Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Supervisi
pengawasan

pendidikan

pendidikan

atau

memiliki

yang

lebih

konsep

dikenal

dasar

dengan

yang

saling

berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan


beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu
sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah
suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik
kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran
hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu
proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap
dan kreatifitas peserta didik.
Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi
oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan
pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan.
Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya
dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan
bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang
baik dan professional.
Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan
pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan di Indonesia,
terutama pendidikan Islam sebagaimana konsentrasi pembahasan
pada

mata

kuliah

ini

dan

juga

pembahasan

yang

dikupas

didalamnya, sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik


yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Dan dengan adanya mata
kuliah supervisi pendidikan Islam pada institusi yang bergerak dalan
bidang pendidikan akan lebih menunjang para mahasiswa untuk
mengetahui

bagaimana

mengawasi

atau

mensupervisi

pada

pendidikan yang baik.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana supervise itu dilakukan?
1.3 Tujuan
1

1.3.1 Mengetahui cara melakukan tindakan dalam supervise

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SUPERVISI
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan
petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau
kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat
dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi
dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani,
2006).
2.2 MANFAAT SUPERVISI
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
a.

Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

b.

Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya
tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan
2

berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif
dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
2.3 TUJUAN SUPERVISI
Swansburg& Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi keperawatan antara
lain:
1. memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan itu
sendiri.
2. memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
3. meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu
sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.
2.4 ELEMEN SUPERVISI
a. Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan
mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
b. Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan
menetapkan kesenjangan
c. Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki
2.5 MODEL MODEL SUPERVISI KEPERAWATAN
Di beberapa negara maju terutama US dan Eropa, kegiatan supervisi klinik keperawatan di
rumah sakit dilakukan dengan sangat sistematis. Peran dan kedudukan perawat supervisor
begitupenting. Peran supervisor dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan
(nursing care delivery) mencapai standar mutu atau tidak. Penelitian Hyrks dan
Paunonen-Ilmonen (2001), membuktikan bahwa supervise klinik yang dilakukan dengan
baik berdampak positif bagi quality of care.
1. Model Developmental
Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan southern cost
addiction technology transfer center tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam
rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses
developmental yang lebih baik. Maka semua ini menjadi tugas utama perawat.
Supervisor diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu
change agent, counselor, dan teacher. Kegiatan change agent bertujuan agar supervisor
membimbing perawat menjadi agen perubahan; kegiatan tersebut nantinya ditransfer
kepada pasien sehingga pasien memahami masalah kesehatan. Kegiatan counselor
dilakukan supervisor dengan tujuan membina, membimbing, mengajarkan kepada
3

perawat tentang hal-hal yang berkaitandengan tugas (task) rutin perawat (contoh:
supervisor membimbing perawat melakukan pengkajian fisik). Kegiatan teaching
bertujuan mengenalkan dan mempraktikkan nursing practice yang sesuai dengan
tugas perawat (contoh: supervisor di ICU mengajarkan teknik pengambilan darah
arteri, analisa gas darah dsb).
2. Model Academic
Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of Nursing UK tahun 1995.
Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik dilakukan untuk membagi pengalaman
supervisor kepada para perawat sehingga ada proses pengembangan kemampuan
professional yang berkelanjutan (CPD; continuing professional development). Dilihat
dari prosesnya, supervisi klinik merupakan proses formal dari perawat professional
(RNs) untuk support dan learning sehingga pengetahuan dan kompetensi perawat
dapat dipertanggungjawabkan sehingga pasien mendapatkan perlindungan dan merasa
aman selama menjalani perawatan. Dalam model academic proses supervise klinik
meliputi tiga kegiatan, yaitu a) educative, b) supportive, c) managerial. Kegiatan
educative dilakukan dengan:
a. mengajarkan ketrampilan dan kemampuan (contoh: perawat diajarkan cara
membaca hasil EKG);
b. membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi
keperawatan (contoh: supervisor mengajarkan perawat dan melibatkan pasien DM
dalam demontrasi injeksi SC);
c. supervisor melatih perawat untuk mengexplore strategi, teknik-teknik lain dalam
bekerja (contoh: supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obat-obat
jenis baru yang lebih baik). Kegiatan supportive dilakukan dengan cara: melatih
perawat menggali emosi ketika bekerja (contoh: meredam konflik antar perawat,
job enrichment agar mengurangi burn out selama bertugas). Kegiatan managerial
dilakukan dengan: melibatkan perawat dalam peningkatkan standar (contoh: SOP
yang sudah ada dikaji bersama kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).
3. Model Experiential
Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle University UK dan
Department of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott
dan Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik
keperawatan meliputi training dan mentoring. Dalam kegiatan training, supervisor
mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat
pelaksana (contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik
advance life support dsb). Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap
4

perawat, misalnya training pada perawat pemula (beginner), perawat pemula-lanjut


(advance).

Dalam kegiatan mentoring, supervisor lebih mirip seorang penasihat

dimana ia bertugas memberikan nasihat berkaitan dengan masalah-masalah rutin


sehari-hari (contoh: bagaimana mengurus ASKES pasien, mencari perawat pengganti
yang tidak masuk, menengahi konflik, mengambil keputusan secara cepat, tepat dan
etis dsb). Kegiatan ini lebih mirip kegiatan supportive dalam model academic.
4. Model 4S
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater
Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor ini dikembangkan
dengan empat (4) strategi, yaitu Structure, Skills, Support dan Sustainability. Dalam
model ini, kegiatan structure dilakukan oleh perawat RNs dalam melakukan
pengkajian dan asuhan pasien dimana perawat yang dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pengalaman perawat dalam hal konsultasi,
fasilitasi dan assisting. Kegiatan skills dilakukan supervisor untuk meningkatkan
ketrampilan praktis (contoh: menjahit luka, interpretasi EKG, pasang CAPD dsb).
Kegiatan support dilakukan dengan tujuan untuk will keep practice fresh, sharing,
kebutuhan-kebutuhan training tertentu yang bernilai kebaruan (contoh:pelatihan
emergency pada keadaan bencana). Kegiatan sustainability bertujuan untuk tetap
mempertahankan pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat.
Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan cara men-transfer pengalaman
supervisor kepada perawat pelaksana (contoh: supervisor membuat modul tentang
berbagai ketrampilan teknik yang dibagikan kepada semua perawat pelaksana).
2.6 KOMPETENSI SUPERVISI
Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki
kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
1. Memberikanpengarahandanpetunjuk yang jelas,sehingga dapat dimengerti oleh
staf dan pelaksana keperawatan
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf/pelaksana keperawatan
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksanaan
keperawatan.
4. Proses kelompok (dinamika kelompok)
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksanaan
keperawatan.
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat
7. mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan lebih baik.
2.7 FUNGSI SUPERVISI

1. Dalam keperawatan fungsi supervise adalah untuk mengatur dan mengorganisir


proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut

pelaksanaan

kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.


2. Fungsi utama supervise modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-faktor
yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan
3. Fungsi utama supervise dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan,
menstimuli, dan mendorong kearah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4. Fungsi supervise adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mengajak untuk diikut sertakan (sharing).
2.8 PRINSIP SUPERVISI
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam,
2007) antara lain:
1)

Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi

2)

Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan


antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan

3)

Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui


petunjuk, peraturan urian tugas dan standard

4)

Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana

5)

Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik

6)

Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas


dan motivasi

7)

Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer

2.9 KARAKTERISTIK SUPERVISI


Dalam keperawatan ,supervisi yang baik apabila memiliki karakteristik :
1. Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya
2. Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada
3. Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.
4. Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau
penanggung jawab yang ditunjuk)
5. Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan
3.0 SASARAN SUPERVISI KEPERAWATAN
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan
struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi
6

mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi
tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang
tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan
kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto,2008)
3.1 CARA SUPERVISI
Suyanto (2009 ) menegaskan supervisi dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Supervisi diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi serta tujuan supervisi.
a. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara
supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi.Cara supervisi terdiri dari :
1. Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus

membuat

perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan disupervisi,
bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan supervisi (Kron,
1987). Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur: Objektif / tujuan
dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur, Target waktu pelaksanaan,
penanggung jawab dan anggaran
2. Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan
tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan kemampuan
komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang demokratis antara
supervisor dan staf.Cara pengarahan yang efektif adalah :
Pengarahan harus lengkap
Menggunakan kata-kata yang tepat
Bebicara dengan jelas dan lambat
Berikan arahan yang logis.
Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu.
Pastikan bahwa arahan dipahami.
Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu
kegiatan tindak lanjut.
3. Membimbing
Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam melakukan
suatu pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang supervisor. Supervisor
7

harus memberikan bimbingan pada staf yang mengalami kesulitan dalam


menjalankan tugasnya, bimbingan harus diberikan dengan terencana dan
berkala. Staf dibimbing bagaimana cara untuk melakukan dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Bimbingan yang diberikan diantaranya dapat berupa :
pemberian penjelasan, pengarahan dan pengajaran, bantuan, serta pemberian
contoh langsung.
4. Memotivasi
Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan supervisor
dalam memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007) :
Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan mengkomunikasikan

harapan tersebut kepada para staf.


Memberikan dukungan positif pada staf untuk menyelesaikan pekerjaan.
Memberikan kesempatan pada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan
memberikan tantangan-tantangan yang akan memberikan pengalaman

yang bermakna.
Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai

tugas limpah yang diberikan.


Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.
Menjadi role model bagi staf.
5. Mengobservasi (Nursalam, 2007)
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan
tugasnya sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang
diharapkan, maka supervisor harus melakukan observasi terhadap kemampuan
dan perilaku staf dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh staf.
6. Mengevaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu
pekerjaan sudah selesai dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu evaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun
sebelumnya.
Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah
dikerjakan sesuai dengan ketentuan untuk mencapai tujuan organisasi.
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara menilai langsung kegiatan, memantau
kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila suatu kegiatan sudah di evaluasi,
maka diperlukan umpan balik terhadap kegiatan tersebut.
b. Supervisi Tidak Langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan
asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan
seperti saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada supervisi tidak langsung
dapat terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor tidak melihat langsung kejadian
dilapangan. Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan
umpan balik dari supevisor dan staf.
3.2 SUPERVISOR KEPERAWATAN
Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung
jawab antara lain (Suyanto,2008) :
a.

Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang

diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun
tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM,
maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim
masing-masing . (Suarli dan Bahtiar , 2009).
b.

Pengawas perawatan (supervisor)


Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana

fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya


pelayanan keperawatan.
c.

Kepala bidang keperawatan


Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala

bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau
tidak langsung melalui para pengawas keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin
kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari
seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan
dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf
dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan.
3.3 LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI
1. Pra Supervisi

Supervisi menetapkan kegiatan yang akan di supervise


9

Supervisor menetapkan tujuan

2. Supervisi
a.

Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument / alat ukur yang telah
disiapkan

b.

Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan

c.

Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi


masalah

d.

Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data


sekunder
Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA

3. Pasca Supervisi 3F

Supervisor memberikan penilaian supervise (F-Fair)

Supervisi memberikan Feed Back dan klarifikasi

Supervisi memberikan reinforcement dan follow up perbaikan

3.4 NASKAH ROLEPLAY SUPERVISI


Naskah roleplay supervisi
Relawan pasien :

PA1 : Zakiah

Pasien1 : julianto

PA 2 : Melati Hutabarat

Pasien 2 : yahya prananda

Karu : Eni sudarman

Pasien 3 : siti Fatimah

Kabid : Jumaadil

Pasien 4 : Andra kurnia

PP2 : Sari hariyani

Keluarga pasien : Sari hariyani

PA3 : Robby

Keluarga pasien : Christine

PA4 : Syarifah ria

PP1 : Engelia

10

Disebuah RS diruangan sambiloto medikal bedah terdapat 4 pasien di bed 1 dengan diagnosa
medis diabetes dengan luka di eksremitas bawah dan bed 2 dengan masalah fraktur di
ekstremitas atas, bed 3 pasien dengan DBD dan bed 4 pasien dengan apendisitis.
Perawat- perawat saat shif pagi sedang berkumpul di nurse station dan PA1 dan PA2 akan
melakukan perawatan luka pada pasien di bed 1.
PA 1

: Ns Mela yang di bed 1 Tn cung harus diganti balutan lukanya, sekalian dibersihkan.

Bantu aku yuk perawayan luka ke Tn.cung


PA2

: yuk lah, sekalian aku mau TTV pasien juga lah sekalian

( PA1 & PA 2 pergi keluar Nurse Station dan menuju ruangan sambiloto tepatnya bed 1 Tn.
cung)
PA1

: (Permisi pak) (tok...tok) Selamat pagi, bagaimana pak keadaannya?

pasien : Baik, tadi makan yang manis-manis sudah dikurangi dan obatnya juga sudah
diminum
PA1

bagus pak ya. Bapak masih ingat sama saya?

Pasien : Ingat, perawat zakiah kan?


PA1

: iya benar pak, jadi sekarang jadwal bapak untuk ganti perbannya dan sekalian

dibersihkan, tujuannya agar luka tidak infeksi. waktunya kurang lebih 10-15 menit tempatnya
disini saja. Apakah bapak dan keluarga bersedia?
Pasien & Keluarga : Iya
PA2

: baik lah pak sebelumnya kita cek suhu dan tekanan darah nya dulu ya ( cek TTV)

PP1

: baik kita ganti perbannya dulu ya. Ners... tolong guntingkan plesternya

PA2

: Baik Nurse....

(PA1 & PA2 melakukan perawatan luka tidak sesuai SOP dan saat mereka berdua melakukan
perawatan luka, tanpa sengaja karu yang melakukan pengawasan melihat tindakan 2 perawat
tersebut yang tidak sesuai SOP dari RS)

PA1

: baik pak luka nya sudah dibersihkan dan perbannya sudah diganti, bagaimana

perasaanya pak?
Pasien : Senang sus
PA1

: ada lagi pak yang bisa saya banttu?

Pasien : tidak
PA1

: kalau tidak ada, kami permisi dulu ya pak. nanti kalau bapak ada perlu silahkan

tekan tombol yang ada diatas tempat tidur bapak ya


Pasien : iya sus, terima kasih ya sus
PA1 & PA2 : iya sama-sama pak, permisi
Didepan pintu kamar pasien, karu memanggil kedua perawat
Karu

: kemaskan dulu alat-alat nya nanti keruangan saya ya

PA1 & PA 2

: baik bu

(PA1 dan PA 2 ke ruangan Karu)


PA1 dan PA2 : permisi bu
Karu : Masuk, silahkan duduk
PA1 : Maaf bu ada apa ya ibu memanggil kami berdua ?
Karu : Bagaimana tindakannya hari ini ?
PA2 : Baik bu seperti biasa tadi kami melakukan tindakan perawatan luka di ruang smabiloto
Karu: bagaimana, apakah menurut kalian berdua tindakan tadi sudah benar ?
PA1 : iya bu, menurut kami sudah benar
Karu : tapi, menurut saya tindakan yang kalian berikan tadi tidak sesaui sop di rs ini, karena
kalian mengambil kassa tidak menggunakan korentang seharusnya menggunakan korentang
yaa. Seharusnya setiap tindakan yang kalian berikan ke pasien itu harus sesuai sop dari RS,
terus yang bertanggung jawab terhdap pasien di bed1 tadi siapa?

PA1 : Saya pak, soalnya saya bertugas dari jam 08.00-11.00 jadi semua pasien saya yang
bertanggungjawab.
PA2 : saya hanya menemani saja pak, kalau tugas saya dari jam 11.00-14.00 di bed 2
Karu : jadi selama ini pembagian tugas kalian berdasarkan waktu ?
PA1 dan PA2 : iya pak kami di tugaskan oleh PP seperti itu
Karu : ya sudah kalau begitu kalian sudah boleh kembali keruangan kalian., dan tolong
bilangkan ke PP besok keruangan saya ya
PA1 : iya pak, kalo begitu kami permisi. Mari pak
Karu : iya
Keesokan harinya PP menemui karu di ruangannya ,...
PP : (tok..tok) permisi
Karu : masuk, silahkan duduk
PP : maaf pakk kalau saya boleh tau ada apa ya bapak memanggil saya ?
Karu : kita langsung saja ke intinya ya, begini kemarin saat saya meanggil PA1 dan PA2
untuk menanyakan pembagian tugas mereka dan mereka mengatakan pembagian tugas
mereka berdasarkan waktu. Apakah benar ?
PP : iya pak, saya memberikan tugas kepada mereka berdasarkan waktu karena menurut saya
itu lebih efektif
Karu : menurut saya pembagian tugas berdasarkan waktu itu salah, karena yang ada itu
berdasarkan tim,primer dll. Jadi sebaiknya di ruangan ini pembagian tugasnya menggunakan
metode tim, disini kan dalam 1 ruangan ada 6 perawat dan 4 pasien jadi kamu bagi prwat
mnjadi 2 tim, tim1 menangani bed 1-2 dan tim2 menangani bed 3-4 pembagiannya
menggunakan shift ya .Jadi itu yang lebih efekti di ruangan ini
PP : iya bu nanti akan saya terapkan
Karu :baiklah hanya itu yang saya sampaikn. Kamu bisa kembali keruangan kamu
PP : iya bu, kalau begitu saya permisi (keluar dari ruangan Karu)

Karu : iya
KRB banyak mendapatkan keluhan dari banyak pasien tentang pelayanan yang ada di RS ini.
Seperti pelayanan manajemen luka pada pasien, jadi demi meningkatkan mutu pelayanan
yang lebih optimal kabid melakukan supervisi kepada karu untuk memanajemen sumber daya
manusia yaitu untuk menunjukan perawat yang kompeten untuk mengikuti pelatihan
manajemen luka.
Kabid memenggil karu keruangannya
Kabid : (mengetuk pintu) permisi bu
Karu : iya silahkan masuk , ada apa bu?
Kabid : jadi begini, sebulan inikan RS kita mendapat komplain dari pasien-pasien tentang
pelayanan di RS ini khususnya pelayanan di manajemen luka. Jadi untuk meningkatkan
pelayan manajemen luka, saya merencanakan kepada perawat disini untuk mengikuti
perawatan luka yang alkan dilaksanakan minggu depan.
Karu : ohh iya bu, jadi untuk perawat yanga akan mengikuti pelatihan tersebut siapa bu?
Kabid : itulah tujuan sya memanggil kamu, jadi kamu saya tugaskan untuk memilih perawat
yang berkompeten untuk mengikuti pelatihan tersebut. Tentunya kamu lebih tahu bagaimana
kinerja mereka selama ini. Untuk pelatihan ini sendiri dibutuhkan 2 perawat , mungkin kamu
punya usul siapa yang bisa mengikuti pelatihan ini ?
Karu : ohh iya bu, menurut saya perawat robby dan ria mempunyai kinerja yang bagus dan
kompeten. Jadi lebih baik mereka saja yang mengikuti pelatihan tersebut.
Kabid : oke baik. Nanti tolong kamu sampaikan ke mereka ya.
Karu : baiklah bu jika tidak ada lagi yang ingi tidak ada lagi yang disampaikan saya permisi
dulu bu.
Kabid : okee
(karu keluar ruangan)
Setelah PP1 dan PA1 dan PA2 dipanggil Karu dan ditegur dalam hal perawatan luka dan
pembagian tugas serta mengirimkan PA3 dan PA4 untuk pelatihan managemen luka. mereka

menerapkan apa yang disampaikan karu .1 minggu kemudian PP melakukan supervisi kepada
PA2 . PP1 menjelaskan maksud dan tujuan supervisi kepada PA2.
Di nurse station..
PP1 : Kalian sudah mau kepasien ya?
PA1 : iya ners,
PP1 : kalau sudah selesai tindakan ,ngumpul kesini lagi yaa, ada yang mau saya sampaikan
PA2 : ok
Selesai tindakan, semua perawat sedang berkumpul di ners station
PP1 : sudah kumpul semua?
PA3 : sudah bu
PP1 : langsung ke intinya saja ya, ruangan ini akan melakukan supervisi, jadi supervisinya
akan dilakukan hari ini. Tujuan dilakukannya supervisi adalah untuk mempelajari dan
memperbaiki tindakan yang akan dilakukaan pada pasien kita, sehingga pelayanan din RS
kita bisa semakin optimal.
PA4 : ohh gitu ya bu, untuk supervisi sendiri tindalkan apa yang akan dilakukan?
PP1 : berhubung keperawatan lukalah yang sering kita lakukan. Jadi kegiatan itu yang akan
saya lakukan supervisi.perawat yang akan saya supervisi adalah perawat mela.apakah
perawat mela siap?
PA2 : saya siap bu
PP1 : kalau begitu sebelum saya akhiri . apakah ada yang ingin ditanyakan?
Semua perawat: tidak ada bu
PP1 : kalau begitu yang lain, boleh melanjutkan tugas-tugasnya. Untuk perawat mela tolong
siapkan alat-alatnya. Sebel;umnya saya akan melakukan beberapa penilaian terhadap
tindakan yuang akan dilakukan dan sya akan memberikan penilaian terhadap beberapa
isntrumen tindakan seperti teknik perawatn luka yang benar, mungkin ini ad beberapa

format/instrumrn penilaian. Silahkan di baca dulu (menyerahkan map kepada perawat yang
akan dibsupervisi)
PA2 : (menerima map)
PP1 : ada yang ingin ditanyakan pada format atau instrumen tersebut?
PA2 : tidak ada bu.
PP1 : kalau begitu langsung saja siapkan alat2nya dan kita langsung keruangan pasien
PA2 : baik bu.
diruangan pasien PP1 dan PA2 masuk
PA2 : selamat pagi.
Pasien : pagi
PA2 : perkenalkan nama saya perawat mela, bagaimana kabarnya hari ini mas?
Pasien : tadi sihh makan yang manis-manis sudah mau dikurangi, terus tadi obatnya sudah
diminum sama sudah disuntik insulin.
PA2 : ohh gitu ? baiklah sekarang saya akan melakukan perawatan luka pada bapak,
tujuannya agar luka bapak tidak infeksi, waktunya kurang lebih 15 menit dan dilakukan disini
saja, apakah bapak bersedia?
Pasien : iya saya bersedia.
PA2 : saya lakukan ya pak tindakannuya (merawat luka sesuai SOP dan PP1 menilai dan
melihat tindakan yang dilakukan suoervisi)
*Setelah selesai melakukan tindakan*
PA2 : pak saya sudah melakukan tindakannya , bagaiamana perasaannya?
Pasien : sudah mendingan sus.
PA2 : ada lagi yang bisa saya bantu?
Pasien: tidak sus

PA2: jika ada keluhan lain, silahkan panggil saya atau perawat lain dengan cara menekan
tombol yang ada diatas tempat tidur mas ya, mari pak saya permisi.
Pasien: ya sama-sama
PP1: silahkan letakan alat-alatnya dulu nanti langsung ke Nurse Station ya
PA2 : baik bu
Di Nurse Station.
PP1 : tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawatan luka tadi,
sebelumnya bagaimana ners mela tadi apakah kamu sudah sesuai teknik rawat luka tadi ? Ada
yang kurang atau tidak ?
PA2 : Menurut saya tindakan sudah dilakukan sesuai SOP yang ada. Tapi meungkin dari ibu
ada saran lain ?
PP1: saya lihat tadi perawat ini sudah bagus. Komunikasinya dengan pasien , untuk secara
prosedur perawatan luka secara keseluruhan sudah baik sesuai SOP. Saran dari saya setiap
tindkan kepada pasien harus ada komunikasi yang baik agar pasien lebih nyaman. Dan
pertahankan teknik rawat luka sesuai SOP.
PA2 : ya bu, terima kasih srannya
PP1 : sepertinya hanya itu yang bisa sya sampaikan, untuk kurang dan lebihnya mohon maaf.
Silahkan lanjutkan tugasnya.
(PA melanjutkan tugasnya dan PP melakuakn dokumentasi untuk hasil supervisi tersebut)
Dan akreditasi RS ini pun meningkat banyak pasien yang puas akan pelayanan perawat di RS
ini.

BAB III

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar,
1996).
4.2 SARAN
Sebagai perawat professional hendaknya memahami tentang proses supervise
keperawatan sebagai salah satu bagian dari manjemen keperawatan di Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Suyanto. (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumahsakit.


Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Gillies, 19VIII9. Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.
FKp, 2009. Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners. Surabaya.
http://www.serbaserbiperawat.com/2012/05/supervisi-dalam-keperawatan.html
Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4 ,Desember 2008, 193-196

Anda mungkin juga menyukai