PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Supervisi
pengawasan
pendidikan
pendidikan
atau
memiliki
yang
lebih
konsep
dikenal
dasar
dengan
yang
saling
mata
kuliah
ini
dan
juga
pembahasan
yang
dikupas
bagaimana
mengawasi
atau
mensupervisi
pada
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SUPERVISI
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan
petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau
kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat
dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang
berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi
dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani,
2006).
2.2 MANFAAT SUPERVISI
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
a.
Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b.
Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya
tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan
2
berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif
dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
2.3 TUJUAN SUPERVISI
Swansburg& Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi keperawatan antara
lain:
1. memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan itu
sendiri.
2. memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
3. meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu
sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.
2.4 ELEMEN SUPERVISI
a. Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan
mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
b. Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan
menetapkan kesenjangan
c. Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki
2.5 MODEL MODEL SUPERVISI KEPERAWATAN
Di beberapa negara maju terutama US dan Eropa, kegiatan supervisi klinik keperawatan di
rumah sakit dilakukan dengan sangat sistematis. Peran dan kedudukan perawat supervisor
begitupenting. Peran supervisor dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan
(nursing care delivery) mencapai standar mutu atau tidak. Penelitian Hyrks dan
Paunonen-Ilmonen (2001), membuktikan bahwa supervise klinik yang dilakukan dengan
baik berdampak positif bagi quality of care.
1. Model Developmental
Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan southern cost
addiction technology transfer center tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam
rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses
developmental yang lebih baik. Maka semua ini menjadi tugas utama perawat.
Supervisor diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu
change agent, counselor, dan teacher. Kegiatan change agent bertujuan agar supervisor
membimbing perawat menjadi agen perubahan; kegiatan tersebut nantinya ditransfer
kepada pasien sehingga pasien memahami masalah kesehatan. Kegiatan counselor
dilakukan supervisor dengan tujuan membina, membimbing, mengajarkan kepada
3
perawat tentang hal-hal yang berkaitandengan tugas (task) rutin perawat (contoh:
supervisor membimbing perawat melakukan pengkajian fisik). Kegiatan teaching
bertujuan mengenalkan dan mempraktikkan nursing practice yang sesuai dengan
tugas perawat (contoh: supervisor di ICU mengajarkan teknik pengambilan darah
arteri, analisa gas darah dsb).
2. Model Academic
Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of Nursing UK tahun 1995.
Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik dilakukan untuk membagi pengalaman
supervisor kepada para perawat sehingga ada proses pengembangan kemampuan
professional yang berkelanjutan (CPD; continuing professional development). Dilihat
dari prosesnya, supervisi klinik merupakan proses formal dari perawat professional
(RNs) untuk support dan learning sehingga pengetahuan dan kompetensi perawat
dapat dipertanggungjawabkan sehingga pasien mendapatkan perlindungan dan merasa
aman selama menjalani perawatan. Dalam model academic proses supervise klinik
meliputi tiga kegiatan, yaitu a) educative, b) supportive, c) managerial. Kegiatan
educative dilakukan dengan:
a. mengajarkan ketrampilan dan kemampuan (contoh: perawat diajarkan cara
membaca hasil EKG);
b. membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi
keperawatan (contoh: supervisor mengajarkan perawat dan melibatkan pasien DM
dalam demontrasi injeksi SC);
c. supervisor melatih perawat untuk mengexplore strategi, teknik-teknik lain dalam
bekerja (contoh: supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obat-obat
jenis baru yang lebih baik). Kegiatan supportive dilakukan dengan cara: melatih
perawat menggali emosi ketika bekerja (contoh: meredam konflik antar perawat,
job enrichment agar mengurangi burn out selama bertugas). Kegiatan managerial
dilakukan dengan: melibatkan perawat dalam peningkatkan standar (contoh: SOP
yang sudah ada dikaji bersama kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).
3. Model Experiential
Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle University UK dan
Department of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott
dan Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik
keperawatan meliputi training dan mentoring. Dalam kegiatan training, supervisor
mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat
pelaksana (contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik
advance life support dsb). Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap
4
pelaksanaan
2)
3)
4)
Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana
5)
Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
6)
7)
Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer
mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi
tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang
tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan
kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto,2008)
3.1 CARA SUPERVISI
Suyanto (2009 ) menegaskan supervisi dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Supervisi diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi serta tujuan supervisi.
a. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara
supervisi ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan
memperbaiki kesalahan yang terjadi.Cara supervisi terdiri dari :
1. Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus
membuat
perencanaan tentang apa yang akan disupervisi, siapa yang akan disupervisi,
bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan dilakukan supervisi (Kron,
1987). Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur: Objektif / tujuan
dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur, Target waktu pelaksanaan,
penanggung jawab dan anggaran
2. Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan
tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai. Dalam memberikan pengarahan diperlukan kemampuan
komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang demokratis antara
supervisor dan staf.Cara pengarahan yang efektif adalah :
Pengarahan harus lengkap
Menggunakan kata-kata yang tepat
Bebicara dengan jelas dan lambat
Berikan arahan yang logis.
Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu.
Pastikan bahwa arahan dipahami.
Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu
kegiatan tindak lanjut.
3. Membimbing
Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam melakukan
suatu pekerjaan, staf perlu bimbingan dari seorang supervisor. Supervisor
7
yang bermakna.
Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan
asuhan keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan
seperti saat timbang terima dan ronde keperawatan. Pada supervisi tidak langsung
dapat terjadi kesenjangan fakta, karena supervisor tidak melihat langsung kejadian
dilapangan. Oleh karena itu agar masalah dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan
umpan balik dari supevisor dan staf.
3.2 SUPERVISOR KEPERAWATAN
Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung
jawab antara lain (Suyanto,2008) :
a.
Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun
tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM,
maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim
masing-masing . (Suarli dan Bahtiar , 2009).
b.
bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau
tidak langsung melalui para pengawas keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin
kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari
seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan
dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf
dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan.
3.3 LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI
1. Pra Supervisi
2. Supervisi
a.
Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument / alat ukur yang telah
disiapkan
b.
c.
d.
3. Pasca Supervisi 3F
PA1 : Zakiah
Pasien1 : julianto
PA 2 : Melati Hutabarat
Kabid : Jumaadil
PA3 : Robby
PP1 : Engelia
10
Disebuah RS diruangan sambiloto medikal bedah terdapat 4 pasien di bed 1 dengan diagnosa
medis diabetes dengan luka di eksremitas bawah dan bed 2 dengan masalah fraktur di
ekstremitas atas, bed 3 pasien dengan DBD dan bed 4 pasien dengan apendisitis.
Perawat- perawat saat shif pagi sedang berkumpul di nurse station dan PA1 dan PA2 akan
melakukan perawatan luka pada pasien di bed 1.
PA 1
: Ns Mela yang di bed 1 Tn cung harus diganti balutan lukanya, sekalian dibersihkan.
: yuk lah, sekalian aku mau TTV pasien juga lah sekalian
( PA1 & PA 2 pergi keluar Nurse Station dan menuju ruangan sambiloto tepatnya bed 1 Tn.
cung)
PA1
pasien : Baik, tadi makan yang manis-manis sudah dikurangi dan obatnya juga sudah
diminum
PA1
: iya benar pak, jadi sekarang jadwal bapak untuk ganti perbannya dan sekalian
dibersihkan, tujuannya agar luka tidak infeksi. waktunya kurang lebih 10-15 menit tempatnya
disini saja. Apakah bapak dan keluarga bersedia?
Pasien & Keluarga : Iya
PA2
: baik lah pak sebelumnya kita cek suhu dan tekanan darah nya dulu ya ( cek TTV)
PP1
: baik kita ganti perbannya dulu ya. Ners... tolong guntingkan plesternya
PA2
: Baik Nurse....
(PA1 & PA2 melakukan perawatan luka tidak sesuai SOP dan saat mereka berdua melakukan
perawatan luka, tanpa sengaja karu yang melakukan pengawasan melihat tindakan 2 perawat
tersebut yang tidak sesuai SOP dari RS)
PA1
: baik pak luka nya sudah dibersihkan dan perbannya sudah diganti, bagaimana
perasaanya pak?
Pasien : Senang sus
PA1
Pasien : tidak
PA1
: kalau tidak ada, kami permisi dulu ya pak. nanti kalau bapak ada perlu silahkan
PA1 & PA 2
: baik bu
PA1 : Saya pak, soalnya saya bertugas dari jam 08.00-11.00 jadi semua pasien saya yang
bertanggungjawab.
PA2 : saya hanya menemani saja pak, kalau tugas saya dari jam 11.00-14.00 di bed 2
Karu : jadi selama ini pembagian tugas kalian berdasarkan waktu ?
PA1 dan PA2 : iya pak kami di tugaskan oleh PP seperti itu
Karu : ya sudah kalau begitu kalian sudah boleh kembali keruangan kalian., dan tolong
bilangkan ke PP besok keruangan saya ya
PA1 : iya pak, kalo begitu kami permisi. Mari pak
Karu : iya
Keesokan harinya PP menemui karu di ruangannya ,...
PP : (tok..tok) permisi
Karu : masuk, silahkan duduk
PP : maaf pakk kalau saya boleh tau ada apa ya bapak memanggil saya ?
Karu : kita langsung saja ke intinya ya, begini kemarin saat saya meanggil PA1 dan PA2
untuk menanyakan pembagian tugas mereka dan mereka mengatakan pembagian tugas
mereka berdasarkan waktu. Apakah benar ?
PP : iya pak, saya memberikan tugas kepada mereka berdasarkan waktu karena menurut saya
itu lebih efektif
Karu : menurut saya pembagian tugas berdasarkan waktu itu salah, karena yang ada itu
berdasarkan tim,primer dll. Jadi sebaiknya di ruangan ini pembagian tugasnya menggunakan
metode tim, disini kan dalam 1 ruangan ada 6 perawat dan 4 pasien jadi kamu bagi prwat
mnjadi 2 tim, tim1 menangani bed 1-2 dan tim2 menangani bed 3-4 pembagiannya
menggunakan shift ya .Jadi itu yang lebih efekti di ruangan ini
PP : iya bu nanti akan saya terapkan
Karu :baiklah hanya itu yang saya sampaikn. Kamu bisa kembali keruangan kamu
PP : iya bu, kalau begitu saya permisi (keluar dari ruangan Karu)
Karu : iya
KRB banyak mendapatkan keluhan dari banyak pasien tentang pelayanan yang ada di RS ini.
Seperti pelayanan manajemen luka pada pasien, jadi demi meningkatkan mutu pelayanan
yang lebih optimal kabid melakukan supervisi kepada karu untuk memanajemen sumber daya
manusia yaitu untuk menunjukan perawat yang kompeten untuk mengikuti pelatihan
manajemen luka.
Kabid memenggil karu keruangannya
Kabid : (mengetuk pintu) permisi bu
Karu : iya silahkan masuk , ada apa bu?
Kabid : jadi begini, sebulan inikan RS kita mendapat komplain dari pasien-pasien tentang
pelayanan di RS ini khususnya pelayanan di manajemen luka. Jadi untuk meningkatkan
pelayan manajemen luka, saya merencanakan kepada perawat disini untuk mengikuti
perawatan luka yang alkan dilaksanakan minggu depan.
Karu : ohh iya bu, jadi untuk perawat yanga akan mengikuti pelatihan tersebut siapa bu?
Kabid : itulah tujuan sya memanggil kamu, jadi kamu saya tugaskan untuk memilih perawat
yang berkompeten untuk mengikuti pelatihan tersebut. Tentunya kamu lebih tahu bagaimana
kinerja mereka selama ini. Untuk pelatihan ini sendiri dibutuhkan 2 perawat , mungkin kamu
punya usul siapa yang bisa mengikuti pelatihan ini ?
Karu : ohh iya bu, menurut saya perawat robby dan ria mempunyai kinerja yang bagus dan
kompeten. Jadi lebih baik mereka saja yang mengikuti pelatihan tersebut.
Kabid : oke baik. Nanti tolong kamu sampaikan ke mereka ya.
Karu : baiklah bu jika tidak ada lagi yang ingi tidak ada lagi yang disampaikan saya permisi
dulu bu.
Kabid : okee
(karu keluar ruangan)
Setelah PP1 dan PA1 dan PA2 dipanggil Karu dan ditegur dalam hal perawatan luka dan
pembagian tugas serta mengirimkan PA3 dan PA4 untuk pelatihan managemen luka. mereka
menerapkan apa yang disampaikan karu .1 minggu kemudian PP melakukan supervisi kepada
PA2 . PP1 menjelaskan maksud dan tujuan supervisi kepada PA2.
Di nurse station..
PP1 : Kalian sudah mau kepasien ya?
PA1 : iya ners,
PP1 : kalau sudah selesai tindakan ,ngumpul kesini lagi yaa, ada yang mau saya sampaikan
PA2 : ok
Selesai tindakan, semua perawat sedang berkumpul di ners station
PP1 : sudah kumpul semua?
PA3 : sudah bu
PP1 : langsung ke intinya saja ya, ruangan ini akan melakukan supervisi, jadi supervisinya
akan dilakukan hari ini. Tujuan dilakukannya supervisi adalah untuk mempelajari dan
memperbaiki tindakan yang akan dilakukaan pada pasien kita, sehingga pelayanan din RS
kita bisa semakin optimal.
PA4 : ohh gitu ya bu, untuk supervisi sendiri tindalkan apa yang akan dilakukan?
PP1 : berhubung keperawatan lukalah yang sering kita lakukan. Jadi kegiatan itu yang akan
saya lakukan supervisi.perawat yang akan saya supervisi adalah perawat mela.apakah
perawat mela siap?
PA2 : saya siap bu
PP1 : kalau begitu sebelum saya akhiri . apakah ada yang ingin ditanyakan?
Semua perawat: tidak ada bu
PP1 : kalau begitu yang lain, boleh melanjutkan tugas-tugasnya. Untuk perawat mela tolong
siapkan alat-alatnya. Sebel;umnya saya akan melakukan beberapa penilaian terhadap
tindakan yuang akan dilakukan dan sya akan memberikan penilaian terhadap beberapa
isntrumen tindakan seperti teknik perawatn luka yang benar, mungkin ini ad beberapa
format/instrumrn penilaian. Silahkan di baca dulu (menyerahkan map kepada perawat yang
akan dibsupervisi)
PA2 : (menerima map)
PP1 : ada yang ingin ditanyakan pada format atau instrumen tersebut?
PA2 : tidak ada bu.
PP1 : kalau begitu langsung saja siapkan alat2nya dan kita langsung keruangan pasien
PA2 : baik bu.
diruangan pasien PP1 dan PA2 masuk
PA2 : selamat pagi.
Pasien : pagi
PA2 : perkenalkan nama saya perawat mela, bagaimana kabarnya hari ini mas?
Pasien : tadi sihh makan yang manis-manis sudah mau dikurangi, terus tadi obatnya sudah
diminum sama sudah disuntik insulin.
PA2 : ohh gitu ? baiklah sekarang saya akan melakukan perawatan luka pada bapak,
tujuannya agar luka bapak tidak infeksi, waktunya kurang lebih 15 menit dan dilakukan disini
saja, apakah bapak bersedia?
Pasien : iya saya bersedia.
PA2 : saya lakukan ya pak tindakannuya (merawat luka sesuai SOP dan PP1 menilai dan
melihat tindakan yang dilakukan suoervisi)
*Setelah selesai melakukan tindakan*
PA2 : pak saya sudah melakukan tindakannya , bagaiamana perasaannya?
Pasien : sudah mendingan sus.
PA2 : ada lagi yang bisa saya bantu?
Pasien: tidak sus
PA2: jika ada keluhan lain, silahkan panggil saya atau perawat lain dengan cara menekan
tombol yang ada diatas tempat tidur mas ya, mari pak saya permisi.
Pasien: ya sama-sama
PP1: silahkan letakan alat-alatnya dulu nanti langsung ke Nurse Station ya
PA2 : baik bu
Di Nurse Station.
PP1 : tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawatan luka tadi,
sebelumnya bagaimana ners mela tadi apakah kamu sudah sesuai teknik rawat luka tadi ? Ada
yang kurang atau tidak ?
PA2 : Menurut saya tindakan sudah dilakukan sesuai SOP yang ada. Tapi meungkin dari ibu
ada saran lain ?
PP1: saya lihat tadi perawat ini sudah bagus. Komunikasinya dengan pasien , untuk secara
prosedur perawatan luka secara keseluruhan sudah baik sesuai SOP. Saran dari saya setiap
tindkan kepada pasien harus ada komunikasi yang baik agar pasien lebih nyaman. Dan
pertahankan teknik rawat luka sesuai SOP.
PA2 : ya bu, terima kasih srannya
PP1 : sepertinya hanya itu yang bisa sya sampaikan, untuk kurang dan lebihnya mohon maaf.
Silahkan lanjutkan tugasnya.
(PA melanjutkan tugasnya dan PP melakuakn dokumentasi untuk hasil supervisi tersebut)
Dan akreditasi RS ini pun meningkat banyak pasien yang puas akan pelayanan perawat di RS
ini.
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar,
1996).
4.2 SARAN
Sebagai perawat professional hendaknya memahami tentang proses supervise
keperawatan sebagai salah satu bagian dari manjemen keperawatan di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA