Anda di halaman 1dari 37

Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Target 1
Kompetensi 1.1
Resusitasi Jantung Paru
Ns. Azhari Baedlawi M.Kep

A. Definisi
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau
sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali
kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal.
B. Tujuan
1. Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest)
atau henti jantung (cardiac arrest)
2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi
(fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau
henti nafas
C. Indikasi
1. Ancaman gagal nafas
2. Ancaman henti jantung
D. Kontraindikasi
1. Fraktur kosta, trauma thoraks
2. Pneumothoraks, emfisema berat
3. Cardiac tamponade
4. Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
5. Keadaan terminal penyakit yang tidak dapat disembuhkan misalnya gagal ginjal kronis
E. Alat dan bahan
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

F. Prosedur tindakan
1. RJP PADA DEWASA
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP/CPR) PADA


DEWASA / EXT. IBU HAMIL
( Keperawatan Kedaruratan )

No. Dokumen No. Revisi Halaman

OT.02.02/1/ /2018 01 1/5

Ditetapkan Oleh :

Direktur

Poltekkes Kemenkes Pontianak

STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

Didik Haryadi, S.Gz, M.Si

NIP. 197112311992031010

PENGERTIAN Upaya yang dilakukan pada orang dewasa yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk
mencegah terjadinya kematian.RJP terdiri atas :

1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu tindakan resusitasi tanpa menggunakan alat atau
dengan alat yang terbatas seperti bag-mask ventilation
1. Bantuan Hidup Lanjutan (BHL menggunakan alat dan obat resusitasi sehingga penanganan
lebih optimal.
TUJUAN 1. Mampu melakukan penilaian kegawat daruratan napas dan sirkulasi
2. Mampu melakukan resusitasi pada orang dewasa yang mengalami gangguan pernapasan dan
sirkulasi
3. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada orang dewasa.
4. Mampu memberikan bantuan pernapasan pada orang dewasa yang tidak bisa bernafas
1. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada orang dewasa yang mengalami henti jantung
INDIKASI 1. Dilakukan pada orang dewasa yang mengalami sumbatan jalan nafas
2. Dilakukan pada orang dewasa yang mengalami henti napas / apneu
1. Dilakukan pada orang dewasa yang mengalami henti jantung
KOMPLIKASI 1. Pneumothoraks akibat tekanan berlebihan
2. Fraktur iga / sternum dapat terjadi akibat kesalahan posisi tangan
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

3. Regurgitasi lambung karena saat ventilasi udara dapat massuk baik ke paru atau kelambung
1. Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus xipoideus
kearah hepar
PERSIAPAN 1. Handscoun
2. Bag Valve Mask (BVM) / Ambu Bag
3. Mouth Barrier
4. Orofaringeal (Guedel) dan selang nasofaringeal
5. Tabung Oksigen
PENILAIAN YA TIDAK

PROSEDUR KERJA DANGER !


(KALIMAT KERJA) 1. Pastikan menggunakan alat pelindung diri (masker dan sarung tangan /
handscoon
2. Pastikan keamanan penolong, pasien, dan lingkungan
RESPONSE !
3. Cek respon pasien
Tepuk Bahu dan Teriak : “Bangun Pak/Bu!” atau “Buka mata Pak/Bu!”
4. Jika korban tidak memberikan respon, segera meminta bantuan (Call For
Help) dengan cara berteriak “Tolong!, ada orang tidak sadar” Untuk
mengaktifkan Emergency Medical Service (EMS)
CIRCULATION !
5. Periksa ada tidaknya nadi karotis, 2-3 cm di samping trachea (Pemeriksaan
napas dan denyut dilakukan tidak lebih dari 10 detik)

6. Jika tidak teraba adanya nadi, lakukan CPR !!


7. Ambil posisi berlutut disamping korban, dan buka kaki selebar bahu.
8. Pastikan korban berbaring terlentang pada permukaan yang rata dan keras
*Khusus untuk ibu dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu (uterus di
atas umbilikus), miringkan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan
sudut 15-30° atau bila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

9. Tempatkan tumit tangan dengan telapak


tangan menumpuk dan jari ditautkan pada
bagian bawah garis tengah dada (lihat
gambar)
10. Perkuat lengan dan posisikan bahu untuk
melakukan CPR (lihat gambar)
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

11. Lakukan kompresi dada dengan kedalaman minimal 5 cm (2 Inci), dengan


kecepatan 100 – 120 kali / menit
12. Pastikan terjadinya pengembalian dinding dada secara penuh pada setiap
kali kompresi
AIRWAY !
13. Setelah 30 kali kompresi, berikan dua kali bantuan nafas dengan cara
sebagai berikut :
14. Buka jalan nafas dengan teknik Head tilt – chin lift (lihat gambar) . Jika
dicurigai korban mengalami cidera servical, gunakan teknik Jaw thrust /
Modified jaw thrust

Head tilt – chin lift Jaw Thrust


BREATHING !
15. Berikan dua kali bantuan nafas sambil melihat pergerakan dada, tiap
bantuan nafas diberikan jeda 1 detik.
a. Menggunakan teknik mouth to mouth
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

b. Menggunakan BVM / Ambu Bag

16. Lakukan sebanyak 5 siklus atau selama 2 menit kemudian lakukan evaluasi
a. Jika tidak ada nadi karotis, lakukan kembali kompresi dan ventilasi 30
:2
b. Jika nadi teraba dan napas tidak ada, berikan bantuan nafas sebanyak
10x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit
c. Jika nadi teraba dan napas ada, beri posisi (recovery position)

1 2

3 4

UNIT TERKAIT 1. American Heart Association Guideline 2015


https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-ecc-guidelines-2/

Keterangan :

K = Kompeten (nilai 2)

TK = Tidak Kompeten (nilai 1)


Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

TD = Tidak dilakukan (nilai 0)

PENILAIAN PENGUJI

Jumlah item X bobot nilai Pontianak,………………….

------------------------------ X 100

Total Skor

= (…………………………..)

2. RJP PADA ANAK-ANAK DAN BAYI


Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR) Pada Bayi dan Anak


( Pediatric Basic Life Support )

( Keperawatan Kedaruratan )

No. Dokumen No. Revisi Halaman

OT.02.02/1/ /2018 01 1/10

Ditetapkan Oleh :

Direktur

Poltekkes Kemenkes Pontianak

STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

Didik Haryadi, S.Gz, M.Si

NIP. 197112311992031010

PENGERTIAN Upaya yang dilakukan pada anak atau korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis
untuk mencegah terjadinya kematian.

RJP terdiri dari atas :

2. Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu tindakan resusitasi tanpa menggunakan alat atau
dengan alat yang terbatas seperti bag-mask ventilation
3. Bantuan Hidup Lanjutan (BHL menggunakan alat dan obat resusitasi sehingga penanganan
lebih optimal.
TUJUAN 2. Mampu melakukan penilaian kegawatan napas dan sirkulasi.
3. Mampu melakukan resusitasi bayi dan anak yang mengalami gangguan pernapasan yang
mengancam jiwa.
4. Mampu membebaskan dan membersihkan jalan napas pada bayi dan anak.
5. Mampu memberikan napas bantu pada bayi dan anak yang tidak bisa bernapas/apnu.
6. Mampu melakukan pijatan jantung luar pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung.
INDIKASI 1. Dilakukan pada bayi dan anak yang tidak bernapas/apnu.
2. Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung.
2. Dilakukan pada bayi dan anak yang mengalami sumbatan jalan napas.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

KOMPLIKASI 2. Pneumotoraks akibat tekanan berlebihan


3. Regurgitasi lambung karena saat ventilasi udara dapat masuk baik ke paru ataupun ke
lambung,
4. Berkurangnya curah jantung akibat peningkatan tekanan intratorak sehingga aliran balik
darah ke jantung (venous return) berkurang, hal ini dapat memeperburukan kondisi anak.
Prinsip Prinsip Dasar RJP pada anak adalah DR ABC meliputi :

 D : Danger / Bahaya
 R : Respon
 A : Airway / pembebasan jalan napas (airway)
 B : Breathing / Pernafasan
 C : Circulation : aliran darah
PERSIAPAN 1. Handschoon.
2. Ambubag.
3. Mouth Barrier
4. Orofaringeal (guedel) dan selang nasofaringeal
5. Tabung Oksigen

PENILAIAN YA TIDAK

PROSEDUR KERJA DR ABC


(KALIMAT KERJA)
D : Danger

1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker dan sarung tangan/


heandschoen)
2. Tempatkan pasien pada permukaan yang rata, bebas dari bahaya ( air,
gas, lalu lintas , listrik)
3. Pastikan keamanan penolong dan anak.

R : Response / Periksa respon anak

1. Berikan stimulasi kepada anak secara perlahan dan bertanya dengan


keras: Apakah anda baik-baik saja? Sambil menepuk bagian telapak kaki
dari pasien.
2. Periksa respon nafas minimal selama 10 detik Karena pada bayi sering
terjadi nafas periodic, sehingga perubahan dari pola nafas pada bayi
biasanya normal
3. Bila tidak ada respon, cek apakah pasien bernafas dengan cara :
a. Melihat pergerakan dada atau perut
b. Mendengar sura nafas dari pasien
c. Merasakan hembusan nafas dari pasien
4. Cek kedalam mulut apakah ada yang menghalangi jalan nafas ( dapat
berupa lidah, makanan, muntah atau darah)
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

5. Jika menemukan sumbatan , bebaskan sumbatan dengan jari dan


kemudian periksa kemampuan bernafasnya
Anak >1thn : Anak < 1thn :

6. Jika anak
merespon dengan menjawab atau bergerak:
a. Berikan posisi Recovery / Pemulihan.
b. Periksa kondisi anak dan cari bantuan jika diperlukan.
c. Menilai kembali anak secara teratur.

Anak >1thn : Anak <1thn :


Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

7. Jika anak tidak merespon dan tidak ditemukan sumbatan jalan nafas.
a. Segera cari bantuan.
b. Dengan hati-hati posisikan anak dalam keadaan terlentang

A : Airway / Periksa jalan nafas

1. Buka jalan napas dengan manuver head tilt dan chin lift yang dapat
dikerjakan baik pada pasien trauma maupun nontrauma. Dengan
mendongakkan kepala dan mengangkat dagu anak, menempatkan tangan
anda di dahinya dan dengan lembut dongakkan kepalanya. (Jangan
mendorong pada jaringan lunak di bawah dagu karena hal ini dapat
menghambat jalan nafas. )
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Catatan : Tehnik jaw thurst hanya dilakukan bila terdapat kecurigaan


trauma servikal

a. Untuk mempertahankan terbukanya jalan napas, dapat dilakukan


pemasangan alat orofaringeal (guedel) dan selang nasofaringeal. (jika
terlalu kecil lidah akan tetap terjatuh ke belakang sedangkan jika
terlalu besar akan menyumbat jalan napas)

B : Breathing / Periksa pernafasan


1. Lakukan tehnik LLF / Look Listen and Feel untuk penilaian pernapasan
dilakukan dalam waktu 10 detik pada saat bersamaan. (Jaga jalan nafas
terbuka) dengan meletakkan wajah anda dekat dengan wajah anak dan
lihat ke arah dadanya:
2. Lakukan Penilaian :
a. Melihat gerakan pernapasan dada maupun abdominal
b. Mendengar suara napas pasien melalui hidung dan mulut
c. Merasakan udara pernapasan yang keluar pada pipi penolong.

3. Jika anak bernafas normal, maka atur kedalam posisi recovery untuk
menjaga jalan napas dan menurunkan risiko aspirasi.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

4. JIka pernafasan tidak normal atau berhenti , maka berikan ventilasi / 5x


bantuan nafas
a. Tehnik mouth to mouth and nose :
1) Tehnik Mouth to mouth and nose pada anak kurang dari 1tahun
2) Tehnik mouth to mouth pada anak diatas usia 1 tahun.

Infant ( <1 tahun) Anak >1 tahun

teknik mouth-to-mouth and nose Mouth-to-mouth

b. Menggunakan ambubag :
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

5. Kenali efektivitas upaya pemberian 5x ventilasi bantuan nafas dengan


memperhatikan kembang kempis dada anak dengan cara yang sama yang
dihasilkan oleh gerakan nafas normal.

C : Circulation / Penilaian sirkulasi

1. Periksa denyut nadi dalam waktu tidak lebih dari 10 detik


Anak > 1 tahun Infant / Anak < 1 tahun
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

a. Arteri brakialis pada bagian


Arteri karotis pada leher. medial lengan atas.
b. Arteri Femoraliis

Jika anak bernafas efektif :

a. Lanjutkan bantuan pernafasan jika dibutuhkan,


b. Atur posisi anak ke samping (ke posisi pemulihan) jika dia tetap sadar.
c. Nilai kembali keadaan anak sesering mungkin.
2. Jika frekuensi nadi >60 kpm tetapi anak tidak bernapas, lanjutkan bantuan
napas tanpa kompresi dada
3. Lakukan kompresi dada jika:
a. Jika frekuensi nadi kurang dari 60 kali per menit (kpm) dan apada
anak terlihat tanda perfusi kurang (pucat dan sianosis), kompresi dada
dapat dimulai.

Kompresi Dada

1. Untuk semua anak, kompresi dilakukan pada bagian bawah sternum.


a. Cari prosesus xiphoideus dengan mencari sudut dimana tulang rusuk
terendah bergabung di tengah. Letakkan 2 jari (jari telunjuk dan jari
tengah) dari salah satu

2. Kompresi harus cukup untuk menekan tulang dada, setidaknya sepertiga


diameter antero-posterior dinding dada “Dorong keras dan cepat".
a. Anak <1 tahun
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

1) Letakkan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) dari salah satu
tangan pada setengah bawah sternum lebar 1 jari berada di
bawah garis intermammari
2) Tekan sternum dengan kedalaman 4 cm kemudainan anagkat
tanpa melepas jari pada sternum dengan kecepatan 100 kali per
menit
Anak <1 tahun ( Kedalaman kompresi 1,5 inch / 3,75 cm)

1 Penolong 2 Penolong

b. Anak >1 tahun


1) Letakkan tumit salah satu tangan pada tengah bawah sternum,
hindarkan jari-jari pada tulang iga anak
2) Menekan sternum sekitar 5 cm dengan kecepatan minimal 1
menit
Anak >1 tahun (1/3 sampai ½ kedalam dada)

1 Penolong 2 Penolong
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

3. Lakukan RJP Lepaskan tekanan sepenuhnya dan ulangi pada kecepatan


minimal l00 kali/menit (tetapi tidak lebih dari 120 kali/menit).
a. Dengan 1 penolong
1) CPR dengan rasio 30:2 yaitu 30 kompresi dan diikuti dengan 2
kali ventilasi.
2) Setelah 5Setelah melakukan CPR selama 2 menit (5 siklus dengan
30 kompresi dan 2 kali pernapasan setiap siklus), dan batuan
belum datang, maka tinggalkan bayi untuk melakukan panggilan
darurat dan meminta dibwakan AED (jika mengetahui keberadaan
AED).
b. Dengan 2 penolong
1) RJP dengan Rasio 15;2 yaitu 15 kompresi oleh penolong pertama
dan diikuti 2x ventilasi penolong kedua.
4. Evaluasi pasien setiap 5 siklus RJP ( 1 siklus adalah Rasio 30:2 untuk 1
penolong dan 15:2 untuk 2 penolong) dengan periksa denyut nadi.
5. Apabila nadi tidak teraba, kembali lakukan prosedur resusitasi jantung
dan paru kembali.
6. Bila anak bernafas maka di tempatkan pada posisi pemulihan / revocery
position
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Algoritme PALS menurut AHA 2015


Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

UNIT TERKAIT 1. Maconochie I, de Caen A, Aickin R, et al. Part 6: Pediatric Basic Life Support and Pediatric
Advanced Life Support: 2015 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendations. Resuscitation
2015;95:e147-e170.
2. Maconochie I, Bingham R, Eich C, et al. European Resuscitation Council Guidelines for
Resuscitation 2015 Section 6 Paediatric Life Support. Resuscitation 2015;95:222-47.
3. Yuniar, Irene. 2014. Bantuan Hidup Dasar pada Anak. KALBEMED: CDK-220/vol. 41
no.9,th.2014
4. https://www.resus.org.uk/resuscitation-guidelines/paediatric-basic-life-support/2015
5. https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-ecc-guidelines-2/part-12-
pediatric-advanced-life-support/

Keterangan :

K = Kompeten (nilai 2)
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

TK = Tidak Kompeten (nilai 1)

TD = Tidak dilakukan (nilai 0)

PENILAIAN PENGUJI

Jumlah item X bobot nilai Pontianak,………………….

------------------------------ X 100

Total Skor

(…………………………..)

G. Referensi
1. Krisanty, Paula, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. CV Trans Info
Media: Jakarta.
2. Emergency Nurses Association (2013). Sheehy’s Manual of Principles and Practice. 7th
Emergency Nursing ed. Mosby: Elsevier Inc.
3. Tscheschlog, B.A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy. Wolter
Kluwer.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Kompetensi 1.2
Interpretasi EKG
Ns. Azhari Baedlawi M.Kep

A. Definisi EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang
merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
B. Tujuan Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan EKG bertujuan untuk menilai kerja jantung, apakah normal atau tidak
normal yang meliputi laju (kecepatan) denyut jantung, ritme denyut jantung, dan
kekuatan signal listrik yang melewati masing-masing bagian jantung.
C. Indikasi Pemeriksaan EKG
1. Pasien yang dicurigai sindroma koroner akut.
2. Pasien dengan aritmia.
3. Pasien dengan gangguan konduksi jantung.
4. Pasien dengan gangguan elektrolit, terutama kalium.
5. Pasien dengan kecurigaan keracunan obat.
6. Evaluasi pasien yang terpasang implan defibrillator dan pacu jantung
7. Sebagai monitoring pada sindroma koroner akut, aritmia dan gangguan elektrolit
paska terapi.
D. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut pada tindakan pemeriksaan EKG. Satu-satunya alasan
untuk tidak melakukan pemeriksaan EKG adalah bila pasien menolak.
E. Prosedur Interpretasi EKG
1. Lead pada EKG
Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang disebut
dengan “lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan data umur
pasien, jenis kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan (khususnya
digitalis dan antiaritmia).
a. Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III,
aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung dilihat dari 12 sudut
pandang.
b. Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang
memiliki potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
c. Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif
dan satu titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan
jantung.
d. Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah
titik referensi yang terletak di pusat listrik jantung.
2. Sistem Konduksi Jantung
Konduktor adalah bagian yang memiliki sifat penghantar listrik dan merupakan jalur
listrik jantung mengalir. dalam EKG perlu diketahui tentang system konduksi yang
terdiri atas:
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

a. SA Node (Sino-Atriale Node): Terletak di batas atrium kanan (RA) dan vena cava
superior (VCS). Sel-sel dalam SA node ini secara otomatis dan teratur
mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60-100 kali permenit.
Kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang. Iramanya adalah sinus (sinus rhythm)
b. Jalur internodus (traktus internodus) : jalur listrik antara nodus sinoatrial dan
nodus arterioventrikuler.
c. AV Node (Atrio-ventricular node): Terletak di septum internodal bagian sebelah
kanan, di atas katup tricuspid. Sel-sel dalam AV Node mengeluarkan impuls
dengan frekuensi 40-60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan
impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih
tinggi. Kalau SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
Iramanya disebut junctional rhythm/ nodal rhytm.
d. Berkas HIS (HIS Bundle): Terletak di dalam interventrikular dan bercabang 2
yaitu: cabang berkas kiri dan kanan. Setelah melewati kedua cabang ini, impuls
akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinje.
e. Serat / Serabut Purkinje: Serabut purkinje ini akan mengadakan kontak dengan
sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat
sehingga seluruh sel akan terangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel
pacemaker yang secar otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20-40
kali permenit. Iramanya idioventricular rhytm. Oleh karena frekuensinya lebih
rendah dari AV Node, maka dalam keadaan normal sel-sel ventrikel tidak
mengeluarkan impuls.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

3. Gelombang EKG
a. Gelombang P
Ialah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi atrium
(menggambarkan depolarisasi atrium). Gelombang P dari sinus normal durasinya
0,8-0,12 detik dan amplitudonya kurang dari 2,5 mV.
b. Gelombang Q
Merupakan defleksi negatif pertama setelah gelombang P, normalnya berdurasi
< 0,04 detik, dan amplitudonya kurang dari 25% gelombang R.
c. Segmen PR
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan
gelombang QRS (diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan
gelombang Q atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk
depolarisasi atrium dan perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi
ventrikel). Interval normalnya bernilai 0,12-0,22 detik.
d. Kompleks QRS
Ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil dari depolarisasi
ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS antara lain: 1)
Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama; 2) Gelombang R yaitu defleksi
positif pertama. Defeleksi berikutnya disebut gelombang R’, R”; dst; 3)
Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S berikutnya
disebut S’, S”, dst. Komplek QRS mempunyai durasi 0,06-0,10 detik (<0,12).
e. Segmen ST
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks QRS dan
gelombang T.
f. Gelombang T
Merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang dewasa,
gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1. Durasi normalnya
0,12 – 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10 mV di chest lead dan kurang
dari 5 mV di limb lead.
g. Gelombang U
Adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya tidak jelas.
h. Interval QT
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel. Durasi


normalnya 0,3-0,4 detik.

4. Interpretasi dasar EKG

a. Rate
Frekuensi jantung normal adalah 60-100 x/menit. Frekuensi jantung
yang lebih dari 100x/menit dinamakan sinus takikardi. Frekuensi jantung
kurang dari 60x/menit dinamakan sinus bradikardi. Frekuensi jantung antara
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

140-250 x/menit adalah abnormal takikardi, sedangkan frekuensi jantung


antara 250-350x/menit dinamakan flutter. Frekuensi jantung yang lebih dari
350 x/menit dinamakan fibrilasi.
Frekuensi jantung dapat dihitung dengan ; 300 dibagi jarak puncak
gelombang R ke R berikutnya. Contohnya, bila jarak R-R adalah 4 kotak sedang,
berarti 300/4 = 75 x/menit. Atau dengan cara menghitung interval R-R dalam
30 kotak besar (30 kotak besar = 6 detik), kemudian hasilnya dikalikan 10.
b. Irama
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau
disebut irama sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: frekuensi antara 60-100 x/menit, teratur,
gelombang P negative di aVR dan positif di lead II, dan tiap gelombang P diikuti
oleh kompleks QRS-T.
c. Posisi
Untuk menentukan posisi, dapat dilihat pada lead aVL dan aVF berikut:
aVL aVF Posisi
+ + Intermediate
0 + Semi vertical
+ 0 Semi horizontal
+ - Horizontal
- + Vertikal
d. Axis
aVL aVF Posisi Lihat Lead Axis (derajat)
+ + Intermediet sama tinggi 30
lebih tinggi 40
aVF
lebih tinggi 20
aVL
- + Vertikal Lead I = 0 90
Lead I = + 80
Lead I = - 100
+ - Horizontal Lead II = 0 -30
Lead II = + -20
Lead II = - -40
0 + Semi vertikal 60
+ 0 Semi 0
horisontal
e. Zona transisi
Zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran
gelombang/kompleks QRS dari negatif ke positif.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

f. Interval PR dan QT
dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai normalnya.

F. Standar Prosedur Operasional


Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

PEMASANGAN EKG
( Keperawatan Kedaruratan )

No. Dokumen No. Revisi Halaman

OT.02.02/1/ /2018 01 1/4

Ditetapkan Oleh :

Direktur

Poltekkes Kemenkes Pontianak

STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

Didik Haryadi, S.Gz, M.Si

NIP. 197112311992031010

PENGERTIAN Elektrokardiogram adalah suatu alat yang digunakan untuk merekam listrik jantung

TUJUAN 1. Memastikan penggunaan alat EKG digunakan dengan benar


2. Mengetahui kelainan irama jantung
Klien, keluarga dan lingkungan

Alat :

1. Jelly
2. Handscoon bersih
3. Mesin EKG
4. Kassa
PERSIAPAN
5. 10 lead EKG (4 lead kaki, 6 lead dada ): harus terhubung dengan mesi
6. Elektroda EKG
7. Bengkok untuk sampah
8. Alkohol 70%
Sikap

1. Teliti dan menjaga rasa aman serta nyaman klien


2. Memperhatikan prinsip bersih
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

3. Komunikasi terapeutik sebelum, selama dan sesudah melakukan tindakan keperawatan


Hal yang perlu dikaji

1. Review status medis klien termasuk order dokter dan catatan perawat
PENILAIAN YA TIDAK

PROSEDUR KERJA Fase Orientasi :


(KALIMAT KERJA) 1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Memvalidasi identitas klien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
5. Menjelaskan prosedur
6. Mempersiapkan klien
7. Mengatur lingkungan

Fase Kerja :
8. Komunikasi & jelaskan tujuan
9. Handhygine
10. Siapkan alat
11. Pertahankan privasi klien
12. Gunakan handscoon bersih
13. Berikan klien posisi yang nyaman
14. Periksa keadaan alat rekam EKG
15. Pasang ground pada tempat
yang aman (pastikan
menempel pada lantai).
16. Pasang dan sambungkan alat
pemeriksaan dengan listrik
17. Periksa keadaan elektrik alat
EKG
18. Atur pola rekaman yang
diinginkan (setting hasil
rekaman sesuai dengan yang diinginkan) dan hidupkan monitor EKG
19. Posisikan klien dengan posisi yang nyaman dan bebas dari
kemungkinan gangguan hantaran listrik
20. Lepaskan pakaian atas klien, jam tangan, gelang dan logam lain
21. Mengoleskan Jelly EKG pada permukaan electrode. Bila tidak ada
jelly, gunakan kapas basah.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

22. Menyambungkan Kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan


kedua tungkai pasien, untuk mereka
mekstremitas lead ( Lead I, II, III, aVR,
aVF, AVL) dengan cara sbb :
a. Warna Merah pada Tangan
Kanan
b. Warna Hijau pada Kaki Kiri
c. Warna Hitam pada Kaki Kanan
d. Warna Kuning pada Tangan Kiri

23. Memasang Elektrode dada untuk rekaman Precordial Lead sbb :


a. V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
b. V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
c. V3 : ditengah diantara V2 dan V4
d. V4 : SIC ke V garis mid
klavikula kiri
e. V5 : Sejajar V4 garis aksilaris
kiri
f. V6 : Sejajar V6 garis mid
aksilaris
24. Pastikan elektroda terpasang
dengan benar, dan elektroda tidak
ada yang bersentuhan
25. Lakukan perekaman EKG
26. Melakukan Kalibrasi 10mm dengan keadaan 25 mm/volt/ detik
27. Membuat rekaman EKG secara berurutan sesuai dengan pilihan Lead
yang terdapat pada mesin EKG
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

28. Melakukan Kalibrasi kembali setelah perekaman selesai


29. Memberi identitas pasien hasil rekaman : nama, umur, tanggal dan
jam rekaman dan nama pembuat rekaman EKG
30. Setelah selesai lepaskan elektroda dan bersihkan area kulit dari jelly
dengan menggunakan tissue dan kenakan kembali pakaian klien
31. Atur alat dan bersihkan. Pastikan alat (elektoda) tidak terdapat sisa
jelly
32. Rapikan alat dan lakukan handhygine

Dokumentasi

1. Memberitahukan hasil kegiatan kepada pasien


2. Merapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan
3. Mengkomunikasikan hasil kepihak terkait/ profesi lain

Evaluasi

1. Lihat kondisi klien secara umum


2. Periksa TTV ulang bila klien dan hasil pembacaan EKG

1. Elfin, Perry, Potter, 2000. Nursing Internention And Clinical Skills Second Edition, St Louis,
Missauri. Mosby. Inc.
UNIT TERKAIT 2. Kozier, Barbara, 1995. Fundamental Of Nursing, California, Addison – Weskey Publishing
Company Company Concepts, Process And Practice.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Keterangan :

K = Kompeten (nilai 2)

TK = Tidak Kompeten (nilai 1)

TD = Tidak dilakukan (nilai 0)

PENILAIAN PENGUJI

Jumlah item X bobot nilai Pontianak,………………….

------------------------------ X 100

Total Skor

= (…………………………..)

G. Referensi
1. Brunner & suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah, volume 2. EGC:
Jakarta
2. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
3. Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang: UMM Press
4. Thaler. 2000. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta: Hipokrates
5. Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Target 2
Kompetensi 2.1
PENGUKURAN JVP/CVP
Ns. Azhari Baedlawi M.Kep; Ns. Puspa Wardhani, M.Kep

A. DEFINISI
JVP (Jugular Venous Pressure) Tindakan untuk mengukur tekanan vena jugularis.
CVP (Central Veneus Pressur) adalah tekanan didalam atrium kanan pada vena besar
dalam rongga toraks dan letak ujung kateter pada vena kava superior tepat didistal
atrium
kanan

B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman untuk menggetahui penggantian cairan pada klien dengan kondisi
penyakit yang serius/ kritis
2. Memperkirakan kekurangan volume darah
3. Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral
4. Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.

C. INDIKASI
1. Gagal jantung
2. Cor pulmunal
3. Stenosis katup trikuspid atau pulmonal
4. Efusi perikardial atau tamponade
5. Lesi pada jantung kanan
6. Obstruksi vena kava superior
7. Peningkatan volume darah
8. Penyakit obstruksi jalan nafas

D. KONTRAINDIKASI
Pengukuran JVP tidak dilakukan pada pasien dengan :
a. SVC sindrom
b. Infeksi pada area insersi.
c. Koagulopati
d. Insersi kawat pacemaker
e. Disfungsi kontralateral diafragma
f. Pembedahan leher

E. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

PENGUKURAN JVP/CVP
(Keperawatan Kedaruratan)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

OT.02.02/1/ /2018 01 1/2

Ditetapkan Oleh :

Direktur

Poltekkes Kemenkes Pontianak

STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

Didik Haryadi, S.Gz, M.Si

NIP. 197112311992031010

PENGERTIAN JVP (Jugular Venous Pressure) Tindakan untuk mengukur tekanan vena jugularis.

CVP (Central Veneus Pressur) adalah tekanan didalam atrium kanan pada vena besar

dalam rongga toraks dan letak ujung kateter pada vena kava superior tepat didistal atrium

kanan.

TUJUAN 5. Sebagai pedoman untuk menggetahui penggantian cairan pada klien dengan kondisi
penyakit yang serius/ kritis
6. Memperkirakan kekurangan volume darah
7. Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral
8. Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.
INDIKASI 1. Gagal jantung
2. Cor pulmunal
3. Stenosis katup trikuspid atau pulmonal
4. Efusi perikardial atau tamponade
5. Lesi pada jantung kanan
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

6. Obstruksi vena kava superior


7. Peningkatan volume darah
8. Penyakit obstruksi jalan nafas
1. Kaji identitas klien
PERSIAPAN PASIEN 2. Kaji kondisi klien
3. Atur posisi klien
PENILAIAN YA TIDAK

PROSEDUR KERJA 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya


(KALIMAT KERJA) 2. Tanyakan keluhan klien
3. Jelaskan prosedur, tujuan tindakan, lamanya tindakan padaklien
4. Beri kesempatan klien bertanya sebelum tindakan dimulai
5. Pertahankan privacy klien selama tindakan dilakukan
6. Atur posisi klien. Minta klien berbaring telentang dengankepala
ditinggikan 30-45 derajat (posisi semi fowler)
7. Gunakan bantal untuk menopang kepala klien dan
hindarihiperekstensi atau fleksi leher untuk memastikan bahwa vena
tidak teregang
8. Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak bagian atas
9. Anjurkan kepala klien menengok menjauhi arah pemeriksa
10. Identifikasi vena jugularis. Gunakan lampu senter dari arahmiring
untuk melihat bayangan vena jugularis. Identifikasi pulsasi
vena jugular interna (bedakan denyutan ini dengandenyutan dari
arteri karotis interna di sebelahnya), jikatidak tampak gunakan vena
jugularis eksterna
11. Tentukan titik tertinggi dimana pulsasi vena jugularisinterna/eksterna
dapat dilihat (Meniscus)
12. Tentukan sudut sternum (sudut louis) sebagai tempat untukmengukur
tinggi pulsasi vena
13. Gunakan penggaris. Penggaris ke-1 diletakan secara tegak(vertikal),
dimana salah satu ujungnya menempel padasudut sternum. Penggaris
ke-2 diletakan mendatar(horizontal), dimana ujung yang satu tepat di
titik tertinggi pulsasi vena (meniscus), sementara ujung lainnya
ditempelkan pada penggaris ke-1.
14. Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dantitik tertinggi
pulsasi vena (meniscus).
15. Catat hasilnya.
16. Rapikan peralatan
17. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman
18. Cuci tangan
EVALUASI 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dnegan baik
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

DOKUMENTASI 1. Catat tanggal, jam, jenis tindakan di dalam catatankeperawatan


2. Catat hasil tindakan, nilai JVP, kondisi klinis, respon klien
3. Nama dan paraf perawat
UNIT TERKAIT 1. Perry, Anne Griffin dkk : Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Edisi 5. EGC. Jakarta.
2005
2. Kozier, Erb, dkk. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Edisi 7. EGC.Jakarta. 2011

Keterangan :

K = Kompeten (nilai 2)

TK = Tidak Kompeten (nilai 1)

TD = Tidak dilakukan (nilai 0)

PENILAIAN PENGUJI

Jumlah item X bobot nilai Pontianak,………………….

------------------------------ X 100

Total Skor

(…………………………..)
Praktikum Asuhan Keperawatan Gawat Darurat III

Anda mungkin juga menyukai