DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 :
Farmasi B
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit yang tidak
asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan otot yang berlebihan pada
bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan cedera otot ringan seperti keletihan otot,
dan otot tertarik. Otot tidak kehilangan kekuatannya tetapi terasa nyeri. Keluhan
nyeri menyebabkan rasa tidak nyaman pada otot dan tubuh. Hal ini bisa
mengganggu aktivitas sehari- hari, dan bisa membuat sulit bergerak (Estuningtyas
dan Arif, 2009).
1.2 Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Emulgel
Emulgel adalah salah satu sediaan yang banyak digunakan oleh masyarakat
luas, selain karena harganya yang murah juga karena praktis dalam penggunaan
yaitu dengan cara dioleskan pada kulit. Emulgel merupakan sediaan emulsi yang
fase airnya ditingkatkan viskositasnya dengan menambahkan gelling agent.
Emulgel merupakan gel dengan cairan berbentuk emulsi, biasanya untuk
menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam sediaan tersebut, dengan
mengurangi kesan berminyak saat diaplikasikan pada kulit untuk tujuan
penggunaan lokal (Voigt, 1994).
2.1.2 Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
terdiri dari fase air, dan minyak yang terdispersi menjadi butiran – butiran kecil
dalam cairan yang lain. Emulglator merupakan komponen penting dalam
pembuatan emulsi. Emulglator bekerja dengan cara membentuk film (lapisan) di
sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi, yang berfungsi mencegah terjadinya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah (Anief, 2000).
2.1.3 Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2008). Berdasarkan jumlah fasenya
gel dibedakan menjadi fase tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal dapat dibuat
dari bahan pembentuk gel seperti tragakant, Na-Alginat, gelatin, metilselulosa, Na
CMC, karbopol, polifinil, alcohol, metilhidroksietil selulosa, hidroksietil selulosa
dan polioksietilen-polioksipropilen. Gel fase ganda dibuat dari interaksi garam
aluminium yang larut, seperti suatu klorida atau sulfat, dengan larutan ammonia,
Na-karbonat, atau bikarbonat (Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).
2
2.1.4 Gelling agent
2.1.6 Surfaktan
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air
(hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga
dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah
bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat
aktif ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat
bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil
sedangkan bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang.
Surfaktan banyak ditemui di bahan deterjen, kosmetik, farmasi dan tekstil.
Surfaktan mempunyai sifat untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga
surfaktan dapat digunakan sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan
3
pengemulsi (emulsion agent) dan sebagai bahan pelarut (solubilizing agent).
Contoh surfaktan antara lain adalah garam alkil trimethil amonium, garam dialkil-
dimethil amonium, garam alkil dimethil benzil amonium, ester gliserin, ester
sorbitan, ester sukrosa, polietilena alkil amina, garam olefin, glukamina, dan alkil
poliglukosida. Tween 80 merupakan ester sorbitan dengan asam lemak yang
mengandung ikatan eter dan oksi etilen (Anief, 2000).
2.1.7 Analgetik
Analgetika adalah zat – zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Berdasarkan proses terjadinya rasa nyeri dapat
dihilangkan dengan beberapa cara, antara lain adalah analgetik perifer, yang bekerja
dengan cara merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer.
Analgetik perifer digolongkan menjadi beberapa golongan diantaranya adalah
golongan salisilat. Metil salisilat merupakan salah satu golongan salisilat yang
mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi sistem
syaraf pusat, dan tidak menimbulkan ketagihan. Obat ini digunakan untuk
mengatasi nyeri ringan sampai sedang (Tjay dan Rahardja, 2007).
a. Metode pencampuran/incorporation
Bahan obat yang larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, sedangkan
bahan obat yang larut dalam minyak dilarutkan dalam minyak. Larutan tersebut
ditambahkan (incorporated) ke dalam bahan pembawa (vehicle) bagian per
bagian sambil diaduk sampai homogen. Bahan obat yang tidak larut
(kelarutanya sangat rendah), maka partikel bahan obat harus di perkecil ukuran
partikelnya, dan kemudian disuspensikan ke dalam bahan pembawa (vehicle).
Tujuan pengecilan ukuran partikel adalah untuk memudahkan dalam
mendispersikan dan untuk menjamin homogenitas dari produk yang dihasilkan.
Penambahan bahan yang berupa cairan harus memperhatikan sifatsifat
4
sediaannya. Contoh cairan yang bersifat hidrofilik akan sukar ditambahkan ke
dalam basis berlemak, kecuali dalam jumlah kecil atau dibantu dengan
menggunakan emulgator. Pembuatan sediaan gel harus memperhatikan jumlah
bagian yang berupa cairan, sehingga dapat dihasilkan sediaan semipadat dengan
konsistensi sesuai yang diharapkan.
b. Metode peleburan/fusion
a. Metil salisilat
Metil salisilat diperoleh secara sintetik atau dengan cara maserasi dan
penyulingan uap daun Gautheria procumbens Linne, familia Ericaceae atau dari
kulit Betula lenta Linne famili Betulaceae. Struktur molekul dari Metil salisilat
dapat dilihat pada Gambar 1.
Metil salisilat berupa cairan, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas
aromatik, rasa manis, panas dan aromatik. Metil salisilat sukar larut dalam air, larut
dalam etanol 95% P, dan asam asetat glasial P. Khasiat dan kegunaan, sebagai
counter irritan, zat tambahan (Anonim, 1979). Penggunaan metil salisilat sebagai
counter irritant adalah 3-10% (Tjay dan Rahardja, 2007).
5
b. Mentol
Mentol adalah zat yang diperoleh dari minyak atsiri beberapa spesies
Mentha atau dibuat secara sintetik. Struktur molekul dari mentol dapat dilihat pada
Gambar 2.
Mentol berupa hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau
tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik diikuti rasa dingin. Mentol
sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol 95% P, khloroform P, dan
eter P, mudah larut dalam parafin cair P, dan minyak atsiri. Penggunaan mentol
sebagai counter iritan dan rubifacient dengan konsentrasi sebesar 0,05-10% (Rowe
et al.,1994).
6
Natrium CMC berupa serbuk atau butiran, putih atau putih gading, tidak
berbau, higroskopik. Natrium CMC mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol 95% P, dalam eter P, dan pelarut organik
lain. Khasiat dan kegunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979). Penggunaan Na
CMC sebagai gelling agent adalah 4-6% (Rowe et al., 2009).
Tween 80 berupa cairan kental seperti minyak, jernih, berwarna kuning, bau
asam lemak khas. Tween 80 mudah larut dalam air, etanol 95% P, etil asetat P, dan
menthol P, sukar larut dalam paraffin cair P, dan minyak biji kapas P. (Anonim,
1979). Penggunaan tween 80 sebagai surfaktan adalah 1-15% (Rowe et all., 2009).
Nipagin atau Metil paraben atau Metagin atau Metil parapet atau aseptoform
atau metyl cemosept. Struktur molekul Nipagin dapat dilihat pada Gambar 6.
7
Gambar 6. Struktur Molekul Nipagin (HPE edisi 6 Hal 442)
Nipagin berupa Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Sukar larut dalam
air, dalam benzena, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
eter. Nipagin mempunyai titik Lebur 125◦C - 128◦C. Inkompatibel dengan bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol,
dan atropine. Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat disterilkan dengan autoklaf
pada suhu 120◦C selama 20 menit. Stabil pada pH 3-6 pada suhu ruangan
(Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 442, FI IV Hal 551).
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: neraca digital, beaker
glass, kompor, gelas pengaduk, pipet tetes, mortir dan stamper, pot, penangas air,
cawan porselin, gelas ukur, object glass, alat uji daya lekat, indikator pH, stop
watch, alat uji daya sebar, kertas saring dan neraca digital.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metil salisilat, mentol,
Na CMC, aquadest, nipagin, dan tween 80.
Keterangan :
1. Setiap bahan dalam tabel dinyatakan menggunakan satuan %
2. Satu formula dibuat sediaan emulgel sebanyak 10 g + 10% = 11 g.
9
3.2.2 Evaluasi
1. Organoleptis
2. Homogenitas
3. Penentuan pH
Alat: indikator pH
Cara kerja:
10
6. Lakukan perhitungan data hasil uji untuk setiap kriteria, kalikan dengan
skor masing-masing
7. Data ditampilkan dalam bentuk grafik/gambar.
11
BAB IV
Formulasi sediaan semisolid gel pada praktikum ini mengacu pada jurnal
penelitian formulasi sediaan gel metil salisilat yang diteliti oleh Ningrum (2012)
dengan persentase formula yang dimodifikasi oleh praktikan. Adapun formulasi
yang dibuat dipaparkan pada tabel berikut.
Bahan Kadar Rentang Pengambilan Fungsi
(HPE, 2009) Bahan
Metil salisilat 5% 0,55 g Bahan aktif
Mentol 1% - 0,11 g Bahan aktif
Na CMC 4% 3-6% 0,44 g Gelling
agent
Tween 80 10 % 1-15% 1,1 g Surfaktan
Nipagin 0,2 % 0,02-0,3% 0,022 g Pengawet
Aquadest hingga 100 % Ad 10 g Pelarut
Sediaan gel pada praktikum kali ini dilakukan pada dua zat aktif yakni Asam
salisilat dan Mentol. Dalam kehidupan sehari-hari, obat sediaan gel yang beredar di
pasaran dengan kandungan asam salisilat dan mentol masing-masing zat aktif
mempunyai kelebihan dan efek terapi yang saling berkesinambungan. Metil
salisilat merupakan golongan analgesic dan antiinflamasi topical. Memiliki
mekanisme memberikan efek analgesic sehingga dapat menyembuhkan kekakuan
dan nyeri otot. Menthol merupakan bahan aktif pula yang sekaligus sebagai corigen
dalam krim ini. Secara farmakologi, obat ini memiliki aktivitas sebagai analgesic,
12
rematik akut. Cara pemberiannya, dioleskan pada daerah yang sakit 3 – 4 kali sehari
sambil diurut lemah sehingga terserap ke dalam kulit.
13
emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien atau occlusive yang
akan mencegah penguapan sehingga kandungan air di dalam kulit dapat
dipertahankan. Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan
meningkatkan hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan
berkurangnya hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem
emulsi dalam bentuk sediaan emulgel akan memberikan penetrasi tinggi dikulit
(Block, 1996).
14
organoleptis, pH, dan uji aseptabilitas. Hasil uji karakteristik fisik sediaan emulgel
adalah sebagai berikut:
Tabel II. Hasil Uji Organoleptis Sediaan Emulgel Metil salisilat dan
Mentol
Rasa pada
Konsitensi Warna Bau
kulit
Tabel III.
Tabel III. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Emulgel Metil salisilat dan
Mentol
Homogenitas
Hari ke -2 Hari ke -4 Hari ke -6
Homogen Homogen Homogen
15
Berdasarkan Tabel III. dapat diketahui bahwa sediaan emulgel homogen,
antara basis gel dengan zat aktif tercampur merata. Hasil uji homogenitas
menunjukkan bahwa sediaan emulgel yang dihasilkan memenuhi persyaratan
emulgel yang baik menurut Sulaiman dan Kuswahyuning (2008) yaitu homogen.
Sediaan yang homogen saat diaplikasikan pada kulit, akan memberikan absorbsi
yang baik dan merata, sehingga efek terapi yang diharapkan dapat tercapai.
pH sediaan emulgel
pH
0 1 2 3 4 5 6 7
Uji selanjutnya adalah uji aseptabilitas sediaan. Kriteria uji aseptabilitas yang
akan diuji adalah kemudahan dioleskan, kelembutan sediaan, sensasi yang timbul
atau kesan saat pemakaian sediaan, setelah itu kemudahan pencucian, kelengketan
dan bau. Setelah itu dilakukan scoring angka pada masing-masing kriteria.
Kemudian dari data yang didapat dilakukan skoring untuk masing-masing kriteria.
Skoring dibagi menjadi 5 skor yakni 1 (sangat jelek), 2 (jelek), 3 (kurang baik), 4
(baik) dan 5 (sangat baik). Kemudian skor dari masing-masing kriteria ditambah
dan nilai dengan ketentuan sangat jelek dengan rentang 1-20, jelek dengan rentang
21-40, kurang baik dengan rentang 41-60, baik dengan rentang 61-80, dan sangat
baik dengan rentang 81-100. Angket yang digunakan pada uji aseptabilitas adalah
sebagai berikut:
16
ANGKET SEMI SOLID UNTUK SEDIAAN EMULGEL
PENGANTAR
Angket ini bukan merupakan suatu tes dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas
akademik anda. Istilah angket ini tanpa ada perasaan khawatir, serta tidak ada
jawaban yang benar dan salah. Anda diharapkan menjawab dengan jujur dan teliti
sesuai dengan keadaan anda yang sebenarn ya pada saat ini. Jawaban anda bersifat
pribadi dan dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, kerjakanlah angket ini secara
jujur dan sungguh-sungguh dengan petunjuk pengerjaan dibawah ini.
No Kriteria Aseptabilitas 1 2 3 4 5
1 Kemudahan dioleskan
2 Kelembutan sediaan
4 Kemudahan pencucian
5 Kelengketan
6 Bau
Keterangan:
1 = Sangat jelek
2 = Jelek
3 = Kurang baik
4 = Baik
5 = Sangat baik
17
Hasil uji aseptabilitas adalah sebagai berikut:
18
16 Chart Title
14
12
10
8
6
4
2
0
sangat jelek jelek kurang baik baik sangat baik
18
.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih disiplin dan mengerti akan sediaan yang
dibuat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Estuningtyas, A. dan Arif A.,2009, Farmakologi dan Terapi Obat Lokal Edisi V,
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Sigla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation An Update, Pharmaceutical Tecnology, September 2002,
84-102 www.pharmtech.com
Raton, F.L Boca and C.K Smoley, 1993, Everything Added to Food in the United
States. http://en.wikipedia.org/wiki/Gellingagent. di akses pada tanggal
24 maret 2012
Sulaiman, T.N.S. dan Kuswahyuning R., 2008, Tekhnologi & Formulasi Sediaan
semipadat. Laboratorium Tekhnologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tjay , H.T., dan Rahardja K., 2007, Obat – Obat Penting Edisi VI, Elex Media
Kompetindo Klompok Kompas Gramedia, Jakarta.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi Edisi V, diterjemahkan oleh
Rer. Nat. Soedani Nurono Suwandi, disunting oleh Samhudi R.,
Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Wade,A. and Weller, P.J., 1994, handbook of Pharmaceutical Excipient, Edisi II,
The Parmaceutical Society of great Britain, Lambeth High
Street,London, SE17JN,England.
20
Wathoni, dkk, 2009. Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Rimpang Lengkuas
(Alpinia galangal L. Willd) dengan Menggunakam Basis Aquapec
505Hv. Skripsi Universitas Padjajaran, Jatinengon. Diambil
dari http://putaka.unpad.ac.id/wp
content/uploads/2012/06/formulasi antioksidan ekstrak rimpang
lengkuas.doc di akses pada tanggal 24 maret 2012
Zats, J.I., dan Gregory P.K., 1996, Gel in Liebermen, H.A., Rienger, M.M., Banker,
G.S., Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Vol 2, hlm
401-403, 413-414, Marcel
21