Panduan praktikum blok keperawatan gawat darurat dan bencana ini berisi 6 keterampilan utama
yaitu :
Kami ucapkan terimakasih kepada instruktur / tim dosen yang telah membantu dalam pembuatan
penyusunan buku penuntun ini.
Sebelum Praktikum
Membaca penuntun (manual) ketrampilan blok keperawatan gawat darurat dan bencana serta
membaca bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
Selama Praktikum
1. Datang sebelum 15 menit sebelum praktikum dimulai
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan
3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan
praktikum
4. Tidak mengenakan celana jeans/model botol
5. Memakai atribut/nama yang ditempelkan pada jas laboratorium. Jilbab dimasukkan ke
bagian dalam jas laboratorium
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan praktikum
7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap
alat/bahan yang ada pada ruang laboratorium
8. Tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman keruang laboratorium
9. Setiap kegiatan praktikum, mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
DEFINISI
Merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan hidup seseorang pada saat
mengalamai kegawatdaruratan.
TUJUAN
INDIKASI
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien.
Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup
Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan :
Tenggelam
Stroke
Obstruksi jalan napas
Epiglotitis
Overdosis obat-obatan
Tersengat listrik
Infark miokard
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital
lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar
korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 5
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen.
Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya
henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan :
Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer.
PERSIAPAN ALAT
1. Manikin BHD
2. Tissue
3. Kapas alkohol
Bila korban unresponsive, tidak bernafas (atau hanya gasping) & tidak
teraba nadi ….
6 Memberikan kompresi 30 kali:
- Meletakkan tumit telapak tangan menumpuk di atas telapak tangan
yang lain tegak lurus pada mid sternum, menghindari jari-jari
menyentuh dinding dada korban
- Kedalaman tekanan 5 - 6 cm dengan kecepatan 100 – 120 x/menit,
pastikan full chest recoil.
AIRWAY
7 Membersihkan dan membuka jalan napas dengan head tilt – chin lift atau
jaw thrust (jika curiga cedera servikal) dan memastikan korban tidak
bernapas
BREATHING
8 Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali (Hindari ventilasi yang
berlebihan)
9 Melakukan kompresi dan ventilasi dengan kombinasi 30:2 sebanyak 5
siklus
10 Melakukan evaluasi tiap 5 siklus (sekitar 2 menit) :
- Jika nadi dan napas belum ada, teknik kombinasi diulangi kembali
dimulai dengan kompresi
- Jika nadi ada tapi napas belum ada, berikan rescue breathing 1
ventilasi tiap 6 detik dan evaluasi tiap 2 menit
- Jika nadi dan napas ada tapi belum sadar, posisikan korban pada
recovery position (posisi pemulihan)
Skor (..... x 2) + (..... x 1) + (.....x 0)
Bila korban unresponsive, tidak bernafas (atau hanya gasping) & tidak
teraba nadi …. Meminta pertolongan (call for help)
4 Lakukan pengaturan posisi:
- Posisi bayi/anak: telentang di tempat datar dan keras atau
digendong/didekap
- Posisi penolong: berada di samping atau di bagian kaki bayi/anak
CIRCULATION
5 Memberikan kompresi 30 kali (pada 1 penolong) atau 15 kali (pada 2
penolong) dengan cara:
- Bayi: Meletakkan dua jari tegak lurus di bawah garis mid sternum
atau 1/3 bawah dada bayi/anak
- Anak: Meletakkan 1 tumit tangan tegak lurus di mid sternum
Kedalaman kompresi 1/3 depan dari diameter dada bayi/anak dengan
kecepatan 100 – 120 x/menit, pastikan full chest recoil.
AIRWAY
6 Membersihkan dan membuka jalan napas dengan head tilt – chin lift dan
memastikan bayi/anak tidak bernapas
BREATHING
7 Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali (Hindari ventilasi yang
berlebihan).
8 Melakukan kompresi dan ventilasi sebanyak 5 siklus untuk 1 penolong
atau 10 siklus untuk 2 penolong.
9 Melakukan evaluasi setiap 5 siklus untuk 1 penolong atau setiap 10 siklus
untuk 2 penolong (sekitar 2 menit):
- Jika nadi dan napas belum ada, teknik kombinasi diulangi kembali
dimulai dengan kompresi
- Jika nadi ada tapi napas belum ada, berikan rescue breathing 1
ventilasi tiap 3 detik dan evaluasi tiap 2 menit
- Jika nadi dan napas ada tapi belum sadar, posisikan bayi/anak pada
recovery position (posisi pemulihan)
PENDAHULUAN
• Pembunuh tercepat pada trauma adalah gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital
lainnya
• Airway berkaitan dengan kondisi jalan napas korban. Jika penolong menemukan pasien
dengan suara nafas yang ramai (tidak bersih). Pada kondisi ini berarti ada suara nafas yang
timbul akibat adanya sumbatan parsial jalan napas. Jika jalan napas tersumbat seluruhnya,
maka suara napas tidak terdengar lagi
• Kematian karena masalah airway pada trauma:
➢ Kegagalan mengenal airway yang tersumbat
➢ Keterlambatan membantu ventilasi
➢ Aspirasi isi gaster
MANAGEMENT AIRWAY (JALAN NAFAS)
A. Pengenalan gangguan jalan napas
1. Resiko tinggi gangguan jalan napas: kesadaran menurun, intoksikasi alkohol, intoksikasi
opiat, perlukaan intratoraks, trauma wajah
2. Penderita sadar, dapat berbicara → airway baik
B. Penilaian jalan napas
LIHAT-LOOK :
➢ Gerak dada& perut
➢ Tanda distress napas
➢ Warna mukosa,kulit
➢ Kesadaran
DENGAR-LISTEN
➢ Gerak udara napas dengan telinga
➢ Dengarkan kemungkinan adanya suara napas tembahan yang dapat berupa :
- Snoring (ngorok), terjadi karena adanya obstruksi mekanis seperti lidah jatuh ke
belakang dan menghalangi jalan napas.
- Gargling (suara berkumur) disebabkan adanya cairan seperti darah atau sekret
yang berlebihan
- Crowing (suara melengking saat inhalasi) karena adanya spasme laring
Bila salah satu dari hal-hal tersebut kita temukan maka segeralah lakukan pembebasan jalan napas.
Membuka saluran pernafasan ada 2 cara yaitu :
1. Tanpa Alat
• Head Tilt Chin Lift
• Jaw Trust
• Cross Fingers and finger sweep
• Heimlich manuver
2. Dengan Alat
• OPT (Guidel) /NPT
• ETT
• Crycoidotomy/Tracheostomy
Tehnik ini hanya dilakukan pada KORBAN YANG TIDAK MENGALAMI TRAUMA
PADA`KEPALA, LEHER, MAUPUN TULANG BELAKANG.
- Jaw Thrust
Cara ini dilakukan pada korban dengan riwayat trauma cervical.
Posisi penolong berada di puncak kepala korban kemudian dorong rahang korban ke depan
dengan kedua tangan, sementara ibu jari membuka mulut pasien sehingga pernapasan
dapat melalui mulut dan hidung. Berikut caranya :
1. Berlutut di sisi atas kepala penderita, letakkan kedua siku penolong sejajar`dengan posisi
penderita, kedua tangan memegang sisi kepala.
2. Kedua sisi rahang bawah dipegang (jika pasien pada anak atau bayi gunakan 2 atau 3 jari
pada rahan bawah)
HEIMLICH MANEUVER
A. Definisi
• Adalah salah satu tindakan kegawatdaruratan yang perlu dilakukan pada orang yang tersedak
benda asing (Choking) baik itu sadar atau tidak sadar.
• Ini dapat dilakukan dengan bantuan orang lain atau oleh korban sendiri (yang masih sadar)
yaitu dengan menekan abdomennya secara tiba-tiba dengan genggaman tangan atau
menekankan perutnya ke bagian atas sandaran kursi.
• Adapun Heimlich Maneuver ini dapat dilakukan dengan metode-metode seperti : Abdominal
Thrust dan Back Blow.
Tekanan Abdomen
Tekanan Dada
118
Periksa untuk melihat benda Coba cungkil untuk mengeluarkan
asing yang tersekat benda asing dari dalam mulut dengan
teknik Cross fingers and finger
sweep.
Jika Anda sendiri dan segala usaha Anda gagal, gerakkan EMS setelah
1 menit Anda mencoba untuk membebaskan kembali saluran
pernafasan.
Panggil bantuan
“Tolong!”
118
Jika Anda sendiri dan segala usaha Anda gagal, gerakkan EMS
setelah 1 menit Anda mencoba untuk membebaskan kembali
saluran pernafasan.
• Digunakan apabila OPA tidak dapat dipakai oleh karena adanya ; trismus atau massif
Tujuan :
Lakukan/
Tidak Lakukan/ Jumlah
No Prosedur Nilai tidak
Lakukan sempurna Nilai
sempurna
Jumlah 20
A. Definisi
Suatu tindakan memasukkan tube ke dalam trakea untuk membantu menjaga patensi dan
fungsi respirasi.
Termasuk salah satu ”Airway maksimal” yang biasa digunakan dalam keadaan darurat .
Dibagi menjadi 2, yaitu :
• Oral ETT
• Nasal ETT
B. Tujuan
Tujuan utamanya adalah mematenkan jalan napas (Airway).
C. Indikasi
1. Dilakukan pada saat emergency, terutama karena:
❖ Obstruksi jalan napas:
▪ Trauma
▪ Benda Asinng
❖ Cardiac Arreast
2. Kelumpuhan Airway. Contohnya pada penderita “Polio”
3. Pasien yang tidak sadar (coma)
❖ Tidak ada cough & gag reflex (reflex batuk & muntah)
❖ Floppy tongue.
4. Untuk pemasangan atau penggunaan Artifical ventilator
5. Merupakan alternative airway sebelum melakukan trakeostomy
D. Persiapan Alat
1. ETT Tube
❖ Ukuran: lihat I.D (Internal Diameter)
▪ Dewasa: 6 – 8 atau :
Perempuan : 7,0 ; 7,5 ; 8,0
Laki-laki : 8,0 ; 8,5
Keadaan emergency : 7,5
▪ Anak-anak: < 6
❖ ETT Cuff
▪ Bahan : Soft plastic
▪ Sifat : High volume low pleassure (floppy)untuk mencegah iskemia
& nerkosis pada trakea (menurunkan resiko)
▪ Tujuan Cuff inflate (Balon pada ujung ETT) adalah Untuk menutup
saluran udara agar:
Penilaian patensi jalan nafas serta cukupnya ventilasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Bila
ditemukan atau dicurigai gangguan jalan nafas atau ventilasi harus segera diambil tindakan untuk
memperbaiki oksigenasi dan mengurangi resiko penurunan kesadaran. Tindakan ini meliputi teknik
menjaga jalan nafas, termasuk jalan nafas definitif ataupun surgical airway dan cara untuk
membantu ventilasi. Karena semua tindakan di atas akan menyebabkan gerakan pada leher, harus
diberikan proteksi servikal, terutama bila dicurigai atau diketahui adanya fraktur servikal.
Pernafasan buatan
1. Ventilasi mouth to mouth
Cara ini merupakan teknik dasar bantuan nafas. Upayakan memakai pelindung (barrier) antara
mulut penolong dengan korban berupa lembar plastic (silicon berlubang) ditengah atau memakai
sungkup, sungkup khusus ini dikenal dengan nama pocket facemask. Keterbatasan cara ini
adalah konsentrasi oksigen ekspirasi penolong rendah (16-17%).
(Heacting/Suturing)
Defenisi
Adalah mencantumkan kembali jaringan atau kulit yang luka (incise) dengan menggunakan
benang/klip untuk mempercepat penyembuhan.
Indikasi Suturing:
i. Absorbable sutures
• Bisa diserap oleh jaringan semasa proses penyembuhan
• Tidak perlu dilakukan “Aff Heacting/STO (Sutures Take Open)”
• Ciri-cirinya :
✓ Terbuat dari usus kambing
✓ Warna kuning pucat dan banyak ukuran
(makin kecil nomor = makin besar benang suture)
1. Round Body
- Badan dan ujung jarum berbentuk bulat
- Digunakan untuk menjahit tissue lembut seperti otot, usus, fascia, dll
2. Cutting Needle (taped)
- Ujung jarum berbentuk ∆
- Untuk jahitan dikulit
Jenis-Jenis Suturing
1. Interupted Suture
2. Continous Suture
1. Interupted Suture
a. Simple/Plain Interrupted Suture
- Paling sering digunakan.
- Jahitan dilakukan satu dengan satu simpulan.
b. Mattress Interupted
- Suture yang biasa dilakukan pada bagian abdomen untuk memberi sokongan yang lebih
kuat dan mencegah jahitan agar tidak mudah terlepas/putus akibat peningkaatan tekanan
intra abdomen.
- Ada 2 macam, yaitu:
1) Vertical Mattress
2) Horizontal Mattress
( A) (B1) (B2)
2. Continous Suture
a. Plain/Simple Continous Suture (Running Closure/Baseball Stitch)
b. Blanket Continous Suture (Running Locking Closure)
c. Subcuticular Suture (Running Intracuticular Closure)
- Suture yang disembunyikan dibawah kulit dan hanya terlihat dua simpulan yaitu
permulaan dan ujung dipermukaan kulit.
- Suture ini biasanya untuk kegunaan estetika karena tidak tertinggal parut.
- marcain
• 2 kidney dish
→ For receiver of instrument
→ For → biohazard bag
• Disposible glove 1 pairs
1. Cuci kulit sekitar luka dengan campuran betadin dan Normal saline/NaCl 0.9%.
2. Lakukan local anastesi.
3. Lakukan “Wound irrigating & toileting”
4. Klem salur darah yang robek dan ikat dengan benang Cat gut
5. Setelah tidak ada lagi perdarahan, suturing dapat dilakukan sesuai dengan metode yang
diinginkan.
6. Pastikan pertemuan antara lapisan kulit yang teriris betul semasa menjahit dan tidak terjadi
”overlapping” dari kulit yang dijahit.
7. Jaraknya 1 cm untuk tiap suture.
8. Setelah selesai, bersihkan area sekitar suture dengan Normal saline dan tutup luka dengan
opsite spray atau gauze dan plaster (hypafix).
Definisi
Adalah prosedur yang dilakukan untuk membuka jahitan yang biasanya dilakukan pada luka
yang sudah sembuh.
STO biasanya dilakukan secara intermitten (selang-seling) untuk pastikan pencantuman luka
atau “wound gaping”.
2. Inform pasien & siapkan lingkungan : pencahayaan, matikan kipas, privasi, dll.
3. Hand washing & masking.
4. Siapkan alat dan bahan (lotion)
5. Surgical Hand washing & gloving
Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 39
Tanggung jawab sewaktu pelaksanaan prosedur
1. Dengan Teknik aseptic, sediakan swab & gauze seperlunya (spirit & normal salin atau
sesuai dengan protocol RS)
2. Mencuci luka dan garis suture dengan spirit swab.
3. Dari kawasan bersih ke kotor, 1 swab untuk 1 sapuan.
4 2 1 3 5
1
6
2
7
ATAU 3
8
4
5 10
9
4. Gunakan gunting yang tajam (atau suture blode) agar suture mudah dikeluarkan
5. Menggunting hanya satu kali pada suture untuk elak tertinggal pada tissue.
6. Potong suture yang terdekat dengan kulit untuk pastikan sebagian suture yang terpapar
tidak tertarik masuk ke tissue bersama mikroorganisme.
7. Menggunakan counter traction untuk elak ketegangan pada kulit dan rasa sakit sewaktu
menarik benang.
8. Lakukan pemerhatian luka : cantuman luka, s/s infeksi, dll.
9. lakukan tes cantuman luka (wound gaping).
Tanggung jawab selepas
1. Mencuci semula luka dengan normal saline untuk membersihkan luka dan kulit sekitarnya.
2. Spray luka dengan Op site spray atau tutup dengan gauze untuk sementara.
3. Rapikan peralatan dan beri HE tentang lukanya.
4. Rapikan unit pasien, cuci alat dan sterilkan kembali.
5. Dokumentasi.
Example : STO done → union good atau
STO done → wound gapping
1. Plain/simple interrupted
- Jepit simpul suture A dengan pinset cirurgy.
- Gunting suture yang berdekatan dengan kulit (A atau B).
- gunting sejajar/searah dengan kulit untuk elak pasien cedera.
- Keluarkan suture dengan “counter traction”
2. Plain/simple continous
- jepit suture A dan gunting
- jepit suture B dan gunting
- jepit suture C dan tarik
- jepit suture D, gunting dan tanggalkan (D → B)
- jepit suture E dan tarik keluar (D → E)
- potong bagian F dan tarik keluar (F → E)
- ulangi langkah diatas hingga selesai.
(1) (2)
3. Mattress interrupted
- Jepit suture A+B
- Gunting bawah A+B
- Tarik keluar suture
- Jepit C dan tarik keluar suture secara “counter traksi”
Nama :
Institusi :
No Tindakan M TM
1. Mengucapkan salam therapeutic
2. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Menggunakan pencegahan baku terhadap infeksi (Standard
Precaution)
4. Mengatasi permasalahan ABC terlebih dahulu
5. Menghentikan pendarahan
6. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
7. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin pasien
8. Membuka pakaian yang menutup daerah fraktur
9. Memeriksa dan mencatat pulse, motor, sensasi sebelum memasang
bidai
10. Melakukan traksi (menarik) manual secara perlahan dan gentle bila
ekstremitas anggulasi yang besar
11. Menutup luka terbuka dengan kassa atau kain steril
12. Memberikan bantalan yang cukup lunak pada bidai
13. Memasang bidai pada tempat yang tepat
14. Memasang bidai dengan memfiksasi dua sendi yang berdekatan sendi
atas dan bawah
15 Memeriksa dan mencatat pulse,motor, sensasi setelah memasang
bidai
16. Merapikan pasien/alat setelah dilakukan tindakan
17. Mengevaluasi keadaan pasien setelah dilakukan tindakan
18. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien
Evaluasi diri
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………, ………………..2016
Fasilitator
(……………………………………………..)
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang, dan yang paling kuat
diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang yang beraksi pada tulang tulang tersebut
juga paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha, dan
bukan dengan membungkuk.
Angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung
Diantara kelompok otot, maka kelompok fleksor lebih kuat dibandingkan kelompok ekstensor.
Dengan demikian pada saat mengangkat tandu, tangan harus menghadap ke depan, dan bukan
kebelakang. Semakin dekat akan kesumbu tubuh, semakin ringan pengangkatan. Dengan
demikian maka usahakan agar tubuh sedekat mungkin kebeban (tandu dan sebagainya) yang
akan diangkat. Kaki menjadi tumpuan utama saat mengangkat. Jarak antara kedua kaki yang
paling baik saat mengangkat adalah berjarak sebahu kita. Kenali kemampuan diri sendiri bila
merasa tidak mampu, mintalah pertolongan petugas lain, dan jangan memaksakan mengangkat
karena akan membahayakan penderita, pasangan dan kita sendiri.
Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap
(memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:
❖ Tarikan baju
Kedua tangan penderita harus diikat untuk mencegah naik kearah kepala waktu baju
ditarik. Bila tidak sempat, masukkan kedua tangan dalam celananya sendiri.
❖ Tarikan selimut
❖ Tarikan lengan
Dari belakang penderita, kedua lengan paramedik masuk dibawah ketiak penderita,
memegang
b. Non emergency
Dalam keadaan ini dapat dilakukan urutan pekerjaan normal, seperti kontrol TKP, survai
lingkungan, stabilisasi kendaraan dan sebagainya.
➢ Pengangkatan dan pemindahan secara langsung
Oleh 2 atau 3 petugas, harus diingat bahwa cara ini tidak boleh dilakukan bila ada
kemungkinan fraktur servikal. Prinsip pengangkatan tetap harus diindahkan.
Contoh :
a. b. c.
Sering dilakukan dirumah sakit. Juga tidak boleh dilakukan bila ada dugaan fraktur vertikal
“ Human Crutch ” – satu / dua penolong, Yaitu dengan cara dipapah dengan dirangkul
dari samping
“ Two hended seat “ Yaitu ditandu dengan kedua lengan penolong, atau
Pemindahan penderita ke atas LSB memerlukan tehnik khusus yaitu memakai “log roll”
setelah penderita diatas LSB selalu dilakukan “Strapping”, lalu LSB diletakkan diatas
stretcher.
Lebih merupakan alat ekstrikasi. Setelah selesai ekstriksi, tetap penderita harus diletakkan
pada alat pemindah yang lain.
➢ Helm sangat erat melekat, kepala hampir tidak dapat bergerak didalam helm
➢ Tidak ada gangguan jalan nafas dan pernafasan
➢ Melepas malah membuat cidera
➢ Stabilisasi spinal dapat dilakukan dengan adanya helm
➢ Tidak mengganggu penilaian ABC
➢ Satu penolong diatas korban, kedua tangan memegang tepi bawah helm dan ujung jari
memfiksasi rahang bawah korban
➢ Penolong kedua membuka pengikat helm dari bawah
Defenisi:
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang elektroda yang
diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan
supraventrikuler. Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).
Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta
menghilangkan atritmia.
Indikasi:
Kardioversi darurat :
• Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi, hipoperfusi
sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.
• Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan lidokain atau
amiodaron.
Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi atrial, yang
gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau
verapanil. Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih
rendah angka embolisme.
Kontraindikasi:
1. Intoksikasi digitalis. Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron,
Stimulasi cepat atrium dengan pemacutemporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer Pace Maker (TPM)
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.6. Post
operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat menghentikan takiaritmia
Dilakukan
Ya
No Tindakan Tidak
Baik kurang
2 1 0
1. Menyiapkan mesin defibrillator. Mesin terkoneksi ke listrik,
menghidupkan alat dan mengatur pilihan energy (360 joule untuk
defebrilator monofasik dan 200 joule untuk defibrillator bifasik)
(……..x2) + (…….x1)
SKOR +(……..x0)
…….
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥 10 …..𝑋 10
Nilai = 2
= 2
Nilai
Komentar instruktur : Paraf & nama
instruktur
Penampilan keseluruhan :
Baik sekali
Baik
Perlu perbaikan