FAKULTAS KESHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSSAR 2022 BAB I PENDAHULUAN I. KonsepTeori A. Definisi Cedera kepala adalah cedera kepala terbuka dan tertutup yang terjadi karena, fraktur tengkorak, kombusiogegar serebri, kontusio memar, leserasi dan perdarahan serebral subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral, batangotak. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalulintas. Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Baughman 2016). Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebab kangangguan fisik dan mental yang kompleks. Gangguan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara maupun menetap, seperti deficit kognitif, psikis, intelektual, serta gangguan fungsi fisiologis lainnya.Hal ini disebabkan oleh karena trauma kepala dapat mengenai berbaga ikompnen kepala mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk tengkorak dan otak (Soertidewi, 2016). Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsifisik. Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak (Narayan, 2017) B. Etiologi Penyebab cedera kepala antara lain (Rosjidi, 2017): 1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. 2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan. 3. Cedera akibat kekerasan. 4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak. 5. Kerusakan menyebarkan rena kekuatan benturan, biasanya lebih beratsifatnya. 6. Benda tajam, kerusakan terjadihanya terbatas pada daerah dimana dapat merobekotak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam. C. Manifestasi klinik Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak. 1. Cedera kepala ringan (Sylvia A. Price, 2015) a. Kebingungan saat kejadian dan kebingungan terus menetap setelah cedera. b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas. c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otaka kibat trauma ringan. 2. Cedera kepala sedang a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan koma. b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit neurologik, perubahan tanda-tanda vital (TTV), gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan 3. Cedera kepala berat a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran b. Pupil tidak actual, pemeriksaan motorik tidak actual, adanya cedera terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologic c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanyamenunjukkan fraktur d. Fraktur pada kubah cranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut D. Patofisiologi Proses patofisiologi cedera otak dibagi menjadi dua yang didasarkan pada asumsi bahwa kerusakan otak pada awalnya disebabkan oleh kekuatan fisik yang lalu diikuti proses patologis yang terjadi segera dan sebagian besar bersifat permanen. Dari tahapan itu, (Narayan 2017) membagi cedera kepala menjadi dua : 1. Cedera otak primer Cedera otak primer (COP) adalah cedera yang terjadi sebagai akibat langsung dari efek mekanik dari luar pada otak yang menimbulkan kontusio dan laserasi parenkim otak dan kerusakan akson pada substantia alba hemisperotak hingga batang otak. 2. Cedera otak sekunder Cedera otak sekunder (COS) yaitu cederaotak yang terjadi akibat proses metabolisme dan homeostatis ion selotak, hemodinamik aintrakranial dan kompartement cairan serebros spinal (CSS) yang dimulai segera setelah trauma tetapi tidak tampak secara klinis segera setelah trauma. Cedera otak sekunder ini disebabkan oleh banyak factor antara lain kerusakan sawar darah otak, gangguan aliran darah otak, gangguan metabolisme dan homeostatis ion selotak, gangguan hormonal, pengeluaran neurotrans mitter dan reactive oxygen species, infeksi dan asidosis. Kelainan utama ini meliputi perdarahan intrakranial, edema otak, peningkatan tekanan intrakranial dan kerusakan otak. Cedera kepala menyebabkan sebagian sel yang terkena benturan mati atau rusak irreversible, proses ini disebut proses primer dan sel otak disekelilingnya akan mengalami gangguan fungsional tetapi belum mati dan bila keadaan menguntungkan selakan sembuh dalam beberapa menit, jam atauhari. Proses selanjutnya disebut proses patologi sekunder. Secara garis besar cedera kepala sekunder pasca trauma diakibatkan oleh beberapa proses dan factor dibawah ini : a. Lesi massa, pergeseran garis tengah dan herniasi yang terdiridari : perdarahan intracranial dan edema serebral b. Iskemik cerebri yang diakibatkan oleh : penurunan tekanan perfusi serebral, hipotensi arterial, hipertensi intracranial, hiperpireksia dan infeksi, hipokalsemia/anemia dan hipotensi, vasospa smeserebri dan kejang Proses inflames terjadi segera setelah trauma yang ditandai dengan aktifasisub stansi mediator yang menyebabkan dilatasi pembuluhdarah, penurunan alirandarah, dan permeabilitas kapiler yang meningkat. Hal ini menyebabkan akumulasi cairan (edema) dan leukosit pada daerah trauma. Selterbanyak yang berperan dalam respon inflamasi adalah sel fagosit, terutama selleukosit Polymorphonuclear (PMN), yang terakumulasidalam 30 - 60 menit yang memfagosit jaringan mati. Bila penyebab respon inflamasi berlangsung melebihi waktu ini, antara waktu 5-6 jam akanterjadiinfiltrasiselleukositmononuklear, makrofag, dan limfosit. Makrofaginimembantuaktivitassel polymorphonuclear (PMN) dalam proses fagositosis (Sibuea, 2016). Inflamasi, yang merupakanrespondasarterhadap trauma sangatberperandalamterjadinyacederasekunder. Pada tahapawal proses inflamasi, akanterjadiperlekatannetrofil pada endoteliumdenganbeberapamolekulperekat Intra Cellular Adhesion Molecules-1 (ICAM-1). Proses perlekataninimempunyaikecenderunganmerusak/merugikankarename ngurangialirandalammikrosirkulasi. Selainitu, netrofil juga melepaskansenyawatoksik (radikalbebas), atau mediator lainnya (prostaglandin, leukotrin) di mana senyawa- senyawainiakanmemacuterjadinyacederalebihlanjut. Makrofagjuga mempunyaiperananpentingsebagaiselradangpredominan pada cederaotak (Baughman, 2016). E. Pathway F. PemeriksaanPenunjang Pemeriksaanpenujang yang dapatdilakukan pada pasiendengancederakepalaadalah : 1. Pemeriksaanneurologis Pada pasien yang sadardapatdilakukanpemeriksaanneurologislengkap. Pada pasien yang beradadalamkeadaankomahanyadapatdilakukanpemeriksaanobjektif. Bentukpemeriksaan yang dilakukanadalahtandaperangsanganmeningen, yang berupateskakukuduk yang hanyabolehdilakukanbilakolumnavertebralisservikalis (ruastulangleher) normal. Tesinitidakbolehdilakukanbilaada fraktur ataudislokasiservikalis. Selainitudilakukanperangsanganterhadapselsarafmotorik dan sensorik (nervus kranialis). Saraf yang diperiksayaitusaraf 1 sampaisaraf 12 yaitu: nervus I (olfaktoris), nervus II (optikus), nervus III (okulomotoris), nervus IV (troklealis), nervus V (trigeminus), nervus VI (abdusens), nervus VII (fasialis), nervus VIII (oktavus), nervus IX (glosofaringeus), nervus X (vagus), nervus XI (spinalis), nervus XII (hipoglous), nervus spinalis (pada ototlidah), dan nervus hipoglosus (pada ototbelikat) berfungsisebagaisarafsensorik dan motorik. 2. Pemeriksaanradiologis a. Foto Rontgen Polos Pada cederakepalaperludibuatfotorontgenkepala dan kolumnavertebralisservikalis. Film diletakkan pada sisilesiakibatbenturan. Bilalesiterdapat di daerahoksipital, buatkanfoto anterior-posterior. Bilalesiterdapat di daerah frontal buatkanfoto posterior-anterior. Bilalesiterdapat di daerah temporal, parientalatau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisikiri dan dibuatfotodarikanankekiri. Kalaudidugaada fraktur basis kranii, makadibuatkanfoto basis kraniidengankepalamenggantung dan sinarrontgenterarahtegaklurus pada garis antarangulusmandibularis (tulangrahangbawah). Fotokolumnavertebralisservikalisdibuat anterior-posterior dan lateral untukmelihatadanya fraktur ataudislokasi. Pada foto polos tengkorakmungkindapatditemukan garis fraktur atau fraktur impresi. Tekananintrakranial yang tinggimungkinmenimbulkan impressions digitae. b. Computed Temografik Scan (CT-scan) Computed Temografik Scan (CT-Scan) diciptakan oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1972. Denganpemeriksaaninikitadapatmelihatkedalamronggatengkorak. Potongan- potonganmelintangtengkorakbersamaisinyatergambardalamfotodenganjelas. Computed Temografik Scan (CT-Scan) kepalamerupakan standard bakuuntukmendeteksiperdarahanintrakranial. Semuapasiendenganglasglow coma scale (GCS) <12 sebaiknyamenjalankanpemeriksaan Computed Temografik Scan (CT-Scan), sedangkan pada pasiendenganglasglow coma scale (GCS) >12 Computed Temografik Scan (CT-Scan) dilakukanhanyadenganindikasitertentuseperti: nyerikepalahebat, adanyatanda-tanda fraktur basis kranii, adanyariwayatcedera yang berat, muntahlebihdarisatu kali, penderitalansia (> 65 tahun) denganpenurunankesadaranatauanamnesia, kejang, riwayatgangguanvaskulerataumenggunakanobat-obat anti koagulen, rasa baal pada tubuh, gangguankeseimbanganatauberjalan, gangguanorientasi, berbicara, membaca, dan menulis. Computed Temografik Scan (CT-Scan) adalahsuatualatfoto yang membuatfotosuatuobjekdalamsudut 360 derajatmelaluibidangdatardalamjumlah yang tidakterbatas. Bayanganfotoakandirekonstruksi oleh komputersehinggaobjekfotoakantampaksecaramenyeluruh (luar dan dalam). Foto Computed Temografik Scan (CT-Scan) akantampaksebagaipenampang- penampangmelintangdariobjeknya. Dengan Computed Temografik Scan (CT-Scan) isikepalasecaraanatomisakantampakdenganjelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akantampakdenganjelasbaikbentukmaupunukurannya (Sastrodiningrat, 2016). Indikasipemeriksaan Computed Temografik Scan (CT- scan) pada kasus trauma kepalaadalahsepertiberikut (Irwana, 2017) 1) Bilasecaraklinisdidapatkanklasifikasi trauma kepalasedang dan berat 2) Trauma kepalaringan yang disertai fraktur tengkorak 3) Adanyakecurigaan dan tandaterjadinya fraktur basis kranii 4) Adanya deficit neurologi, sepertikejang dan penurunangangguankesadaran 5) Sakitkepala yang berat 6) Adanyatanda-tandapeningkatantekanan intracranial atauherniasijaringanotak 7) Mengeliminasikemungkinanperdarahanintraserebral Pemeriksaan Computed Temografik Scan (CT-scan) kepalamasihmerupakan gold standard bagisetiappasiendengancederakepala. Berdasarkangambaran Computed Temografik Scan (CT-scan) kepaladapatdiketahuiadanyagambaran abnormal yang seringmenyertaipasiencederakepala (French, 1987). Jika tidakada Computed Temografik Scan (CT-scan) kepalapemeriksaanpenunjanglainnyaadalah X-ray fotokepalauntukmelihatadanyapatahtulangtengkorakatauwajah (Irwana, 2017) c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI adalahteknikpencitraan yang lebihsensitifdibandingkandengan Computed Temografik Scan (CT-Scan). Kelainan yang tidaktampak pada Computed Temografik Scan (CT-Scan) dapatdilihatdengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Namun, dibutuhkanwaktupemeriksaanlebih lama dibandingkandengan Computed Temografik Scan (CT-Scan) sehinggatidaksesuaidengansituasigawatdarurat. d. Electroencephalogram (EEG) Electroencephalogram (EEG) : Peran yang paling bergunadari Electroencephalogram (EEG) pada cederakepalamungkinuntukmembantudalam diagnosis status epileptikus non konfulsif. Dapatmelihatperkembangangelombang yang patologis. Dalamsebuahstudi landmark pemantauan Electroencephalogram (EEG) terusmenerus pada pasienrawatinapdengancederaotaktraumatik. Kejangkonfulsif dan non konfulsiftetapterlihatdalam 22%. Pada tahun 2018 sebuahstudimelaporkanbahwaperlambatan yang parah pada pemantauan Electroencephalogram (EEG) terusmenerusberhubungandengangelombang delta ataupolapenekananmelonjakdikaitkandenganhasil yang buruk pada bulanketiga dan keenam pada pasiendengancederaotaktraumatik. G. Komplikasi a. Edema Pulmonal Komplikasi yang seriusadalahterjadinya edema paru, etiologimungkinberasaldarigangguanneurologisatauakibatsindrom distress pernafasandewasa. Edema paruterjadiakibatreflekscushing/perlindungan yang berusahamempertahankantekananperfusidalamkeadaankonstan. Saattekananintrakranialmeningkattekanandarahsistematikmeningkatuntukmemcobame mpertahankanalirandarahkeotak, bilakeadaansemakinkritis, denyutnadimenurunbradikardi dan bahkanfrekuensirespirasiberkurang, tekanandarahsemakinmeningkat. Hipotensiakanmemburukkeadan, harusdipertahankantekananperfusi paling sedikit 70 mmHg, yang membutuhkantekanansistol 100-110 mmHg, pada penderitakepala. Peningkatanvasokonstriksitubuhsecaraumummenyebabkanlebihbanyakdarahdialirkanke paru, perubahanpermiabilitaspembuludarahparuberperan pada proses berpindahnyacairanke alveolus. Kerusakandifusioksigenakankarbondioksidadaridarahakanmenimbulkanpeningkatantek anan intracranial (TIK) lebihlanjut. b. Peningkatantekanan intracranial (TIK) Tekanaintrakranialdinilaiberbahayajikapeningkatanhingga 15 mmHg, dan herniasidapatterjadi pada tekanandiatas 25 mmHg. Tekanandarah yang mengalirdalamotakdisebutsebagaitekanperfusirerebral. Yang merupakankomplikasiseriusdenganakibatherniasidengangagalpernafasan dan gagaljantungsertakematian. c. Kebocorancairanserebrospinal Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal ataudari fraktur tengkorak basilar bagianpetrosusdaritulangan temporal akanmerobek meninges, sehinggacairanserebrosspinal (CSS) akankeluar. Area drainasetidakbolehdibersihkan, diirigasiataudihisap, cukupdiberibantalansteril di bawahhidungatautelinga. Instruksikanklienuntuktidakmemanipulasihidungatautelinga. d. Kejangpasca trauma Kejang yang terjadisetelah masa trauma yang dialamipasienmerupakan salah satukomplikasiserius. Insidensinyasebanyak 10%, terjadi di awalcedera 4-25% (dalam 7 haricedera), terjaditerlambat 9-42% (setelah 7 hari trauma). Faktorrisikonyaadalah trauma penetrasi, hematom (subdural, epidural, parenkim), fraktur depresikranium, kontusioserebri, glasglow coma scale (GCS) <10. e. Demam dan menggigil Demam dan mengigilakanmeningkatkankebutuhanmetabolisme dan memperburuk outcome. Seringterjadiakibatkekurangancairan, infeksi, efeksentral. Penatalaksanaandenganasetaminofen, neuro muskularparalisis. Penanganan lain dengancairanhipertonik, komabarbiturat, asetazolamid. f. Hidrosefalus Berdasarkanlokasinya, penyebabobstruksidibagimenjadikomunikan dan non komunikan. Hidrosefaluskomunikanlebihseringterjadi pada cederakepaladenganobstruksi, kondisiiniterjadiakibatpenyumbatan di sistemventrikel. Gejalaklinishidrosefalusditandaidenganmuntah, nyerikepala, pupil odema, demensia, ataksia dan gangguanmiksi. g. Spastisitas Spastisitasadalahfungsi tonus yang meningkattergantung pada kecepatangerakan. Membentukekstrimitas pada posisiekstensi. Beberapapenangananditujukanpada :pembatasanfungsigerak, nyeri, pencegahankontraktur, dan bantuandalammemposisikandiri. Terapi primer dengankoreksiposisi dan latihan range of motion (ROM), terapisekunderdengan splinting, casting, dan terapifarmakologidengandantrolen, baklofen, tizanidin, botulinum dan benzodiazepin. h. Agitasi Agitasipascacederakepalaterjadi> 1/3 pasien pada stadium awaldalambentuk delirium, agresi, akatisia, disinhibisi, dan emosilabil. Agitasi juga seringterjadiakibatnyeri dan penggunaanobat-obat yang berpotensisentral.Penangananfarmakologiantara lain denganmenggunakanantikonvulsan, antihipertensi, antipsikotik, buspiron, stimulant, benzodiazepine dan terapimodifikasilingkungan. i. Sindrom post kontusio Sindroma Post Kontusiomerupakankomplekgejala yang berhubungandengancederakepala 80% pada 1 bulanpertama, 30% pada 3 bulanpertama dan 15% pada tahunpertama: Somatik : nyerikepala, gangguantidur, vertigo/dizzines, mual, mudahlelah, sensitifterhadapsuara dan cahaya. Kognitif: perhatian, konsentrasi, memori dan Afektif: iritabel, cemas, depresi, emosilabil, (Retnaningsih, 2017). H. PenatalaksanaanMedik MenurutSezanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare (2015), penatalaksanaancederakepalaadalah : 1. Dexamethason/ kalmetasonsebagaipengobatan anti edema serebral, dosissesuaidenganberatringannya trauma. 2. Therapihiperventilasi (trauma kepalaberat) untukmengurangivasodilatasi. 3. Pemberiananalgetik. 4. Pengobatan antiedema denganlarutanhipertonisyaitu; manitol 20%, glukosa 40% ataugliserol. 5. Antibiotik yang mengandungbarierdarahotak (pinicilin) atauuntukinfeksianaerobdiberikan metronidazole. 6. Makananataucaioraninfus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertamadariterjadinyakecelakaan) 2-3 harikemudiandiberikanmakananlunak. 7. Pembedahan. Penatalaksanaan pada cederakepalamemilikiprinsippenangananuntukmemonitortekananintrakranialpasien. Terapimedikamentosadigunakanuntukmenurunkanoedemotakbilaterdapatoedem pada gambaranprofil Computed Temografik Scan (CT-Scan) pada pasien. Penurunanaktifitasotak juga dibutuhkandalamprinsippenatalaksanaan pada cederakepala agar dapatmenurunkanhantaranoksigendenganinduksikoma. Pasien yang mengalamikejangdiberikanterapiprofilaksis. 1. Terapifarmakologi Terapifarmakologimenggunakancairanintravenaditujukanuntukmempertahankan status cairan dan menghindaridehidrasi.Biladitemukanpeningkatantekanan intracranial yang refraktertanpacederadifus, autoregulasibaik dan fungsikardiovaskularadekuat, pasienbisadiberikanbarbiturat. Mekanismekerjabarbituratadalahdenganmenekan metabolism serebral, menurunkanalirandarahkeotak dan volume darahserebral, merubah tonus vaskuler, menahanradikalbebasdariperoksidasi lipid mengakibatkansupresi burst. Kureshi dan Suarez menunjukkanpenggunaan saline hipertonisefektif pada neuro trauma denganhasilpengkerutanotaksehinggamenurunkantekananintrakranial, mempertahankan volume intravaskular volume. Denganakses vena sentraldiberikan NaCl 3% 75 cc/jam dengan Cl 50%, asetat 50% target natrium 145-150 dengan monitor pemeriksaan natrium setiap 4-6 jam. Setelah target tercapaidilanjutkandengan NaCl fisiologissampai 4-5 hari. 2. Terapinutrisi Dalam 2 minggupertamapasienmengalamihipermetabolik, kehilangankuranglebih 15% berat badan tubuh per minggu. Penurunanberat badan melebihi 30% akanmeningkatkanmortalitas. diberikankebutuhan metabolism istirahatdengan 140% kalori/ haridengan formula berisi protein > 15% diberikanselama 7 hari. Pilihan enteral feeding dapatmencegahkejadianhiperglikemi, infeksi. 3. Terapiprevensikejang Pada kejangawaldapatmencegahcederalebihlanjut, peningkatantekanan intracranial (TIK), penghantaran dan konsumsioksigen, pelepasan neuro transmiter yang dapatmencegahberkembangnyakejang onset lambat (mencegahefek kindling). Pemberianterapiprofilaksisdenganfenitoin, karbamazepinefektif pada minggupertama.Faktor-faktorterkait yang harusdievaluasi pada terapiprevensikejangadalahkondisipasien yang hipoglikemi, gangguanelektrolit, dan infeksi. Penanganancederakepalamenuruttingkatberatcederakepala, yaitu : 1. Penanganancederakepalaringan Pasiendengan Computed Temografik Scan (CT-Scan) normal dapatkeluardari unit gawatdarurat (UGD) denganperingatanapabila :mengantukatausulitbangun (bangunkansetiap 2 jam), mual dan muntah, kejang, perdarahan/keluarcairandarihidungatautelinga, nyerikepalahebat, kelemahan/gangguansensibilitas pada ekstrimitas, bingung dan tingkahlakuaneh, pupil anisokor, penglihatandobel/gangguanvisus, nadi yang terlalucepat/terlalupelan, polanafas yang abnormal. 2. Penanganancederakepalasedang Beberapaahlimelakukanskoringcederakepalasedangdengan Glasgow Coma Scale Extended (GCSE) denganmenambahkanskalaPostrauman Amnesia (PTA) dengan sub skala 0-7 dimanaskore 0 apabilamengalami amnesia lebihdari 3 bulan,danskore 7 tidakada amnesia. cederakepalasedangterbagimenjadi : a. Risikoringan : tidakadagejalanyerikepala, muntah dan dizziness b. Risikosedang ; adariwayatpenurunankesadaran dan amnesia post trauma c. Risikotinggi :nyerikepalahebat, mual yang menetap dan muntahPenanganancederakepalasedangsering kali terlambatmendapatpenanganan. Karena gejala yang timbulseringtidakdikenali. Gejalaterbanyakantaralain :mudahlupa, mengantuk, nyerikepala, gangguankonsentrasi dan dizziness. Penatalaksanaanutamanyaditujukan pada penatalaksanaangejala, strategi kompensasi dan modifikasilingkungan (terapiwicara dan okupasi) untukdisfungsikognitif ,dan psikoedukasi 3. Penanganancederakepalaberat Diagnosis dan penanganan yang cepatmeliputi: a. Primary survey : stabilisasi cardio pulmoner b. Secondary survey :penanganancederasistemik, pemeriksaan mini neurologi dan ditentukanperlupenangananpembedahanatauperawatan di Intensive Care Unit (ICU).
I. Kajian Islami Tentang Penyakit
Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kebugaran dan penampilan tubuh. WHO mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari oenyakit cacat, serta produktif ekonomi dan sosial. Penyembuhan ialah upaya untuk mencapai kesembuhan, dengan bermacam cara, baik melalui doa, pijat, ramua jamu, obat-obatan, maupun normalisasi. Salah satu nama Al-Quran adalah al-syifa’ yang berarti penyembuh. Selain menjadi obat penyembuh bagi penyakit hati dan jiwa Al-Quran juga penyembuh bagi penyakit fisik. Beberapa ulama memahami bahwa ayat-ayat Al-Quran dapat menyembuhkan penyakit- penyakit jasmani. Al-Quran sebagai obat telah memenuhi prinsip-prinsip penyembuhan, karena didalamnya dijelaskan bahwa Allah SWT yang menyembuhkan segala penyakit. Sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim as yang diabadikan dalam Al-Quran yang artinya: “ dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku” (QS.Asy-Syura’:80). Dalil dari hadist, sebagaimana berikut ini yang artinya : “ Aisyah r.a berkata: “jika rasulullah saw merasa sakit, lalu beliau membacakan pada dirinya sendiri surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, dan meniup di bagian yang terasa sakit. Ketika penyakit makin berat, maka aku yang membacakan dan aku yang mengusapkan tangan nabi saw ke badannya karena mengharap berkahnya” (dikuluarkan oleh bukhori, kitan keutamaan Al-Quran , bab surat-surat mu’awwidzat dalam Habibah, 2021).
a. Terapi Keperawatan Holistik/ Komplementer
- Berdzikir dan Beribadah mendekat kepada Allah. - Teknik konsentrasi fikiran kepada yang Kita Inginkan dipadu dengan Teknik Pernafasan dan Visualisasi pada perasaan penyakit anda. - Teknik Mengkonsentrasikan Fikiran terhadap Proses Penyembuhan, Pembersihan Diri membuang sisi gelap, enerji negatif, sifat buruk, kenangan buruk, trauma, mengusir kebencian, dendam, sakit hati, kesusahan, kesedihan, dll. - Pembangkitan Enerji Nur Allah dan teknik Pengaliran hati untuk membersihkan berbagai penyakit, gangguan fikiran, flek-flek hitam, dll. sehingga seluruh tubuh bersih dan bersinar terang. - Penggunaan kombinasi pengobatan jantung seperti : Pengaliran Enerji Sinar Penyembuh NurSyifa’ mukjizat al-Quran, Terapi Biologi, dan juga obat Alami seperti ramuan Jamu Herbal, Madu, dll. BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PengkajianKeperawatan 1. Pengkajian Primer a. Airway Penilaiankelancaran airway pada klien yang mengalami fraktur, meliputipemeriksaanadanyaobstruksijalannafas yang dapatdisebabkanbendaasing, fraktur wajah, fraktur mandibula ataumaksila, fraktur laringatau trachea. Usaha untukmembebaskanjalannafasharusmelindungi vertebra servikalkarenakemungkinanpatahnyatulangservikalharusselaludiperhit ungkan. b. Breathing Jalan nafas yang baiktidakmenjaminventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saatbernafasmutlakuntukpertukaranoksigen dan mengeluarkankarbondioksidadaritubuh. Ventilasi yang baikmeliputifungsi yang baikdariparu, dinding dada dan diafragma. Dada klienharusdibukauntukmelihatpernafasan yang baik. Auskultasidilakukanuntukmemastikanmasuknyaudarakedalamparu. Perkusidilakukanuntukmenilaiadanyaudaraataudarahdalamrongga pleura. Inspeksi dan palpasidapatmengetahuikelainandinding dada yang mungkinmenggangguventilasi. Evaluasikesulitanpernafasankarena edema pada kliencederawajah dan leher. Perlukaan yang mengakibatkangangguanventilasi yang beratadalah tension pneumothoraks, flail chest dengankontusioparu, open pneumothoraks dan hemathotoraks massif. Jika terjadihal yang demikiansiapkanklienuntukintubasitrakeaatautrakeostomisesuaiindika si. c. Circulation Kontrolpendarahan vena denganmenekanlangsungsisi area perdarahanbersamaandengantekananjari pada arteri paling dekatdengan area perdarahan. Kajitanda- tandasyokyaitupenurunantekanandarah, kulitdingin, lembab dan nadihalus. Darah yang keluarberkaitandengan fraktur femur dan pelvis. Pertahankantekanandarahdengan infuse IV, plasma. Berikan transfuse untukterapikomponendarahsesuaiketentuansetelahtersediadarah. Berikanoksigenkarenaobstruksijantungparumenyebabkanpenurunansu plaioksigen pada jaringanmenyebabkankolapssirkulsi. Pembebatanekstremitas dan pengendaliannyeripentingdalammengatasisyok yang menyertai fraktur. d. Disability/evaluasineurologis Dievalusaikeadaanneurologisnyasecaracepat, yaitutingkatkesadaranukuran dan reaksi pupil. Penurunankesadarandapatdisebabkanpenurunanoksigenataupenurunan perfusikeotakatauperlukaan pada otak. Perubahankesadaranmenuntutudilakukannyapemeriksaanterhadapkead aanventilasi, perfusi dan oksigenasi. e. Exporsure/ control lingkungan Di Rs klienharusdibukakeseluruhanpakainnya,untukevaluasiklien. Setelah pakaiandibuka, penting agar klintidakkedinginan, harusdiberikanselimuthangat dan diberikancairanintravena yang sudahdihangatkan, (Soertidewi, 2016). 2. PengkajianSekunder PengkajianSekunder :tujuandari survey sekunderadalahmencaricederacedera lain yang mungkinterjadi pada pasiensehinggatidaksatupunterlewatkan dan tidakterobati. a. Apabilapasiensadar dan dapatberbicaramakakitaharusmengambilriwayat AMPLE daripasien, yaitu Allergies, Medication, Past Medical History, Last Ate dan Event (kejadianataumekanismekecelakaan). b. Pemeriksaanfisikpasien. Cara pemeriksaannyadapatdilakukandengan Look, Feel, Move. 1) Sistemrespirasi: Suaranafas, polanafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik), nafasberbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengipositif (kemungkinankarenaaspirasi). 2) Kardiovaskuler: Pengaruhperdarahan organ ataupengaruhpeningkatantekanan intracranial (TIK). 3) Kemampuankomunikasi: Kerusakan pada hemisferdominan, disfagiaatauafasiaakibatkerusakansarafhipoglosus dan saraffasialis. 4) Psikososial: Data inipentinguntukmengetahuidukungan yang didapatpasiendarikeluarga. 5) Aktivitas/istirahat: Lemah, lelah, kaku dan hilangkeseimbangan, perubahankesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese, goyahdalamberjalan (ataksia), cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot. 6) Sirkulasi: Tekanandarah normal atauberubah (hiper/normotensi), perubahanfrekuensijantungnadibradikardi, takhikardi dan aritmia. 7) Integritas Ego: Perubahantingkahlaku/kepribadian, mudahtersinggung, delirium, agitasi, cemas, bingung, impulsive dan depresi. 8) Eliminasi: buang air besar (BAB) ataubuang air kecil (BAK) mengalamiinkontinensia/disfungsi. 9) Makanan/cairan: Mual, muntah, perubahanseleramakan, muntah (mungkinproyektil), gangguanmenelan (batuk, disfagia). 10) Neurosensori: kehilangankesadaransementara, vertigo, tinitus, kehilanganpendengaran, perubahanpenglihatan, diplopia, gangguanpengecapan/pembauan, perubahankesadaran, koma. Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi) perubahan pupil (responterhadapcahaya), kehilanganpenginderaan,pengecapan dan pembauansertapendengaran. Postur (dekortisasi, desebrasi), kejang. Sensitive terhadapsentuhan / gerakan. 11) Nyeri/Keyamanan: sakitkepaladenganintensitas dan lokai yang berbeda, wajahmenyeringa, merintih, responmenarik pada rangsangnyeri yang hebat, gelisah 12) Keamanan: Trauma/injurikecelakaan, fraktur dislokasi, gangguanpenglihatan, gangguan range of motion (ROM), tonus otothilangkekuatan paralysis, demam, perubahanregulasitemperaturtubuh. 13) Penyuluhan/Pembelajaran: Riwayat penggunaan alcohol/obat- obatan B. DiagnosaKeperawatan 1. Penurunankapasitasadaptifintrakranial 2. Bersihanjalan napas tidakefektif 3. Nyeri akut 4. Hipertermi 5. Hipovolemia 6. Gangguanintegritaskulit 7. Deficit perawatandiri 8. Risikoperfusijaringanserebraltidakefektif 9. Resikopenurunancurahjantung 10. Risikoinfeksi 11. Resikocedera(SDKI, 2017) C. IntervensiKeperawatan N Diangnosa Tujuan Intervensi o 1 Penurunankapasitas Setelah ManajemenPeningkatanTekananIntrak adaptifintrakranial diberikanimplementasikeperawatanmakadiharapkanK ranial pasitasAdaptifItrakranialMiningkatdengankriteriahasil 1. Identifikasipenyebabpeningkatan TIK : 2. Monitor tanda dan gejala TIK 1. Peryataanmampumelaksanakanaktivitasmeningka 3. Monitor MAP t 4. Monitor status pernapasan 2. Pernyataanfrustasimenurun 5. Monitor intake dan output cairan 3. Ketergantungan pada orang lain menurun 6. Berikanposisi semi fowler 4. Perasaantertekanmenurun 7. Cegahterjadikejang 8. Atur ventilator agar PaCO2 optimal 9. Pertahankansuhutubuh normal 10. Kolaborasipemberiansedasi dan anti konsulvan 11. Kolaborasipemberian diuretic osmosis 2 Bersihanjalan napas Setelah Manajemenjalan napas tidakefekktif dilakukanKeperawatanmakadiharapkanBersihan Jalan 1. Monitor polanafas (frekuensi, Napas meningkatdengankriteriahasil : kedalaman, usahanafas) 1. Batukefektifmeningkat 2. Monitor bunyinafastambahan (mis. 2. Produksi sputum menurun Gurgling, mengi, wheezing, 3. Mengimenurun ronkhikering) 4. Wheeszingmenurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, 5. Dispneamenurun aroma) 6. Frekuensinapalmembaik 4. Pertahankankepatenanjalannafasdenga 7. Pola napas membaik n head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust) jikacuriga trauma servikal) 5. Posisikan semi-fowler atau fowler 6. Berikanminumhangat 7. Anjurkanasupancairan 2000 ml/harijikatidakkontraindikasi 8. Anjurkanteknikbatukefektif 9. Kolaborasipemberianbronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jikaperlu.
3 Nyeriakut Setelah Manajemen Nyeri
dilakukantindakankeperawatanmakadiharapkan 1. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, Tingkat Nyeri menurundengankriteriahasil : frekuensi, kualitas, intensitasnyeri 1. Keluhannyerimenurun 2. Identifikasiskalanyeri 2. Meringismenurun 3. Identifikasi factor yang memperberat 3. Sikapprotektifmenurun dan memperingannyeri 4. Gelisahmenurun 4. Berikanteknik non 5. Kesulitantidurmenurun farmakologisuntukmengurangi rasa 6. Frekuensinadimembaik nyeri 7. Pola napas membai 5. Anjurkanmenggunakananalgetiksecara 8. Tekanandarahmembaik tepat 6. Kolaborasipemeberiananalgetik, jikaperlu
6 Gangguanintegritas Setelah dilakukantindakankeperawatan, Perawatanintegritaskulit
kulit makadiharapkanIntegritaskulitmeningkatdengankriteri 1. Identifikasipenyebabgangguanintegrit ahasil : 1. Kerusakanjaringanmenurun askulit 2. Kerusakanlapisankulitmenurun 2. Ubahposisitiap 2 jam jikatirah baring 3. Nyeri menurun 3. Gunakanprodukberbahanringanataual 4. Perdarahanmenurun ami dan hypoallergenic pada kulit
pada kulitkering 5. Anjurkanmenggunakanpelembab 6. Anjurkanminum air yang cukup 7. Anjurkanmeningkatkanasupannutrisi 8. Di anjurkanmeningkatkanasupanbuah dan sayur 9. Anjurkanmenghindariterpaparsuhueks trem
7 DefisitPerawatanDir Setelah DukunganPerawatanDiri
8 ResikoPerfusiJringa Setelah ManajemenPeningkatanTekananIntrak
nserebraltidakefektif dilakukanKeperawatanmakadiharapkanPerfusiSerebral ranial meningkatdengankriteriahasil : 1. Identifikasipenyebabpeningkatak TIK 1. Kognitifmeningkat 2. Monitor tanda/gejalapeningkatakn TIK 2. Tekanan intracranial menurun 3. Monitor MAP 3. Sakitkepalamenurun 4. Monitor status pernapasan 4. Demammenurun 5. Monitor intake-Output cairan 5. Tekanandarahmembaik 6. Berikanposisi semi fowler 6. Kesadaranmembaik 7. Atur ventilator agar PaCo2 Optimal 8. Pertahankansuhutubuh Normal 9. Kolaborasipemberiansedasi dan anti konvulsam 10. Kolaborasipemberian diuretic osmosis 11. Kolaborasipemberianpelunaktinja 9 Risikopenurunancur Setelah PerawatanJantung ahjantung diberikanimplementasikeperawatanmakadiharapkan 1. Identifikasitanda/gejala primer Curah JantungMeningkat penurunancurahjantung 1. Kekuatannadiperifermeningkat 2. Identifikasitanfa/ 2. Bradikardiamenurun gejalasekunderpenurunancurahjantung 3. Takikardiamenurun 3. Monitor tekanandarah 4. Gambaran EKG aritmiamenurun 4. Monitor intake dan output cairan 5. Lelah menurun 5. Monitor saturasioksigen 6. Dipsneamenurun 6. Monitor keluhannyeri dada 7. Tekanandarahmembaik 7. Monitor aritmia 8. Capillary refill time (CRT) membaik 8. Posisikanpasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke 3bawah atauposisinyaman 9. Berikan diet jantung yang sesuai 10. Berikandukunganemosional dan spiritual 11. Berikanterapirelaksasiuntukmenguran gi stress 12. Berikanoksigenuntukmempertahankan saturasioksigen>94% 13. Amjurkanberaktivitasfisiksesuaitolera nsi 14. Anjurkanberaktivitasfisiksecarabertah ap 15. Anjurkanberhentimerokok 16. Ajarkankeluargauntukmengukur intake dan output cairanharian 17. Kolaborasipenggunaanobatantiaritmia 18. Rujukkeprogramrehabilitasjantung 1 ResikoInfeksi Setelah dilakukantindakankeperawatan, PencegahanInfeksi 0 makadiharapkan Tingkat 1. Monitor tanda dan gejalainfeksilokal InfeksiMenurundengankriteriahasil : dan sistemik 1. Kebersihan badan meningkat 2. Berikanperawatankulit pada area edema 2. Demammenurun 3. Cucitangansebelum dan 3. Kemerahanmenurun sesudahkontakdenganpasien dan 4. Nyeri menurun lingkunganpasien 5. Bengkakmenurun 4. Pertahankanteknikaseptik pada 6. Cairanberbaubusukmenurun pasienberisikotinggi 7. Kadar seldarahputihmembaik 5. Jelaskantanda dan gejalainfeksi 6. Ajarkancaramemeriksakondisiluka 7. Pemberianimunisasi, Jika perlu 1 Resikocedera Setelah PencegahanCedera 1 diberikanimplementasikeperawatanmakadiharapkan 1. Identifikasi area lingkungan yang Tingkat CederaMenurundengankriteriahasil : berpotensimenyebabkancedera 1. Toleransiaktivitasmeningkat 2. Identifikasiobat yang 2. Kejadiancederamenurun berpotensimenyebabkancedera 3. Luka/lecetmenurun 3. Sediakanpencahayaan yang memadai 4. Keteganganototmenurun 4. Sosialisasikanpasien dan 5. Fraktur menurun keluargadenganlingkunganruangrawat 6. Tekanandarahmembaik 5. Pastikanrodatempattidur dan 7. Frekuensinadimembaik rodakursirodadalamkondisiterkunci 8. Frekuensi napas membaik 6. Gunakanpengamantempattidursesuaide ngankebijakanfasilitaspelayanankeseha tan 7. Anjurkangantiposisisecaraperlahan dan duduk selamabeberapamenitsebelumberdiri D. Implementasikeperawatan Implementasiataupelaksanaanadalahinisiatifdarirencanatindakanun tukmencapaitujuan yang spesifik. Tahapimplementasi dimulaisetelahrencanatindakan di susun dan di tujukan pada rencanastrategiuntukmembantumencapaitujuanyangdiharapkan.Olehsebab itu,rencanatindakanyangspesifikdilaksanakanuntukmemodifikasifaktor- faktoryangmempengaruhimasalahkesehatan.Tujuandariimplementasiadala hmembantudalammencapaitujuanyangtelahditetapkan,yangmencakuppeni ngkatankesehatan,pencegahanpenyakit, pemulihankesehatan dan memfasilitasikoping(Harahap,2019) E. Evaluasi Tahappenilaianatauevaluasiadalahperbandingan yang sistematisdanterencanatentangkesehatankliendengantujuanyangtelahditeta pkan, dilakukandengancarabersinambungandenganmelibatkanklien, keluarga, dan tenagakesehatanlainnya. Tujuanevaluasiadalahuntukmelihatkemampuankliendalammencapaitujuan yangdisesuaikandengankriteriahasil padatahapperencanaan (Harahap,2019) DAFTAR PUSTAKA Baughman, Diane C. dan Joann C.Hackley. 2016. KeperawatanMedikalBedahBukuSaku Dari Brunner &suddarth. Jakarta :EGC Baheram, L. 2015. CederaKepala Pada Pejalan Kaki DalamKecelakaan Lalu Lintas Yang Fatal. MajalahKedokteran Bandung. 26(2): 52-54. PPNI. (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia; Defenisi dan IndikatorDiagnostik. Jakarta :PersatuanPerawat Nasional Indonesia (PPNI). PPNI. (2019). StandarLuaranKeperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PersatuanPerawatNasioanl Indonesia. PPNI, T. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan. Jakarta: PersatuanPerawat Nasional Indonesia. Irwana,O .2017 .CederaKepala. MajalahKedokteranUniversitas Riau Narayan, R. K., Wilberger, J. E., dan Povlishock, J. T. 2017. Neurotrauma, General Principles Of Head Injury Management. New York: McDraw-Hill Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2015. PatofisiologiKonsepKlinis Proses- Proses PenyakitEdisi 6. Jakarta: EGC Retnaningsih. 2017. CederaKepalaTraumatik. JurnalUMY : Yogyakarta Rosjidi, C. H. 2017. AsuhanKeperawatanKlienDenganCederaKepala. Yogyakarta : Adana Media Sastrodiningrat, A. G. 2016. MemahamiFaktor-Faktor Yang MempengaruhiPrognosaCederaKepalaBerat. MajalahKedokteran Nusantara. 39 (3) Sibuea H. W., dkk. 2016. IlmuPenyakitDalamCetakanKe 2. Jakarta :RinekaCipta Smeltzer, Sezanne C. & Brenda G. Bare. 2015. Keperawatan medical bedah (8thed). Jakarta: EGC. Soertidewi L., dkk. 2016. Konsensusnasionalpenanganan trauma kapitis dan trauma spinal. Jakarta :Perdossi Valentina B. Lumbantobing1, &Anastasia A (2015) pengaruhstimulasisensoriterhadapnilaiglaslow coma scale pada pasiencederakepala di ruang neurosurgical critical care unit rsup dr. hasansadikinbandung