ISI
A. Pengertian Tingtur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B. Cara Pembuatan Tingtur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 5
C. Macam-macam Tingtur Beserta Cara Pembuatannya. . . . . . . .. . .. . . . 6
D. Contoh Tingtur Beserta Cara Pembuatannya . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah merupakan salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam hal
menghimpun data.makalah juga merupakan salah satu sarana untuk menugaskan siswa dalam hal untuk
mendapatkan nilai.
Oleh karena itu guru mata pelajaran Ilmu Resep Dalam Bab “Galenika”.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari sediaan Tingtur?
b. Bagaimana cara pembuatan Tingtur ?
c. Apa saja contoh-contoh dari sediaan Tingtur dan bagaimana cara pembuatannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan di adakannya pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhin tugas mata Diklat Ilmu Resep dalam
Bab “Galenika” sekaligus untuk mendapatkan nilai dalam persiapan menghadapi Ujian Akhir Sekolah.
D. Mafaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar dapat memberikan tambahan pengetahuan serta pemahaman tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan bidang kefarmasiaan dan kesehatan juga untuk :
a. Memenuhi tugas mata diklat ilmu resep yang merupakan tolak ukur dalam pembelajaran
b. Agar dapat memupuk sifat individualisme seperti tanggung jawab dan disiplin
3
4
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini, penulis berharap adanya pengaruh fositif sebagai bahan masukan dalam ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai sediaan Tingtur.juga untuk :
a. Dapat mengetahui macam-macam sediaan Tingtur
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kefarmasiaan.

BAB II
ISI
A. Pengertian Tingtur
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali
dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.
B. Cara Pembuatan Tingtur
Cara pembuatan tingtur di lakukan dengan cara :
1. Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :
Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75
bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai,
peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari, enap,
tuangkan atau saring.
2. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut :
Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bagian
cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi
sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya
sampai cairan mulai
5
6
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml permenit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari
secukupnya sehungga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia sehingga di peroleh 80 bagian
perkolat.
Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga di
peroleh 100 bagian.Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk terlindung dari
cahaya, enap, tuang atau saring.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur
kadar hingga memnuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol
90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura,
Tingtur Menyan.
C. Macam-macam Tingtur Beserta Cara Pembuatannya
1. Menurut cara pembuatan
a. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang di buat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh Tingtur yang dibuat secara maserasi
7
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
Contoh Tingtur yang di buat secara perkolasi
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Cinnamoni Tinctura FI III
3. Digitalis Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Strychnini Tinctura FI II
6. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
7. Dan lain-lain
b. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tingtur yang di buat dengan cara melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut
tertentu.
Contoh :
1. Iodii Tinctura FI III
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a. Tingtur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat keras. Contoh :
8
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Digitalis Tinctura FI III
3. Opii Tinctura FI III
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Stramonii Tinctura FI II
6. Strychnin Tinctura FI II
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
b. Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras.Contoh :
1. Cinnamomi Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
4. Myrrhae Tinctura FI II
3. Berdasarkan Cairan Penariknya
a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol.Contoh :
Tingtura Valerianae Aethera.
b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol. Contoh : Tinctura
Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam
sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
d. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air. Contoh : Tinctura Rhei Aquosa.
9
e. Tinctura Composita, adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik
selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia. Contoh :
Tinctura Chinae Composita.
D. Contoh Tingtur Beserta Cara Pembuatannya
1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agar kasar (22/60) dengan ethanol 70% hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan ethanol 70% hingga memenuhi syarat.
2. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (8/34) akar ipeka dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
3. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang telah dimemarkan dengan
1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.
10
4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tictura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian
tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan
kadar, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan
lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan.Pada etiket harus tertera tanggal pembuatan.
7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji sttrichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah,
yang menggunakan pelarut penyari etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
strichninya, jika perlu dengan etanol 70% secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.
11
8. Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan :
Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90%, saring.
9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan :
8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.
12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95% dan 1 bagian air selama 3 jam.
Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.

12
13. Tungtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak
kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan
lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan.
14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian
tingtur.
15. Tingtur Digitalis (Digitalis Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan
potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi syarat.
16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
Cara pembuatan :
Larutkan iodium 1,8 – 2,2% Natriun Iodida 2,1 – 2,6% dalam etanol encer.

13
17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan :
maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar
dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70% secukupnya.
18. Tingtur Opium Wangi (Opii Tinctura Aromatica)
Cara pembuatan :
maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk opium dengan
campuran etanol 90% dan air volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan :
campur 1 bagiab ekstrak sekale kornutum dengan 9 bagian etanol encer.
20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.
2. Cara pembuatan tingtur di lakukan dengan cara Maserasi, Perkolasi.

Sediaan galenik adalah sediaan yang di buat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang di ambil sarinya.

Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam
keadaan kering. Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil
sarinya, kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang
mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia  lain yang kurang bermanfaat.

1.      Penarikan (Extraction)

Extraction adalah menarik zat berkhasiat sebanyak mungkin tanpa merubah khasiat
Istilah-istilah dalam extraction:
Ò  Cairan penarik = Menstrum
Ò  Ampas = Marc, Faeces
Ò  Cairan yg dipisahkan = Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik diantaranya sebagai berikut:

1.   Derajat kehalusan


Derajat kehalusan ini harus di sesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut untuk disari.
Semakin halus simplisianya itu akan mempermudah proses penyarian, ataupun sebaliknya semakin sukar disari maka
simplisia harus dibuat semakin halus.

2.      Temperatur suhu dan lamanya waktu


Suhu harus disesuaikan dengan sifat dari obat, apakah mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.

3.     Bahan penyari dan cara menyari


Setiap simplisia atau bahan obat mempunyai cara dan bahan penyari yang berbeda-beda, oleh karena itu cara ini
harus di sesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

4.      Konsentrasi/kepekatan

Pada umumnya untuk menentukan penggunaan cairan penyari  mengacu/memperhatikan beberapa faktor antara
lain:
1.   Mempunyai kelarutan zat dalam menstrum
2.   Tidak menyebabkan simplisia menjadi rusak atau hilang zat berkhasiatnya
3.   Harga yang ekonomis
4.   Jenis sediaan yang akan di buat.

v Cairan penarik/penyari yang sering digunakan :


1.   Air
2.   Etanol
3.   Glycerinum
4.   Eter
5.   Solvent Hexane
6.   Acetonum
7.   Chloroform

v Cara penarikan / penyarian:


·      Maserasi
·      Digerasi
·      Perkolasi

Maserasi
Yaitu merendam cairan simplisia dengan cairan penyari pada suhu 15-25˚C. Merupakan proses pendahuluan untuk
Perkolasi

Digerasi
Yaitu merendam cairan simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35-45˚C hingga bentuk dari simplisia menjadi
rusak.

Perkolasi
Yaitu merendam simplisia dengan cairan penyari dalam alat perkolator. Macam-macam Perkolasi :
•  Perkolasi Biasa
•  Perkolasi Bertingkat, Reperkolasi, Fractional Percolation
•  Perkolasi dg Tekanan, Pressure Percolation
•  Perkolasi Persambungan, Continous Extraction
Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya sebagai berikut:

1.   Aqua aromatic (Air aromatic)


2.   Ekstrak ( Extracta )
3.   Syrup ( Sirupi )
4.   Tincture
5.   Minyak Lemak ( Olea pingua )
6.   Minyak Atsiri
7.   Infus ( Infusa )

1.       Aqua aromatic (Air aromatic)

Menurut Farmakope Edisi II Aqua Aromatic adalah larutan jenuh Minyak atsiri dalam air. Diantara air aromatic ada
yang memiliki daya terapi yang lemah, digunakan untuk memberi aroma pada obat-obatan atau sebagai pengawet.
Air ini tidak boleh berwarna dan berlendir, tapi harus mempunyai bau dan rasa  yang menyerupai bahan asal.
Cara Pembuatan :
1.Larutkan minyak atsiri dalam 60 ml etanol 95%
2.+kan air s.d.s ad volume 100 ml sambil kocok kuat
3.+kan 500 mg talc, kocok, lalu diamkan, dan saring
4.Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

Contoh :
Aqua Foeniculi
Larutkan 4 gr ol. Foeniculi + 60 ml etanol 90% + air ad 100 ml

2.       Ekstrak ( Extracta )

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering,kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang sesuai.

ü  Cairan Penyari : air, eter & campuran etanol-air

ü  Cara penyarian:
a.  Air            : Maserasi, perkolasi, penyeduhan dengan air mendidih ( infusa)
b.  Etanol–air  :Maserasi, perkolasi
c.  Eter          : Perkolasi

ü  Ekstrak terbagi menjadi 3 yaitu : Ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak kering
ü  Contoh ekstrak :
1.      Ekstrak Belladonnae
2.      Ekstrak Hyoscyami
3.      Ekstrak Timi
4.      Ekstrak Strici
5.      Ekstrak Pule pandak
3.       Syrup ( Sirupi )
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengadung sakarosa. Kadar sakarosa adalah tidak kurang  dari 66,9%
kecuali dinyatakan lain.
Cara Pembuatan :
1.      Air + gula, panaskan atau didihkan ad larut , Ditambah air mendidih secukupnya hingga diperoleh  bobot yang di
kehendaki, bila terjadi busa, hilangkan busanya dan di serkai.
2.      Glikosida antrakinon : + Na2CO3 10% bobot simplisia, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa di larutkan dalam pemanasan lemak
dan dalam botol yang tertutup. Hal ini dilakukan dalam membuat Aurantii compositus sirupus, Balsami tolutani
sirupus, Colae  compositus sirupus, Senegae sirupus, Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus. Pada pembuatan
Cinamomi sirupus sakarosa di larutkan tanpa penggunaan air panas.

4.      Tincture

Yaitu adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi dan perkolasi, tincture yang didapatkan haruslah jernih.
Untuk pembuatan zat berkhasiat tidak keras digunakan sebanyak 20% dari zat berkhasiat, dan untuk yang berkhasiat
keras digunakan sebanyak 10% dari zat berkhasiat.
Untuk bahan dasar yang mengandung harsa di gunakan cairan penyari etanol 90% v/v         
Contoh  : Benzoes Tinctura, Myrrhae Tinctura.

Pembagian Tingtur :
Menurut cara pembuatan
ü  Tingtur Asli
ü  Tingtur Tidak Asli (Palsu)

Menurut kekerasan
ü  Tingtur Keras
ü  Tingtur Lemah

5.       Minyak Lemak ( Olea pingua )

Yaitu campuran senyawa asam lemak dengan gliserin (gliserida asam lemak)
Cara mendapatkan minyak lemak :
1.   Diperas pada suhu biasa
Contoh : ol. arachidis, ol. olivae, ol. ricini

2.   Diperas pada suhu panas


Contoh : ol. cacao, ol. Cocos

Ø  Syarat-syarat  minyak lemak :


a.  Jernih
b.  K.d.l  larut dlm CHCl3, eter, & eter minyak tanah
c.  Memenuhi syarat minyak mineral, minyak harsa & minyak asing lainnya, senyawa belerang & logam berat
[/justify][/justify]

Ø  Kegunaan Minyak Lemak :


a. Zat tambahan
b. Pelarut
c. Obat

Ø  Pembagian Minyak Lemak :


a.  Dapat mengering. Contoh: ol. lini, ol. ricini
b.  Tidak dapat mengering. Contoh: ol. arachidis
Ø  Cara Identifikasi : Pada kertas meninggalkan noda

Ø  Contoh Minyak Lemak :


a.   Minyak Kacang
      Pemerasan biji Arachis hypogeae L telah dikupas

b.   Minyak Ikan


      Hati segar Gadus calarias L & sp lain, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 00C

6.   Minyak Atsiri

Yaitu campuran bahan berbau keras & menguap. Didapatkan dengan cara penyulingan/perasan simplisia segar
maupun sintesis.

Ø Sifat-sifat Minyak Atsiri :


1.   Mudah menguap
2.   Rasa yang tajam
3.   Wangi khas
4.   Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik
5.   Tidak berwarna, hanya saja sedikit kuning muda

Ø Syarat-syarat Minyak Atsiri :


1.   Jernih
2.   Mudah larut dalam chloroform atau eter
3.   Penyulingan uap à bebas minyak lemak
4.   Harus kering
5.   Bau & rasa seperti simplisia

Ø Cara-cara  memperoleh Minyak Atsiri :


1.   Pemerasan
2.   Penyulingan (destilasi)
3.   Enflurage

Ø Identifikasi
1.   Teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh
2.   Di sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak (penyulingan uap), tidak ada noda transparan .
3.   Kocok minyak dengan larutan NaCl jenuh, biarkan memisah. Volume air tidak bertambah.

Ø Contoh-contoh Minyak Atsiri :


1.   Oleum Foeniculi (minyak adas)
Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill varietas α vulgare & β-dulce
2.   Oleum Citri (minyak jeruk)
Pemerasan pericarp Citrus sinensis

6.      Infus ( Infusa )


Yaitu sediaan cair dengan penyari air (suhu 900 C) selama 15 menit
Ø Hal-hal yang harus diperhatikan :
1.   Jumlah simplisia.
2.   Derajat halus simplisia.
3.   Banyaknya ekstra air.
4.   Cara menyerkai.
5.   Tambahan bahan lain.

Ø Jumlah simplisia
1.      Kulit kina : 6 bagian
2.      Daun digitalis : 0,5 bagian
3.      Akar ipeka : 0,5 bagian
4.      Daun kumis kucing : 0,5 bagian
5.      Sekale kornutum : 3 bagian
6.      Daun sena : 4 bagian
7.      Temulawak : 4 bagian

daftar pustaka:

Tim Penyusun ; 2009 ; FARMAKOGNOSI KELAS XI ; Jakarta ;Pusdiknakes


Tahapan Pembuatan simplisia :

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami perubahan apapun dan
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan.

^Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau
bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan
simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan
toksik apabila dikonsumsi.

^Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna atau berbahaya dalam
pembuatan simplisia Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut
ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.

^Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada
bahan.Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam simplisia.Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau
PAM.

^Pengubahan bentuk

Pengubahan bentuk dilakukan bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa
pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan
steinles.

^Pengeringan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan
(cepat), dan luas permukaan bahan.suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan
dapat dilakukan antara suhu 30o-90o C.

Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar
matahari.Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata
dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun
juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas,
saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan
kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya
penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%.

Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu
sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

^Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan
benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan
tertinggal.

^Pengemasan dan Penyimpanan

Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan
yang disimpan. Pada kemasan diberi dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan
pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena
beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar.Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan
terhindar dari sinar matahari langsung.

SIMPLISIA

          Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.

1 .      Jenis Simplisia

a.       Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertent dipisahkan dari tanamannya.

b.      Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

c.       Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

          Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus
memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyarata minimal tersebut, ada beberapa faktor
yang berpengaruh , antara lain adalah :

1.Bahan baku simplisia.

2.Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.

3.Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut haus memenuhi
persyaratan minimalyang ditetapkan.

A .     PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM.

1.      BAHAN BAKU

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan
liar atau berupa tanaman budidaya.Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan
sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain,
misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi
simplisia.Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi
simplisia.Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara
kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga.Tanaman Obat Keluarga
adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.

2.      DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA


a.   Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia
yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan
mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal
tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya,
sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.

b.   Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan
kearah yang tidak diinginkan.

c.    Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air
dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia
yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d.   Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan
harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.

3.      TAHAP PEMBUATAN

Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :

A.    Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :

1.   Bagian tanaman yang digunakan.

2.   Umur tanaman yang digunakan.

3.   Waktu panen.

4.   Lingkungan tempat tumbuh.


Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam  bagian 
tanaman  yang akan dipanen. Waktu  panen  yang  tepat  pada saat  bagian  tanaman  tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah  yang terbesar.

Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur
tertentu. Sebagai contoh pada  tanaman  Atropa belladonna,  alkaloid  hiosiamina  mula-mula 
terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun  pertama,  pemben-

tukan  hiosiamina berpindah pada  batang yang  masih  hijau. Pada  tahun  kedua batang  mulai 
berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina makin 
meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I  dalam  pucuk  tanaman pada saat tanai 
an berbunga dan kadar alkaloid  menurun  pada saat  tanaman  berbualz  dan  niakin turun  ketika
buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman Menthapiperita  muda  mengandung  mentol  banyak 
dalanl daunnya. Kadar  rninyak  atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun tanaman ini  dicapai  pada 
saat  tanaman  tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul
dalam kayu tanaman  yang  telah  tua. Penentuan  bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan  waktu 
pengumpulan  secara  tepat  memerlukan  penelitian.  Di  samping waktu  panen  yang dikaitkan 
dengan  umur,  perlu diperhatikan  pula  saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia  yang
mengandung minyak atsiri  lebih  baik dipanen  pada  pagi  hari. Dengan  demikian  untuk 
menentukan  waktu  panen  dalam  sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi  dan  fisik 
senyawa  aktif  dalam  simplisia  terhadap panas sinar matahari.

Secara garis besar, pedoman  panen  sebagai  berikut  :

1.      Tanaman  yang  pada  saat  panen  diambil  bijinya  yang telah tua  seperti  kedawung
(Parkia rosbbrgii), pengambilan  biji ditandai  dengan  telah mengeringnya  buah.  Sering pula 
pemetikan  dilakukan sebelum kering benar,  yaitu  sebelum buah pecah  secara  alami dan  biji 
terlempar jauh,  misal jarak  (Ricinus cornrnunis).

2.      Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  buahnya, waktu pengambilan  sering
dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan, yang ditandai dengan  terjadinya perubahan  pada 
buah seperti perubahan  tingkat  kekerasan misal labu merah (Cucurbita  n~oscllata). 
Perubahan warna, misalnya  asam  (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing
wuluh (Averrhoa  belimbi),  jeruk  nipis  (Citrui aurantifolia)  perubahan  bentuk  buah, 
misalnya  mentimun  (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).

3.   Tanaman  yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan  dilakukan pada  saat 
tanaman  mengalami  perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif  ke  generatif. Pada saat itu
penumpukan  senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi,  se-
     hingga  mempunyai mutu  yang  terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil  daun pucuk  ialah
kumis kucing (Orthosiphon starnineus).

4.   Tanaman  yang  pada saat  panen  diambil  daun  yang telah tua, daun  yang diambil dipilih
yang  telah membuka  sempurna  dan  terletak di bagian  cabang atau  batang yang menerima 
sinar matahari sempurna. Pada  daun tersebut  terjadi  kegiatan  asimilasi  yang  sempurna.
Contoh  panenan  ini misal  sembung  (Blumea balsamifera).

5.   Tanaman  yang pada  saat panen diambil kulit batang, pengambilan  dilakukan  pada saat 
tanaman  telah  cukup umur. Agar  pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan,
sebaiknya dilakukan pada musim  yang menguntungkan pertumbuhan antara  lain menjelang
musim kemarau.

6.   Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  umbi  lapis,  pengambilan  dilakukan  pada saat
umbi mencapai  besar maksimum  dan  pertumbuhan  pada bagian  di atas tanah berhenti
misalnya bawang merah (Allium cepa).

7.   Tanaman yang pada  saat  panen  diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan  pada musim
kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang
dalam keadaan  besar maksimum. Panen  dapat  dilakukan dengan  tangan,  menggunakan alat
atau menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini keterampilan  pemetik diperlukan, agar diperoleh
simplisia yang benar, tidak tercampur  dengan  bagian  lain  dan  tidak merusak  tanaman 
induk. Alat  atau mesin  yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang 
terbuat  dari logam sebaiknya tidak digunakan  bila  diperkirakan  akan merusak  senyawa aktif 
siniplisia  seperti fenol, glikosida  dan sebagainya. Cara  pengambilan  bagian  tanaman  untuk
penibuatan  simplisia dapat dilihat pada  tabel  I  hal. 6.

 ____________________________________________________________________________
__

Pengumpulan bahan baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada:
- Bagian tanaman yang digunakan
- Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
- Waktu panen
- Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali
4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam,
antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air,
pengotoran, serangga dan kapang

Anda mungkin juga menyukai