Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SINTESIS OBAT

Tingkat: 3C
Dosen Pengampu : Yayuk Mundriyastutik,S.T,MT
KELOMPOK 2
1. Sukotjo (F320175087)
2. Dewi Lestari (F32017508
3. Lili Sueli W (F32017508
4. Sri Badriningsih (F320175086)

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2017/2018
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

HPLC (HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY)

Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid chromatography, HPLC) merupakan
salah satu teknik kromatografi untuk zatcair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. HPLC
digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat
tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam
(stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap
senyawa mempunyai afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan
bantuan detector serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatogram memuat
waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.

JENIS- JENIS HPLC :

1. Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal
dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90%
kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya.
2. Kromatografi fase terikat
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase
terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon
non-polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling
populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah
fase terbalik.
3. Kromatografi penukar ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu
fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling
luas penggunaannya adalah polistiren resin.
4. Kromatografi Pasangan ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan
mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup
dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
5. Kromatografi Eksklusi Ukuran
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk
memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut
dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut
yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-
molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini
disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara
partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi
interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
6. Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik.
Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada
kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai
(sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi).
Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang
sangat kompleks.
Prinsip kerja
Pada dasarnya prinsip kerja HPLC sama dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom,
yang membedakan adalah fasa diam yang digunakan pada HPLC memiliki ukuran yang lebih
kecil sehingga luas permukaan besar sehingga keseimbangan antar fasa menjadi lebih baik dan
efisien. Pada HPLC tekanan yang tinggi menyebabkan fasa gerak dapat bergerak lebih cepat
sehingga difusi menjadi sekecil-kecilnya. Ukuran butir kecil pada fasa diam dan tekanan yang
tinggi pada fasa gerak pada kromatografi kolom cair secara teori akan menghasilkan pemisahan
yang sebaik-baiknya
Injeksi sampel
Injeksi sample seluruhnya dilakukan secara otomatis sehingga tidak bisa mengetahui yang
terjadi pada keadaan tingkat dasar. Karena proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya
dengan kromatografi gas.

Waktu retensi
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagai waktu retensi.Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan
sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu.
Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda pula. Untuk beberapa
senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
· tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
· kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran
partikel)
· komposisi yang tepat dari pelarut
· temperatur pada kolom
Detektor
Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum
yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet.Banyak senyawa-
senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang Jumlah cahaya yang
diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada
waktu itu

Interpretasi output dari detektor


Output akan direkam sebagai rangkaian puncak-puncak, dimana masing-masing puncak
mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor dan menerap sinar UV.
Sepanjang anda mengontrol kondisi kolom,dapat menggunakan waktu retensi untuk membantu
mengidentifikasi senyawa yang diperoleh.

Area yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor, dan area
ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer.Area dihitung sebagai bagian yang
berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana).
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI UNTUK ANALISIS
SENYAWA DIURETIK YANG DISALAHGUNAKAN SEBAGAI
DOPING DALAM URIN

Saeful Amin, Amir Musadad, Slamet Ibrahim Sekolah Farmasi ITB Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode simultan penentuan hidroklorotiazid,


furosemid, dan spironolakton menggunakan teknik analisis kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT).

ALASAN DARI PENULISAN JURNAL

Memerangi penyalahgunaan obat-obatan dalam olahraga, dan membantu federasi-federasi


olahraga untuk melakukan prosedur pengujian, serta menerbitkan daftar yang berisi zat yang
dilarang untuk dikonsumsi seorang atlet.

PRINSIP KERJA

1. Penentuan Panjang Gelombang Deteksi pada Daerah Ultraviolet


2. Penyiapan Sampel
3. Penentuan Kondisi Optimum Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
4. Uji Kesesuaian Sistem
5. Pengujian Kelinieran, Batas Deteksi, dan Batas Kuantisasi Metode
6. Penentuan Perolehan Kembali/Akurasi, dan Presisi Metode
7. Penentuan Ketegaran Metode

RESUME

Saat ini, obat golongan diuretik sering disalahgunakan oleh atlet olahraga dalam
berbagai event olah raga, terutama pada cabang olahraga dengan parameter berat badan sebagai
acuan perlombaan. Beberapa atlet menurunkan berat badan secara cepat dengan
mengkonsumsi senyawa-senyawa diuretik dengan tujuan agar dapat masuk ke dalam
klasifikasi berat badan yang diinginkan. Disamping bertujuan menurunkan berat badan,
beberapa atlet olahraga menggunakan senyawa diuretik untuk menutupi penggunaan doping,
dengan mengencerkan sehingga konsentrasi senyawa doping menjadi sangat rendah dan tidak
terdeteksi saat pemeriksaan urin
Komisi Medik IOC (International Olympic Commitee) melarang penggunaan
senyawasenyawa diuretik dalam setiap pertandingan olimpiade. Kemudian WADA (World
AntiDoping Agency), yang diprakarsai oleh IOC, dibentuk dengan tujuan untuk memerangi
penyalahgunaan obat-obatan dalam olahraga, dan membantu federasi-federasi olahraga untuk
melakukan prosedur pengujian, serta menerbitkan daftar yang berisi zat yang dilarang untuk
dikonsumsi seorang atlet.

Dilatarbelakangi oleh beberapa hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
suatu metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), yang dapat digunakan untuk
menganalisis hidroklorotiazid, furosemid, dan spironolakton dalam urin secara simultan.

Pengembangan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) analisis senyawa


diuretik doping dimulai dari penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan
hidroklorotiazid 10 ppm, furosemid 5 ppm, dan spironolakton 30 ppm. Penentuan panjang
gelombang ini dilakukan dengan cara membuat spektrum serapan maksimumnya dengan
melakukan penyusuran pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Berdasarkan hasil
penelusuran serapan ketiga senyawa tersebut, dipilih panjang gelombang optimum 229 nm
karena pada panjang gelombang tersebut ketiga senyawa memberikan serapan dengan
absorptivitas yang relatif kuat (hidroklorotiazid = 1,8 x 104 M -1 cm-1 ; furosemid = 3,0 x
104 M -1 cm-1 ; spironolakton = 1,0 x 104 M -1 cm-1 ). Optimasi kondisi KCKT ditentukan
dengan membuat berbagai kondisi gradien fase gerak dan laju alir fase gerak. Kolom digunakan
LichroCART C18 (4,0 mm, 250 mm, 10 µm), suhu 25° C, laju alir 1 mL/menit dan deteksi
pada panjang gelombang 229 nm. Untuk mendapatkan profil pemisahan yang baik, kondisi
KCKT yang dipilih mengunakan campuran fase gerak asetonitril dan dapar fosfat pH 3,0
mengikuti kondisi seperti pada Tabel 1. Hasil elusi dengan menggunakan kondisi di atas, dapat
memisahkan hidroklorotiazid, furosemid dan spironolakton dengan baik. Pemisahan yang
dilakukan memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Profil kromatogram hidroklorotiazid, furosemid, dan spironolakton baku, blangko urin,


dan sampel urin yang dianalisis pada kondisi optimum KCKT dapat dilihat pada gambar 2,
gambar 3 dan gambar 4. Pada kondisi KCKT ini, hidroklorotiazid memiliki waktu retensi
sekitar menit ke-7, furosemid sekitar menit ke-12, dan spironolakton sekitar menit ke-15.
Setelah kondisi optimum KCKT untuk pemisahan hidroklorotiazid, furosemid, dan
spironolakton didapatkan, kemudian dilakukan validasi. Pertama dilakukan penentuan
linieritas dengan penyuntikan larutan baku hidroklorotiazid, furosemid, dan spironolakton.
Pengukuran yang dilakukan menghasilkan persamaan garis linier dengan koefisien korelasi di
atas 0,990. Pembuktian adanya hubungan linier antara konsentrasi analit dengan respon
instrumen dilakukan melalui uji linieritas. Penilaian dapat ditentukan dengan kriteria koefisien
variasi fungsi regresi (Vx0) dan koefisien korelasi (r). Syarat (Vx0) untuk analisis obat dalam
matriks biologis lebih kecil atau sama dengan 5%, sedangkan nilai r2 lebih besar atau sama
dengan 0,99 (Ibrahim, 2005). Batas deteksi (BD) dan batas kuantisasi (BK) dihitung dengan
metode Miller dan ditentukan dari data linieritas. Penentuan BD dan BK dihitung dari kurva
baku yang diajukan oleh Miller (Ibrahim, 2004). Batas deteksi didefinisikan sebagai
konsentrasi analit terkecil yang memberi sinyal instrumen yang berbeda secara nyata dari
sinyal blangko dan sinyal latar belakang, sedangkan batas kuantisasi didefinisikan sebagai
konsentrasi analit terkecil yang dapat dikuantisasi secara cermat dan seksama.

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukan kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang dinyatakan dengan persen perolehan kembali (% recovery). Pengujian dilakukan
dengan spikedplacebo recovery method, yaitu dengan menambahkan analit pada matriks yang
diketahui konsentrasinya. Hasil perolehan kembali hidroklorotiazid, furosemid, dan
spironolakton pada urin menunjukan hasil yang baik. Hasil lengkap dari uji perolehan kembali
dapat dilihat pada tabel 4. Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan
metodologi kecil yang terus menerus dan mengevaluasi respons analitik. Identifikasi kekuatan
metode dilakukan sekurang-kurangnya terhadap 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi
hasil bila diganti atau diubah (Harmita, 2004). Ketegaran (robustness) didefiniskan sebagai
ukuran kemampuan metode untuk tetap tak berpengaruh dan bertahan terhadap pengaruh kecil,
tapi dilakukan secara sengaja dengan membuat variasi dalam faktor metode yang memberikan
indikasi reliabilitas metode normal pada pengujian. Uji ketegaran dilakukan dengan merubah
fase alir (normal 1 mL/menit) menjadi 0,9 mL/menit (-) dan 1,1 mL/menit (+), merubah pH
dapar fosfat (normal pH 3) menjadi pH 2,8 (-) dan 3,2 (+), serta merubah panjang gelombang
(normal 229 nm) menjadi 227 nm (-) dan 231 nm (+).

Uji ketegaran menunjukan bahwa perubahan kecil pada laju alir dan pH tidak
berpengaruh signifikan terhadap perolehan kembali hidroklorotiazid, furosemid dan
spironolakton, sedangkan perubahan panjang gelombang memberikan pengaruh signifikan
terhadap perolehan kembali hidroklorotiazid dan spironolakton tetapi tidak terhadap
furosemid. Perubahan panjang gelombang terhadap perolehan kembali hidroklorotiazid dan
spironolakton didukung oleh data spektrofotometer uv-vis bahwa penurunan atau penaikan
kecil panjang gelombang pada detektor KCKT akan memberikan pengaruh terhadap serapan
kedua analit tersebut
FILTRASI

Pengertian Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dalam suatu fluida (cairan) menggunakan
suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk memisahkan sebanyak mungkin zat padat
halus yang tersuspensi maupun koloid dalam fluida tersebut. Proses filtrasi banyak dilakukan di
industri dan di laboratorium, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-kristal
garam dari cairan induknya, pabrik-kertas dan lain-lain. Untuk semua proses filtrasi, umpan
(padatan + cairan) dapat mengalir dikarenakan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan
seperti akibat gravitasi atau tenaga putar dari mesin pemompa. Secara umum filtrasi dilakukan
bila jumlah padatan dalam suspensi relatif lebih kecil dibandingkan zat cairnya.

Macam-Macam Filtrasi
Menurut prinsip pengalirannya filtrasi dapat dikelompokkan menjadi:
1. Gravity Filtration : Filtrasi yang cairannya dapat mengalir karena gaya gravitasi.
2. Pressure Filtration : Filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan.
3. Vacum Filtration : Filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan prinsip hampa udara
(penghisapan).

Filter Gravitasi (Gravity Filter)


Merupakan tipe yang paling tua dan sederhana. Filter ini tersusun atas tangki-tangki yang
bagian bawahnya berlubang-lubang dan diisi dengan pasir-pasir berpori dimana fluida mengalir
secara laminer. Filter ini digunakan untuk proses fluida dengan kuantitas yang besar dan
mengandung sedikit padatan. Contohnya : pada pemurnian air.

Prinsip kerja

Tangki biasanya terbuat dari kayu, bata atau logam tetapi untuk pengolahan air biasa
digunakan beton.
Saluran dibagian bawah yang berlubang mengarah pada filtrat, saluran itu dilengkapi dengan
pintu atau keran agar memungkinkan backwashing dari dasar pasir untuk menghilangkan
padatan-padatan yang terakumulasi.
Bagian bawah yang berlubang tertutup oleh batuan atau kerikil setinggi 1 kaki atau lebih
untuk menahan pasir. Pasir yang biasa digunakan dalam pengolahan air sebagai media filter
adalah pasir-pasir kuarsa dalam bentuk yang seragam. Kokas yang dihancurkan biasanya
digunakan untuk menyaring asam sulfur. Batu kapur biasanya digunakan untuk membersihkan
cairan organik baik dalam filtrasi maupun adsorbsi.
Hal yang harus diperhatikan dalam filter gravitasi, bongkahan-bongkahan kasar (batu atau
kerikil) diletakkan bagian atas balok berpori (cake) untuk menahan materi-materi kecil yang ada
di atasnya (pasir, dll).
Materi yang berbeda ukurannya harus diletakkan dengan membentuk lapisan-lapisan
sehingga dapat bercampur dan ukuran untuk setiap materi harusnya sama untuk menyediakan
pori-pori dan kemampuan yang maksimal.
Pressure Filtration
Filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan, contohnya pada tipe Flate and Frame
filter:
Alat ini akan bekerja berdasarkan driving force, yaitu perbedaan tekan. Alat ini dilengkapi
dengan kain penyaring yang disebut filter cloth, yang terletak pada tiap sisi platenya. Plate and
frame filter digunakan untuk memisahkan padatan cairan dengan media berpori yang
meneruskan cairannya dan menahan padatannya.
KAJIAN METODE FILTRASI GRAVITASI DAN VILTRASI SISTEM VAKUM UNTUK PROSES
PENYEMPURNAAN REKRISTALISASI AMONIUM PERKOLAT
Anita Phinalia
Peneliti bidang propelan pusat teknologi roket lapan
e-mail : anita_vinel@yahoo.com
metode yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan :
metode fitrasi gravitasi. Ada beberapa teknik dalam metode ini yaitu :
1. Filter cones
Filtrasi yang menggunakan kertas saring yang dilipat hingga membentuk kerucut. Kemudian
dimasukan kedalam corong
2. Fluted filters
Pada prinsipnya sama dengan filter cones hanya berbeda lipatan kertas saringnya
3. Filtrasi pipet
Prinsip filtrasi ini dengan cara memasukan sepotong kapas kecil kebagian pipet jumlah kapas
tidak boleh terlalu banyak sehingga laju air dapat signifikan.
4. Dekantasi prinsip kerja ini dengan cairan di tuangka ndengan hati hati ke dalam cairan tabung
yang lain meninggalkan padatan dalam tabung sebelimnya
5. Filtrasi gravitasi panas filtrasi ini dilakukan pada kondisi hangat
Dalam metode ini hanya bisa digunakan metode gravitasi cones dalam kelima teknik atau bisa
menggunakan bucher untuk memeprcepat filtrasi

Alasan menggunakan metode ini efesiensi waktu proses dan hasil optimal yang dapat di capai.

Anda mungkin juga menyukai