PEMERIKSAAN IMUNOASAI
PADA BEBERAPA PENYAKIT
3
DEMAM TIFOID
• Kuman penyebab: bakteri Salmonella typhosa
• Gambaran klinis amat bervariasi dan umumnya tidak khas utk demam tifoid pemeriksaan lab
menjadi PENTING
• Pemeriksaan lab utk menegakkan diagnosa :
a. Isolasi kuman penyebabnya S.typhi dari specimen klinis: darah, sumsum tulang,
urine, tinja, cairan duodenum
b. Imunoasai: melcak kenaikan kadar Ab thd Ag S.typhi dan menentukan adanya Ag
spesifik dari S.typhi
c. Uji PCR (Polymerase Chain Reaction): melacak DNA spesifik dari S.typhi
4
Pembagian Imunoasai untuk Demam Tifoid
Imunoasai utk melacak kenaikan kadar Ab thd S.typhi:
• Uji Widal:
Uji aglutinasi yg menggunakan suspense kuman salmonella typhi dan S.paratyphi
sebagai Ag utk mendeteksi adanya Ab thd S.yphi atau paratyphi dalam serum penderita
• Uji ELISA:
- untuk melacak Ab Salmonela typhi Indirect ELISA
- untuk melacak Ag Salmonela typhi double Ab sandwich ELISA
• Imunochromatografi (ICT)
5
Ag. pada permukaan sel Aglutinasi
Ab.
Tak larut
Prinsip dasar reaksi aglutinasi 6
UJI WIDAL
• UJI WIDAL SLIDE: uji aglutinasi yg memakai Ag suspense kuman (tak
larut) yang direaksikan dgn Ab spesifik thd kuman tsb yg ada di dalam serum
penderita
• Prinsip dasar: 1 tetes serum (Ab) + 1 tetes Ag aglutinasi
+ - 7
• Bahan Pemeriksaan untuk UJI WIDAL: serum
• Persiapan penderita: untuk uji widal tidak perlu persiapan penderita secara
khusus. Darah dapat diambil sewaktu waktu dan penderita tidak perlu puasa
• Pengambilan bahan pemeriksaan: darah diambil secara steril dari vena
cubiti sebanyak 5 ml, dibiarkan beku di suhu ruangan dan serumnya
dipisahkan secara steril. Bila tidak segera diperiksa, serum dapat disimpan
dalam kulkas (4°C) selam 1 hari atau disimpan beku selam beberapa hari.
• Pengiriman bahan pemeriksaan: bila tempat pengambilan bahan
pemeriksaan jauh dari lab, serum atau darah dikirimkan dalam termos es,
sebab antibodi mudah rusak terkena udara panas atau sinar matahari.
8
Uji Widal dilaksanakan thd seri antigen berikut:
1. Antigen H (Ag flagella): dibuat dari strain S.typhi yang motil dgn
permukaan koloni yag licin.
2. Antigen O (antigen somatik): dibuat dari kuman strain S.typhi yg tidak
motil
3. Antigen Paratyphi A: dibuat dari strain S.paratyphi A
4. Antigen Paratyphi B: dibuat dari kuman strain S.paratyphi B
Sebelum dipakai suspensi Ag tsb harus diencerkan dahulu dgn larutan saline
normal steril sampai mencapai kekeruhan sama dgn tabung no 3 dari Mc
Farland (3 Unit Mc Farland sesuai dengan 9x108 kuman /ml)
Cara pengenceran serum yg dipakai oleh berbagai kit uji widal slide, untuk
mendapatkan titer tertentu, berbeda antar kit satu dengan kit lainnya
9
• Sebagai contoh: Perbandingan volume serum dan larutan dapar fosfat utk
mendapatkan pengenceran serum atau titer Ab untuk uji widal (Kit tertentu)
Ekivalen dengan Titer Serum
1/10 1 bagian 2 bagian
1/20 1 bagian 3 bagian
1/40 1 bagian 5 bagian
1/80 1 bagian 7 bagian
1/160 1 bagian 9 bagian
1/320 1 bagian 13 bagian
1/640 1 bagian 23 bagian
• Titer awal pengenceran serum jg berbeda antar kit, sebagai contoh pengenceran awal yg dianjurkan kit
tsb di atas dipakai titer awal 1:40 untuk agglutinin O,H dan Paratyphi B serta titer awal 1;20 utk
aglutininParatyhipi A.
• Bila pada titer awal tsb tes POSITIF maka harus diteruskan dengan pengenceran selanjutnya, namun
bila tes negative, maka uji idal slide dilaporkan NEGATIF
10
RHEUMATOID ARTRITIS
(Penentuan Rheumatoid Factor)
11
Penentuan Rematoid Factor/RF
(Tes Rose Waaler)
RF = auto Antibodi (IgM, IgG, IgA) terhadap IgG yang terbentuk pada
stadium agak lanjut penyakit Rhematoid Arthritis (RA)
IgM-anti IgG, IgG-anti IgG, IgA anti IgG
Proses lokal :
RF hanya bereaksi dengan IgG abnormal di sendi
(yang di sirkulasi IgG normal) kalau IgG abnormal >> baru masuk sirkulasi
16
Anti Sreptolisin O Ab yg dibentuk tubuh thd
enzim proteolitik SO (Streptolisin O).
Streptolisin O Produk ekstra-seluler dr -hemolitik
streptococcus group A,C humanus & G dari Lancefield
Aktivitas biologik ; merusak dinding SDM (sel darah
merah) menyebabkan lisis
INDIKASI PEMERIKSAAN:
1. Membantu menegakkan diagnose demam rhematik
& glomerulonephritis akut.
2. Meramalkan kekambuhan pada demam rhematik
17
Streptolisin O,
d Streptokinase
c Hyaluronidase
Diphosphopyridine
b nucleotidase
a Desoxyribonuclease
A, B, C,
Struktur antigen -hemolitik streptococcus group A dari
Lancefield. a = kapsul, b= komponen permukaan dari dinding sel ,
c= dinding sel, d= komponen intraseluler.
18
Kompleks Reaksi Positif
SO ASO
A. SO-ASO
SDM Tak ada
hemolisis
Reaksi Negatif
B. SO SO
SDM Hemolisis
Serum
tanpa ASO
AGLUTINASI
(POSITIF)
22
- 80% pend demam rhematik titer tinggi makin
tinggi setelah serangan faringitis
- Titer ASO pada 2 X pemeriksaan berturut-turut
kemungkinan kambuh amat besar
- Titer ASO : karakteristik dari penyakit Ankylosing
spondylitis, glomerulonephritis, scarlet fever & tonsilitis.
23
PENYAKIT SIFILIS
24
SIFILIS
• Kuman penyebab: Treponema pallidum
• Antibodi terhadap sifilis mulai terbentuk pada akhir stadium I, tp kadarnya
amat rendah pada uji serologis awal sering memberi hasil yg negatif.
• Pada sifilis antibodi Ig M terbentuk lebih dahulu baru IgG
• Titer Ab terus meningkat dan mencapai puncak pada stadium II, selanjutnya
mulai menurun sedikit pada stadium laten dan menunjukkan titer yang agak
rendah (tapi masih positif) pada sifilis stadium lanjut (late siphilis)
25
Macam Imunoasai untuk sifilis, a.l:
1. Uji VDRL
2. Uji TPHA (treponema pallidum Hemagglutination)
3. Uji Flourescence Treponemal Antibody-absorption (FTA-abs)
4. Uji ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)
26
UJI VDRL
• Prinsip dasar:
Ag lipoid (cardiolipin-lecithin-cholesterol) + reagin dalam serum penderita presipitasi
• Serum penderita dipanaskan lebih duludi waterbath 56°C selama 30 menit untuk menginaktifkan komplemen
• Ada 2 jenis uji VDRL:
a. Uji VDRL slide :
serum pasien diteteskan ke atas gelas ojek yang cekung +Antigen lalu dikocok dgn cara diletakkan di atas
rotator adanya presipitasi dibaca secara mikroskopis
b. Uji VDRL tabung:
serum pasien + Ag, lalu dikocok dengan rotato presipitasi dibaca secara makroskopis
27
Antigen
Inkubasi
• Prinsip dasar:
Ag yg difiksasi pada slide, ditambah serum penderita. Setelah inkubasi dan dicuci ditambah
antihuman globulin (AHG) yang diberi label dengan flouresens. Setelah inkubasi dan dicuci, dilihat dgn
mikroskopflouresens yang menggunakan sumber cahaya ultra violet. Bila POSITIF akan terlihat
T.pallidum yang memberikan flouresensi.
• FTA-abs adalh imunoasai yg amat sensitive dan spesifik
• Baik untuk DIAGNOSTIK, tapi tidak dapt untuk monitoring pengobatan karena sekali positif tetap
positif walaupun pasien telah diberi pengobatan sampai sembuh
31
PEMERIKSAAN SIFILIS: ELISA
33
DEMAM DENGUE
Demam dengue :
menyerupai berbagai penyakit seperti demam tifoid, leptospirosis, malaria, atau
infeksi virus lain (influenza).
36
Prinsip reaksi HI :
Virus dapat mengaglutinasi sel darah merah. Aglutinasi tidak
akan terjadi bila dalam serum penderita terdapat antibodi
homolog terhadap antigen virus tersebut.
virus + sdm (angsa) aglutinasi negatif.
virus + sdm (angsa) + serum yang mengandung antibodi
spesifik tidak aglutinasi positif.
virus + sdm (angsa) + serum yang tidak mengandung
antibodi spesifik terjadi aglutinasi negatif.
37
• Uji serologi HI merupakan gold standard WHO
untuk diagnosis infeksi virus dengue.
41
Uji Imunokromatografi / Rapid Test
Banyak dipakai & tes paling berkembang saat ini.
Keuntungan :
• Cepat ( 5-15 menit )
• Serum tunggal : deteksi IgG & IgM anti-dengue sekaligus.
42
Prinsip Uji Rapid Test
Gold Labelled
Serum Monoclonal
Muncul garis
IgM and anti-dengue
Recombinant Warna pink/purple
Anti-human IgG virus
IgM & IgG dengue
antibodies (Conjugate)
pd membrane proteins
(test line) (DEN-1, 2, 3,
4)
Pada bantalan
antigen
43
K Biotine – bovine serum albumin
T Monoclonal antihuman IgM antibody
T Monoclonal antihuman IgG antibody
Antigen rekombinan D1, 2, 3, 4
Conjugat colloidal gold labelled monoclonal antibody
Neutravidine-gold
Interpretasi Hasil
C C C C
IgM IgM IgM IgM
IgG IgG IgG IgG
NON-DENGUE / PRIMER
4 NEG NEG AMAT AWAL.
RETEST STLH 4–7 HARI
C-REACTIVE PROTEIN
47
C-REACTIVE PROTEIN
Suatu Protein Fase Akut yg terdapat dalm serum
Keadaan normal: jumlah sangat rendah
Kadar meningkat bias sampai 1000 kali lipat pada keadaan reaksi radang atau
kerusakan jaringan yang disebabkan penyakit infeksi maupun non infeksi
INDIKASI PEMERIKSAAN:
• Membantu menegakkan dx dari penyakit yg berkaitan dgn proses radang
dan nekrosis jaringan
• Memantau hasil pengobatan
• Pertandan inflamasi pd penyakit kardiovaskulerm utk meramal kmkn
adanya serangan penyakit jantung koroner
Sintesis CRP terutama oleh hepatosit di hati. Setelah terjadinya
reaksi radang akut/ kerusakan jaringan, sintesis dan sekresi
CRP meningkat dengan tajam dan hanya dalam waktu 12-48
jam telah mencapai nilai puncaknya.
Kadar CRP akan menurun tajam bila proses keradangan/
kerusakan jaringan telah mereda, dimana 24-48 jam kemudian
telah dicapai nilai normalnya kembali.
49
CRP (mg%)
5,0
3,0
1,0
Pre-OP 0 24 48 72 96
51
Cara Pemeriksaan :
1. Presipitasi Tabung Kapiler
2. Aglutinasi Lateks
3. Uji Imunodifusi Radial (RID)
4. Imunoasai berlabel (ELISA, RIA, dll) : hsCRP, ssCRP
digoyang secara
Ad 1.
ringan untuk
mencampur serum-
3 cm anti serum
+ serum
penderita
Letakkan tegak
Botol berisi pada blok plastisin
tabung
sera anti-CRP
kapiler
Interpretasi Hasil :
(kualitatif) Inkubasi 37oC 2 jam dibiarkan
1 mm = + semalam suhu ruangan ukur tinggi
2 mm = + + presipitat dalam mm
Cara Aglutinasi Lateks
1. Serum penderita
1 2 3 2. Kontrol positif
3. Kontrol negatif
Interpretasi Hasil :
+ = aglutinasi kadar CRP > 0,5 mg/100 ml ( = 5 mg/L )
Bila negatif ulangi dengan pengenceran 1 : 10
- = normal
Uji aglutinasi slide / lempeng Positif Negatif
Uji Imunodifusi Radial (RID) (tes presipitasi)
Agar/gel
mengandung anti
CRP
Imunoasai berlabel
EVALUASI HASIL CRP
< 10 mg/L • Konsentrasi Normal
10 - 25 • Meningkat tapi secara diagnostic tidak
mg/L begitu bermaknaSelama pengobatan
antibiotik semestinya menutrun di bawah
level ini
•Tidak menyigkirkan adanya infeksi bakteri
jika infeksi berlangsung singkat
• Ambil sampil baru beberapa jam kemudian
25 - 50 • Tada suatu proses”Infeksi bakteri atau
mg/L virus?
50 - 100 • sering pada Infeksi bakteri
mg/L • Jarang terjadi pada infeksi virus