Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Tim

2.1.1 Definisi Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas

tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil

yang saling membantu (Nursalam, 2015). Metode tim merupakan

pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat

memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien (Winarti,

yudantoro, & Ratna, 2012).

Menurut Douglas (1992) dalam Sitorus dan Panjaitan (2011) metode tim

merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang

perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya

kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam

merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada

perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

13
14

Metode tim adalah pemberian asuhan keperawatan yang diberikan pada

pasien dengan melibatkan tim yang professional tim ini terdiri dari

perawat teregistrasi, perawat yang mendapatkan lisensi dan juga

melibatkan asisten perawat. Tim bertanggung jawab untuk berkoordinasi

dalam kelompok selama 8 sampai 12 jam per tergantung dari lamanya

shift. Model tim lebih memperhatikan nilai humanistic dan respon

terhadap kebutuhan pasien secara individual dan juga kebutuhan staf.

Perawat professional sebagai ketuatim akan memotivasi anggotanya

serta mengembangkan keterampilan dengan memberikan instruksi

(Sumijatun, 2010).

Menurut Maghfuri (2015) metode tim adalah pegorganisasian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien

dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan

berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya

(Regestered Nurse). Metiode tim adalah suatu bentuk metode penugasan

pemberian asuhan keperawatan, dimana kepala ruangan membagi

perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atautim, yang diketahui

oleh seorang perawat professional berpengalaman (Manurung, 2011).

Semua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode tim

merupakan sebuah metode dalam memberikan asuhan keperawatan yang


15

professional dibagi dalam bentuk tim dimana sekelompok tim ini

mempunyai peran dan tugasnya masing-masing.

2.1.2 Tujuan Metode Tim

Tujuan metode tim menurut Rosyidi (2013) adalah untuk memberikan

perawatan yang berpusat pada pasien. Perawatan ini memberikan

pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media

untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.

Manurung (2011) juga menyebutkan tujuan dari metode penugasan

keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat pada

pasien. Menurut Kuntoro (2010) tujuan metode tim dalam asuhan

keperawatan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas dan

selain itu juga metode tim dapat meningkatkan kerjasama dan koordinasi

perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of

knowledge dan transfer of experience diantara perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta

keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatn.

2.1.3 Elemen Metode Tim


16

Elemen metode tim yang dikemukakan oleh Marquis dan Huston (2013)

yaitu:

2.1.3.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah usaha seseorang yang diserahi tugas

sebagai pimpinan, untuk mengatur, mempersatukan dan

menggerakkan bawahannya secara bersama untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Putra, 2016).

Menurut Kouzes & Posner (1999) dalam Potter & Perry (2005)

mendefinisikan kepemimpinan merupakan seni untuk meminta

seseorang melakukan sesuatu yang anda yakini sebaiknya

dikerjakan.

2.1.3.2 Komunikasi

Menurut Tappen (1995) dalam Nursalam (2015) mendefinisikan

bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan,

pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang

atau lebih yang bekerja bersama.

Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan

menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga

orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan

pemberi pesan (Nursalam, 2015)


17

Menurut Chitty (2001) dalam Marquis & Huston (2013)

mendefenisikan komunikasi sebagai pertukaran kompleks

antara pikiran, gagasan, atau informasi, setidaknya pada dua

level : verbal dan nonverbal oleh karena itu, komunikasi dimulai

pada saat dua orang atau lebih saling menyadari kehadiran

masing-masing.

2.1.3.3 Koordinasi

Koordinasi merupakan hubungan kerjasama antara anggota tim

dalam memberikan asuhan kesehatan. Koordinasi dalam

penerapan metode tim sangat diperlukan agar pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien efektif dan efisien (Sitorus &

Panjaitan, 2011)

2.1.3.4 Penugasan

Keperawatan tim memungkinkan anggota untuk melakukan

keahliannya atau keterampilan yang mereka miliki. Kemudian,

pimpinan tim sebaiknya menggunakan pengetahuannya

mengenai kemampuan setiap anggota saat membuat penugasan

pasien kelolaan. Mengenai kelayakan individu dari seluruh

pekerja dan memberikan otonomi kepada anggota tim


18

menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi (Marquis & Huston,

2013)

2.1.4 Konsep Penerapan Metode Tim

Sitorus & Panjaitan, (2011) mengemukakan bahwa pelaksanaan metode

tim harus berlandasan konsep berikut :

2.1.4.1 Ketua Tim

Ketua tim, sebagai perawat profesional, harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus

dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,

supervisi dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep

tim sangat bergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah

berorientasi pada tugas atau pada pasien. Tanggung jawab ketua

tim adalah:

a. mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana asuhan

keperawatan (renpra)

b. mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis

c. membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota

kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi

d. mengevaluasi asuhan keperawatan yaitu proses dan hasil

asuhan keperawatan yang diharapkan serta

mendokumentasikannya.
19

2.1.4.2 Komunikasi

Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra

terjamin. Terdapat komunikasi yang terbuka melalui berbagai

cara. terutama melalui renpra secara tertulis yang merupakan

pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi

2.1.4.3 Anggota Tim

Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua

tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan

tugas sesuai dengan kemampuan mereka.

2.1.4.4 Kepala Ruangan

Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim

akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruangan. Untuk

itu, kepala ruangan diharapkan telah:

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit / ruangan

c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan

kepemimpinan

d. Mengorientasikan tenaga yang barn tentang fungsi metode

tim keperawatan
20

e. Menjadi narasumber bagi ketua tim

f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui

riset keperawatam

g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.

2.1.5 Tanggung Jawab Perawat

Menurut Nursalam (2015) tanggung jawab perawat dalam metode tim

adalah sebagai berikut:

2.1.5.1 Tanggung Jawab Anggota Tim

Beberapa tanggung jawab anggota tim yaitu :

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah

tanggung jawabnya

b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim

c. Memberikan laporan.

2.1.5.2 Tanggung Jawab Ketua Tim

Ketua tim memiliki tanggung jawab sebagai berikut :

a. Membuat perencanaan

b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi

c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai

tingkat kebutuhan pasien

d. Mengembangkan kemampuan anggota


21

e. Menyelenggarakan konferensi.

2.1.5.3 Tanggung Jawab Kepala Ruang

Kepala ruang sangatlah penting dalam penerapan metode tim ini

adapun tanggung jawab dari kepala ruang yaitu :

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan pemilihan sekumpulan kegiatan dan

pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,

bagaimana, dan oleh siapa (Wijayanti, 2012).

Perencanaan dalam tanggung jawab kepala ruang menurut

Nursalam (2015) adalah :

1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di masing-

masing

2) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,

transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim

4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama

ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan

5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,

patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program


22

pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,

termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan

keperawatan, membimbing penerapan proses

keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,

mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta

memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang

baru masuk

8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan

diri

9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan

10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan

rumah sakit.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah penentuan sumberdaya-sumberdaya

dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan organisasi, perancangan dan pengembangan suatu

organisasi atau kelompok kerja, penugasan tanggung jawab

tertentu, pendelegasian wewenang (Wijayanti, 2012).


23

Pengorganisasian dalam tanggung jawab kepala ruangan

menurut Nursalam (2015) adalah :

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan metode penugasan

3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara

jelas

4) Membuat rentang kendali, kepala mangan membawahi 2

ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:

membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap

hari, dan lain-lain

6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di

tempat kepada ketua tim

9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien

10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya

c. Pengarahan
24

Pengarahan adalah untuk membuat dan mendapatkan para

karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka

lakukan (Wijayanti, 2012).

Pengarahan dalam tanggung jawab kepala ruangan menurut

Nursalam (2015) adalah :

1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua

tim

2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan

tugas dengan baik

3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap

4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien

5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya

7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d. Pengawasan

Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan

peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan

sesuai dengan yang ttelah ditetapkan (Wijayanti, 2012).


25

Pengawasan dalam tanggung jawab kepala ruangan menurut

Nursalam (2015) adalah :

1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

2) Melalui supervisi:

a). Pengawasan langsung dilakukan dengan cara

inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan

langsung secara lisan, dan memperbaiki/ mengawasi

kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga

b). Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar

hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana

keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan

sesudah proses keperawatan dilaksanakan

(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim

tentang pelaksanaan tugas

c). Evaluasi

d). Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang

telah disusun bersama ketua tim

e). Audit keperawatan.


26

2.1.6 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Dalam Metode Tim

Pemberian asuhan keperawatan metode tim menurut Nursalam (2015)

dapat dilihat di gambar 2.1.

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Gambar 2.1 sistem pemberian asuhan keperawatan “Team

Nursing”

2.1.5 Kelebihan Metode Tim

Beberapa kelebihan metode tim yang di kemukakan oleh Nursalam

(2015) dan Maghfuri (2015) yaitu :

2.1.5.1 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

2.1.5.2 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

2.1.5.3 Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah

di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

2.1.5.4 Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat

dipertanggung jawabkan

2.1.5.5 Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien

selama bertugas
27

2.1.6 Kekurangan Metode Tim

Kekurangan dari metode tim yang dikemukakan oleh beberapa para ahli

yaitu :

2.1.6.1 Menurut Nursalam (2015) kekurangan metode tim yaitu

komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit

untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

2.1.6.2 Tidak dapat dilakukan bila perawat belum terampil atau

berpengalaman (Sitorus & Panjaitan, 2011)

2.1.6.3 Pertanggunggugatan dalam tim tidak jelas (Sitorus & Panjaitan,

2011)

2.1.6.4 Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila

konsepnya tidak diimplementasikan dengan total (Maghfuri,

2015)

2.2 Timbang Terima

2.2.1 Definisi Timbang Terima

Handover memiliki beberapa istilah lain yaitu overhand dan report

nursing. Dalam Bahasa Indonesia Handover dikenal dengan istilah

operan, serah terima, dan timbang terima. Handover merupakan suatu


28

cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang

berkaitan dengan keadaan pasien (Triwibowo, 2013).

Menurut AMA (2006) dalam Triwibowo (2013) handover merupakan

pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa

atau semua aspek perawatan pasien atau kelompok pasien, kepada orang

lain atau kelompok professional secara sementara atau permanen.

Timbang terima pasien (operan) merupakan Teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan pasien (Nursalam, 2015). Operan merupakan sistem kompleks

yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang

dimiliki perawat dalam berkomunikasi (Sugiharto, dkk, 2014)

Friesen (2008) dalam Putra (2016) tentang definisi dari handover adalah

transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)

selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup

peluang tentang pertanyaan, ldentifikasi dan konfirmasi tentang pasien.

Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang

dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga ( Putra, 2016).


29

Berdasarkan definisi yang sudah dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa timbang terima merupakan suatu cara untuk

menyampaikan dan menerima informasi keadaan pasien yang dilakukan

saat pergantian antar shift.

2.2.2 Tujuan Timbang Terima

Beberapa tujuan timbang terima yang dikemukakan oleh Putra (2016)

dan Triwibowo (2013) yaitu :

2.2.2.1 Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

2.2.2.2 Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam

asuhan keperawatan kepada klien.

2.2.2.3 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti

oleh dinas berikutnya.

2.2.2.4 Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.2.2.5 Menurut AHHA (2009) dalam Triwibowo (2013) tujuan

Nasional Clinical Initiative Handover adalah untuk

mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan serah

terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.

2.2.3 Manfaat Timbang Terima

Berdasarkan Nursalam (2015) manfaat timbang terima adalah :

2.2.3.1 Bagi Perawat


30

Beberapa manfaat timbang terima bagi perawat yaitu :

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab

antarperawat

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan

d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara

paripurna

2.2.3.2 Bagi Pasien

Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada

yang belum terungkap. Selain itu Australian Healthcare dan

Hospitals Association atau AHHA (2009) dalam Triwibowo

(2013) juga menyampaikan manfaat bagi pasien adalah pasien

mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

2.2.4 Prinsip Timbang Terima

Australian Resource Centre For Healthcare Innovation (2009); Friesen,

White, dan Byers (2009) dalam Triwibowo (2013) mengemukakaan

enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu :

2.2.4.1 Kepemimpinan dalam serah terima pasien


31

Semakin luas proses serah terima (lebih banyak peserta dalam

kegiatan serah tcrima), peran pemimpin menjadi sangat penting

untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus

memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses serah

terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan harus

segera dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang

memburuk.

2.2.4.2 Pemahaman tentang serah terima pasien

Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa

serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian

penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat

pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah

terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau roster dinas

staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung

kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif

yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf

pada saat serah terima pasien.

2.2.4.3 Peserta yang mengikuti serah terima

Mengidentitikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan

mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima


32

pasien. Mengidentiflkasi staf yang harus hadir, jika

memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan

dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah terima

pasienDalam tim multidisiplin, serah terima pasien harus

terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk

pasiennya yang relevan.

2.2.4.4 Waktu serah terima

Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk

serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana

strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan

waktu. Serah terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal

kerja, tapi setiap kali teriadi perubahan tanggung iawab,

misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk

suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu serah terima sangat penting

untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman

dan efektif.

2.2.4.5 Tempat serah terima pasien

Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka dan di

sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat

dilakukan secara tatap muka, maka pilihan lain harus


33

dipertimbangkan untuk memastikan serah terima pasien

berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif,

pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari gangguan,

misal ; Kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat

telekomunikasi.

2.2.4.6 Proses serah terima pasien

a. Standar protokol, standar protokol harus jelas

mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi klinis

dari pasien, daftar pengamatan / pencatatan terakhir yang

paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi

klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan,

kerangka waktu dan persyaratan untuk perawatan transisi,

penggunaan catatan pasien untuk cross-check infomasi,

memastikan bahwa semua temuan penting atau perubahan

kondisi pasien terdokumentasi, memastikan pemahaman dan

tanggung jawab bagi pasien oleh perawat yang menerima

penyerahan pasien.

b. Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk,

meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat

pada penurunan kondisi yang terdeteksi.


34

c. Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting

lainnya, misalnya : Tindakan yang luar biasa, rencana

pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan

kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

d. Proses serah terima pasien menurut Manurung (2011) proses

overan dilakukan pada setiap pergantian dinas (shift) yaitu

pukul 08.00 dan 14.00 serta pukul 21.00

2.2.5 Prosedur Timbang Terima

Nursalam (2015) menjelaskan prosedur timbang terima memiliki 3 tahap

yaitu :

2.2.5.1 Persiapan

Persiapan dalam timbang terima yaitu :

a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan

b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien

yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang

memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang

membutuhkan observasi lebih lanjut.

c. PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang

menerima pendelagasian) berikutnya, hal ysng perlu

disampaikan dalam timbang terima :

1) Aspek umum yang meliput: M1 s/d M5


35

2) Jumlah pasien

3) Identitas pasien dan diagnosis medis

4) Data (keluhan/subjektif dan objektif)

5) Masalah keperawatan yang masih muncul

6) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum

dilaksanakan

7) Intervensi kolaboratif dan dependen

8) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

(persiapan , pemeriksaan penunjang, dan program

lainnya).

2.2.5.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan timbang terima dilakukan di dua tempat yaitu :

a. Nurse Station

1) Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga)

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

3) Kepala ruang membuka acara timbang terima

4) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat

jaga (NIC)
36

5) Perawat jaga sif selanjutnya dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal

yang telah ditimbang terimakan dan berhak menanyakan

mengenai hal-hal yang kurang jelas

b. Bed Pasien

a. Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan

kebutuhan dasar pasien

b. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh

terhadap masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan

yang telah/belum dilaksanakan, serta hal-hal penting

lainnya selama masa perawatan

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian

yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk

kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya

2.2.5.3 Post Timbang Terima

Prosedur post timbang terima terdiri dari :

a. Diskusi

b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung

pasa format timbang terima yang ditandatangani oleh PP

yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui

oleh Kepala Ruang


37

c. Ditutup oleh KARU

2.2.6 Timbang Terima Menurut SNARS

Nursalam (2015) menyebutkan pada saat timbang terima antarperawat,

diperlukan suatu komunikasi yang jelas tetang kebutuhan pasien,

intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons yang

terjadi pada pasien.

Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi (2018) pada

sasaran 2 meningkatkan komunikasi yang efektif.

2.2.6.1 Standar SKP.2.2

Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses

komunikasi “Serah Terima” (hand over).

2.2.6.2 Maksud dan Tujuan SKP.2.2

Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat,

lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh

penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-

kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.

Penggunaan singkatan-singkatan yang tidak ditetapkan oleh

rumah sakit sering kali menimbulkan kesalahan komunikasi

dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, rumah sakit

diminta memiliki daftar singkatan yang diperkenankan dan


38

dilarang. Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam

rumah sakit terjadi :

a. Antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) seperti antara

staf medis dan staf medis, antara staf medis dan staf

keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara

PPA dan PPA lainnya pada saat pertukaran shift

b. Antar berbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang

sama seperti jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit

perawatan atau dari unit darurat ke kamar operasi

c. Dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit

tindakan seperti radiologi atau unit terapi fisik.

Gangguan komunikasi dapat terjadi saat dilakukan serah

terima asuhan pasien yang dapat berakibat kejadian yang

tidak diharapkan (adverse event) atau kejadian sentinel.

Komunikasi yang baik dan terstandar baik dengan pasien,

keluarga pasien, dan pemberi layanan dapat memperbaiki

secara signifikan proses asuhan pasien

2.2.6.3 Elemen Penilaian SKP.2.2

a. Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal

dikomunikasikan di antara profesional pemberi asuhan

pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over).


39

b. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung

proses serah terima pasien (hand over) bila mungkin

melibatkan pasien.

c. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi

yang terjadi waktu serah terima pasien (hand over) untuk

memperbaiki proses.

2.2.7 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

Berdasarkan Nursalam (2015) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

timbang terima adalah :

2.2.7.1 Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.

2.2.7.2 Dipimpin oIeh kepala ruang atau penanggung jawab pasien

(PP).

2.2.7.3 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

2.2.7.4 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,

dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga

kerahasiaan pasien.

2.2.7.5 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

2.2.7.6 Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan

volume suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak

mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang


40

dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara Iangsung

di dekat pasien.

2.2.7.7 Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock

sebaiknya dibicarakan di nurse station.

2.2.8 Faktor-Faktor Dalam Timbang Terima

Menurut Putra (2016) ada beberapa faktor dalam timbang terima yaitu :

2.2.8.1 Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.

2.2.8.2 Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan.

2.2.8.3 Kemampuan menginterpretasi medical record.

2.2.8.4 Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.

2.2.8.5 Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.2.9 Pelaksanaan Timbang Terima Yang Baik Dan Benar

Menurut Australian Medical Association atau AMA (2006) dalam

Triwibowo (2013) pelaksanaan handover yang baik dan benar

diantaranya :

2.2.9.1 Handover dilakukan pada setiap pergantian shift dengan waktu

yang cukup Panjang agar tidak terburu-buru.

2.2.9.2 Pelaksanaan handover harus dihadiri semua perawat, kecuali

dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.


41

2.2.9.3 Perawat yang terlibat dalam pergantian shift harus

dikoordinasikaan untuk mengetahui informasi ke, dari, dan shift

selanjutnya.

2.2.9.4 Serah terima umumnya diadakan dipagi hari, namun serah

terima juga diperlukan pada setiap pergantian shift.

2.2.9.5 Serah terima pada shift pagi memungkinkan tim untuk

membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa

yang akan dikerjakan.

2.2.9.6 Serah terima antara shift, harus dilakukan secara menyeluruh,

agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat

dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama,

misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.

2.2.10 Pemilihan Tempat Untuk Pelaksanaan Timbang Terima

Menurut AMA (2006) dalam Triwibowo (2016) tempat yang tepat pada

saat akan dilakukan timbang terima adalah :

2.2.10.1 Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.

2.2.10.2 Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan

kenyamanan dan memungkinkan semua staf menghadiri

dalam pelaksanaan handover.

2.2.10.3 Bebas dari gangguan (gangguan yang dapat mengganggu

proses serah terima misalnya : pager,telepon, handphone,


42

suara peralatan, alarm, dan berbicara) sehingga

berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk

mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan

informasi yang tidak tepat.

2.2.10.4 Terdapat hasil lab, X-Ray, informasi klinis lainnya

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono, 2011).

Kerangka konsep penelitian hubungan penerapan metode tim dengan

pelaksanaan timbang terima di rawat inap adalah .

Variabel Independen

Metode Tim

- Kepemimpinan

- Komunikasi Variabel Dependen

Timbang Terima
- Koodinasi

- Penugasan

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian

Keterangan :

: Diteliti
43

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011). Adapun hipotesis penelitian ini adalah

ada hubungan penerapan metode tim dengan pelaksanaan timbang terima.

Anda mungkin juga menyukai