Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA

OLEH :

ROSMAYANA

14420201028

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG.XI FAKULTAS KESEHATAN

MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016) .
Eklamsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-
tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa
nifas yang menunjukan gejala preeklamsia sebelumnya.
Prevalensi preeklamsia dan eklamsia beragam diseluruh dunia. Secara
global preeklamsia berat dan eklamsia merupakan salah satu 2 penyebab
kematian ibu di dunia. Berdasarkan data UNICEF (2015)
Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias hipertensi,
proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.
Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).
Sampai saat ini terjadinya preeklamsia belum diketahui penyebabnya.
Tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklamsia dapat terjadi pada kelompok
tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam
diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya
peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk
menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan,
riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimkasud dengan preeklamsia dan eklamsia
2. Untuk mengetahui penyebab pada preeklamsia dan eklamsia
3. Untuk mengetahui diagnose dan intervensi yang diberikan pada
preeklamsia dan eklamsia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS
1. DEFENISI
a. Preeklamsia
Preeklamsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai
dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016) .
Preeklamsia merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan
yang menyebabkan sakit berat, kecacatan jangka panjang, serta
kematian pada ibu, jani dan neonates. Kehamilan yang disertai
preeklamsia tergolong kehamilan yang beresiko tinggi (Trisiana,
2016).
Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas
(Sofian, 2015).
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2
golongan yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
1) Preeklamsia ringan Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
yang diukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan
diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg
atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya dengan
selang waktu 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, serta
wajah, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+
atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2) Preeklamsia berat Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih,
proteinuria 5 gr atau lebih per liter, Oliguria, adalah jumlah urin
kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral,
gangguan visus, serta rasa nyeri di epigastrium. Dan terdapat
edema paru dan sianosis.

b. Eklamsia
Eklamsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan
kejang tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil,
persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklamsia
sebelumnya.
Eklamsia adalah suatu serangan kejang pada wanita hamil
yang merupakan komplikasi dari preeklampsia. Ibu hamil dengan
pre-eklampsia atau mengalami hipertensi berat dalam kehamilan
berisiko muncul eklampsia yang ditandai dengan kejang dan
kemudian diikuti penurunan kesadaran atau koma. Eklampsia jarang
terjadi, tetapi apabila muncul harus segera ditangani karena
mengancam nyawa ibu dan janin dalam kandungan.

Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada


ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias
hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan-kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).

2. ETIOLOGI
Sampai saat ini terjadinya preeklamsia belum diketahui
penyebabnya.
Tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklamsia dapat terjadi pada
kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor
penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga
lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan
menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena
kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat
preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, tetapi Pada umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola).
Faktor – faktor lain yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi
timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut (sutrimah, 2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan
sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan
dan kekuatan 8 seseorang akan lebih matang dalam proses berfikir.
Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal
usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita dengan
usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklamsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke
20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia
kehamilan 20 minggu, masih dikategorikan dalam hipertensi kronik.
Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu
dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya
preeklamsia.
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih
dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:
1) Primigravida
seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama kalinya.
2) Multipara
seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
3) Grande Multipara
wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.
d. Riwayat Hipertensi
Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor
utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia
sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat,
preeklamsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk (Lalenoh,
2018).

3. PATOFISIOLOGI
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteiola glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriola dalam tubuh mengalami 10 spasme, maka tekanan
darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).
Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015
4. PATHWAY

Peredaran darah dinding rahim berkurang (ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplacenta)

Pre eklamsia - eklamsia

Kejang vasokontriksi ginjal penurunan plasma dalam


sirkulasi

Lidah berbuih peningkatan rennin peningkatan hematokrit


angiotensin dan aldesteron

Ketidakefektifan Oedema Penurunan perfusi ke organ


bersihan jalan nafas dan ke utero plasenta

Kelebihan Volume Cairan Gangguan pertumbuhan plasenta

Resiko cedera Resiko tinggi


pada janin terjadinya foetal distre
5. MANIFESTASI KLINIK
Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.
Pada Pre eklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia timbul. Hipertensi
yang berbahaya dapat menyebabkan perdarahan serebrovaskular,
enselofati hipertensif dan dapat memicu kejang eklamptik pada
perempuaan dengan preeklamsia. (Nova Muhani 2015).
Hal ini juga di tunjang dengan teori (Andalas et al 2017) eklamsia
adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda – tanda
preeklamsia, preeklamsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang
terdiri dari hipertensi ( tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersama dengan
proteinurinariamasif yang terdiri pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu, kejang pada eklamsia terdiri dari beberapa fase. Fase pertama
terjadi adanya twitching pada wajah pada 20 detik pertama diikuti pada
fase kedua timbulnya sentakan tonik – klonik pada badan dan ekstremitas
pasien diikuti dengan fase penurunan kesadaran saat setelah kejang
pasien dapat menjadi agitasi serta terjadi hiperventilasi.

6. KOMPLIKASI
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan
jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan
kematian (Natiqotul, 2016).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Amin (2016),
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah Penurunan
hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%), hemaktrokit meningkat ( nilai
rujukan 37- 43 vol%), trombosit menurun ( nilai rujukan 150-
450 ribu/ mm3).
2) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine
3) Pemeriksaan fungsi hati Bilirubin meningkat ( N = < 1 mg/dl),
aspartat aminomtrasferase (AST) > 60 ul, serum Glutamat
pirufat trasaminase (SGPT) meningkat ( N= 15-45 u/ml), serum
glutamate oxaloacetix trasaminase ( SGOT) meningkat ( N = <
31 u/l), total Protein serum menurun ( N = 6,7- 8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah Asam urat meningkat ( N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
b. Radiologi
1) Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra
uterus, pernafasn intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan
volume cairan ketuban sedikit
2) Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin bayi lemah

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan Menurut Amin (2016)
a. Preeklamsia Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah
terjadinya eklamsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor
APGAR baik, dan mencegah mortalitas maternal dan parietal
1) Preeklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam
penganan preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada
sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran
darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah
menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.
Selain itu dengan istirahat di tempat tidur menurunkan tekanan
darah. Apabila preeklamsia tersebut tidak membaik dengan
penanggan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus
diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
2) Preeklamsia berat
Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative
kuat untuk mencegah timbulnya kejang.
Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah diatasi , tindakan
terbaik adalah menghentikan kehamilan sebagai pengobatan
mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium
sulfat ( MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan
MgSo4 40% sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer laktat (RL)
atau sekitar 14 tetes/ menit. Tambahan magnesium sulfat hanya
dapat diberikan jika dieresis pasien baik, reflex patella positif
dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/ menit. Obat ini
memiliki efek menenangkan, munurunkan tekanan darah dan
meningkatkan dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan
preeklamsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50
mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara
intramuscular.
b. Eklamsia
Tujuan utama penangan eklmasia adalah menstabilisasi fungsi vital
penderita dengan terapi suportif Airwy, Breathing, Circulasion
(ABC), mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah
khususnya jika terjadi krisis hipertensi sehingga penderita mampu
melahirkan janin dengan selamat pada kondisi optimal. Pengendalian
kejang dapat diterapikan dengan pemberian magnesium sulfat pada
dosis muatan ( loding dose) 4-6 gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam
100 ml infuse rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek
terapeutik 4,8-8,4 mg/dl sehingga kadar magnesium serum dapat
dipertahankan dari efek toksik.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pre eklamsia
Data Subjekcif :
a. Identitas umum ibu
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit hipertensi sebelum hamil
- Riwayat preeklampsia pada kehamilan terdahulu
- Ibu dengan obesitas → menimbulkan tekanan lebih besar di
dalam janin
- Riwayat penyakit DM,ginjal kronis
- Kehamilan ≥ di usia lebih dari 35 tahun meningkatkan resiko
eklampsia
- Kehamilan usia < 20 tahun juga meningkatkan resiko
- Kurang gizi
- Riwayat keluarga → Riwayat genetik dari keluarga
2) Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan sakit kepala di daerah frontal
- Nyeri nyeri epigastrium
- Gangguan virus, penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia
- Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
- Gangguan cerebral lainnya, refleks tinggi/ lemah
- Edema pada ekstremitas
- Tengkuk terasa berat
- Kenaikan BB mencapai 1 kg seminggu
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
dalam keluarga.
4) Riwayat kehamilan
Gemelli , riwayat hamilan dgn PE / eklampsia
5) Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikomsumsi
6) Psiko social dan spiritual
Emosi tidak stabil → kecemasan

Data Objectif
a. Inspeksi
edema yang tidak hilang dalam 24 jam
b. Palpasi
TFU, letak janin, lokasi edema.
c. Auskultasi
Mendengarkan DJJ.
d. Perkusi
refleks patella → syarat pemberian SM (jika refleks +)
e. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan penghapusan darah.
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%). Trombosit
menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
2) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan fungsi hati Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).
LDH (laktat dehidrogenase) meningkat. Aspartat
amonomtransferase (AST) > 60 ul. Serum glutamat pirufat
transminase (SGPT) meningkat (N = 15-45 u/ml). Serum
glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N = 6,7-
8,7 mg/dl). Total protein serum menurun (N = 2,4-2,7 mg/dl).
f. Radiologi
1) Ultrasonografi Ditemukannya retardasi perumbuhan janin
intrauterus. Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi Diketahui denyut jantung bayi lemah.

Eklamsia
Data Subjektif
Umur sering terjadi pada primi gravida, < 20 tahun atau > 35 tahun
a) Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan ibu sekarang
terjadi peningkatanTD, oedema, pusing
2) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
penyakit ginjal, hipertensi kronik, DM.
3) Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion, riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
4) Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikonsumsi (pokok /selingan).
5) Psiko sosial spiritual
Emosi yang tidak stabil → kecemasan
Data Objektif :
1) Inspeksi
Edema yang tidak hilang dalam waktu 24 jam
2) Palpasi
Mengetahui TFU , letak janin, lokasi edema.
3) Auskultasi
Mendengarkan DJJ .
4) Perkusi
Refleks patella.
5) Pemeriksaan penunjang
Tanda – tanda vital
6) Laboratorium
protein urin (meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1hingga +2 ),
hematokrit menurun, Bj urine menurun, serum kreatini menurun.
7) Berat badan
Meningkat ≥ 1 kg/minggu.
8) Tingkat kesadaran
Menurun GCS → tanda adanya kelainan pada otak.
9) USG : NST

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre eklamsia
a. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak output sekunder
terhadap vasopasme pembuluh darah
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin b.d
perubahan pada plasenta
c. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu b.d penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
d. Kelebihan Volume Cairan b/d Peningkatan Retensi Urine Dan
edema Berkaitan Dengan Hipertensi Pada Kehamilan
e. Gangguan psikologis ( cemas ) b.d koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan.
f. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d HCL meningkat peristaltic turun
g. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir.

Eklamsia
a. Ketidak efektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang.
b. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi
urine dan edema.
c. Resiko cedera pada janin b.d tidak adekuatnya perfusi
darah ke placenta.
d. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
b.d perubahan pada plasenta.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre eklamsia
a. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak output sekunder
terhadap vasopasme pembuluh darah
1) Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat dan Tercapai secara
optimal.
2) Criteria hasil :
- Systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
- Menunjukkan fungsi sesori motori kranial yang utuh
- Tingkat kesadaran membaik, tidak adagerakan involunter
3) Intervensi
a) Monitor perubahan tiba-tiba atau gg mental kontinu (cemas
bingung, letargi, pingsan )
Rasional : Deteksi dini penurunan suplay O2 ke otak
b) Obsevasi adanya pucat, sianosis, perfusi dingin/ lembab,
catat kekuatan nadi perifer
Rasional : Deteksi penurunan sirkulasi ke perifer
c) Pantau tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi
dorsofleksi ) eritema, edema
Rasional : Mengetahui adanya tanda trombosis
d) Anjurkan latihan kaki aktif / pasif
Rasional : Guna melancarkan sirkulasi
e) Pantau pernafasan
Rasional : Mengetahui adanya hypoxia
f) Pantau fungsi GIT, catat anoreksia, pe↓bising usus, muntah/
mual,distensi abdomen,kontipasi
Rasional : Mengetahui perubahan fungsi GIT
g) Pantau masukan dan perubahan keluaran
Rasional : Deteksi pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin b.d
perubahan pada plasenta
1) Tujuan : Tidak terjadi foetal distress pada janin
2) Criteria hasil :
- DJJ (Denyut Jantung Janin)
- NST (Nonstress test)
- USG (Yltrasonografi)
3) Intervensi
a) Monitor DJJ sesuai indikasi
Rasional : meningkatnya DJJ → indikasi hipoxia, prematur
dan solusio plasenta
b) Observasi tentang pertumbuhan janin
Rasional : menurunnya fungsi plasenta → diakibatkan HT
→ IUGR (intrauterine growth restriction)
c) Jelaskan adanya tanda-tanda solution plasenta (nyeri perut,
perdarahan,Uterus tegang, aktifitas janin turun)
Rasional : Ibu mengetahui tanda gejala solutio plasenta
dan dampak hipoxia bagi janin
d) Monitor respon janin pada ibu yg diberi SM
Rasional : Anti HT menurunkan TD dan SM
→ mencegah kejang
e) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan
NST
Rasional : USG dan NST → deteksi keadaan/
kesejahteraan janin

c. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu b.d penurunan fungsi


organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
1) Tujuan : Tidak terjadi kejang pada ibu
2) Criteria hasil :
- Kesadaran Compos Mentis
- TD : 100-120/70-80 mmHg
S : 36-37Co
N : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt.
3) Intervensi
a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional : Diastole > 110 mmHg dan Sistole
≥160 indikasi dari PIH
b) Monitor tingkat kesadaran Klien
Rasional : Penurunan kesadaran  indikasi penurunan
aliran darah otak
c) Monitor tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi & respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria)
Rasional : Manifestasi perubahan pada otak, ginjal, jantung
& paru yang mendahului status kejang
d) Monitor tanda-tanda persalinan (kontraksi uterus)
Rasional : Kejang meningkat kepekaan uterus
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti
hipertensi dan SM
Rasional : Anti hipertensi menurun TD dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang

Eklamsia
a. Ketidak efektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang.
1) Tujuan
Bersihan jalan nafas Optimal.
2) Kriteria
Pasien dapat mempertahankan pola pernafasan efektif dengan
jalan nafas paten atau aspirasi dicegah.
3) Intervensi
a) Kosongkan mulut pasien dari benda atau zat tertentu atau
alat yang lain untu menghindari rahang mengatup jika
kejang terjadi.
Rasional : menurunkan risiko aspirasi atau masuknya
sesuatu benda asing ke faring
b) Atur posisi klien miring, permukaan datar, miringkan
kepala selama serangan kejang
Rasional : meningkatkan aliran secret, mencegah
lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
c) Renggangkan pakian didaerah leher, dada, dan abdomen.
Rasional : untuk memfasilitasi usaha bernafas atau
ekspansi dada
d) Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Rasional : menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia
e) Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai
kebutuhan
Rasional : dapat menurunkan hipoksia cerebral

b. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi


urine dan edema.
1) Tujuan :
Volume cairan normal
2) Criteria hasil :
Volume cairan sesuai kebutuhan, edema minimal
3) Intervensi
a) Observasi berat badan pasien
Rasional : Untuk menentukan intervensi lebih lanjut.
b) Pantau intake caira
Rasional : Membantu mengidentifikasi kebutuhan.
c) Observasi hasil lab protein urine
Rasional : Meminimalkan komplikasi.
d) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional : Agar tidak kesalahan dalam pemberian obat.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai denganintervensi keperawatan
yang telah direncanakan

5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimanaperawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu
dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, N. (2016). Hubungan Riwayat penyakit dengan kejadian Preeklamsia


pada ibu hamil, 4.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto


Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tata Laksana
Preeklampsia. 2016.

Kurniasari D, Arifandini F. Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada


Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014. J Kesehatan
Holistik. 2015

Anggraeni Yenika, Efektivitas Metode Inhalasi Aromaterapi (Campuran Minyak


Esensial Lavender Dan Nerol) Untuk Menurungkan Hipertensi Dalam Kehamilan.
Global Health Science, vol. 2 Issue 2, Juni 2017.

Dyah, dkk. 2016. Hubungan Antara Status Gizi dan Kecemasan Ibu hamil dengan
Kejadian Preeklmasia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Geyer I Kabupaten
Grobogan. Jurnal Kesehatan vol.4 No.3 Mei 2016

UNICEF. Low Birth Weight. Diakses dari http.//www.childinfo.org pada tanggal


04 januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai