Disusun oleh
Elya Triwiyan Sari, S.Kep NIM 182311101097
Ifa Mardiana, S.Kep NIM 182311101102
PungkiWahyuningtyas, S.Kep NIM 182311101115
3.1.2 Intervention
Tugas utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada pasien
secara holistik baik secara mandiri maupun berkolaborasi. Adapun kolabroasi
yang sering dilakukan perawat yaitu terkait dengan pemberian obat untuk
mengurangi gejala. Mayoritas pasien yang terdiagnosa medis cidera otak
mayoritas mengalami penurunan keasadaran mulai dari apatis sampai koma.
Intervensi keperawatan mandiri yang sering dilakukan yaitu monitor TTV dan
kesadaran dengan pemeriksaan GCS, serta edukasi kepada keluarga untuk selalu
mengajak bicara pasien. Adapun intervensi keperawatan mandiri yang bisa
dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran yaitu pemberian
stimulasi sensorik yaitu mulai dari kebangkitan pasien, auditori, visual, taktil, dan
penciuman.
3.1.4 Outcome
Penerapan intervensi mandiri keperawatan dengan pemberian srimulasi
sensorik dua kali sehari selama enam hari diharapkan dapat meningkatkan tingkat
kesadaran pasien.
3.5 Temuan Artikel Pilihan dari Kata Kunci PICO yang digunakan sebagai
rujukan
3.5.1 Penjelasan Jurnal Utama
Effects of a Sensory Stimulation by Nurses and Families on level of Cognitive
Function, and Basic Cognitive Sensory Recovery of Comatose Patients With
Severe Traumatic Brain Injury: A Randomized Control Trial
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari program pemberian
stimulasi sensori yang dilakukan oleh perawat dan keluarga pada pasien cidera
otak yang mengalami penurunan kesadaran terhadap terhadap tingkat kesadaran
dan fungsi kognitifnya.
Metode: Uji klinis secara acak dilakukan di Pusat Trauma Shiraz I, sebanyak 60
pasien koma karena cidera kepala dengan GCS kurang dari 8. 20 pasien
mendapatkan stimulasi sensori langsung dari perawat, 20 pasien dari keluarga,
dan 20 pasien mendapatkan perawatan biasa (kelompk kontrol). Program
pemberian stimulasi sensori pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
dilakukan dua kali sehari selama tujuh hari. Dimonitor dan dievaluasi terkait
dengan tingkat kesadaran, tingkat kognitif, serta pemulihan sensori dengan
menggunakan pemeriksaan GCS (Glasgow coma score), RLA (Rancho Los
Amigos), dan WNSSP (Western Neuro-Sensory Stimulation Profile). Data
dianalisis dengan chi-square, Kruskal-Willis, dan tes berulang menggunakan
SPSS.
Hasil: Semua pasien keadaannya sebanding dengan karakteristik awal terkait
dengan tingkat kesadaran, fungsi kognitif, serta pemulihan sensori yang
ditentukan dengan pemeriksaan GCS, RLA, dan WNSSP. Meskipun dua
kelompok yang dilakukan intervensi keadaannya membaik, tetapi kelompok yang
menerima pemberian stimulasi sensori dari keluarga memiliki tingkat kesadaran
yang lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan dua kelompok
lainnya (GCS-P=0,001; RLA-P=0,001; WNSSP-P=0,001).
Kesimpulan: Program pemberian stimulasi sensori yang dilakukan oleh keluarga
menunjukkan hasil yang lebih signifikan pada tingkat kesadaran, fungsi kognitif,
serta pemulihan sensori kognitif pada pasien yang mengalama koma karena cidera
otak berat.
4.2 Pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Harsono 2007 Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua Cet.ke-6; Gadjah Mada
University Press Yogyakarta
Kumar,P. & Clark,M. 2006 Clinical Medicine, 6th ed. Elsevier Saunders,
Edinburgh London
Ropper, A.H. & Brown, R.H., 2005, Adams &Victor’s Principle of Neurology, 8th
ed. Mc Graw-Hill, New York.