Anda di halaman 1dari 56

PENUNTUN PRAKTEK LABORATORIUM

BLOK KEPERAWATAN BENCANA


NERS PROGRAM REGULER SEMESTER VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR, 2019

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 1


PENDAHULUAN

Panduan praktikum blok keperawatan gawat darurat dan bencana ini berisi 6 keterampilan utama
yaitu :

1. Bantuan Hidup Dasar (BHD)


2. Airway bretahing management
• Head Tilt Chin Lift, Jaw Trust, Cross Fingers and finger sweep, Heimlich Manuver
• Naso / Oropharyngeal Tube (NPT / OPT)
• Pemasangan endotracheal tube (ETT)
3. Menjahit luka
4. Balut Bidai Emergency
5. Transportasi
6. DC Syok
Penuntun ini telah dilengkapi dengan teori teori sebagai pengantar mahasiswa untuk lebih
memahami konsep dari keterampilan yang akan diajarkan. Selain itu penuntun ini juga berisi tentang
persiapan bahan dan alat yang akan dipakai, prosedur kerja dan juga berisi daftar tilik sebagai
lembar penilaian dari instruktur terhadap mahasiswa untuk mengevaluasi ketrampilan yang sudah
dipelajari.

Kami ucapkan terimakasih kepada instruktur / tim dosen yang telah membantu dalam pembuatan
penyusunan buku penuntun ini.

Makassar, 05 April 2019,


Koordinator
Keperawatan Bencana,

Tuti Seniwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP. 19820607 201504 2 001

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 2


TATA TERTIB PRAKTIKUM

Sebelum Praktikum
Membaca penuntun (manual) ketrampilan blok keperawatan gawat darurat dan bencana serta
membaca bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Selama Praktikum
1. Datang sebelum 15 menit sebelum praktikum dimulai
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan
3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan
praktikum
4. Tidak mengenakan celana jeans/model botol
5. Memakai atribut/nama yang ditempelkan pada jas laboratorium. Jilbab dimasukkan ke
bagian dalam jas laboratorium
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan praktikum
7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap
alat/bahan yang ada pada ruang laboratorium
8. Tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman keruang laboratorium
9. Setiap kegiatan praktikum, mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.

Pada Saat Ujian Praktikum


1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada saat kegiatan praktikum minimal 80%
2. Membawa kartu kontrol/daftar kehadiran yang telah ditandatangani oleh instruktur/fasilitator
3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan bukti diagnosis dari
dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 3


SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan praktikum pada materi tertentu, maka
mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum berikutnya untuk
materi tertentu tersebut
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan praktikum tidak sesuai dengan jadwal rotasinya
dianggap tidak hadir
3. Bagi mahasiswa yang presentasi kehadiran praktikum <80% dari seluruh jumlah tatap muka,
maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian praktikum.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan atau mempraktekkan Bantuan Hidup Dasar


(BHD)
2. Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan cara membebaskan jalan nafas tanpa
menggunakan alat yaitu Head Tilt Chin Lift, Jaw Trust, Cross Fingers and finger sweep,
Heimlich Manuver
3. Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan cara membebaskan jalan nafas dengan
menggunakan alat yaitu dengan pemasangan OPT (Guidel) / NPT, ETT
4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan bebat bidai emergency
5. Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan cara menjahit luka
6. Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan cara transportasi yang baik
7. Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan cara melakukan DC Syok

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 4


BANTUAN HIDUP DASAR

DEFINISI

Merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan hidup seseorang pada saat
mengalamai kegawatdaruratan.

TUJUAN

1. Mengetahui resutitasi jantung paru


2. Mengenali tanda-tanda gangguan airway & breathing pada penderita gawat darurat
3. Teknik mempertahankan jalan napas
4. Memberikan bantuan pernapasan

INDIKASI

1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien.

Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup
Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan :

 Tenggelam
 Stroke
 Obstruksi jalan napas
 Epiglotitis
 Overdosis obat-obatan
 Tersengat listrik
 Infark miokard
 Tersambar petir
 Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital
lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar
korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 5
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen.
Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya
henti jantung.

Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan :

a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.


b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :

 Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
 Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer.

PERSIAPAN ALAT

1. Manikin BHD
2. Tissue
3. Kapas alkohol

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 6


FORMAT PENILAIAN PROSEDUR
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
(2015 AHA Guideline for Cardiopulmonary Resucitation)

Prosedur : Resusitasi Jantung Paru pada Pasien Dewasa


Nama Peserta :
Tanggal Assessment :
Dilakukan
Ya
No Tindakan Tidak
Baik Kurang
2 1 0
1 Memakai alat pelindung diri dan memastikan keamanan penolong, korban
dan lingkungan
2 Menilai respon korban dengan cara :
- Menepuk bahu sambil memanggil korban, seperti “Bangun, Pak” atau
“Buka Mata Pak”
3 Meminta pertolongan (call for help) atau mengaktifkan EMS
(Bila penolong sendiri, penolong menelpon & mengambil AED dulu)
4 - Memperbaiki posisi korban: telentang di tempat datar dan keras
- Mengatur posisi penolong: berlutut di samping korban
CIRCULATION
5 Palpasi nadi karotis bersamaan dengan scan pernafasan dengan
memperhatikan pengembangan dada & perut korban (< 10 detik).

Bila korban unresponsive, tidak bernafas (atau hanya gasping) & tidak
teraba nadi ….
6 Memberikan kompresi 30 kali:
- Meletakkan tumit telapak tangan menumpuk di atas telapak tangan
yang lain tegak lurus pada mid sternum, menghindari jari-jari
menyentuh dinding dada korban
- Kedalaman tekanan 5 - 6 cm dengan kecepatan 100 – 120 x/menit,
pastikan full chest recoil.
AIRWAY
7 Membersihkan dan membuka jalan napas dengan head tilt – chin lift atau
jaw thrust (jika curiga cedera servikal) dan memastikan korban tidak
bernapas
BREATHING
8 Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali (Hindari ventilasi yang
berlebihan)
9 Melakukan kompresi dan ventilasi dengan kombinasi 30:2 sebanyak 5
siklus
10 Melakukan evaluasi tiap 5 siklus (sekitar 2 menit) :
- Jika nadi dan napas belum ada, teknik kombinasi diulangi kembali
dimulai dengan kompresi
- Jika nadi ada tapi napas belum ada, berikan rescue breathing 1
ventilasi tiap 6 detik dan evaluasi tiap 2 menit
- Jika nadi dan napas ada tapi belum sadar, posisikan korban pada
recovery position (posisi pemulihan)
Skor (..... x 2) + (..... x 1) + (.....x 0)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 7


.........
Nilai :
Skor x 10 … … x 10
Nilai = =
2 2
Komentar Instruktur : Paraf & Nama
Instruktur

Penampilan Keseluruhan : Baik sekali Baik Perlu perbaikan


Sumber : HIPGABI

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 8


FORMAT PENILAIAN PROSEDUR
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
(2015 AHA Guideline for Cardiopulmonary Resucitation for Infant/Paediatric)

Prosedur : Resusitasi Jantung Paru pada Bayi/Anak


Nama Peserta :
Tanggal Assessment :
Dilakukan
Ya
No Tindakan Tidak
Baik Kurang
2 1 0
1 Memakai alat pelindung diri dan memastikan keamanan penolong,
bayi/anak dan lingkungan
2 Menilai respon bayi/anak dengan cara :
- Untuk anak, menepuk bahu sambil memanggil “Bangun, Dek”
- Untuk bayi, Menepuk-nepuk telapak kaki atau mengelitik telapak kaki
sambil memanggil.
3 Palpasi arteri brakialis bersamaan dengan scan pernafasan dengan
memperhatikan pengembangan dada & perut korban (< 10 detik)

Bila korban unresponsive, tidak bernafas (atau hanya gasping) & tidak
teraba nadi …. Meminta pertolongan (call for help)
4 Lakukan pengaturan posisi:
- Posisi bayi/anak: telentang di tempat datar dan keras atau
digendong/didekap
- Posisi penolong: berada di samping atau di bagian kaki bayi/anak
CIRCULATION
5 Memberikan kompresi 30 kali (pada 1 penolong) atau 15 kali (pada 2
penolong) dengan cara:
- Bayi: Meletakkan dua jari tegak lurus di bawah garis mid sternum
atau 1/3 bawah dada bayi/anak
- Anak: Meletakkan 1 tumit tangan tegak lurus di mid sternum
Kedalaman kompresi 1/3 depan dari diameter dada bayi/anak dengan
kecepatan 100 – 120 x/menit, pastikan full chest recoil.
AIRWAY
6 Membersihkan dan membuka jalan napas dengan head tilt – chin lift dan
memastikan bayi/anak tidak bernapas
BREATHING
7 Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali (Hindari ventilasi yang
berlebihan).
8 Melakukan kompresi dan ventilasi sebanyak 5 siklus untuk 1 penolong
atau 10 siklus untuk 2 penolong.
9 Melakukan evaluasi setiap 5 siklus untuk 1 penolong atau setiap 10 siklus
untuk 2 penolong (sekitar 2 menit):
- Jika nadi dan napas belum ada, teknik kombinasi diulangi kembali
dimulai dengan kompresi
- Jika nadi ada tapi napas belum ada, berikan rescue breathing 1
ventilasi tiap 3 detik dan evaluasi tiap 2 menit
- Jika nadi dan napas ada tapi belum sadar, posisikan bayi/anak pada
recovery position (posisi pemulihan)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 9


10 Setelah memberikan RJP 5 siklus, mengaktifkan EMS & ambil AED
(..... x 2) + (..... x 1) + (.....x 0)
Skor
.........
Nilai :
Skor x 10 … … x 10
Nilai = =
2 2
Komentar Instruktur : Paraf & Nama
Instruktur

Penampilan Keseluruhan : Baik sekali Baik Perlu perbaikan


Sumber : HIPGABI

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 10


AIRWAY BREATHING ASSESMENT

PENDAHULUAN

• Pembunuh tercepat pada trauma adalah gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital
lainnya
• Airway berkaitan dengan kondisi jalan napas korban. Jika penolong menemukan pasien
dengan suara nafas yang ramai (tidak bersih). Pada kondisi ini berarti ada suara nafas yang
timbul akibat adanya sumbatan parsial jalan napas. Jika jalan napas tersumbat seluruhnya,
maka suara napas tidak terdengar lagi
• Kematian karena masalah airway pada trauma:
➢ Kegagalan mengenal airway yang tersumbat
➢ Keterlambatan membantu ventilasi
➢ Aspirasi isi gaster
MANAGEMENT AIRWAY (JALAN NAFAS)
A. Pengenalan gangguan jalan napas
1. Resiko tinggi gangguan jalan napas: kesadaran menurun, intoksikasi alkohol, intoksikasi
opiat, perlukaan intratoraks, trauma wajah
2. Penderita sadar, dapat berbicara → airway baik
B. Penilaian jalan napas
LIHAT-LOOK :
➢ Gerak dada& perut
➢ Tanda distress napas
➢ Warna mukosa,kulit
➢ Kesadaran
DENGAR-LISTEN
➢ Gerak udara napas dengan telinga
➢ Dengarkan kemungkinan adanya suara napas tembahan yang dapat berupa :

- Snoring (ngorok), terjadi karena adanya obstruksi mekanis seperti lidah jatuh ke
belakang dan menghalangi jalan napas.
- Gargling (suara berkumur) disebabkan adanya cairan seperti darah atau sekret
yang berlebihan
- Crowing (suara melengking saat inhalasi) karena adanya spasme laring

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 11


RABA-FEEL
➢ Rasakan ada atau tidak hembusan udara dari lubang hidung dengan pipi

Bila salah satu dari hal-hal tersebut kita temukan maka segeralah lakukan pembebasan jalan napas.
Membuka saluran pernafasan ada 2 cara yaitu :
1. Tanpa Alat
• Head Tilt Chin Lift
• Jaw Trust
• Cross Fingers and finger sweep
• Heimlich manuver
2. Dengan Alat
• OPT (Guidel) /NPT
• ETT
• Crycoidotomy/Tracheostomy

MEMBEBASKAN JALAN NAFAS TANPA ALAT


Prosedur penatalaksanaan masalah airway di lapangan adalah :
1. Bersihkan mulut pasien dengan tangan kita (Finger Swap/penyapuan jari)
Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan
napas hilang. Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada korban tidak sadar dengan
muka menghadap keatas. Caranya :
➢ Buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang diantara ibu jari dan jari-
jarinya. Kemudian mengangkat rahang bawah
➢ Masukkan jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian dalam pipi, jauh kedalam
kerongkongan dibagian dasar lidah
➢ Kemudian lakukan gerakan mengait untuk melepaskan benda asing serta
menggerakkan benda asing tersebut kedalam mulut sehingga memudahkan untuk
diambil
➢ Hati-hati agar tidak mendorong benda asing lebih jauh kedalam jalan nafas.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 12


2. Lakukan triple airway manuvre yaitu ekstensi leher, head tilt, dan chin lift. Berhati-hati pada
pasien multiple trauma yang dicurigai dengan patah tulang leher/fraktur cervical, jangan
lakukan ekstensi leher tapi segera pasang collar neck.
3. Pada pasien tersedak akan terlihat gejala yang khas sumbatan jalan napas baik total
ataupun parsial. Pada kasus ini, kita dapat melakukan Heimlich Manuvre atau Back Blows.
Pasien yang tertelan benda asing dan masih sadar, manipulasi dengan pukulan pada
punggung kadang-kadang dapat memperberat keadaan. Oleh karena itu dapat dicoba dulu
dengan menganjurkan pasien batuk.

Teknik mempertahankan Airway dalam keadaan stabil :


- Triple Manuvre (Ekstensi leher, Head Tilt, Chin Lift)
Cara ini dilakukan pada korban dengan riwayat tidak ada trauma cervikal.
Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan tangan di dahi korban sambil menekan atau
mendorongnya ke belakang, lalu tangan yang lain diletakkan di bawah leher korban dengan
sedikit mengangkatnya keatas.
Cara Angkat Dagu – Tekan Dahi
1. Letakkan tangan pada dahi korban. Gunakan tangan yang paling kuat pada kepala
penderita.
2. Tekan dahi sedikit mengarah ke belakang dengan telapak tangan, hingga kepala terdorong
ke belakang
3. Letakkan ujung jari tangan yang lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang bawah.
4. Angkat dahu ke depan, lakukan gerakan ini bersamaan dengan tekan dahi, sampai kepala
korban pada posisi ekstensi maksimal.
5. Pertahankan tangan di dahi penderita untuk menjaga posisi kepala tetap di belakang.
6. Buka mulut penderita dengan ibu jari tangan yag menekan dagu.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 13


IMPORTANT

Tehnik ini hanya dilakukan pada KORBAN YANG TIDAK MENGALAMI TRAUMA
PADA`KEPALA, LEHER, MAUPUN TULANG BELAKANG.

- Jaw Thrust
Cara ini dilakukan pada korban dengan riwayat trauma cervical.
Posisi penolong berada di puncak kepala korban kemudian dorong rahang korban ke depan
dengan kedua tangan, sementara ibu jari membuka mulut pasien sehingga pernapasan
dapat melalui mulut dan hidung. Berikut caranya :
1. Berlutut di sisi atas kepala penderita, letakkan kedua siku penolong sejajar`dengan posisi
penderita, kedua tangan memegang sisi kepala.
2. Kedua sisi rahang bawah dipegang (jika pasien pada anak atau bayi gunakan 2 atau 3 jari
pada rahan bawah)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 14


3. Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan rahang bawah ke posisi depan secara
perlahan. Gerakan ini mendorong lidah ke atas hingga membuka jalan nafas
4. Pertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka.

HEIMLICH MANEUVER

A. Definisi
• Adalah salah satu tindakan kegawatdaruratan yang perlu dilakukan pada orang yang tersedak
benda asing (Choking) baik itu sadar atau tidak sadar.
• Ini dapat dilakukan dengan bantuan orang lain atau oleh korban sendiri (yang masih sadar)
yaitu dengan menekan abdomennya secara tiba-tiba dengan genggaman tangan atau
menekankan perutnya ke bagian atas sandaran kursi.
• Adapun Heimlich Maneuver ini dapat dilakukan dengan metode-metode seperti : Abdominal
Thrust dan Back Blow.

Teknik-teknik Heimlich Maneuver : A – D (Back Blow), E (Abdominal Thrust), F (Chest Thrust).


Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 15
B. Metode / Prosedur

1. Choking pada orang dewasa yang sadar

PRINSIP TINDAKAN PELAKSANAAN


Pastikan korban mengalami Penolonlg dapat bertanya : “Anda
masalah tersedak tersedak?” atau memperhatikan
reaksi korban : berusaha batuk/bicara
tetapi tidak bisa dan memegang leher
di antara ibu jari dan jari telunjuk.

Tekanan Abdomen

Lakukan Heimlich Maneuver Berdiri di belakang korban dan


(tekanan di bawah diafragma) letakkan kedua tangan Anda di
hingga benda asing yang pinggang korban. Tekan abdomen
menyekat keluar ataupun menggunakan genggaman tangan
korban mulai tidak sadar. dengan cepat ke arah dalam dan ke
atas.

Tekanan Dada

Dilakukan pada korban yang Berdiri di belakang korban dan


gemuk atau sedang hamil letakkan kedua tangan Anda di
besar bawah ketiak korban supaya
mengelilingi dadanya. Tekan dengan
cepat ke arah dalam

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 16


2. Choking pada orang dewasa yang tidak sadar atau hampir tidak sadar

PRINSIP TINDAKAN PELAKSANAAN


Dapatkan bantuan orang lain Aktifkan Emergency Message
dan ambulance System/EMS

118
Periksa untuk melihat benda Coba cungkil untuk mengeluarkan
asing yang tersekat benda asing dari dalam mulut dengan
teknik Cross fingers and finger
sweep.

Coba beri bantuan pernafasan Buka saluran pernafasan lalu berikan


2 pernafasan bantuan. Jika perlu,
reposisi kepala dan coba lagi

Jika saluran pernafasan Berlutut di paha korban.


tersekat, lakukan “Heimlich Letakkan pangkal telapak tangan di
Maneuver” dengan metode tengah-tengah abdomen korban, atas
Abdominal Thrust. sedikit dari pusat dan di bagian
bawah Prosessus xypoid.
Letakkan tangan lainnya di atas
tangan ini. Tekan abdomen korban
dengan tekanan ke arah atas dengan
cepat.

Ulangi langkah-langkah di atas Langkah-langkah di atas


sehingga berhasil dengan urutan sebagai berikut:
1. Masukkan jari ke dalam mulut
(cross fingers and finger sweep)
2. Pernafasan bantuan
3. Abdominal Thrust

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 17


3. Choking pada anak-anak (1 – 8 tahun)
• Sama seperti yang diberikan pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar.
• Jangan memasukkan jari untuk mengeluarkan benda yang tersekat melainkan jika benda
tersebut terlihat.
• Buka mulut dengan cara mengangkat tulang dagu dan lidah (tongue-jaw-lift).
• Lihat ke dalam saluran pernafasan, gunakan jari kelingking untuk mengeluarkan benda
asing itu jika terlihat dengan jelas.

4. Choking pada bayi yang masih sadar (Umur < 1 tahun)

PRINSIP TINDAKAN PELAKSANAAN


Penilaian: Pastikan saluran Perhatikan kesulitan bernafas, batuk
pernafasan tersekat. yang tidak efektif, tangisan yang
lemah, cyanosis pada bibir & lidah.

Lakukan Back Blow 5 x Dengan menumpukan kepala dan


leher menggunakan sebelah tangan,
pegang bayi dengan muka
menghadap ke bawah; kedudukan
kepala lebih rendah dari pada
badannya di atas paha Anda.
Berikan 5 x tepukan dengan kuat,
di antara kedua tulang scapula
dengan bagian pangkal telapak
tangan lainnya.

Berikan 30 kompresi dada Dengan menopang kepala, letakkan


bayi di antara tangan/lengan Anda
dan terlentangkan. Pastikan
kedudukan kepala lebih rendah dari
pada badannya. Berikan 30
kompresi dada seperti kompresi
CPR tetapi jangan terlalu kuat.

Ulangi langkah 2 & 3 sehingga


benda asing keluar atau bayi
menjadi tidak sadar

Jika bayi tidak sadar

Aktifkan EMS Panggil, “Tolong!”. Jika ada orang


yang membantu minta dia
menggerakkan Emergency Message
System (EMS).
118

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 18


Baringkan bayi.
Lakukan teknik Meng-angkat Jangan memasukkan jari ke dalam
tulang dagu & lidah mulut untuk mengeluarkan benda
(Tongue-jaw-lift) asing melainkan jika benda itu dapat
dilihat dengan jelas.

Berikan bantuan pernafas- Coba beri bantuan pernafasan. Buka


an (ventilasi) saluran pernafasan dengan teknik
head-tilt-chin-lift dan berikan nafas
buatan.

Berikan bantuan pernafas-an Betulkan posisi kepala dan coba


sekali lagi. ulangi pemberian nafas buatan.

Ulangi langkah-langkah di atas dari awal sampai akhir sampai berhasil.

Jika Anda sendiri dan segala usaha Anda gagal, gerakkan EMS setelah
1 menit Anda mencoba untuk membebaskan kembali saluran
pernafasan.

Apabila benda asing sudah dapat dikeluarkan, pastikan korban


bernafas dan masih ada nadi. Jika tidak lakukan CPR untuk bayi.

Jika korban sudah dapat bernafas, letakkan dalam posisi pemulihan.


Awasi pernafasan dan nadi sambil memastikan saluran pernafasan
senantiasa terbuka/paten.

Jika tidak bernafas, berikan 20 x / menit nafas buatan dan senantiasa


awasi nadi.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 19


5. Choking pada bayi yang sudah tidak sadar (Umur < 1 tahun)

PRINSIP TINDAKAN PELAKSANAAN


Penilaian: Pastikan bayi Dengan menggerakkan bahunya
tidak ada respon/tidak perlahan-lahan.
sadar.

Panggil bantuan
“Tolong!”

Betulkan posisi kepala bayi Telentangkan bayi di atas


permukaan keras sambil
mengampu kepala dan lehernya
jika perlu.

Buka saluran pernafasan Dengan teknik head tilt chin lift.


Hati-hati supaya tidak
mendongakkan kepala terlalu
jauh ke belakang.

Penilaian: Pastikan bayi Pastikan saluran pernafasan


tidak bernafas. terbuka. Letakkan telinga Anda
dekat dengan mulut bayi dan
lihat pergerakan dada semasa
bernafas serta dengar dan rasa
pernafasannya di telinga Anda
(Look, feel & listen).
Coba beri bantuan Letakkan mulut anda rapat-rapat
pernafasan (Ventilasi). di atas mulut dan hidung bayi.

Ulangi pernafasan Ubah posisi (reposisi) kepala dan


bantuan. pastikan mulut Anda menutupi
mulut dan hidung bayi
sepenuhnya.

Aktifkan EMS Jika ada orang lain di situ, minta


dia untuk mengaktifkan EMS
(panggil ambulance).

118

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 20


Lakukan Back Blow 5 x Dengan menumpukan kepala dan
leher menggunakan sebelah
tangan, pegang bayi dengan
muka menghadap ke bawah;
kedudukan kepala lebih rendah
dari pada badannya di atas paha
Anda. Berikan 5 x tepukan
dengan kuat, di antara kedua
tulang scapula dengan bagian
pangkal telapak tangan lainnya.
Berikan 30 kompresi dada Dengan menopang kepala,
letakkan bayi di antara
tangan/lengan Anda dan
terlentangkan. Pastikan
kedudukan kepala lebih rendah
dari pada badannya. Berikan 30
kompresi dada seperti kompresi
CPR tetapi jangan terlalu kuat.
Lakukan teknik Meng- Jangan memasukkan jari ke
angkat tulang dagu & lidah dalam mulut untuk mengeluarkan
(Tongue-jaw-lift) benda asing melainkan jika benda
itu dapat dilihat dengan jelas.

Berikan bantuan pernafas- Coba beri bantuan pernafasan.


an (ventilasi) Buka saluran pernafasan dengan
teknik head-tilt-chin-lift dan
berikan nafas buatan.

Ulangi langkah-langkah di atas sampai berhasil.

Jika Anda sendiri dan segala usaha Anda gagal, gerakkan EMS
setelah 1 menit Anda mencoba untuk membebaskan kembali
saluran pernafasan.

Apabila saluran pernafasan paten awasi saluran pernafasan


dan nadi. Jika tidan ada nadi, lakukan CPR untuk bayi.

Jika korban sudah dapat bernafas, letakkan dalam posisi


pemulihan. Awasi pernafasan dan nadi sambil memastikan
saluran pernafasan senantiasa terbuka/paten.

Jika tidak bernafas, berikan 20 x / menit nafas buatan dan


senantiasa awasi nadi.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 21


MEMBUKA JALAN NAFAS DENGAN ALAT
Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan sempurna dan
fasilitas tersedia. Persiapan alat :
1. Oropharingeal airway (OPA)
• Berbentuk semisirkul
• Orofaringeal tube jangan dipasang pada pasien dengan reflek muntah masih ada karena
dapat menyebabkan muntah dan spasme laring, dan kesadaran GCS > 10 atau pada pasien
yang masih bernafas spontan
• Berguna untuk :
- Mencegah lidah melekat pada dinding posterior pharing
- Mempermudah penghisapan lendir
- Mencegah ETT tergigit
• Cara pemasangan
– Bersihkan mulut dan faring dari segala kotoran
– Masukan alat dengan ujung mengarah ke chefalad
– Saat didorong masuk mendekati dinding belakang faring alat diputar 180°
– Ukuran alat dan penempatan yang tepat menghasilkan bunyi napas yang
nyaring pada auskultasi paru saat dilakukan ventilasi
– Pertahankan posisi kepala yang tepat setelah alat terpasang
• Komplikasi :
- Jika OPA terlalu jauh menekan epiglotis
- Dapat mendorong lidah kebelakang
- Trauma

2. Nasopharingeal airway (NPA)


• Terbuat dari karet atau plastik yang lembut dengan ukuran ± 15 Cm
• Pemasangan nasofaringeal tube harus hati – hati pada pasien fraktur basis crania
• Perkiraan ukuran nasofaringeal tube sebesar jari kelingking pasien

• Digunakan apabila OPA tidak dapat dipakai oleh karena adanya ; trismus atau massif

trauma disekitar mulut, atau rahang mengatup kuat


• Cara pernasangan
– Pilih alat dengan ukuran yang tepat, lumasi dan masukkan menyusuri
bagian tengah dan dasar rongga hidung hingga mencapai daerah belakang lidah
– Apabila ada tahanan dengan dorongan ringan alat diputar sedikit.
• Bahaya
– Alat vang terlalu panjang dapat masuk oesophagus dengan secgala akibatnya
– Alat ini dapat merangsang muntah dan spasme laring
– Dapat menyebabkan perdarahan akibat kerusakan mukosa akibat pernasangan,
oleh sebab itu alat penghisap harus selalu siap saat pernasangan.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 22
• Ingat !!
– Selalu periksa apakah napas spontan timbul setelah pemasangan alat ini.
– Apabila tidak ada napas spontan lakukan napas buatan dengan alat bantu napas
yang memadai.
– Bila tidak ada alat bantu napas yang memadai lakukan pernapasan dari mulut ke
mulut

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 23


PROSEDUR MEMASUKKAN ARTIFICIAL AIRWAY
(NASO/OROPHARYNGEAL TUBE (NPT/OPT))

Tujuan :

 Untuk membuka saluran pernafasan


 Untuk menjaga patensi airway
Persiapan alat :

• Naso / Oropharyngeal Tube berbagai ukuran  Senter (Penlight)


• Tongue/Sponge Holding Forcep  Gauze & Swab
• Spatel (Tongue Deppressor)  Plester
• Suction set and tubingnya
Prosedur :

1. Beri salam dan jelaskan prosedur (kpd pasien & keluarga)


2. Pilih ukuran Airway yang sesuai
❖ Untuk OPT : Ukur dari sudut mulut s.d cuping telinga bagian bawah atau ke Angulus
mandibulae (sudut rahang bawah).
❖ Untuk NPT : Ukur dari hidung s.d cuping telinga bagian bawah atau ke Angulus
mandibulae (sudut rahang bawah).
3. Posisikan kepala pasien : Mendongak (Head Tilt)
4. Buka mulut dan tarik lidah yang jatuh dengan Tongue Holding Forcep
5. Tekan lidah dengan Spatel (tangan tidak dominan), bersihkan sekresi dengan Sponge
Holding Forceps/Suction bila ada
6. Pegang Airway dengan ”Curvatura” (lengkungan) menghadap ke atas (tangan dominan)
7. Masukkan Airway melalui tengah/sisi mulut sampai Palatum mole.
8. Putar/balik ”Curvatura Airway” ke arah bawah setelah di dalam mulut
9. Pastikan Airway berada di Posterior Faring (dengan menggunakan Penlight)
10. Fixasi Airway dengan plaster (untuk pemasangan lama)
11. Posisikan kembali kepala pasien
12. Buat pemerhatian: pola nafas pasien.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 24


Memasukkan ‘Airway’ (Oropharyngeal tube)

Lakukan/
Tidak Lakukan/ Jumlah
No Prosedur Nilai tidak
Lakukan sempurna Nilai
sempurna

1. Mengucapkan salam & menjelaskan 1


prosedur yang akan dilakukan

2. Memilih ukuran yang sesuai (Ukur dari 1


telinga hingga ujung mulut)

3. Memposisikan kepala pasien – 2


mendongak

4. Membuka mulut & tarik lidah yang 2


jatuh dengan Tongue Holding Forcep

5. Tekan lidah menggunakan spatula 2


(tangan tidak dominant), bersihkan
sekresi dengan Sponge Holding
Forceps/ Suction (bila ada)

6. Memegang airway dengan bentuk 2


kurva(curvature) mengarah ke atas
(tangan dominant)

7. Memasukkan airway melalui 2


tengah/sisi

8. Memutar ‘curvature airway’ kearah 2


bawah

9. Memastikan airway berada di 2


posterior farink

10. Memposisikan kembali kepala pasien 2

11. Membuat penilaian/asesmen pada 2


pola pernapasan

Jumlah 20

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 25


PEMASANGAN ENDOTRAKEAL TUBE (ETT)

A. Definisi
Suatu tindakan memasukkan tube ke dalam trakea untuk membantu menjaga patensi dan
fungsi respirasi.
Termasuk salah satu ”Airway maksimal” yang biasa digunakan dalam keadaan darurat .
Dibagi menjadi 2, yaitu :
• Oral ETT
• Nasal ETT

B. Tujuan
Tujuan utamanya adalah mematenkan jalan napas (Airway).

C. Indikasi
1. Dilakukan pada saat emergency, terutama karena:
❖ Obstruksi jalan napas:
▪ Trauma
▪ Benda Asinng
❖ Cardiac Arreast
2. Kelumpuhan Airway. Contohnya pada penderita “Polio”
3. Pasien yang tidak sadar (coma)
❖ Tidak ada cough & gag reflex (reflex batuk & muntah)
❖ Floppy tongue.
4. Untuk pemasangan atau penggunaan Artifical ventilator
5. Merupakan alternative airway sebelum melakukan trakeostomy

D. Persiapan Alat
1. ETT Tube
❖ Ukuran: lihat I.D (Internal Diameter)
▪ Dewasa: 6 – 8 atau :
Perempuan : 7,0 ; 7,5 ; 8,0
Laki-laki : 8,0 ; 8,5
Keadaan emergency : 7,5
▪ Anak-anak: < 6
❖ ETT Cuff
▪ Bahan : Soft plastic
▪ Sifat : High volume low pleassure (floppy)untuk mencegah iskemia
& nerkosis pada trakea (menurunkan resiko)
▪ Tujuan Cuff inflate (Balon pada ujung ETT) adalah Untuk menutup
saluran udara agar:

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 26


✓ Udara tidak keluar saat bantuan nafas yang diberikan.
✓ Mencegah aspirasi pneumonia
✓ Untuk anchor/fikasasi interna
2. Stillet/navigator (mandrin)
3. Xylocain jelly
4. Spoit 10 atau 20 ml
5. Tongue Holding Forceps
6. Spatel
7. Laryngoskop & Bladenya
❖ Lihat nomor untuk mengetahui ukurannya
❖ Diukur dari mulut atau hidung ke pinna (ujung rahang bawah ) untuk
kesesuaian
8. Stetoskop
9. Bag valve mask/Ambu bag
10. O2 & Suction (Resusitasi bag, Yankauer sucker)
11. Margills Forcep
12. Plaster dan gunting
13. Swab & gauze
14. Oropharyngeal Tube
E. Prosedur kerja
❖ Persiapan sebelum:
1) Inform consent: pasien atau keluarga.
2) Test Cuff Inflate untuk tidak memastikan tidak bocor.
3) Pilih dan ukur blade (bilah) & pasang laryngoskop.
4) Masukkan stillet kedalam ETT.
5) Lubrikasi ETT dengan Xylocain jelly.
❖ Pelaksanaan
1) Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik
2) Bersihkan sekresi dengan swab atau suction dan angkat lidah yang jatuh ke
belakang.
3) Extensikan kepala
4) Buka mulut dan masukkkan laryngoskop menelusuri mulut sebelah kanan,
sisihkan lidah kekiri. Masukkan bilah/blade sampai mencapai dasar lidah,
perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi korban
5) Angkat laringoskop keatas dan kedepan dengan kemiringan 30-40, jangan
sampai menggunakan gigi sebagai titik tumpu
6) Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil memperhatikan bagian
proksimal dari cuff ETT melewati pita suara  1-2 cm atau pada orang dewasa
kedalaman ETT  19-23 cm. Biasanya panjang tube untuk dewasa:

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 27


Laki-laki : 20 – 22 cm dan Perempuan : 18 – 20 cm
7) Waktu untuk intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik
8) Lakukan ventilasi dengan menggunakan bagging dan lakukan auskultasi
pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri sambil
memperhatikan pengembangan dada
9) Bila terdengar suara gargling pada lambung dan dada tidak mengembang,
lepaskan ETT dan lakukan hiperventilasi ulang selama 30 detik kemudian
lakukan intubasi kembali
10) Kembangkan balon cuff dengan menggunakan spuit 20 atau 10 cc dengan
volume secukupnya sampai tidak terdengar lagi suara kebocoran dimulut
pasien saat dilakukan ventilasi
11) Lakukan fiksasi ETT dengan plester agar tidak terdorong atau tercabut
12) Pasang orofaring untuk mencegah pasien menggigit ETT
13) Lakukan ventilasi dengan oksigen 100% (aliran 10-12 liter/menit)
14) Bersihkan & rapikan pasien & alat
F. Komplikasi
❖ Segera
a) Atelektasis
b) Obstruksi oleh sekresi
c) Displacement akibat atelektasis dan tercabut
❖ Prolonged Use
a) Preassure nekrosis trakea dan bibir
b) Kerusakan vocal card/pita suara
c) Ulcer trakea
d) Trakheosophangeal fistula.
G. Penjagaan & Perawatan ETT
❖ Oral toilet.
❖ Suction dan Ambubagging.
❖ Komunikasi. (pen & paper)
H. Extubation
❖ Inform
❖ Deflate cuff
❖ Suction
❖ Keluarkan ETT
❖ Perhatikan adanya: Respiratory distress (Insufficiency pulse & warna kulit) dan jika
keadaan buruk lakukan reintubation

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 28


MANAGEMENT BREATHING (PERNAFASAN)

Penilaian patensi jalan nafas serta cukupnya ventilasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Bila
ditemukan atau dicurigai gangguan jalan nafas atau ventilasi harus segera diambil tindakan untuk
memperbaiki oksigenasi dan mengurangi resiko penurunan kesadaran. Tindakan ini meliputi teknik
menjaga jalan nafas, termasuk jalan nafas definitif ataupun surgical airway dan cara untuk
membantu ventilasi. Karena semua tindakan di atas akan menyebabkan gerakan pada leher, harus
diberikan proteksi servikal, terutama bila dicurigai atau diketahui adanya fraktur servikal.

Pernafasan buatan
1. Ventilasi mouth to mouth
Cara ini merupakan teknik dasar bantuan nafas. Upayakan memakai pelindung (barrier) antara
mulut penolong dengan korban berupa lembar plastic (silicon berlubang) ditengah atau memakai
sungkup, sungkup khusus ini dikenal dengan nama pocket facemask. Keterbatasan cara ini
adalah konsentrasi oksigen ekspirasi penolong rendah (16-17%).

2. Ventilasi mulut ke sungkup muka (pocket facemask)


• Tengadahkan kepala dan pasang sungkup pada mulut dan hidung korban dengan cara ibu
jari dan telunjuk kedua tangan menekan sungkup. Sedangkan 3 jari kedua tangan menarik
mandibula sambil tetap mempertahankan kepala dalam posisi tengadah. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kebocoran.
• Berikan tiupan melalui lubang sungkup sambil memperhatikan gerakan dada, tiup dengan
lambat dan mantap dengan lama inspirasi 1-2 detik. Pada pasien dengan henti jantung
dengan jalan nafas belum terlindungi lakukan 2 ventilasi setiap 15 kompresi dada. Apabila
jalan nafas terlindungi, misalnya sudah terpasang ETT, lakukan kompresi 100 x/menit
dengan ventilasi dilakukan tanpa menghentikan kompresi (asinkron) tiap 5 detik dengan
kecepatan 12x/menit.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 29


3. Ventilasi dengan menggunakan bagging, sungkup dan alat bantu jalan nafas lainnya (bag-valve-
mask)
Bagging telah lama digunakan sebagai alat bantu nafas utama dikombinasikan dengan alat
bantu jalan nafas lain misalnya sungkup muka, ETT, Laryngeal Mask Airway (LMA), dan
combitube. Penggunaan bagging memungkinkan pemeberian oksigen tambahan .
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunaka bagging :
• Volume tidal berkisar antara 10-15 ml/kg BB
• Bagging dewasa umum mempunyai volume 1600 ml
• Bila memungkinkan bagging dilakukan oleh 2 penolong untuk mencegah kebocoran,
seorang penolong mempertahankan sungkup dan kepala korban dan yang lainnya
melakukan pemijatan bagging.
• Masalah kebocoran dan kesulitan mencapai volume tidal yang cukup tidak akan terjadi
jika dipasang ETT, LMA, atau combitude.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 30


MENJAHIT LUKA

(Heacting/Suturing)

Defenisi

Adalah mencantumkan kembali jaringan atau kulit yang luka (incise) dengan menggunakan
benang/klip untuk mempercepat penyembuhan.

Indikasi Suturing:

1. Luka Iris (Incision Wound)


2. Luka Robek (Laceration Wound)
3. Luka Operasi, E.g: Vulnus Ictum (Puncture Wound after Toileting & Irrigation is done) Dll.
Klasifikasi Benang Suture

i. Absorbable sutures
• Bisa diserap oleh jaringan semasa proses penyembuhan
• Tidak perlu dilakukan “Aff Heacting/STO (Sutures Take Open)”
• Ciri-cirinya :
✓ Terbuat dari usus kambing
✓ Warna kuning pucat dan banyak ukuran
(makin kecil nomor = makin besar benang suture)

• Contoh : Cat gut


• Jenis-jenis cat gut :
a) Plain Cat gut
✓ Kering, tidak terendam dalam bahan-bahan kimia (solution)
✓ diserap dalam 1/52 (minggu)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 31


Chromic Cat gut
✓ Direndam dalam acid chromic supaya lebih kuat
✓ Warna coklat muda
✓ Biasanya digunakan untuk menjahit jaringan yang lambat sembuh
✓ Akan diserap antara 2/52 – 4/52
b) Dexon → Synthetic Cat gut
✓ dibuat dari bahan kimia “polyglyrolic acid”
ii. Non-absorbable Sutures
• Tidak dapat diserap oleh jaringan
• Perlu dilakukan STO
• Jenis yang biasa digunakan
1) Silk:
❖ Warna hijau/hitam dan agak kasar (Braided)
❖ Digunakan untuk jahitan kulit dan fixasi (Anchor)
2) Nylon
❖ Warna hijau /silver dan agak licin mengkilat (monofilamen)
❖ Untuk jahitan dikulit saja
3) Clips
❖ Dibuat dari logam untuk menyatukan bagian kulit
❖ Memberi tumpuan yang kuat pada tissue tanpa meninggalkan kesan atau
parut yang jelas
❖ Biasanya digunakan pada bagian badan yang terpapar (expose) seperti pada
bagian leher setelah tiroidektomy
❖ contoh clip yang biasa digunakan adalah “Michel’s suture clips”
Type benang non- absorbable
i. Braided → dikepang
o Bila dipalpasi: permukaannya kasar
o Warna biasanya hitam/gelap
o Digunakan untuk menjahit kulit dan juga untuk fiksasi/anchor selang/tube pada
kulit. Contoh : CVL, drain, dll.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 32


ii. Monofilamen
o Terdiri dari satu lapis benang
o Permukaan halus dan mengkilat
o Hanya untuk suturing saja, dan tidak bisa untuk anchor karena licin.
Klasifikasi Jarum

1. Round Body
- Badan dan ujung jarum berbentuk bulat
- Digunakan untuk menjahit tissue lembut seperti otot, usus, fascia, dll
2. Cutting Needle (taped)
- Ujung jarum berbentuk ∆
- Untuk jahitan dikulit

Jenis-Jenis Suturing

Secara garis besar ada dua :

1. Interupted Suture
2. Continous Suture
1. Interupted Suture
a. Simple/Plain Interrupted Suture
- Paling sering digunakan.
- Jahitan dilakukan satu dengan satu simpulan.
b. Mattress Interupted
- Suture yang biasa dilakukan pada bagian abdomen untuk memberi sokongan yang lebih
kuat dan mencegah jahitan agar tidak mudah terlepas/putus akibat peningkaatan tekanan
intra abdomen.
- Ada 2 macam, yaitu:
1) Vertical Mattress
2) Horizontal Mattress

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 33


c. Tension/Relaksation Suture (Retention Suture)
- Suture yang melalui lapisan kulit, tissue otot dan lemak untuk membentuk sokongan yang
lebih kuat.
- Biasanya dilakukan pada pasien obese atau penyembuhan luka yang lama. (biasanya
lebih dari 14 – 21 hari).
- Untuk mencegah iritasi kulit, biasanya bagian suture yang terpapar dilapisi selang karet
atau rolling gauze untuk elak kulit cedera karena suture yang terlalu tegang/kuat.

( A) (B1) (B2)

2. Continous Suture
a. Plain/Simple Continous Suture (Running Closure/Baseball Stitch)
b. Blanket Continous Suture (Running Locking Closure)
c. Subcuticular Suture (Running Intracuticular Closure)
- Suture yang disembunyikan dibawah kulit dan hanya terlihat dua simpulan yaitu
permulaan dan ujung dipermukaan kulit.
- Suture ini biasanya untuk kegunaan estetika karena tidak tertinggal parut.

(A) (B) (C)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 34


Persiapan Alat

Troli Atas (Steril) Troli Bawah :

• Suturing set, terdiri dari : • Lotion


- Nalpuder (Needle holder) 1 - Povidone iodine
- Pinset arteri 1 - Normal salin atau NaCl
- Pinset cirirgi > 2 - H2O2 (hidrogen peroxida)
- Dressing forceps 2 - Eter
- Gunting heacting (stitch scissor) - Spirit 70%
- Mayo scissor 1 • Plaster dan guntingnya
- Gallipot (kom) → 2 • Spray antibiotic (Op.site Spray)
- Kidney dish 1 • Mask
• Spoit 5 cc atau 10 cc • Swab & gauze tambahan
• Duk lubang (Sterile towel) • Perlak (Treatment macintosh)
• Duk klem/ towel clips • Agen anastesi
• Handscoen 1 atau 2 pairs → Short action
• Benang + jarum suture
- lidocain, xylocain
• Gauze & swab
• Korentang (Ceatle forseps) → Long action

- marcain

• 2 kidney dish
→ For receiver of instrument
→ For → biohazard bag
• Disposible glove 1 pairs

NB : Inovasi baru untuk suturing:

1. Suturing tape untuk luka incise/iris yang tidak terlalu dalam


2. Glue stitch dan biasanyadigunakan untuk area muka.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 35


Tanggung Jawab dalam Pelaksanaan Prosedur Kerja

Tanggung jawab sebelum prosedur:

1. Inform prosedur dan tujuannya pada pasien.


2. Siapkan lingkungan : pencahayaan, matikan kipas, privasi, dll.
3. “Medical hand washing” dan pakai Mask.
4. Lapis perlak.
5. Siapkan bahan dan alat.
- Tuang Larutan yang diperlukan
- Setting alat sesuai keperluan (secara sistematik)
6. “Surgical Hand washing” & pakai Handscoen Steril (Gloving)

Tanggung jawab pada saat pelaksanaan prosedur:

1. Cuci kulit sekitar luka dengan campuran betadin dan Normal saline/NaCl 0.9%.
2. Lakukan local anastesi.
3. Lakukan “Wound irrigating & toileting”
4. Klem salur darah yang robek dan ikat dengan benang Cat gut
5. Setelah tidak ada lagi perdarahan, suturing dapat dilakukan sesuai dengan metode yang
diinginkan.
6. Pastikan pertemuan antara lapisan kulit yang teriris betul semasa menjahit dan tidak terjadi
”overlapping” dari kulit yang dijahit.
7. Jaraknya  1 cm untuk tiap suture.
8. Setelah selesai, bersihkan area sekitar suture dengan Normal saline dan tutup luka dengan
opsite spray atau gauze dan plaster (hypafix).

NB: Biasanya GV dilakukan setelah 3 hari (kecuali verband kotor)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 36


Tanggung jawab selepas prosedur:

1. Bereskan dan bersihkan peralatan.


2. Rapikan pasien
3. HE b/d perawatan luka, termasuk:
- Kebersihan luka dan diri
- Elak lembab dan basah
- Oleskan topical agent atau obat-obat sesuai resep dokter
- Elak mengoleskan obat tradisional
- Nutrisi :
→ ↑ protein & vitamin

- Pengurangan pergerakan anggota terlibat


- “Dry hot compress” area sekitar luka
- pemerhatian s/s infeksi
➢ rubor
➢ calor
➢ dolor
➢ tumor
➢ function of lease

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 37


AFF HEACTING
(SUTURE TAKE OPEN/STO)

Definisi

Adalah prosedur yang dilakukan untuk membuka jahitan yang biasanya dilakukan pada luka
yang sudah sembuh.
STO biasanya dilakukan secara intermitten (selang-seling) untuk pastikan pencantuman luka
atau “wound gaping”.

Tanda-Tanda Penyembuhan Luka

1. Pinggir luka makin kecil dan sudah mau tertutup


2. Tidak ada perdarahan, jaringan nekrotik atau nanah.
3. Jaringan luka kelihatan sehat, tampak merah muda dan kelihatan agak basah → terjadi
proses granulasi
4. Pinggir luka tidak bengkak dan tidak sakit, pinggir sedikit menebal → terbentuk zona
Hyperplasia karena pertumbuhan sel-sel yang terlalu aktif.
5. Bagian atau anggota terlibat terasa hangat karena terdapatnya pengaliran darah yang akan
mempercepat penyembuhan.
6. Adanya pembentukan jaringan parut.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 38


Persiapan alat

Troli Atas (Steril) Troli Bawah :

• 1 Set STO steril atau • Tray berisi :


• 1 set dressing (GV) steril, berisi : - 1 botol eter
- Dressing forceps 2 - 1 botol → Normal saline
- Pinset anatomi 1 atau
- Pinset cirurgy 1 NaCl 0.9%
- Mayo scissor 1 - Spirit 70%
- Gallipot (kom) → 2 - A/biotic atau op site spray
- Kidney dish 1 - Plaster, gunting, mask
- Gauze & swab - Swab & gauze
• Treatment macintosh
• 2 kidney dish
Tambahan
→ For receiver of instrument
o Stitch scissor 1 → For → biohazard bag
o Dressing towel

Tanggung Jawab dalam Pelaksanaan Prosedur Kerja

Tanggung jawab sebelum

1. Cek status pasien:


➢ Nama & Rekam Medik
➢ Tanggal & masa suture di STO sesuai dengan jenis luka dan pembedahannya
➢ Cth: Muka & leher  hari ke 3 – 5 post op.
Abdomen & tangan  hari ke 7 – 10 post op.

2. Inform pasien & siapkan lingkungan : pencahayaan, matikan kipas, privasi, dll.
3. Hand washing & masking.
4. Siapkan alat dan bahan (lotion)
5. Surgical Hand washing & gloving
Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 39
Tanggung jawab sewaktu pelaksanaan prosedur

1. Dengan Teknik aseptic, sediakan swab & gauze seperlunya (spirit & normal salin atau
sesuai dengan protocol RS)
2. Mencuci luka dan garis suture dengan spirit swab.
3. Dari kawasan bersih ke kotor, 1 swab untuk 1 sapuan.

4 2 1 3 5
1
6

2
7
ATAU 3
8
4
5 10
9

4. Gunakan gunting yang tajam (atau suture blode) agar suture mudah dikeluarkan
5. Menggunting hanya satu kali pada suture untuk elak tertinggal pada tissue.
6. Potong suture yang terdekat dengan kulit untuk pastikan sebagian suture yang terpapar
tidak tertarik masuk ke tissue bersama mikroorganisme.
7. Menggunakan counter traction untuk elak ketegangan pada kulit dan rasa sakit sewaktu
menarik benang.
8. Lakukan pemerhatian luka : cantuman luka, s/s infeksi, dll.
9. lakukan tes cantuman luka (wound gaping).
Tanggung jawab selepas
1. Mencuci semula luka dengan normal saline untuk membersihkan luka dan kulit sekitarnya.
2. Spray luka dengan Op site spray atau tutup dengan gauze untuk sementara.
3. Rapikan peralatan dan beri HE tentang lukanya.
4. Rapikan unit pasien, cuci alat dan sterilkan kembali.
5. Dokumentasi.
Example : STO done → union good atau
STO done → wound gapping

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 40


Teknik STO

1. Plain/simple interrupted
- Jepit simpul suture A dengan pinset cirurgy.
- Gunting suture yang berdekatan dengan kulit (A atau B).
- gunting sejajar/searah dengan kulit untuk elak pasien cedera.
- Keluarkan suture dengan “counter traction”
2. Plain/simple continous
- jepit suture A dan gunting
- jepit suture B dan gunting
- jepit suture C dan tarik
- jepit suture D, gunting dan tanggalkan (D → B)
- jepit suture E dan tarik keluar (D → E)
- potong bagian F dan tarik keluar (F → E)
- ulangi langkah diatas hingga selesai.

(1) (2)

3. Mattress interrupted
- Jepit suture A+B
- Gunting bawah A+B
- Tarik keluar suture
- Jepit C dan tarik keluar suture secara “counter traksi”

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 41


4. Blanket continous
- Jepit & gunting A – F berdekatan dengan kulit & tarik keluar suture.
5. Subcuticular
- Jepit simpul A
- Gunting suture bagian A didekat kulit
- Jepit simpul suture B dan tarik keluar.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 42


FORMAT EVALUASI

PEMBIDAIAN PADA FRAKTUR

Nama :
Institusi :

No Tindakan M TM
1. Mengucapkan salam therapeutic
2. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Menggunakan pencegahan baku terhadap infeksi (Standard
Precaution)
4. Mengatasi permasalahan ABC terlebih dahulu
5. Menghentikan pendarahan
6. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
7. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin pasien
8. Membuka pakaian yang menutup daerah fraktur
9. Memeriksa dan mencatat pulse, motor, sensasi sebelum memasang
bidai
10. Melakukan traksi (menarik) manual secara perlahan dan gentle bila
ekstremitas anggulasi yang besar
11. Menutup luka terbuka dengan kassa atau kain steril
12. Memberikan bantalan yang cukup lunak pada bidai
13. Memasang bidai pada tempat yang tepat
14. Memasang bidai dengan memfiksasi dua sendi yang berdekatan sendi
atas dan bawah
15 Memeriksa dan mencatat pulse,motor, sensasi setelah memasang
bidai
16. Merapikan pasien/alat setelah dilakukan tindakan
17. Mengevaluasi keadaan pasien setelah dilakukan tindakan
18. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien

Evaluasi diri
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………, ………………..2016

Fasilitator

(……………………………………………..)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 43


TRANSPORTASI PASIEN GAWAT DARURAT
(Pemindahan Dan Pengangkatan)

1. Mekanika tubuh pada saat pengangkatan

Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang, dan yang paling kuat
diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang yang beraksi pada tulang tulang tersebut
juga paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha, dan
bukan dengan membungkuk.
Angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung
Diantara kelompok otot, maka kelompok fleksor lebih kuat dibandingkan kelompok ekstensor.
Dengan demikian pada saat mengangkat tandu, tangan harus menghadap ke depan, dan bukan
kebelakang. Semakin dekat akan kesumbu tubuh, semakin ringan pengangkatan. Dengan
demikian maka usahakan agar tubuh sedekat mungkin kebeban (tandu dan sebagainya) yang
akan diangkat. Kaki menjadi tumpuan utama saat mengangkat. Jarak antara kedua kaki yang
paling baik saat mengangkat adalah berjarak sebahu kita. Kenali kemampuan diri sendiri bila
merasa tidak mampu, mintalah pertolongan petugas lain, dan jangan memaksakan mengangkat
karena akan membahayakan penderita, pasangan dan kita sendiri.

2. Syarat Transportasi Penderita

Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap
(memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:

➢ Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi – resusitasi : bila


diperlukan
➢ Perdarahan dihentikan
➢ Luka ditutup
➢ Patah tulang di fiksasi

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 44


Dan selama transportasi (perjalanan) harus di monitor :
➢ Kesadaran
➢ Pernafasan
➢ Tekanan darah dan denyut nadi
➢ Daerah perlukaan
3. Panduan Dalam Mengangkat Penderita
a. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilailah beban yang akan
diangkat secara bersama, dan bila merasa tidak mampu, jangan paksakan, selalu
komunikasi secara teratur dengan pasangan kita
b. Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sebelahnya
c. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat, punggung harus selalu dijaga
lurus
d. Tangan yang memegang menghadap kedepan. Jarak antara kedua tangan yang
memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm
e. Tubuh sedekat mungkin kebeban yang harus diangkat. Bila terpaksa, jarak
maksimal tangan kita ketubuh kita adalah 50 cm
f. Tangan memutar tubuh saaat mengangkat
g. Panduan diatas juga berlaku saat menarik atau mendorong penderita

Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita

4. Teknik Memindahkan Pasien


a. Emergency
Pemindahan penderita dalam keadaan emergensi contohnya adalah :
➢ Ada api, atau bahaya api atau ledakan
➢ Ketidak mampuan menjaga penderita terhadap bahaya lain pada TKP (benda jatuh
dan sebagainya)
➢ Usaha mencapai penderita lain yang urgen
➢ Ingin RJP penderita, yang tidak mungkin dilakukan ditempat tersebut

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 45


Apapun cara pemindahan penderita, selalu ingat kemungkinan pada patah tulang
leher (vertikal) bila penderita trauma.

Contoh pemindahan emergency:

❖ Tarikan baju

Kedua tangan penderita harus diikat untuk mencegah naik kearah kepala waktu baju
ditarik. Bila tidak sempat, masukkan kedua tangan dalam celananya sendiri.

❖ Tarikan selimut

Penderita ditaruh dalam selimut, yang kemudian ditarik

❖ Tarikan lengan

Dari belakang penderita, kedua lengan paramedik masuk dibawah ketiak penderita,
memegang

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 46


❖ Tarikan kaki

b. Non emergency
Dalam keadaan ini dapat dilakukan urutan pekerjaan normal, seperti kontrol TKP, survai
lingkungan, stabilisasi kendaraan dan sebagainya.
➢ Pengangkatan dan pemindahan secara langsung
Oleh 2 atau 3 petugas, harus diingat bahwa cara ini tidak boleh dilakukan bila ada
kemungkinan fraktur servikal. Prinsip pengangkatan tetap harus diindahkan.
Contoh :

a. b. c.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 47


➢ Pemindahan dan pengangkatan memakai seperei

Sering dilakukan dirumah sakit. Juga tidak boleh dilakukan bila ada dugaan fraktur vertikal

Mengangkat Dan Mengangkut Korban Dengan Satu atau Dua Penolong :

1) Penderita Sadar dengan cara :

“ Human Crutch ” – satu / dua penolong, Yaitu dengan cara dipapah dengan dirangkul
dari samping

2) Penderita sadar tidak mampu berjalan

➢ Untuk satu penolong dengan cara :

“ Piggy Back “ Yaitu di gendong, “ Cradel “ Yaitu di bopong “Firefighter


drag “

➢ Untuk dua penolong dengan cara :

“ Two hended seat “ Yaitu ditandu dengan kedua lengan penolong, atau

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 48


“ Fore and aft carry “ Yaitu berjongkok di belakang penderita.

3) Penderita tidak sadar

a. Untuk satu penolong dengan cara :


“ Cradel “ atau “ Drag “
b. Untuk dua penolong dengan cara :
“ Fore and aft carry “

5. Perlengkapan Pemindahan Pasien


a. Brankar (Wheeled Stretcher)

Hal-hal yang harus diperhatikan :


a. Penderita selalu diselimuti
b. Kepada penderita/keluarga selalu diterangkan tujuan perjalanan

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 49


c. Penderita sedapat mungkin selalu dilakukan “strapping” (fiksasi) sebelum pemindahan
d. Brankar berjalan dengan kaki penderita didepan kepala, kepala dibelakang, supaya
penderita dapat melihat arah perjalanan brankar. Posisi ini dibalik bila akan naik tangga
(jarang terjadi).
Sewaktu dalam ambulan menjadi terbalik, kepala didepan (dekat pengemudi) supaya
paramedik dapat bekerja (bila perlu intubasi dan sebagainya)
Pada wanita inpartu, posisi dalam ambulan boleh dibalik, supaya paramedik dapat
membentu partus.
e. Jangan sekali-kali meninggalkan penderita sendirian diatas brankar. Penderita mungkin
berusaha membalik, yang berakibat terbaliknya brankar
f. Selalu berjalan berhati-hati

b. Tandu sekop (scoop stretcher, orthopaedic strether)

Alat yang sangat bermanfaat untuk pemindahan


penderita. bila ada dugaan fraktur vertikal, maka alat yang dipilih adalah LSB (long spine
board). Harus diingat bahwa tandu sekop bukan alat transportasi dan hanya alat pemindah.
Waktu proses pengangkatan, sebaiknya 4 petugas, masing-masing satu pada sisi tandu
sekop, karena kemungkinan akan melengkung (alat ini mahal harganya, karena terbuat dari
logam khusus).

c. Long spine board

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 50


Sebenarnya bukan alat pemindahan, tetapi alat fiksasi. Sekali penderita di fiksasi atas LSB ini.
Tidaka akan diturunkan lagi, sampai terbukti tidak ada fraktur vertikal, karena itu harus terbuat
dari bahan yang tidak akan mengganggu pemeriksaan ronsen.

Pemindahan penderita ke atas LSB memerlukan tehnik khusus yaitu memakai “log roll”
setelah penderita diatas LSB selalu dilakukan “Strapping”, lalu LSB diletakkan diatas
stretcher.

d. Short spine board dan KED (Kendrick extrication device)

Lebih merupakan alat ekstrikasi. Setelah selesai ekstriksi, tetap penderita harus diletakkan
pada alat pemindah yang lain.

TEKNIK STABILISASI TRANSPORTASI PADA KEADAAN KHUSUS

1. Untuk dugaan patah tulang leher


Log Roll
Empat orang dibutuhkan untuk melakukan prosedur modifikasi log roll dan imobilisasi penderita,
seperti pada long spine board: (1) satu untuk mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 51


leher penderita; (2) satu untuk badan (termasuk pelvis dan panggul); (3) satu untuk pelvis dan
tungkai; dan (4) satu mengatur prosedur ini dan mencabut spine board. Prosedur ini
mempertahankan seluruh tubuh penderita dalam kesegarisan, tetapi masih terdapat gerakan
minimal pada tulang belakang. Saat melakukan prosedur ini, imobilisasi sudah dilakukan pada
ekstremitas yang diduga mengalami fraktur.

2. Teknik melepaskan helm untuk dugaan patah tulang leher


Indikasi helm dibuka :
➢ Mengganggu pemeriksaan dan pertolongan pada jalan nafas dan pernafasan
➢ Helm tidak terpasang dengan rapat/benar, sehingga kepala dapat bergerak leluasa
➢ Helm mengganggu imobilisasi
➢ Cardiac arrest

Indikasi helm dibiarkan :

➢ Helm sangat erat melekat, kepala hampir tidak dapat bergerak didalam helm
➢ Tidak ada gangguan jalan nafas dan pernafasan
➢ Melepas malah membuat cidera
➢ Stabilisasi spinal dapat dilakukan dengan adanya helm
➢ Tidak mengganggu penilaian ABC

Cara membuka helm :

➢ Satu penolong diatas korban, kedua tangan memegang tepi bawah helm dan ujung jari
memfiksasi rahang bawah korban
➢ Penolong kedua membuka pengikat helm dari bawah

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 52


➢ Penolong kedua setelah membuka pengikat helm, tangan kiri memegang mandibula
korban sedangkan tangan kanan memegang leher belakang dan menstabilkan daerah
oksipitalis
➢ Penolong pertama tadi kini membuka atau menarik helm dengan
melebarkan/meregangkan tepi bawah helm
➢ Penolong kedua tetap mempertahankan kepala dan leher korban dan setelah helm
keluar, diambil alih oleh penolong pertama.

DC SYOK (KARDIOVERSI DAN DEFIBRILASI)

Defenisi:
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang elektroda yang
diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan
supraventrikuler. Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).
Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta
menghilangkan atritmia.

Indikasi:
Kardioversi darurat :

• Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi, hipoperfusi
sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.

• Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan lidokain atau
amiodaron.

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 53


Kardioversi elektif

Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi atrial, yang
gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau
verapanil. Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih
rendah angka embolisme.

Kontraindikasi:
1. Intoksikasi digitalis. Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron,
Stimulasi cepat atrium dengan pemacutemporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer Pace Maker (TPM)
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.6. Post
operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat menghentikan takiaritmia

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR

BANTUAN HIDUP LANJUT

(2010 AHA Guideline for Cardiopulmonary Rescucitation and Elektrical Therapies)

PROSEDUR : PEMBERIAN TERAPI LISTRIK DEFIBRILASI EKSTERNAL


NAMA :
TANGGAL ASSESMENT :

Dilakukan
Ya
No Tindakan Tidak
Baik kurang
2 1 0
1. Menyiapkan mesin defibrillator. Mesin terkoneksi ke listrik,
menghidupkan alat dan mengatur pilihan energy (360 joule untuk
defebrilator monofasik dan 200 joule untuk defibrillator bifasik)

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 54


dengan posisi mode asynchronized
2. Memasang EKG monitor bila belum terpasang dan memastikan
irama EKG pasien ialah VF atau VT tanpa nadi
3. Mencabut dan mengangkat paddle dari mesin. Mengoleskan dan
meratakan jeli pada paddle
4. Menempelkan paddle sternum (kanan) pada sisi kanan sternum di
bawah klavikula dan paddle apeks (kiri) pada garis midaksilaris
setinggi electroda V6
5. Mengisi energy dengan menekan tombol charge pada paddle atau
tombol charge pada mesin defibrillator dan menunggu hingga
energy yang diinginkan tercapai
6. Menghentikan RJP

7. Menyatakan bahwa defibrillator telah siap dan aman baik bagi


pasien, perawat maupun pemberi bantuan nafas jika ada.
Missal : I'm clear, you're clear, everybody's clear
8. Melakukan syok dengan menekan tombol pada kedua paddle
bersamaan. Sambil melihat monitor menyatakan “defibrilasi 200
joule, irama mesin VF, discharge”
9 Mengangkat paddle dan langsung melanjutkan RJP tanpa
menunggu hasil irama yang muncul pada monitor setelah
pemberian defibrilasi
10. Melanjutkan RJP sampai 2 menit, dilanjutkan dengan evaluasi
irama pada monitor

(……..x2) + (…….x1)
SKOR +(……..x0)
…….
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥 10 …..𝑋 10
Nilai = 2
= 2
Nilai
Komentar instruktur : Paraf & nama
instruktur
Penampilan keseluruhan :
 Baik sekali
 Baik
 Perlu perbaikan

Sumber : HIPGABI, 2013

Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 55


Penuntun Blok Keperawatan Bencana_PSIK UNHAS/2019 Page 56

Anda mungkin juga menyukai