Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA CAPITIS

Di susun dalam rangka memenuhi tugas


Stase keperawatan Gawat Darurat

OLEH:

NURLIA SALAMA
14420212101

Preceptor lahan preceptor institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. KonsepTeori
A. Definisi
Cedera kepala adalah cedera kepala terbuka dan tertutup yang
terjadi karena, fraktur tengkorak, kombusiogegar serebri, kontusio
memar, leserasi dan perdarahan serebral subarakhnoid, subdural,
epidural, intraserebral, batangotak. Cedera kepala merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif
dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalulintas. Cedera kepala
merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak
(Baughman 2016).
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dapat menyebab kangangguan fisik dan mental yang kompleks.
Gangguan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara maupun menetap,
seperti deficit kognitif, psikis, intelektual, serta gangguan fungsi
fisiologis lainnya.Hal ini disebabkan oleh karena trauma kepala dapat
mengenai berbaga ikompnen kepala mulai dari bagian terluar hingga
terdalam, termasuk tengkorak dan otak (Soertidewi, 2016).
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsifisik. Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala,
tengkorak dan otak (Narayan, 2017)
B. Etiologi
Penyebab cedera kepala antara lain (Rosjidi, 2017):
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan
mobil.
2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
3. Cedera akibat kekerasan.
4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana
dapat merobek otak.
5. Kerusakan menyebarkan rena kekuatan benturan, biasanya lebih
beratsifatnya.
6. Benda tajam, kerusakan terjadihanya terbatas pada daerah dimana
dapat merobekotak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.
C. Manifestasi klinik
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan
distribusi cedera otak.
1. Cedera kepala ringan (Sylvia A. Price, 2015)
a. Kebingungan saat kejadian dan kebingungan terus menetap
setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan
cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah
tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari,
beberapa minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otaka
kibat trauma ringan.
2. Cedera kepala sedang
a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan
kebinggungan atau hahkan koma.
b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit
neurologik, perubahan tanda-tanda vital (TTV), gangguan
penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot,
sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan
3. Cedera kepala berat
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan
sesudah terjadinya penurunan kesadaran
b. Pupil tidak actual, pemeriksaan motorik tidak actual, adanya
cedera terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologic
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanyamenunjukkan fraktur
d. Fraktur pada kubah cranial menyebabkan pembengkakan pada
area tersebut
D. Patofisiologi
Proses patofisiologi cedera otak dibagi menjadi dua yang didasarkan
pada asumsi bahwa kerusakan otak pada awalnya disebabkan oleh
kekuatan fisik yang lalu diikuti proses patologis yang terjadi segera dan
sebagian besar bersifat permanen. Dari tahapan itu, (Narayan 2017)
membagi cedera kepala menjadi dua :
1. Cedera otak primer
Cedera otak primer (COP) adalah cedera yang terjadi sebagai
akibat langsung dari efek mekanik dari luar pada otak yang
menimbulkan kontusio dan laserasi parenkim otak dan kerusakan
akson pada substantia alba hemisperotak hingga batang otak.
2. Cedera otak sekunder
Cedera otak sekunder (COS) yaitu cederaotak yang terjadi
akibat proses metabolisme dan homeostatis ion selotak, hemodinamik
aintrakranial dan kompartement cairan serebros spinal (CSS) yang
dimulai segera setelah trauma tetapi tidak tampak secara klinis segera
setelah trauma. Cedera otak sekunder ini disebabkan oleh banyak
factor antara lain kerusakan sawar darah otak, gangguan aliran darah
otak, gangguan metabolisme dan homeostatis ion selotak, gangguan
hormonal, pengeluaran neurotrans mitter dan reactive oxygen species,
infeksi dan asidosis. Kelainan utama ini meliputi perdarahan
intrakranial, edema otak, peningkatan tekanan intrakranial dan
kerusakan otak.
Cedera kepala menyebabkan sebagian sel yang terkena benturan
mati atau rusak irreversible, proses ini disebut proses primer dan sel
otak disekelilingnya akan mengalami gangguan fungsional tetapi
belum mati dan bila keadaan menguntungkan selakan sembuh dalam
beberapa menit, jam atauhari. Proses selanjutnya disebut proses
patologi sekunder. Secara garis besar cedera kepala sekunder pasca
trauma diakibatkan oleh beberapa proses dan factor dibawah ini :
a. Lesi massa, pergeseran garis tengah dan herniasi yang terdiridari :
perdarahan intracranial dan edema serebral
b. Iskemik cerebri yang diakibatkan oleh : penurunan tekanan
perfusi serebral, hipotensi arterial, hipertensi intracranial,
hiperpireksia dan infeksi, hipokalsemia/anemia dan hipotensi,
vasospa smeserebri dan kejang
Proses inflames terjadi segera setelah trauma yang ditandai
dengan aktifasisub stansi mediator yang menyebabkan dilatasi
pembuluhdarah, penurunan alirandarah, dan permeabilitas kapiler
yang meningkat. Hal ini menyebabkan akumulasi cairan (edema) dan
leukosit pada daerah trauma. Selterbanyak yang berperan dalam
respon inflamasi adalah sel fagosit, terutama selleukosit
Polymorphonuclear (PMN), yang terakumulasidalam 30 - 60 menit
yang memfagosit jaringan mati. Bila penyebab respon inflamasi
berlangsung melebihi waktu ini, antara waktu 5-6 jam
akanterjadiinfiltrasiselleukositmononuklear, makrofag, dan limfosit.
Makrofaginimembantuaktivitassel polymorphonuclear (PMN) dalam
proses fagositosis (Sibuea, 2016).
Inflamasi, yang merupakanrespondasarterhadap trauma
sangatberperandalamterjadinyacederasekunder. Pada tahapawal
proses inflamasi, akanterjadiperlekatannetrofil pada
endoteliumdenganbeberapamolekulperekat Intra Cellular Adhesion
Molecules-1 (ICAM-1). Proses
perlekataninimempunyaikecenderunganmerusak/merugikankarename
ngurangialirandalammikrosirkulasi. Selainitu, netrofil juga
melepaskansenyawatoksik (radikalbebas), atau mediator lainnya
(prostaglandin, leukotrin) di mana senyawa-
senyawainiakanmemacuterjadinyacederalebihlanjut. Makrofagjuga
mempunyaiperananpentingsebagaiselradangpredominan pada
cederaotak (Baughman, 2016).
E. Pathway
F. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaanpenujang yang dapatdilakukan pada pasiendengancederakepalaadalah :
1. Pemeriksaanneurologis
Pada pasien yang sadardapatdilakukanpemeriksaanneurologislengkap. Pada pasien
yang beradadalamkeadaankomahanyadapatdilakukanpemeriksaanobjektif.
Bentukpemeriksaan yang dilakukanadalahtandaperangsanganmeningen, yang
berupateskakukuduk yang hanyabolehdilakukanbilakolumnavertebralisservikalis
(ruastulangleher) normal. Tesinitidakbolehdilakukanbilaada fraktur
ataudislokasiservikalis. Selainitudilakukanperangsanganterhadapselsarafmotorik dan
sensorik (nervus kranialis). Saraf yang diperiksayaitusaraf 1 sampaisaraf 12 yaitu:
nervus I (olfaktoris), nervus II (optikus), nervus III (okulomotoris), nervus IV
(troklealis), nervus V (trigeminus), nervus VI (abdusens), nervus VII (fasialis), nervus
VIII (oktavus), nervus IX (glosofaringeus), nervus X (vagus), nervus XI (spinalis),
nervus XII (hipoglous), nervus spinalis (pada ototlidah), dan nervus hipoglosus (pada
ototbelikat) berfungsisebagaisarafsensorik dan motorik.
2. Pemeriksaanradiologis
a. Foto Rontgen Polos
Pada cederakepalaperludibuatfotorontgenkepala dan
kolumnavertebralisservikalis. Film diletakkan pada sisilesiakibatbenturan.
Bilalesiterdapat di daerahoksipital, buatkanfoto anterior-posterior. Bilalesiterdapat
di daerah frontal buatkanfoto posterior-anterior. Bilalesiterdapat di daerah temporal,
parientalatau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisikiri dan
dibuatfotodarikanankekiri. Kalaudidugaada fraktur basis kranii, makadibuatkanfoto
basis kraniidengankepalamenggantung dan sinarrontgenterarahtegaklurus pada garis
antarangulusmandibularis (tulangrahangbawah).
Fotokolumnavertebralisservikalisdibuat anterior-posterior dan lateral
untukmelihatadanya fraktur ataudislokasi. Pada foto polos
tengkorakmungkindapatditemukan garis fraktur atau fraktur impresi.
Tekananintrakranial yang tinggimungkinmenimbulkan impressions digitae.
b. Computed Temografik Scan (CT-scan)
Computed Temografik Scan (CT-Scan) diciptakan oleh Hounsfield dan
Ambrose pada tahun 1972.
Denganpemeriksaaninikitadapatmelihatkedalamronggatengkorak. Potongan-
potonganmelintangtengkorakbersamaisinyatergambardalamfotodenganjelas.
Computed Temografik Scan (CT-Scan) kepalamerupakan standard
bakuuntukmendeteksiperdarahanintrakranial. Semuapasiendenganglasglow coma
scale (GCS) <12 sebaiknyamenjalankanpemeriksaan Computed Temografik Scan
(CT-Scan), sedangkan pada pasiendenganglasglow coma scale (GCS) >12
Computed Temografik Scan (CT-Scan)
dilakukanhanyadenganindikasitertentuseperti: nyerikepalahebat, adanyatanda-tanda
fraktur basis kranii, adanyariwayatcedera yang berat, muntahlebihdarisatu kali,
penderitalansia (> 65 tahun) denganpenurunankesadaranatauanamnesia, kejang,
riwayatgangguanvaskulerataumenggunakanobat-obat anti koagulen, rasa baal pada
tubuh, gangguankeseimbanganatauberjalan, gangguanorientasi, berbicara,
membaca, dan menulis.
Computed Temografik Scan (CT-Scan) adalahsuatualatfoto yang
membuatfotosuatuobjekdalamsudut 360 derajatmelaluibidangdatardalamjumlah
yang tidakterbatas. Bayanganfotoakandirekonstruksi oleh
komputersehinggaobjekfotoakantampaksecaramenyeluruh (luar dan dalam). Foto
Computed Temografik Scan (CT-Scan) akantampaksebagaipenampang-
penampangmelintangdariobjeknya. Dengan Computed Temografik Scan (CT-Scan)
isikepalasecaraanatomisakantampakdenganjelas. Pada trauma kapitis, fraktur,
perdarahan dan edema akantampakdenganjelasbaikbentukmaupunukurannya
(Sastrodiningrat, 2016). Indikasipemeriksaan Computed Temografik Scan (CT-
scan) pada kasus trauma kepalaadalahsepertiberikut (Irwana, 2017)
1) Bilasecaraklinisdidapatkanklasifikasi trauma kepalasedang dan berat
2) Trauma kepalaringan yang disertai fraktur tengkorak
3) Adanyakecurigaan dan tandaterjadinya fraktur basis kranii
4) Adanya deficit neurologi, sepertikejang dan penurunangangguankesadaran
5) Sakitkepala yang berat
6) Adanyatanda-tandapeningkatantekanan intracranial atauherniasijaringanotak
7) Mengeliminasikemungkinanperdarahanintraserebral
Pemeriksaan Computed Temografik Scan (CT-scan) kepalamasihmerupakan
gold standard bagisetiappasiendengancederakepala. Berdasarkangambaran
Computed Temografik Scan (CT-scan) kepaladapatdiketahuiadanyagambaran
abnormal yang seringmenyertaipasiencederakepala (French, 1987). Jika tidakada
Computed Temografik Scan (CT-scan) kepalapemeriksaanpenunjanglainnyaadalah
X-ray fotokepalauntukmelihatadanyapatahtulangtengkorakatauwajah (Irwana, 2017)
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalahteknikpencitraan yang lebihsensitifdibandingkandengan
Computed Temografik Scan (CT-Scan). Kelainan yang tidaktampak pada
Computed Temografik Scan (CT-Scan) dapatdilihatdengan Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Namun, dibutuhkanwaktupemeriksaanlebih lama
dibandingkandengan Computed Temografik Scan (CT-Scan)
sehinggatidaksesuaidengansituasigawatdarurat.
d. Electroencephalogram (EEG)
Electroencephalogram (EEG) : Peran yang paling bergunadari
Electroencephalogram (EEG) pada cederakepalamungkinuntukmembantudalam
diagnosis status epileptikus non konfulsif. Dapatmelihatperkembangangelombang
yang patologis. Dalamsebuahstudi landmark pemantauan Electroencephalogram
(EEG) terusmenerus pada pasienrawatinapdengancederaotaktraumatik.
Kejangkonfulsif dan non konfulsiftetapterlihatdalam 22%. Pada tahun 2018
sebuahstudimelaporkanbahwaperlambatan yang parah pada pemantauan
Electroencephalogram (EEG) terusmenerusberhubungandengangelombang delta
ataupolapenekananmelonjakdikaitkandenganhasil yang buruk pada bulanketiga dan
keenam pada pasiendengancederaotaktraumatik.
G. Komplikasi
a. Edema Pulmonal
Komplikasi yang seriusadalahterjadinya edema paru,
etiologimungkinberasaldarigangguanneurologisatauakibatsindrom distress
pernafasandewasa. Edema paruterjadiakibatreflekscushing/perlindungan yang
berusahamempertahankantekananperfusidalamkeadaankonstan.
Saattekananintrakranialmeningkattekanandarahsistematikmeningkatuntukmemcobame
mpertahankanalirandarahkeotak, bilakeadaansemakinkritis,
denyutnadimenurunbradikardi dan bahkanfrekuensirespirasiberkurang,
tekanandarahsemakinmeningkat. Hipotensiakanmemburukkeadan,
harusdipertahankantekananperfusi paling sedikit 70 mmHg, yang
membutuhkantekanansistol 100-110 mmHg, pada penderitakepala.
Peningkatanvasokonstriksitubuhsecaraumummenyebabkanlebihbanyakdarahdialirkanke
paru, perubahanpermiabilitaspembuludarahparuberperan pada proses
berpindahnyacairanke alveolus.
Kerusakandifusioksigenakankarbondioksidadaridarahakanmenimbulkanpeningkatantek
anan intracranial (TIK) lebihlanjut.
b. Peningkatantekanan intracranial (TIK)
Tekanaintrakranialdinilaiberbahayajikapeningkatanhingga 15 mmHg, dan
herniasidapatterjadi pada tekanandiatas 25 mmHg. Tekanandarah yang
mengalirdalamotakdisebutsebagaitekanperfusirerebral. Yang
merupakankomplikasiseriusdenganakibatherniasidengangagalpernafasan dan
gagaljantungsertakematian.
c. Kebocorancairanserebrospinal
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal ataudari fraktur tengkorak
basilar bagianpetrosusdaritulangan temporal akanmerobek meninges,
sehinggacairanserebrosspinal (CSS) akankeluar. Area drainasetidakbolehdibersihkan,
diirigasiataudihisap, cukupdiberibantalansteril di bawahhidungatautelinga.
Instruksikanklienuntuktidakmemanipulasihidungatautelinga.
d. Kejangpasca trauma
Kejang yang terjadisetelah masa trauma yang dialamipasienmerupakan salah
satukomplikasiserius. Insidensinyasebanyak 10%, terjadi di awalcedera 4-25% (dalam 7
haricedera), terjaditerlambat 9-42% (setelah 7 hari trauma). Faktorrisikonyaadalah
trauma penetrasi, hematom (subdural, epidural, parenkim), fraktur depresikranium,
kontusioserebri, glasglow coma scale (GCS) <10.
e. Demam dan menggigil
Demam dan mengigilakanmeningkatkankebutuhanmetabolisme dan memperburuk
outcome. Seringterjadiakibatkekurangancairan, infeksi, efeksentral.
Penatalaksanaandenganasetaminofen, neuro muskularparalisis. Penanganan lain
dengancairanhipertonik, komabarbiturat, asetazolamid.
f. Hidrosefalus
Berdasarkanlokasinya, penyebabobstruksidibagimenjadikomunikan dan non
komunikan. Hidrosefaluskomunikanlebihseringterjadi pada
cederakepaladenganobstruksi, kondisiiniterjadiakibatpenyumbatan di sistemventrikel.
Gejalaklinishidrosefalusditandaidenganmuntah, nyerikepala, pupil odema, demensia,
ataksia dan gangguanmiksi.
g. Spastisitas
Spastisitasadalahfungsi tonus yang meningkattergantung pada kecepatangerakan.
Membentukekstrimitas pada posisiekstensi.
Beberapapenangananditujukanpada :pembatasanfungsigerak, nyeri,
pencegahankontraktur, dan bantuandalammemposisikandiri. Terapi primer
dengankoreksiposisi dan latihan range of motion (ROM), terapisekunderdengan
splinting, casting, dan terapifarmakologidengandantrolen, baklofen, tizanidin,
botulinum dan benzodiazepin.
h. Agitasi
Agitasipascacederakepalaterjadi> 1/3 pasien pada stadium awaldalambentuk delirium,
agresi, akatisia, disinhibisi, dan emosilabil. Agitasi juga seringterjadiakibatnyeri dan
penggunaanobat-obat yang berpotensisentral.Penangananfarmakologiantara lain
denganmenggunakanantikonvulsan, antihipertensi, antipsikotik, buspiron, stimulant,
benzodiazepine dan terapimodifikasilingkungan.
i. Sindrom post kontusio
Sindroma Post Kontusiomerupakankomplekgejala yang
berhubungandengancederakepala 80% pada 1 bulanpertama, 30% pada 3 bulanpertama
dan 15% pada tahunpertama: Somatik : nyerikepala, gangguantidur, vertigo/dizzines,
mual, mudahlelah, sensitifterhadapsuara dan cahaya. Kognitif: perhatian, konsentrasi,
memori dan Afektif: iritabel, cemas, depresi, emosilabil, (Retnaningsih, 2017).
H. PenatalaksanaanMedik
MenurutSezanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare (2015),
penatalaksanaancederakepalaadalah :
1. Dexamethason/ kalmetasonsebagaipengobatan anti edema serebral,
dosissesuaidenganberatringannya trauma.
2. Therapihiperventilasi (trauma kepalaberat) untukmengurangivasodilatasi.
3. Pemberiananalgetik.
4. Pengobatan antiedema denganlarutanhipertonisyaitu; manitol 20%, glukosa 40%
ataugliserol.
5. Antibiotik yang mengandungbarierdarahotak (pinicilin)
atauuntukinfeksianaerobdiberikan metronidazole.
6. Makananataucaioraninfus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
pertamadariterjadinyakecelakaan) 2-3 harikemudiandiberikanmakananlunak.
7. Pembedahan.
Penatalaksanaan pada
cederakepalamemilikiprinsippenangananuntukmemonitortekananintrakranialpasien.
Terapimedikamentosadigunakanuntukmenurunkanoedemotakbilaterdapatoedem pada
gambaranprofil Computed Temografik Scan (CT-Scan) pada pasien.
Penurunanaktifitasotak juga dibutuhkandalamprinsippenatalaksanaan pada
cederakepala agar dapatmenurunkanhantaranoksigendenganinduksikoma. Pasien yang
mengalamikejangdiberikanterapiprofilaksis.
1. Terapifarmakologi
Terapifarmakologimenggunakancairanintravenaditujukanuntukmempertahankan status
cairan dan menghindaridehidrasi.Biladitemukanpeningkatantekanan intracranial yang
refraktertanpacederadifus, autoregulasibaik dan fungsikardiovaskularadekuat,
pasienbisadiberikanbarbiturat. Mekanismekerjabarbituratadalahdenganmenekan
metabolism serebral, menurunkanalirandarahkeotak dan volume darahserebral,
merubah tonus vaskuler, menahanradikalbebasdariperoksidasi lipid
mengakibatkansupresi burst. Kureshi dan Suarez menunjukkanpenggunaan saline
hipertonisefektif pada neuro trauma
denganhasilpengkerutanotaksehinggamenurunkantekananintrakranial,
mempertahankan volume intravaskular volume. Denganakses vena sentraldiberikan
NaCl 3% 75 cc/jam dengan Cl 50%, asetat 50% target natrium 145-150 dengan
monitor pemeriksaan natrium setiap 4-6 jam. Setelah target tercapaidilanjutkandengan
NaCl fisiologissampai 4-5 hari.
2. Terapinutrisi
Dalam 2 minggupertamapasienmengalamihipermetabolik, kehilangankuranglebih 15%
berat badan tubuh per minggu. Penurunanberat badan melebihi 30%
akanmeningkatkanmortalitas. diberikankebutuhan metabolism istirahatdengan 140%
kalori/ haridengan formula berisi protein > 15% diberikanselama 7 hari. Pilihan enteral
feeding dapatmencegahkejadianhiperglikemi, infeksi.
3. Terapiprevensikejang
Pada kejangawaldapatmencegahcederalebihlanjut, peningkatantekanan intracranial
(TIK), penghantaran dan konsumsioksigen, pelepasan neuro transmiter yang
dapatmencegahberkembangnyakejang onset lambat (mencegahefek kindling).
Pemberianterapiprofilaksisdenganfenitoin, karbamazepinefektif pada
minggupertama.Faktor-faktorterkait yang harusdievaluasi pada
terapiprevensikejangadalahkondisipasien yang hipoglikemi, gangguanelektrolit, dan
infeksi.
Penanganancederakepalamenuruttingkatberatcederakepala, yaitu :
1. Penanganancederakepalaringan
Pasiendengan Computed Temografik Scan (CT-Scan) normal dapatkeluardari unit
gawatdarurat (UGD) denganperingatanapabila :mengantukatausulitbangun
(bangunkansetiap 2 jam), mual dan muntah, kejang,
perdarahan/keluarcairandarihidungatautelinga, nyerikepalahebat,
kelemahan/gangguansensibilitas pada ekstrimitas, bingung dan tingkahlakuaneh, pupil
anisokor, penglihatandobel/gangguanvisus, nadi yang terlalucepat/terlalupelan,
polanafas yang abnormal.
2. Penanganancederakepalasedang
Beberapaahlimelakukanskoringcederakepalasedangdengan Glasgow Coma Scale
Extended (GCSE) denganmenambahkanskalaPostrauman Amnesia (PTA) dengan sub
skala 0-7 dimanaskore 0 apabilamengalami amnesia lebihdari 3 bulan,danskore 7
tidakada amnesia. cederakepalasedangterbagimenjadi :
a. Risikoringan : tidakadagejalanyerikepala, muntah dan dizziness
b. Risikosedang ; adariwayatpenurunankesadaran dan amnesia post trauma
c. Risikotinggi :nyerikepalahebat, mual yang menetap dan
muntahPenanganancederakepalasedangsering kali terlambatmendapatpenanganan.
Karena gejala yang timbulseringtidakdikenali.
Gejalaterbanyakantaralain :mudahlupa, mengantuk, nyerikepala,
gangguankonsentrasi dan dizziness. Penatalaksanaanutamanyaditujukan pada
penatalaksanaangejala, strategi kompensasi dan modifikasilingkungan
(terapiwicara dan okupasi) untukdisfungsikognitif ,dan psikoedukasi
3. Penanganancederakepalaberat Diagnosis dan penanganan yang cepatmeliputi:
a. Primary survey : stabilisasi cardio pulmoner
b. Secondary survey :penanganancederasistemik, pemeriksaan mini neurologi dan
ditentukanperlupenangananpembedahanatauperawatan di Intensive Care Unit
(ICU).

I. Kajian Islami Tentang Penyakit


Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kebugaran
dan penampilan tubuh. WHO mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sempurna baik
fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari oenyakit cacat, serta produktif ekonomi
dan sosial. Penyembuhan ialah upaya untuk mencapai kesembuhan, dengan bermacam cara,
baik melalui doa, pijat, ramua jamu, obat-obatan, maupun normalisasi.
Salah satu nama Al-Quran adalah al-syifa’ yang berarti penyembuh. Selain menjadi
obat penyembuh bagi penyakit hati dan jiwa Al-Quran juga penyembuh bagi penyakit fisik.
Beberapa ulama memahami bahwa ayat-ayat Al-Quran dapat menyembuhkan penyakit-
penyakit jasmani. Al-Quran sebagai obat telah memenuhi prinsip-prinsip penyembuhan,
karena didalamnya dijelaskan bahwa Allah SWT yang menyembuhkan segala penyakit.
Sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim as yang diabadikan dalam Al-Quran yang artinya:
“ dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku” (QS.Asy-Syura’:80).
Dalil dari hadist, sebagaimana berikut ini yang artinya :
“ Aisyah r.a berkata: “jika rasulullah saw merasa sakit, lalu beliau membacakan pada
dirinya sendiri surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, dan meniup di bagian yang terasa sakit.
Ketika penyakit makin berat, maka aku yang membacakan dan aku yang mengusapkan
tangan nabi saw ke badannya karena mengharap berkahnya” (dikuluarkan oleh bukhori, kitan
keutamaan Al-Quran , bab surat-surat mu’awwidzat dalam Habibah, 2021).

a. Terapi Keperawatan Holistik/ Komplementer


- Berdzikir dan Beribadah mendekat kepada Allah.
- Teknik konsentrasi fikiran kepada yang Kita Inginkan dipadu dengan Teknik Pernafasan
dan Visualisasi pada perasaan penyakit anda.
- Teknik Mengkonsentrasikan Fikiran terhadap Proses Penyembuhan, Pembersihan Diri
membuang sisi gelap, enerji negatif, sifat buruk, kenangan buruk, trauma, mengusir
kebencian, dendam, sakit hati, kesusahan, kesedihan, dll.
- Pembangkitan Enerji Nur Allah dan teknik Pengaliran hati untuk membersihkan
berbagai penyakit, gangguan fikiran, flek-flek hitam, dll. sehingga seluruh tubuh bersih
dan bersinar terang.
- Penggunaan kombinasi pengobatan jantung seperti : Pengaliran Enerji Sinar Penyembuh
NurSyifa’ mukjizat al-Quran, Terapi Biologi, dan juga obat Alami seperti ramuan Jamu
Herbal, Madu, dll.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PengkajianKeperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Penilaiankelancaran airway pada klien yang mengalami fraktur,
meliputipemeriksaanadanyaobstruksijalannafas yang
dapatdisebabkanbendaasing, fraktur wajah, fraktur mandibula
ataumaksila, fraktur laringatau trachea. Usaha
untukmembebaskanjalannafasharusmelindungi vertebra
servikalkarenakemungkinanpatahnyatulangservikalharusselaludiperhit
ungkan.
b. Breathing
Jalan nafas yang baiktidakmenjaminventilasi yang baik. Pertukaran
gas yang terjadi pada saatbernafasmutlakuntukpertukaranoksigen dan
mengeluarkankarbondioksidadaritubuh. Ventilasi yang
baikmeliputifungsi yang baikdariparu, dinding dada dan diafragma.
Dada klienharusdibukauntukmelihatpernafasan yang baik.
Auskultasidilakukanuntukmemastikanmasuknyaudarakedalamparu.
Perkusidilakukanuntukmenilaiadanyaudaraataudarahdalamrongga
pleura. Inspeksi dan palpasidapatmengetahuikelainandinding dada
yang mungkinmenggangguventilasi.
Evaluasikesulitanpernafasankarena edema pada kliencederawajah dan
leher. Perlukaan yang mengakibatkangangguanventilasi yang
beratadalah tension pneumothoraks, flail chest dengankontusioparu,
open pneumothoraks dan hemathotoraks massif. Jika terjadihal yang
demikiansiapkanklienuntukintubasitrakeaatautrakeostomisesuaiindika
si.
c. Circulation
Kontrolpendarahan vena denganmenekanlangsungsisi area
perdarahanbersamaandengantekananjari pada arteri paling
dekatdengan area perdarahan. Kajitanda-
tandasyokyaitupenurunantekanandarah, kulitdingin, lembab dan
nadihalus. Darah yang keluarberkaitandengan fraktur femur dan
pelvis. Pertahankantekanandarahdengan infuse IV, plasma. Berikan
transfuse
untukterapikomponendarahsesuaiketentuansetelahtersediadarah.
Berikanoksigenkarenaobstruksijantungparumenyebabkanpenurunansu
plaioksigen pada jaringanmenyebabkankolapssirkulsi.
Pembebatanekstremitas dan
pengendaliannyeripentingdalammengatasisyok yang menyertai
fraktur.
d. Disability/evaluasineurologis
Dievalusaikeadaanneurologisnyasecaracepat,
yaitutingkatkesadaranukuran dan reaksi pupil.
Penurunankesadarandapatdisebabkanpenurunanoksigenataupenurunan
perfusikeotakatauperlukaan pada otak.
Perubahankesadaranmenuntutudilakukannyapemeriksaanterhadapkead
aanventilasi, perfusi dan oksigenasi.
e. Exporsure/ control lingkungan
Di Rs klienharusdibukakeseluruhanpakainnya,untukevaluasiklien.
Setelah pakaiandibuka, penting agar klintidakkedinginan,
harusdiberikanselimuthangat dan diberikancairanintravena yang
sudahdihangatkan, (Soertidewi, 2016).
2. PengkajianSekunder
PengkajianSekunder :tujuandari survey
sekunderadalahmencaricederacedera lain yang mungkinterjadi pada
pasiensehinggatidaksatupunterlewatkan dan tidakterobati.
a. Apabilapasiensadar dan
dapatberbicaramakakitaharusmengambilriwayat AMPLE daripasien,
yaitu Allergies, Medication, Past Medical History, Last Ate dan Event
(kejadianataumekanismekecelakaan).
b. Pemeriksaanfisikpasien. Cara pemeriksaannyadapatdilakukandengan
Look, Feel, Move.
1) Sistemrespirasi: Suaranafas, polanafas (kusmaull, cheyene stokes,
biot, hiperventilasi, ataksik), nafasberbunyi, stridor, tersedak,
ronki, mengipositif (kemungkinankarenaaspirasi).
2) Kardiovaskuler: Pengaruhperdarahan organ
ataupengaruhpeningkatantekanan intracranial (TIK).
3) Kemampuankomunikasi: Kerusakan pada hemisferdominan,
disfagiaatauafasiaakibatkerusakansarafhipoglosus dan
saraffasialis.
4) Psikososial: Data inipentinguntukmengetahuidukungan yang
didapatpasiendarikeluarga.
5) Aktivitas/istirahat: Lemah, lelah, kaku dan hilangkeseimbangan,
perubahankesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese,
goyahdalamberjalan (ataksia), cidera pada tulang dan kehilangan
tonus otot.
6) Sirkulasi: Tekanandarah normal atauberubah (hiper/normotensi),
perubahanfrekuensijantungnadibradikardi, takhikardi dan aritmia.
7) Integritas Ego: Perubahantingkahlaku/kepribadian,
mudahtersinggung, delirium, agitasi, cemas, bingung, impulsive
dan depresi.
8) Eliminasi: buang air besar (BAB) ataubuang air kecil (BAK)
mengalamiinkontinensia/disfungsi.
9) Makanan/cairan: Mual, muntah, perubahanseleramakan, muntah
(mungkinproyektil), gangguanmenelan (batuk, disfagia).
10) Neurosensori: kehilangankesadaransementara, vertigo, tinitus,
kehilanganpendengaran, perubahanpenglihatan, diplopia,
gangguanpengecapan/pembauan, perubahankesadaran, koma.
Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi dan
kinsentarsi) perubahan pupil (responterhadapcahaya),
kehilanganpenginderaan,pengecapan dan
pembauansertapendengaran. Postur (dekortisasi, desebrasi),
kejang. Sensitive terhadapsentuhan / gerakan.
11) Nyeri/Keyamanan: sakitkepaladenganintensitas dan lokai yang
berbeda, wajahmenyeringa, merintih, responmenarik pada
rangsangnyeri yang hebat, gelisah
12) Keamanan: Trauma/injurikecelakaan, fraktur dislokasi,
gangguanpenglihatan, gangguan range of motion (ROM), tonus
otothilangkekuatan paralysis, demam,
perubahanregulasitemperaturtubuh.
13) Penyuluhan/Pembelajaran: Riwayat penggunaan alcohol/obat-
obatan
B. DiagnosaKeperawatan
1. Penurunankapasitasadaptifintrakranial
2. Bersihanjalan napas tidakefektif
3. Nyeri akut
4. Hipertermi
5. Hipovolemia
6. Gangguanintegritaskulit
7. Deficit perawatandiri
8. Risikoperfusijaringanserebraltidakefektif
9. Resikopenurunancurahjantung
10. Risikoinfeksi
11. Resikocedera(SDKI, 2017)
C. IntervensiKeperawatan
N Diangnosa Tujuan Intervensi
o
1 Penurunankapasitas Setelah ManajemenPeningkatanTekananIntrak
adaptifintrakranial diberikanimplementasikeperawatanmakadiharapkanK ranial
pasitasAdaptifItrakranialMiningkatdengankriteriahasil 1. Identifikasipenyebabpeningkatan TIK
: 2. Monitor tanda dan gejala TIK
1. Peryataanmampumelaksanakanaktivitasmeningka 3. Monitor MAP
t 4. Monitor status pernapasan
2. Pernyataanfrustasimenurun 5. Monitor intake dan output cairan
3. Ketergantungan pada orang lain menurun 6. Berikanposisi semi fowler
4. Perasaantertekanmenurun 7. Cegahterjadikejang
8. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
9. Pertahankansuhutubuh normal
10. Kolaborasipemberiansedasi dan anti
konsulvan
11. Kolaborasipemberian diuretic osmosis
2 Bersihanjalan napas Setelah Manajemenjalan napas
tidakefekktif dilakukanKeperawatanmakadiharapkanBersihan Jalan 1. Monitor polanafas (frekuensi,
Napas meningkatdengankriteriahasil : kedalaman, usahanafas)
1. Batukefektifmeningkat 2. Monitor bunyinafastambahan (mis.
2. Produksi sputum menurun Gurgling, mengi, wheezing,
3. Mengimenurun ronkhikering)
4. Wheeszingmenurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
5. Dispneamenurun aroma)
6. Frekuensinapalmembaik 4. Pertahankankepatenanjalannafasdenga
7. Pola napas membaik n head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust)
jikacuriga trauma servikal)
5. Posisikan semi-fowler atau fowler
6. Berikanminumhangat
7. Anjurkanasupancairan 2000
ml/harijikatidakkontraindikasi
8. Anjurkanteknikbatukefektif
9. Kolaborasipemberianbronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jikaperlu.

3 Nyeriakut Setelah Manajemen Nyeri


dilakukantindakankeperawatanmakadiharapkan 1. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri menurundengankriteriahasil : frekuensi, kualitas, intensitasnyeri
1. Keluhannyerimenurun 2. Identifikasiskalanyeri
2. Meringismenurun 3. Identifikasi factor yang memperberat
3. Sikapprotektifmenurun dan memperingannyeri
4. Gelisahmenurun 4. Berikanteknik non
5. Kesulitantidurmenurun farmakologisuntukmengurangi rasa
6. Frekuensinadimembaik nyeri
7. Pola napas membai 5. Anjurkanmenggunakananalgetiksecara
8. Tekanandarahmembaik tepat
6. Kolaborasipemeberiananalgetik,
jikaperlu

4 Hipertermi Setelah ManajemenHipertemia


dilakukantindakankeperawatandiharapkantermoregula 1. Identifikasipenyebabhipertermia.
simembaikdengan, 2. Monitor suhutubuh.
Kriteria Hasil : 3. Sediakanlingkungan yang dingin.
1. Menggigilmenurun. 4. Anjurkantirah baring.
2. Pucatmenurun. 5. Kolaborasipemberiancairan dan
3. Suhutubuhmembaik. elektrolitintravena
4. Suhukulitmembaik. 6. Kolaborasiantipeuretik.

5 Hipovolemia Setelah dilakukantindakankeperawatandiharapkan ManajemenHipovolemia


Status Cairanmembaikdengan, 1. Periksatanda dan gejalahipovelemia
Kriteria Hasil : 2. Monitor intake dan output cairan
1. Outpot urine meningkat 3. Hitungkebutuhancairan
2. Turgor kulitmeningkat 4. Berikanposisi modified Trendelenburg
3. Keluhanhausmenurun 5. Berikanasupancairan oral
4. Konsentrasi urine menurun 6. Anjurkanmemperbanyakasupancairan
5. Frekuensinadimembaik oral
6. Tekanandarahmembaik 7. Anjurkanmenghindariperubahanposisi
7. Membrane mukosamembaik mendadak
8. Intake cairanmembaik 8. Kolaborasipeberiancairan IV isotonis
9. Kolaborasipemberiancairankoloid
10. Kolaborasipemberianprodukdarah

6 Gangguanintegritas Setelah dilakukantindakankeperawatan, Perawatanintegritaskulit


kulit makadiharapkanIntegritaskulitmeningkatdengankriteri 1. Identifikasipenyebabgangguanintegrit
ahasil :
1. Kerusakanjaringanmenurun askulit
2. Kerusakanlapisankulitmenurun 2. Ubahposisitiap 2 jam jikatirah baring
3. Nyeri menurun 3. Gunakanprodukberbahanringanataual
4. Perdarahanmenurun ami dan hypoallergenic pada kulit

5. Kemerahanmenurun sensitive

6. Hematoma menurun 4. Hindariprodukberbahandasaralkohol


pada kulitkering
5. Anjurkanmenggunakanpelembab
6. Anjurkanminum air yang cukup
7. Anjurkanmeningkatkanasupannutrisi
8. Di anjurkanmeningkatkanasupanbuah
dan sayur
9. Anjurkanmenghindariterpaparsuhueks
trem

7 DefisitPerawatanDir Setelah DukunganPerawatanDiri


i dilakukanKeperawatanmakadiharapkanPerawatanDiri 1. Identifikasikebiasaanaktivitasperawata
meningkatdengankriteriahasil : ndirisesuaiusia
1. Kemampuan mandi meningkat 2. Monitor tingakatkemandirian
2. Kemampuanmengenakanpakaianmeningkat 3. Sediakanlingkungan yang terapeutik
3. Kemampuanmakanmeningkat 4. Siapkankeperluanpribadi
4. Kemampuanke toilet (BAB/BAK) meningkat 5. Damping
5. Minatmelakukanperawatandirimeningkat dalammelakukanperawatandirisampai
6. Mempertahankankebersihandirimeningkat mandiri
7. Mempertahankankebersihanmulutmeningkat 6. Fasilitasikemandirian, bantu
jikatidakmampumelakukanperawatandi
ri
7. Anjurkanmelakukanperawatandirisecar
akonsistensesuaikemampuan

8 ResikoPerfusiJringa Setelah ManajemenPeningkatanTekananIntrak


nserebraltidakefektif dilakukanKeperawatanmakadiharapkanPerfusiSerebral ranial
meningkatdengankriteriahasil : 1. Identifikasipenyebabpeningkatak TIK
1. Kognitifmeningkat 2. Monitor tanda/gejalapeningkatakn TIK
2. Tekanan intracranial menurun 3. Monitor MAP
3. Sakitkepalamenurun 4. Monitor status pernapasan
4. Demammenurun 5. Monitor intake-Output cairan
5. Tekanandarahmembaik 6. Berikanposisi semi fowler
6. Kesadaranmembaik 7. Atur ventilator agar PaCo2 Optimal
8. Pertahankansuhutubuh Normal
9. Kolaborasipemberiansedasi dan anti
konvulsam
10. Kolaborasipemberian diuretic osmosis
11. Kolaborasipemberianpelunaktinja
9 Risikopenurunancur Setelah PerawatanJantung
ahjantung diberikanimplementasikeperawatanmakadiharapkan 1. Identifikasitanda/gejala primer
Curah JantungMeningkat penurunancurahjantung
1. Kekuatannadiperifermeningkat 2. Identifikasitanfa/
2. Bradikardiamenurun gejalasekunderpenurunancurahjantung
3. Takikardiamenurun 3. Monitor tekanandarah
4. Gambaran EKG aritmiamenurun 4. Monitor intake dan output cairan
5. Lelah menurun 5. Monitor saturasioksigen
6. Dipsneamenurun 6. Monitor keluhannyeri dada
7. Tekanandarahmembaik 7. Monitor aritmia
8. Capillary refill time (CRT) membaik 8. Posisikanpasien semi fowler atau
fowler dengan kaki ke 3bawah
atauposisinyaman
9. Berikan diet jantung yang sesuai
10. Berikandukunganemosional dan
spiritual
11. Berikanterapirelaksasiuntukmenguran
gi stress
12. Berikanoksigenuntukmempertahankan
saturasioksigen>94%
13. Amjurkanberaktivitasfisiksesuaitolera
nsi
14. Anjurkanberaktivitasfisiksecarabertah
ap
15. Anjurkanberhentimerokok
16. Ajarkankeluargauntukmengukur
intake dan output cairanharian
17. Kolaborasipenggunaanobatantiaritmia
18. Rujukkeprogramrehabilitasjantung
1 ResikoInfeksi Setelah dilakukantindakankeperawatan, PencegahanInfeksi
0 makadiharapkan Tingkat 1. Monitor tanda dan gejalainfeksilokal
InfeksiMenurundengankriteriahasil : dan sistemik
1. Kebersihan badan meningkat 2. Berikanperawatankulit pada area edema
2. Demammenurun 3. Cucitangansebelum dan
3. Kemerahanmenurun sesudahkontakdenganpasien dan
4. Nyeri menurun lingkunganpasien
5. Bengkakmenurun 4. Pertahankanteknikaseptik pada
6. Cairanberbaubusukmenurun pasienberisikotinggi
7. Kadar seldarahputihmembaik 5. Jelaskantanda dan gejalainfeksi
6. Ajarkancaramemeriksakondisiluka
7. Pemberianimunisasi, Jika perlu
1 Resikocedera Setelah PencegahanCedera
1 diberikanimplementasikeperawatanmakadiharapkan 1. Identifikasi area lingkungan yang
Tingkat CederaMenurundengankriteriahasil : berpotensimenyebabkancedera
1. Toleransiaktivitasmeningkat 2. Identifikasiobat yang
2. Kejadiancederamenurun berpotensimenyebabkancedera
3. Luka/lecetmenurun 3. Sediakanpencahayaan yang memadai
4. Keteganganototmenurun 4. Sosialisasikanpasien dan
5. Fraktur menurun keluargadenganlingkunganruangrawat
6. Tekanandarahmembaik 5. Pastikanrodatempattidur dan
7. Frekuensinadimembaik rodakursirodadalamkondisiterkunci
8. Frekuensi napas membaik 6. Gunakanpengamantempattidursesuaide
ngankebijakanfasilitaspelayanankeseha
tan
7. Anjurkangantiposisisecaraperlahan dan
duduk
selamabeberapamenitsebelumberdiri
D. Implementasikeperawatan
Implementasiataupelaksanaanadalahinisiatifdarirencanatindakanun
tukmencapaitujuan yang spesifik. Tahapimplementasi
dimulaisetelahrencanatindakan di susun dan di tujukan pada
rencanastrategiuntukmembantumencapaitujuanyangdiharapkan.Olehsebab
itu,rencanatindakanyangspesifikdilaksanakanuntukmemodifikasifaktor-
faktoryangmempengaruhimasalahkesehatan.Tujuandariimplementasiadala
hmembantudalammencapaitujuanyangtelahditetapkan,yangmencakuppeni
ngkatankesehatan,pencegahanpenyakit, pemulihankesehatan dan
memfasilitasikoping(Harahap,2019)
E. Evaluasi
Tahappenilaianatauevaluasiadalahperbandingan yang
sistematisdanterencanatentangkesehatankliendengantujuanyangtelahditeta
pkan, dilakukandengancarabersinambungandenganmelibatkanklien,
keluarga, dan tenagakesehatanlainnya.
Tujuanevaluasiadalahuntukmelihatkemampuankliendalammencapaitujuan
yangdisesuaikandengankriteriahasil padatahapperencanaan
(Harahap,2019)
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. dan Joann C.Hackley. 2016.
KeperawatanMedikalBedahBukuSaku Dari Brunner &suddarth.
Jakarta :EGC
Baheram, L. 2015. CederaKepala Pada Pejalan Kaki DalamKecelakaan Lalu
Lintas Yang Fatal. MajalahKedokteran Bandung. 26(2): 52-54.
PPNI. (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia; Defenisi dan
IndikatorDiagnostik. Jakarta :PersatuanPerawat Nasional Indonesia
(PPNI).
PPNI. (2019). StandarLuaranKeperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PersatuanPerawatNasioanl Indonesia.
PPNI, T. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan. Jakarta: PersatuanPerawat
Nasional Indonesia.
Irwana,O .2017 .CederaKepala. MajalahKedokteranUniversitas Riau
Narayan, R. K., Wilberger, J. E., dan Povlishock, J. T. 2017. Neurotrauma,
General Principles Of Head Injury Management. New York: McDraw-Hill
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2015. PatofisiologiKonsepKlinis Proses-
Proses PenyakitEdisi 6. Jakarta: EGC
Retnaningsih. 2017. CederaKepalaTraumatik. JurnalUMY : Yogyakarta
Rosjidi, C. H. 2017. AsuhanKeperawatanKlienDenganCederaKepala.
Yogyakarta : Adana Media
Sastrodiningrat, A. G. 2016. MemahamiFaktor-Faktor Yang
MempengaruhiPrognosaCederaKepalaBerat. MajalahKedokteran
Nusantara. 39 (3)
Sibuea H. W., dkk. 2016. IlmuPenyakitDalamCetakanKe 2. Jakarta :RinekaCipta
Smeltzer, Sezanne C. & Brenda G. Bare. 2015. Keperawatan medical bedah
(8thed). Jakarta: EGC.
Soertidewi L., dkk. 2016. Konsensusnasionalpenanganan trauma kapitis dan
trauma spinal. Jakarta :Perdossi
Valentina B. Lumbantobing1, &Anastasia A (2015)
pengaruhstimulasisensoriterhadapnilaiglaslow coma scale pada
pasiencederakepala di ruang neurosurgical critical care unit rsup dr.
hasansadikinbandung

Anda mungkin juga menyukai