Disusun oleh :
Via Ariani
220110130029
Mamay Humaeroh
220110130058
Latifa Adlu
220110130063
Ranitya Hardian
220110130090
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi penyebab
kesakitan dan kematian no 2 di Eropa serta no 3 di Amerika Serikat. Setiap
tahunnya, 200 orang dari 100.000 orang di Eropa menderita stroke dan
menyebabkan kematian 275.000 300.000 orang di Amerika Serikat. Angka
kejadian stroke terus meningkat, jika tidak ada upaya penanggulangan stroke
yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksi
akan menigkat 2 kali lipat. Bahkan saat ini Indonesia merupakan salah satu
negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dan peringkat ke 4 di
dunia, setelah India, China, dan Amerika dan merupakan penyebab utama
disabilitas serius jangka panjang.
Sebanyak 85% stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25%
akibat small vessel disease (stroke lakunar), 25% akibat emboli dari jantung
(stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease. Riset
kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional sebesar
0.8%. Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai
15.9% pada kelompok umur 45-54 tahun dan meningkat menjadi 26.8% pada
kelompok umur 55-64 tahun. Stroke dikenal sebagai penyakit yang
menimbulkan disabilitas permanen yang menyebabkan penderita kurang
bahkan tidak produktif lagi. Hal ini terjadi akibat kerusakan permanen
jaringan otak yang tidak tergantikan (Yuniadi, 2010).
Penyebab stroke adalah pecahnya (ruptur) pembuluh darah di otak dan
atau terjadinya emboli dan trombosis. Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Faktor resiko stroke yang tidak dapat
diubah adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan riwayat stroke
sebelumnya (Pinzon, 2010). Sedangkan yang dapat diubah sangat penting
untuk dikenali, penanganan berbagai faktor resiko ini merupakan upaya untuk
mencegah stroke.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Mampu menjelaskan kembali definisi stroke.
1.2.2
1.2.3
1.2.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun kurang lebih 100
triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon. Serebrum
terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum, dan korteks serebri. Masingmasing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik
primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis
yang berperan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik
yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran, dan lobus oksipitalis untuk menerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
durameter yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari
bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperluas gerakan otot, serta mengubah tonus dan
kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Bagian-bagian
batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons, dan mensefalon
(otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks untuk jantung,
vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan
Nama Saraf
Sifat Saraf
Memberikan
saraf untuk dan
I
II
III
IV
Nervus olfaktorius
Nervus optikus
Nervus
Sensorik
fungsi
Hidung, sebagai alat
Sensorik
penciuman
Bola
mata,
Motorik
penglihatan
Penggerak bola mata
untuk
okulomotoris
dan
Nervus troklearis
kelopak mata
Mata, memutar mata
Motorik
mengangkat
Nervus trigeminus
N. Oftalmikus
Kulit
kepala
dan
Sensorik
N. Mandibularis
VI
Nervus abdusen
VII
Nervus fasialis
Motorik
lidah
Mata, penggoyang sisi
mata
Otot
lidah,
menggerakkan
lidah
dan
VIII
Nervus auditorius
IX
Nervus vagus
selaput
Sensorik
rongga mulut
Telinga, rangsangan
pendengaran
Faring, tonsil,
lidah,
Nervus vagus
XI
XII
Nervus asesorius
Nervus hipoglosus
dan
rangsangan
citarasa
Faring, laring, paru-
Motorik
Motorik
2.2 DEFINISI
Stroke adalah hilangnya sebagian fungsi otak yang terjadi secara
mendadak atau tiba-tiba akibat dari sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Tanpa oksigen dan nutrisi penting yang dialirkan bersama dengan darah, maka sel
otak akan rusak atau mati dalam beberapa menit.
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan
otak (brain attack yang merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas),
utamanya pada usia diatas 45 tahun.
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Stroke adalah defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan
berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD).
2.3 EPIDEMIOLOGI
lendir
b. Stroke emboli.
Stroke emboli terjadi apabila terdapat udara didalam arteri sehingga
mengahambat aliran darah ke area otak.
2. Pembuluh darah mengalami pecah atau
perdarahan
(stroke
hemoragik).
Stroke hemoragik terjadi apabila aliran darah mengalami pecah.
Perdarahan otak biasanya terjadi dari hasil kondisi yang dapat mempengaruhi
pembuluh darah, seperti tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol (hipertensi),
aneurisma.
Beberapa jenis stroke hemoragik, yaitu:
a. Perdarahan subarachnoid
Pembuluh darah diarea dekat permukaan otak dan tengkorak pecah.
Perdarahan ini menyebabkan arteri disekitarnya mengalami spasme dan
menurunkan tekanan darah ke otak dan menyebabkan stroke. Biasanya
disebabkan oleh pecahnya aneurisma. Perdarahan ini sering ditandai dengan
sakit kepala yang parah.
b. Perdarahan intraserebral.
Perdarahan ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak dan tumpahan
ke dalam jaringan otak dan sekitarnya sehingga sel-sel otak mengalami
kerusakan.
3. Gangguan sementara pada aliran darah ke area otak (Transient
Ischemic Attack)
Transient ischemic attack (TIA) yang biasa dikenal sebagai ministroke.
TIA ini terjadi apabila area otak mengalami penurunan sementara asupan darah
dan biasanya berlangsung kuarang dari lima menit. TIA tidak meninggalkan gejala
abadi karena penyumbatan ini bersifat sementara.
-
Faktor risiko stroke adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi lebih
rentan atau mudah terkena stroke, antara lain :
1
Usia
Jenis Kelamin
Pada pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1. Walaupun para
pria lebih rawan dari pada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para
wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hasilhasil penelitian menyatakan bahwa hormon berperan dalam hal ini, yang
melindungi para wanita sampai mereka melewati masa-masa melahirkan
anak. Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki risiko terkena stroke
iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% dari pada
wanita. Namun, wanita usia berapa pun memiliki risiko perdarahan
subaraknoid sekitar 50% lebih besar.
Riwayat Stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan
terjadinya serangan stroke kembali/ulang. Dalam waktu 5 tahun,
kemungkinan akan terjadi stroke kembali sebanyak 35-42%.
f. Stenosis karotis
g. Masalah gaya hidup
Masalah gaya hidup yang mempengaruhi, seperti : meminum alcohol,
merokok.
h. Obesitas.
Hubungan antara obesitas atau kegemukan terhadap stroke belum
diketahui secara jelas. Namun,
adalah jenis stroke yang paling mematikan dan merupakan sebagian kecil
dari stroke total yaitu 10-15% perdarahan intraserebrum dan sekitar 5%
untuk perdarahan subaraknoid. Stroke hemoragik merupakan 15% sampai
20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vascular intraserebrum
mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid
atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang
dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma
sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
a. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid.
Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging
veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus
di dalam dura mater atau karena robeknya araknoid.
b. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah keadaan akut dimana
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau
perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di
daerah kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak. PSA
menduduki 7-15% dari seluruh kasus Gangguan Peredaran Darah Otak
(GPDO). PSA paling banyak disebabkan oleh pecahnya aneurisma
(50%).
c. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer
berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan
disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula
interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan
10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama disebabkan oleh
hipertensi (50-68%).
Angka kematian untuk perdarahan intraserebrum hipertensif sangat tinggi,
mendekati 50%. Perdarahan yang terjadi diruang supratentorium (diatas tentorium
cerebeli) memiliki prognosis yang baik apabila volume darah sedikit. Namun,
perdarahan kedalam ruang infratentorium didaerah pons atau cerebellum memiliki
prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya timbul tekanan pada struktur
struktur vital dibatang otak.
pada
satu
anggota
badan
(gangguan
hemisensorik).
c. Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi,
d.
e.
f.
g.
5. Elektroensefalogram
(electroencephalogram-EEG).
Mengidentifikasi
8. Biokimia darah
9. Elektrolit
2.9 PENATALAKSANAAN
A Stroke Hemoragik
Tindakan medis pada stroke hemoragik ditujukan agar penderita tetap
hidup dengan harapan pendarahan dapat berhenti secara spontan. Sekali terjadi
pendarahan maka terapi medikanmentosa tidak dapat menghentikannya. Tindakan
medis yang
dilakukan pada penderita stroke hemoragik meliputi :
1
Tindakan Operatif
Pertimbangan untuk melakukan operasi biasanya bila perdarahan
berada di daerah superficial (lobar) hemisfer serebri atau perdarahan
sereberal. Penentuan waktu untuk operasi masih bersifat kontroversial.
Berdasarkan data mortalitas pasca operasi, disimpulkan bahwa waktu
untuk operasi adalah antara 7-9 pasca perdarahan. Tindakan operasi segera
setelah terjadi perdarahan merupakan tindakan berbahaya karena
terjadinya retraksi otak yang dalam keadaan membengkak. Sementara itu
tindakan operasi yang dini dapat menimbulkan komplikasi iskemi otak.
Tindakan Konservatif
a
2
-
TIK,
perawatan
klien
secara
umum,
dan
h
4
B Stroke Iskemik
(rtPA/
recombinant
tissue
plasminogen
activator) intravena
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk
mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut.
Jenis obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan reteplase, namun
yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja
memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen yang terikat. Efek
samping yang sering terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada
intrakranial atau saluran cerna; serta angioedema. pada fibrin.
Kriteria pasien yang dapat menggunakan obat ini berdasarkan
rentang waktu dari onset gejala stroke. Waktu memegang peranan penting
dalam penatalaksanaan stroke iskemik akut dengan fibrinolitik. Beberapa
penelitian yang ada menunjukkan bahwa rentang waktu terbaik untuk
dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dapat memberikan manfaat
perbaikan fungsional otak dan juga terhadap angka kematian adalah <3
jam dan rentang 3-4,5 jam setelah onset gejala. Pada pasien yang
menggunakan terapi ini usahakan untuk menghindari penggunaan bersama
Infus 0.9 mg/kg IV (maksimal dosis 90 mg) selama 60 menit, dengan 10%
dosis diberikan bolus selama 1 menit.
Hentikan infus rtPA apabila pasien mengeluhkan nyeri kepala yang berat,
hipertensi akut, mual, muntah atau terjadi perburukan pada pemeriksaan
neurologis
Follow up CT scan dan MRI scan 24 jam setelah terapi rtPA, tetapi
sebelum memulai terapi antikoagulan atau antiplatelet.
4. Obat neuroprotektif
Golongan obat ini seringkali digunakan dengan alasan untuk
menunda terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik
khususnya penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke
jaringan. Beberapa jenis obat yang sering digunakan seperti citicoline,
flunarizine, statin, atau pentoxifylline. Citicoline merupakan salah satu
obat yang menjadi kontroversi penggunaannya hingga saat ini untuk
pasien dengan stroke iskemik, dimana penggunaan obat ini diharapkan
dapat melindungi sel membran serta stabilisasi membran sehingga dapat
mengurangi luas daerah infark. Namun menurut beberapa penelitian
terbaru termasuk ICTUS trial menunjukkan bahwa penambahan citicoline
tidak memberikan manfaat dibandingkan dengan plasebo.
Penggunaan flunarizine juga tidak menunjukkan adanya manfaat
pada pasien stroke berdasarkan penelitian terdahulu dan belum ada data
penelitian terbaru terkait efektifitasnya pada stroke iskemik. Demikian
juga halnya dengan penggunaan golongan statin berdasarkan salah satu
kajian sistematis menunjukkan belum adanya bukti yang cukup kuat
terkait efektifitasnya pada stroke iskemik. Namun pada pasien yang sudah
menggunakan statin sebelumnya,statin sebaiknya tetap dilanjutkan dan
tidak ditunda penggunaannya. Salah satu penelitian pada pasien stroke
iskemik yang sudah menggunakan statin sebelumnya dan statin dihentikan
saat terjadi stroke iskemik akut selama 3 hari meningkatkan risiko
kematian 4,7 kali lebih tinggi dalam 3 bulan ke depan. Oleh sebab itu
pedoman terapi yang ada menyatakan bahwa statin dapat dilanjutkan
penggunaannya pada pasien stroke iskemik akut yang sudah menggunakan
statin sebelumnya.
Penggunaan
pentoxifylline
yang
tergolong
methylxanthine
memilih
terapi
obat
secara
tepat
dan
cepat
dengan
tunggal [RR], 0.89 [95% CI, 0.78 to 1.01], klopidogrel tunggal (RR, 1.01
[CI, 0.93 to 1.08]), demikian juga dengan risiko pendarahan intrakranial
yang tak berbeda bermakna namun lebih tinggi pada kombinasi aspirin dan
klopidogrel (RR,1.46 [CI, 1.17 to 1.82].
Dengan demikian penggunaan antiplatelet tunggal efektif dengan
risiko perdarahan yang lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi pada
pasien dengan stroke iskemik. Oleh karena itu pada pedoman terapi stroke
iskemik oleh American Heart Association/American Stroke Association
tahun 2013 tidak direkomendasikan kombinasi antiplatelet karena masih
belum kuatnya bukti dan masih merekomendasikan penggunaan
antiplatelet tunggal dengan aspirin.
2.10 KOMPLIKASI
Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan
lainnya atau komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat
membahayakan nyawa si penderita. Tiga diantara komplikasi-komplikasi yang
umumnya muncul adalah:
a. Trombosis vena dalam atau penggumpalan darah pada kaki
Lima persen orang-orang akan mengalami penggumpalan darah di
kaki mereka setelah terserang stroke. Kondisi tersebut dikenal sebagai
trombosis vena dalam. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang-orang yang
tidak mampu lagi menggerakkan kaki mereka secara normal. Dengan
terhentinya gerakan otot kaki, maka aliran di dalam pembuluh darah kaki
menjadi lebih pelan dan tekanan darah akan meningkat. Hal ini
meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan darah.Gejala-gejala
trombosis vena dalam pada kaki antara lain: Rasa sakit, pembengkakan,
kaki terasa sakit saat ditekan, kulit kaki tampak berwarna kemerahan, kulit
kaki terasa hangat
Jika mengalami trombosis vena dalam, maka membutuhkan
penanganan yang cepat karena pembekuan tersebut kemungkinan dapat
2.11 PENCEGAHAN
Cara terbaik mencegah stroke adalah dengan berolahraga secara teratur,
makan makanan bergizi dan sehat, tidak mengonsumsi minuman keras secara
berlebihan, dan tidak merokok.
a. Mencegah stroke melalui pola makan
Makanan yang buruk adalah penyebab utama seseorang terserang stroke.
Makanan yang mengandung lemak jenuh dan garam tinggi harus dihindari.
Makanan-makanan tersebut bisa menyebabkan terjadinya penimbunan kolesterol
di dalam arteri, obesitas, diabetes, dan darah tinggi yang semuanya merupakan
pemicu stroke. Konsumsi garam yang baik adalah sebanyak 6 gram atau satu
sendok teh perhari.
Makanan yang disarankan bagi kesehatan adalah makanan yang kaya akan
lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh makanan tersebut bisa
Anda peroleh pada sayur, buah, gandum, dan daging rendah lemak seperti dada
ayam.
Berikut ini adalah daftar makanan yang sebaiknya Anda waspadai karena
mengandung lemak jenuh yang tinggi:
jantung saat beristirahat untuk menunggu kontraksi atau detak jantung berikutnya
dan ini dikenal sebagai tekanan diastolik.
Aktivitas aerobik seperti bersepeda dan jalan cepat selama dua setengah
jam tiap minggu sangat disarankan. Namun bagi mereka yang baru sembuh dari
stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai
kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya mustahil dilakukan di beberapa
minggu atau bulan pertama setelah stroke, namun Anda sudah bisa mulai berolah
raga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan.
c. Berhentilah merokok
Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika Anda merokok karena rokok
dapat mempersempit arteri dan membuat darah cenderung menggumpal. Dengan
Anda tidak merokok, maka kesehatan Anda dapat meningkat serta terhindar dari
masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
d. Hindari konsumsi minuman keras
Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika minuman keras
dikonsumsi secara berlebihan, maka Anda rentan terhadap berbagai penyakit
pemicu stroke seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyumbatan pembuluh
arteri. Konsumsi minuman keras berlebihan juga dapat membuat detak jantung
menjadi tidak teratur.
2.12 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1 Identitas klien
Umur
Jenis kelamin
Suku Bangsa
ditingkat asia suku bangsa jepang dan china merupakan suku bangsa
2
Paliative
B. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
4:
spontan
3:
membuka
dengan 4:
perintah
2:
membuka
dapat
Motorik (M)
6: normal
nyeri
mengarah
pada
rangsan nyeri
(tidal nyambung)
1:
menghindar
2: apabila diberi rangsang 3: apabila diberi rangsang
tidak responsive
nyeri
gerakan
tubuh
nyeri
responsive
1tidak responsive
motorik.
Fungsi intelektual, biasanya mengalami penurunan ingatan dan
memori serta sulit mengenal perbedaan dan persamaan yang tidak
begitu nyata akibat brain damage pada kasus stroke tahap lanjut.
Kemampuan bahasa, tergantung pada daerah lesi. Lesi pada area
wernicke didapatkan
disfasia
reseptif
(klien
tidak
dapat
hemipelgia kiri).
Saraf III, IV, dan VI, penurunan kemampuan konjugat unilateral
sehat.
6 Saraf VIII, tidak mengalami gangguan.
7 Saraf IX dan X, kesulitan menelan dan membuka mulut.
8 Saraf XI, tidak mengalami gangguan.
9 Saraf XII, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi.
d Pengkajian Motorik
1 Inspeksi umum, biasanya terdapat hemiplegia (kelumpuhan pada
2
3
4
satu sisi).
Terdapat fasikulasi di otot-otot ekstermitas.
Tonus otot meningkat.
Kekuatan otot pada sisi yang sakit biasanya 0.
5
e
5
akibat
konfusi,
kandung
kemih.
Inkontinensia
yang
berlanjut
C. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial ditandai dengan hipertensi sistolik, muntah proyektil,
2
fisik
berhubungan
dengan
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
perfusi- Tujuan
jaringan
berhubungan
dengan
peningkatan
akan
Tujuan
Intervensi
Rasional
: Klien 1. Kolaborasi
memerlihatkan
pemberian
sesuai
1. Terapi
obat
anjuran
yang
permeabilitas
diberikan
kapiler,
dengan
tujuan
menurunkan
menurunkan
edema
serebri,
tekanan
intrakranial adekuat.
dokter,
seperti
- Kriteria hasil
:
ditandai
dengan
steroid, aminofel,
Tingkat
kesadaran
hipertensi
sistolik,
antibiotik.
membaik, tanda-tanda 2. Pertahankan
muntah
proyektil,
2. Aktivitas/ stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan
vital stabil tidak ada
keadaan
tirah
bradikardi dan nyeri
Tekanan Intra Kranial (TIK).
tanda-tanda
baring.
kepala.
3. Letakkan
kepala
peningkatan tekanan
3. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase
dengan posisi agak
intrakranial.
dan meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.
ditinggikkan
dan
dalam
posisi
anatomis (netral).
4. Anjurkan
klien 4. Batuk
untuk menghindari
batuk dan mengejan
dan
mengejan
dapat
meningkatkan
tekanan
berlebihan.
5. Berikan penjelasan
pada
keluarga
tentang
sebab
peningkatan
TIK
dan akibatnya.
2.
berhubungan
dengan
akumulasi
sekret,
kemampuan
meningkatkan
dan
mempertahankan
1. Pengisapan
tidak
dilakukan
terus-menerus
untuk
pengisapan lendir
jika
diperlukan,
keefektifan
jalan
batasi
durasi
batuk
menurun,
napas
tetap
pengisapan dengan
penurunan
mobilitas
fisik
agar
sekunder,
perubahan
kesadaran.
dan aspirasi.
- Kriteria hasil : Bunyi
tingkat
napas
terdengar
bersih,
frekuensi
napas 16-20x/menit.
Gunakan
kateter
pengisap
yang
sesuai,
sairan
fisiologis
steril.
Berikan
oksigen
100%
sebelum
dilakukan
pengisapan dengan
ambubag.
2. Ajarkan
klien
batuk
efektif
selama
masa
pengisapan.
3. Kolaborasi
pemberian
obat-
obatan
bronkodilator
sesuai
indikasi,
seperti
aminophilin, metaproteronol
sulfat
(alupent).
4. Lakukan
fisioterapi
sesuai
indikasi,
seperti
postural
drainase,
sekret.
perkusi/penepukan
3.
Gangguan
fisik
mobilitas- Tujuan
berhubungan
dengan
dapat
.
: Klien 1. Mulailah
melakukan
melakukan latihan
secara
aktivitas
hemiparese/hemiplegia
,
kelemahan
muscular
ekstermitas.
minimum.
dan pasif pada
- Kriteria hasil : Klien
neuro
semua ekstremitas.
dapat
2. Konsultasikan
pada
2. Program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
mempertahankan
dengan
ahli
kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut
posisi yang optimal,
fisioterapi secara
dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
meningkatkan
aktif,
latihan
kekuatan dan fungsi
bagian
tubuh
yang
terkena,
mendemonstrasikan
perilaku
memungkinkan
aktivitas.
yang
resistif,
dan
ambulasi pasien.
3. Letakan
sendisendi pada posisi
funsional:
siku
sedikit
fleksi,
pergelangan
tangan
handroll.
ekstensi,
Lengan
ditinggikan.
4. Alih posisi setiap 2
jam
d
e
f
g
h
BAB III
SIMPULAN
Stroke tau CVA (Cerebral Vaskular Accident) merupakan gangguan dalam sirkulasi intraserebral yang berkaitan dengan vascular
insufficiency, trombosis, emboli atau perdarahan. Beberapa faktor risiko stroke, antaralain riwayat hipertensi, diabetes melitus, obesitas,
kontrasepsi oral, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alkohol, usia, budaya dan ras. Hipertensi, diabetes melitus, obesitas, kontrasepsi
oral, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alkohol, usia, budaya dan ras akan menibulkan penumpukan lemak dalam darah yang dapat
mengakibatkan trombus. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang mengakibatkan edema dan kongesti pada otak, akibatnya
perfusi otak terganggu dan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menimbulkan nyeri, kerusakan mobilitas fisik,
kerusakan komunikasi, gangguan presepsi sensori, anoreksia, obstruksi jalan napas, dan kegagalan menggerakan anggota tubuh.
Keluhan utama yang sering muncul pada klien dengan stroke adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi dan penurunan kesadaran. Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan stroke adalah gangguan
perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan hpertensi sitolik, nyeri kepala, bradikardi, dan
muntah proyektil. Intervensi yang diberikan pada masalah tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan mempertahankan
perfusi yang adekuat, dengan kriteria hasil tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda vital stabil tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Intervensi yang diberikan, antara lain kolaborasi pemberian obat, terapi yang diberikan dengan tujuan menurunkan
permeabilitas kapiler, menurunkan edema serebri, menurunkan metabolik sel dan kejang. Pertahankan keadaan tirah baring untuk
mengurangi tekanan intra kranial dan berikan penjelasan pada keluarga teantang sebab peningkatan TIK dan akibatnya, agar keluarga lebih
berpartisipasi dalam proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
L, ralph, dkk. Stroke Risk Factors. http://stroke.ahajournals.org/content/28/7/1507.full diakses Rabu, 30 September 2015. Pukul 16.57.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
diakses
Jauch,
M.
M.
(2015,
July
30).
ischemic
stroke.
Retrieved
oktober
http://emedicine.medscape.com/article/1916852-overview#a6
Gendo, D. U. (2006). Integrasi Kedokeran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina. Yogyakarta: Kanisius.
Ginsberg, L. (2008). lecture notes Neurologi edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
2,
2015,
from
medscape:
2.4 PATOFISIOLOGI
Trombus
penyempitan pemb.
darah
Aliran darah lambat
aterosclerosis
trombus serebral
Stroke
menggumpal
Iskemi k
emboli
edema sel
injuri parenkim serebral
Stroke
Hemora
gik
eritrosit
nekrosis
Herniasi
pe permeabilitas kapiler
endotil rusak
cairan plasma
hilang
edema cerebral
Gg perfusi
jaringan
Peningkata
n TIK
Gg rasa nyaman
nyeri
a vertebrobasilaris
art cerebri
media
kerusakan neurologis
(optikus)
kerusakan neuro
disfungsi N XI
Disfungsi N XI
serebrospinal
defisit N I (olfaktoris)
(assesoris)
N VII (fasialis)
N II (optikus)
penurunan fungsi N X
(vagus), N IX
(glosofaringeus)
disfungsi N II
(assesoris)
penurunan aliran
N IV (troklearis)
Anggota gerak
tidak
N XII (hipoglosus)
motorik anggota
N XII (hipoglossus)
muskuloskeletal
kontrol otot
kelemahan anggota
menangkap
perub ketajaman
fasial/oral lemah
gerak
darah ke retina
penurunan fungsi
proses menelan
efektif
kemampuan retina
sensori, penghidu
refluks
skeletal
penglihatan, pengecap
gerak, muskulo
untuk
Kerusakan
mobilitas
ketidakmampuan
kegagalan mengge
ketidakmampuan
berbicara, menyebut
menghidu,
kata-kata
melihat, mengecap
disfagia
Gg
perubahan
persepsi
kebutaan
rakkan anggota
anoreksia
obstruksi jalan
nafas
Kerusakan
Defisit
komunikasi
perawatan
verbal
diri
tersedak
Gg
kebutuhan
nutrisi
kurang dari
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
Risiko
cedera
tubuh