Anda di halaman 1dari 40

SUPERVISI KLINIK DALAM

KEPERAWATAN

YENI YULISTANTI
PRODI KEPERAWATAN MAGELANG
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami pengertian supervisi klinis dalam keperawatan


2. Menjelaskan fungsi supervisi klinis dalam keperawatan
3. Menjelaskan prinsip supervisi klinis dalam keperawatan
4. Mengenal model supervisi klinis dalam keperawatan
5. Memahami proses supervisi klinis dalam keperawatan
PENDAHULUAN
• Pelayanan kesehatan di rumah sakit  dilaksanakan oleh
multi disiplin ilmu
• Setiap profesi pemberi pelayanan kesehatan, akan
memberikan pelayanan berkualitas  persaingan sehat
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
• Semakin berkualitas pelayanannya  kepuasan pelanggan
meningkat angka kunjungan meningkat  pendapatan
rumah sakit semakin meningkat  kesejahteraan pegawai
meningkat
• Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana
didalamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan.
• Kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan
pengawasan; bukan pada kegiatan bimbingan,
observasi dan penilaian (Mularso, 2006).
• Di Indonesia model supervisi klinik keperawatan juga
belum jelas seperti apa dan bagaimana
implementasinya di rumah sakit.
DEFINISI DAN PERAN SUPERVISOR

• Supervisi keperawatan adalah upaya yang


berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan
bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
para perawat (Depkes, 1999).

• Supervisi sebagai proses yang memacu


anggota unit kerja untuk berkontribusi secara
aktif dan positif agar tujuan organisasi
tercapai (Marquis & Huston, 1998).
PENGERTIAN SUPERVISI

• Supervisi adalah mengawasi,


meneliti dan memeriksa, yang
dipandang sebagai proses dinamis
dengan memberikan dorongan
dan berpartisipasi dalam
pengembangan diri staf dan
pelaksanaan keperawatan (Yura
dan Helen, 1981).
PENGERTIAN SUPERVISI
• Supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong dan
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi
secara terus-menerus pada setiap tenaga
keperawatan dengan sabar, adil serta
bijaksana sehingga setiap tenaga
keperawatan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, terampil, aman,
cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan yang
mereka miliki (Kron T., 1987).
PENGERTIAN SUPERVISI

• Supervisi adalah suatu proses


kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan staf keperawatan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya
(Swansburg dan Swansburg,
1990).
 Supervisi dalam praktek keperawatan profesional
adalah suatu proses pemberian berbagai sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi.
Supervisi dibedakan menjadi dua kategori yaitu
supervisi teknis dan supervisi manajerial
(Nursalam).

 Supervisi klinik keperawatan sangat diperlukan


dalam tataran praktek keperawatan, mengingat
pelayanan keperawatan yang profesional perlu
dijaga, dievaluasi dan dikembangkan menuju
ke arah yang lebih baik.
 Di rumah sakit yang disebut perawat supervisor
adalah Kepala ruang rawat (Karu) dan Pengawas
Perawatan.
 Karu bertanggung jawab dalam supervisi
keperawatan kepada pasien dan
bertanggungjawab mengawasi perawat pelaksana
dalam melakukan praktik keperawatan.
 Pengawas bertanggung jawab terhadap supervisi
pelayanan keperawatan pada areanya yaitu
beberapa Karu yang ada pada Unit Pelaksana
Fungsional (UPF).
TUJUAN SUPERVISI
1. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan/khusus
tenaga baru.
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan.
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar
menyadari dan mengerti terhadap peran, fungsi dan tugas
sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan.
4. Memberikan layanan dan bantuan kepada staf dan
pelaksana keperawatan apabila menghadapi kendala
dalam pelaksanaan.
5. Mengembangkan kemampuan staf dan pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
SASARAN SUPERVISI
Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola.
2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana.
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara
kontinyu/sistematis.
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang.
6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan
objek/rational.
7. Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan
kekuasaan, kedudukan dan keuangan.
PRINSIP SUPERVISI KELIAT (1993)
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi RS.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia, kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan dan kebijakan dan
uraian tugas standar.
4. Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk
menerapkan misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
untuk mencapai tujuan.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung
komunikasi efektif, merangsang kreativitas dan motivasi.
MODEL SUPERVISI KLINIK
MODEL DEVELOPMENTAL

 Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah


sakit mental dan southern cost addiction
technology transfer center tahun 1998.
 Model ini dikembangkan dalam rumah sakit
mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat
mengalami proses developmental yang lebih
baik.
 Supervisor diberikan kewenangan untuk
membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu
change agent, counselor, dan teacher
• Kegiatan change agent bertujuan agar supervisor membimbing
perawat menjadi agen perubahan; kegiatan tersebut nantinya
ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami masalah
kesehatan.
• Kegiatan counselor dilakukan supervisor dengan tujuan
membina, membimbing, mengajarkan kepada perawat tentang
hal-hal yang berkaitan dengan tugas (task) rutin perawat
(contoh: supervisor membimbing perawat melakukan pengkajian
fisik).
• Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan dan mempraktikkan
‘nursing practice’ yang sesuai dengan tugas perawat (contoh:
supervisor di ICU mengajarkan teknik pengambilan darah
arteri, analisa gas darah dsb).
MODEL ACADEMIC
Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of
Nursing UK tahun 1995.
Supervisi klinik dilakukan untuk membagi pengalaman
supervisor kepada para perawat sehingga ada proses
pengembangan kemampuan professional yang berkelanjutan
(CPD; continuing professional development).
Supervisi klinik merupakan proses formal dari perawat
professional (RN’s) untuk support dan learning sehingga
pengetahuan dan kompetensi perawat dapat
dipertanggungjawabkan sehingga pasien mendapatkan
perlindungan dan merasa aman selama menjalani perawatan.
• Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi tiga kegiatan,
a. Educative
b. Supportive
c. Managerial
Kegiatan educative dilakukan dengan:

1. Mengajarkan keterampilan dan kemampuan (contoh: perawat


diajarkan cara membaca hasil EKG);
2. Membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari
setiap intervensi keperawatan (contoh: supervisor
mengajarkan perawat dan melibatkan pasien DM dalam
demontrasi injeksi SC);
3. Supervisor melatih perawat untuk mengexplore strategi,
teknik-teknik lain dalam bekerja (contoh: supervisor
mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obat-obat jenis
baru yang lebih baik).
• Kegiatan supportive dilakukan dengan cara:
melatih perawat ‘menggali’ emosi ketika bekerja
(contoh: meredam konflik antar perawat, job
enrichment agar mengurangi burn out selama
bertugas).

• Kegiatan managerial dilakukan dengan:


melibatkan perawat dalam peningkatkan ‘standar’
(contoh: SOP yang sudah ada dikaji bersama
kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).
MODEL EXPERIENTIAL
Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle
University UK dan Department of Health US tahun 2005 yang
merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick. Dalam
model ini disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik keperawatan
meliputi training dan mentoring.

Dalam kegiatan training, supervisor mengajarkan teknik-teknik


keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat pelaksana
(contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie,
teknik advance life support dsb).
 Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap
perawat, misalnya training pada perawat pemula (beginner),
perawat pemula-lanjut (advance).
 Dalam kegiatan mentoring, supervisor lebih mirip seorang
penasihat dimana ia bertugas memberikan nasihat berkaitan
dengan masalah-masalah rutin sehari-hari (contoh: bagaimana
mengurus ASKES pasien, mencari perawat pengganti yang
tidak masuk, menengahi konflik, mengambil keputusan secara
cepat, tepat dan etis dsb). Kegiatan ini lebih mirip kegiatan
supportive dalam model academic.
MODEL 4S
 Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil
penelitian di Greater Manchester UK dan New York tahun 1995.
 Model supervisor ini dikembangkan dengan empat (4) strategi,
yaitu Structure, Skills, Support dan Sustainability.
 Dalam model ini, kegiatan structure dilakukan oleh perawat RN’s
dalam melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana
perawat yang dibina sekitar 6-8 orang.
 Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pengalaman
perawat dalam hal konsultasi, fasilitasi dan assisting. Kegiatan
skills dilakukan supervisor untuk meningkatkan keterampilan
praktis (contoh: menjahit luka, interpretasi EKG, pasang CAPD
dsb).
• Kegiatan support dilakukan dengan tujuan untuk will keep practice
fresh, sharing, kebutuhan-kebutuhan training tertentu yang
bernilai kebaruan (contoh pelatihan emergency pada keadaan
bencana).

• Kegiatan sustainability bertujuan untuk tetap mempertahankan


pengalaman, keterampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat.

• Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer


pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana (contoh:
supervisor membuat modul tentang berbagai keterampilan teknik
yang dibagikan kepada semua perawat pelaksana).
PROCTOR’S MODEL OF SUPERVISION (1987)

• Normative – Administration & Quality Assurance


• Manage projects
• Ensure patient safety
• Assess & assure quality
• Improve practice
• Restorative – Support & Assistance with Coping
• Identify solutions to problems in practice
• Alleviate stress
• Formative – Education & Professional Development
• Skills & knowledge
APPLICATIONS OF THE MODEL
• Normative (management, safety, assurance)
• Meetings
• Observation of care
• Formal evaluation
• Telephone consultation
• Documentation in hard & electronic media
• Patient records
• Activity logs
• Restorative (support & assistance with coping)
• Group supervision
• Case conferences
• Identification of solutions to problems in practice
• Formative (education & professional development)
• Continuing education
HERON’S MODEL OF SUPERVISION (1989)

• Authoritative Supervision Interventions


• Prescriptive – direct behavior
• Informative – give information/instruct
• Confronting – challenge
• Facilitative Supervision Interventions
• Cathartic – release tension/strong emotion
• Catalytic – encourage self-exploration
• Supportive – validate/confirm
POWELL’S MODEL OF SUPERVISION (1993)

• Components
• Administrative
• Evaluative
• Clinical
• Supportive

• Conceptualization of supervisor as a servant leader who


• Is self-aware
• Operates with focus & energy
• Is proficient in many aspects of the job
• Makes the organizations mission & vision clear by standing ahead of the
followers while standing behind their actions
• Shares power
• Values people by caring for them
ASSUMPTIONS OF POWELL’S MODEL OF
CLINICAL SUPERVISION (POWELL, 1993)
• Individu memiliki kemampuan tentang perubahan dalam
kehidupannya dengan bantuan dari seorang pembimbing
• Individu tidak selalu tahu apa yang terbaik untuk mereka
sebagaimana mungkin mereka dibutakan oleh penolakan mereka
terhadap issues
• Kunci untuk tumbuh adalah menyatukan pandangan dan perubahan
perilaku dalam hal-hal yang baik pada waktu yang tepat
• Perubahan adalah konstan dan
• Change is constant & inevitable.
• Dalam supervisi, sebagaimana dalam terapi, petunjuk konsentrasi
pada apa yang dapat berubah
• Adalah tidak begitu penting untuk tahu tentang penyebab atau fungsi
dari masalah yang muncul untuk mengatasinya.
• Ada beberapa jalan yang baik untuk melihat dunia.
STRUCTURE OF SUPERVISION

• Individual – 1 to 1
• 1 supervisor & 1 supervisee
• Group
• 1 supervisor with 4-6 supervisees
• Triad – 1 supervisor & 2 supervisees
• Team – colleagues working together outside the group
• Network – people not usually working together outside
the group
• Administrative Arrangements
• Hierarchical
• Non-hierarchical
SUPERVISION VENUES
• Routine interactions on the job
• Informally
• In scheduled meetings
• Indirectly – e.g., by talking to patients
• Through remote communication
• Telephone
• Computer
• Written documentation, e.g., logs, records, reports
CURRENT SUPERVISION DEBATES
• Qualifications of the supervisors
• From the same discipline
• A different discipline
• A peer colleague
• Expertise
• Content of care
• Processes of development
• Guided reflection vs. more traditional clinical
supervision
• Collaborative supervision
• May not challenge each other sufficiently (Walsh et al.,
2003)
EVIDENCE - SUPERVISION EFFECTIVENESS
(KILMINSTER & JOLLY, 2000, P. 833)

• Supervisi memiliki dampak yang positif pada pasien


dan kurang supervisi adalah mengancam untuk
pasien.
• Supervisi memiliki lebih banyak dampak ketika linatih
kurang berpengalaman.
• Supervisi sendiri adalah tidak efektif.
• Kualitas dari hubungan antara supervisor dan
supervisee adalah kemungkinan satu faktor yang
paling penting untuk supervisi yang efektif.
• Perubahan perilaku dapat terjadi secara cepat –
perubahan dalam berfikir dan sikap memerlukan
waktu lebih lama.
TIPS
• Supervisi yang dikombinasi dengan umpan balik yang
fokus

• Berkesinambungan

• Refleksi oleh kedua belah pihak


KOMPETENSI SUPERVISOR

1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat


dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan
pelaksana keperawatan
4. Mengelola kelompok
5. Memberi latihan dan bimbingan yang diperlukan staf
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kerja perawat
7. Mengadakan pengawasan agar pelayanan keperawatan lebih baik
Aktifitas yang dapat dilakukan oleh seorang Supervisor Klinik
diantaranya :
 Menjadi narasumber sekaligus mendorong berlangsungnya
“Ronde Keperawatan” di unit/ruang.

 Mengikuti “Morning Meeting” yang diadakan oleh unit/ruang,


harapannya mampu memberikan dukungan, motivasi, arahan
dan menjadikan agenda morning meeting sebagai sarana
belajar staff.

 Mendorong selalu dilakukannya “Death Converence” terhadap


setiap kasus kematian yang ada di unit/ruang, dengan harapan
kejadian kematian yang ada di ruangan, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
7 GOOD SUPERVISOR LEADERSHIP
SKILLS FOR SAFETY

1. Being able to foster open friendly communication and dialogues about safety.
2. Leading by example.
3. A positive attitude towards safety.
4. Valuing safety over production pressure.
5. Share important safety related information.
6. Enable positive communication between frontline and senior management.
7. Never ignore poor safety behavior.
TIPS FOR SUPERVISOR

• Be a Teacher
• Be Positive on working relationship
• Be Willing to staff conversation
• Be Comitted to succes to your direct repport
• Be Comitted with your own goal and development
CHARACTERISTICS OF EFFECTIVE SUPERVISORS
• Empathetic
• Supportive
• Flexible
• Interested in supervision
• Track supervisees
effectively
• Link theory with practice
• Engage in joint problem-
solving
• Interpretative
• Respectful
• Focused
• Practical
• Knowledgeable
BINGUNG?

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai