Anda di halaman 1dari 7

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 1/7
Ditetapkan Oleh:
STANDAR Direktur RSU Budi Mulia Bitung
Tanggal Terbit:
PROSEDUR
01 Oktober 2022
OPERASIONAL
dr.Hanly Christian Walintukan, M.Kes
1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti
jantung dan/atau henti nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak

PENGERTIAN terabanya denyut jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.
3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai
dengan tak terasanya hembusan nafas dari kedua lubang hidung.

Agar nyawa penderita henti jantung dan /atau henti paru segera bisa
TUJUAN
diselamatkan dan tidak memberikan gejala sisa.
Semua pelayanan resusitasi yang diberikan kepada pasien harus
dilakukan dengan prosedur yang seragam yang ditetapkan oleh Rumah
Sakit (Sesuai Dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Budi
KEBIJAKAN
Mulia Bitung No. 11250 A/SK.DIR/PT.RTT-RSBM/X/20022 Tentang
Pemberlakuan Panduan Pelayanan Resusitasi.

A. Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada (CODE BLUE) :


Bila terjadi di luar Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada:
1. Evaluasi respon korban
PROSEDUR
2. Cek denyut arteri karotis dan lakukan LLF (look, listen and feel)
pada sistim pernafasannya
3. Minta bantuan tim medis ( dengan berteriak CODE BLUE )
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 2/7
4. Memposikan pasien di tempat yang keras dan rata
5. Melakukan kompresi 100x/menit sampai tim CODE BLUE
datang
Bila terjadi di dalam area Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada:
1. Evaluasi respon korban
2. Cek denyut arteri karotis dan lakukan LLF (look, listen and
feel) pada sistim pernafasannya
3. Minta bantuan tim medis ( dengan berteriak CODE BLUE )
4. Memposikan pasien di tempat yang keras dan rata (pasang
papan resusitasi bila ada)
5. Melakukan kompresi 30:2 ventilasi dengan menggunakan
ambubag sampai tim CODE BLUE datang

PROSEDUR A. Jika tim code blue datang periksa


1. CIRCULATION (Sirkulasi)
a. Periksa ada tidak nya tanda-tanda sirkulasi;
1) Setelah pemberian bantuan kompresi awal, periksa
adanya pernafasan normal dan denyut arteri karotis.
Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan
mempertahankan posisi kepala (head tilt) dengan satu
tangan. Raba trakhea dengan 2 atau 3 jari tangan yang
lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi penolong
hingga celah antara trakhea dan otot.
2) Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak
menekan arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba
lakukan kompresi dada.
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 3/7
a. Kompresi dada:
1) Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
2) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah
sternum.
3) Letakkan 2 jari diatas proxesus xiphoideus (PX) dan
posisikan 1 tangan diatas 2 jari tersebut diantara dua
puting susu.
4) Letakkan tangan yang satu lagi di atas punggung tangan
yang pertama
5) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling
mengunci satu sama lain.
6) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan
hal-hal sebaga iberikut:

PROSEDUR a)Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus


dengan dada korban.
b)Tekan di tengah sternum dengan kedalaman kurang
lebih 5 cm.
c) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi
normal agar darah masuk ke jantung, posisi tangan
tetap menempel di sternum.
d)Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali
ke posisi semula diantara dua kompresi. Setelah 30
kompresi buka jalan nafas dan berikan lagi 2 kali
bantuan nafas (ventilasi), masing-masing 1 detik
dengan sebutan 1 seribu, 2 seribu. Kompresi dada
dan ventilasi 30:2 dilakukan sebanyak 5 siklus.
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 4/7
2. AIRWAY ( MEMBUKA JALAN NAFAS )
a. Buka jalan nafas:
1) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver
”head tilt-chin lift” untuk membuka jalan nafas, dengan
syarat pasien tidak ada tanda-tanda trauma kepala atau
leher.
2) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver
”jaw-thrust”.
Bila ada benda asing di jalan nafas yang terlihat atau
muntahan, segera keluarkan dari dalam mulut dengan
jari tangan yang memakai sarung tangan. Bila benda
yang keras dapat dikeluarkan dengan jari telunjuk,
sementara tangan
yang lain tetap mempertahankan lidah dan rahang.
PROSEDUR
Apabila benda keras tersebut menutupi 1/3 jalan nafas
bagian bawah maka dapat dilakukan manuver heimlich,
”chest thrusts atau abdominal thrusts”
Manuver ”head tilt-chin lift”:
a) Letakkan satu bantalan dibawah leher
b) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan
telapak tangan hingga kepala menjungkit ke belakang.
Letakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi di bawah
tulang rahang bawah dekat dagu. Angkat rahang dan
dagu ke depan. Jangan menekan bagian lunak di
bawah dagu dan jangan menggunakan ibu jari untuk
mengangkat dagu. Buka mulut sehingga
memungkinkan pernafasan spontan atau
mempermudah dalam memberikan nafas
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 5/7
c) bantuan melalui ambu bag. Bila gigi korban goyah
atau ada gigi palsu, maka gigi tsb harus lepaskan
Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi
kepala korban, letakkan siku penolong pada bidang
dimana korban
berbaring. Raih sudut rahang bawah korban dan angkat
dengan keduatangan. Bila bibir korban terkatup, regang
kan atau buka dengan ibu jari kedua tangan.
3. BREATHING (Pernafasan):
a. Periksa ada tidaknya nafas:
1) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung
korban sambil tetap membuka jalan nafas. Sambil
memperhatikan dada korban lakukan:

PROSEDUR a) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;


b) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
c) Feel: rasakan adanya hembusan
2) Prosedur pemeriksaan ini tidak boleh lebih dari 10 detik

b. Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.


1) Bila korban tidak berespon/tidak sadar dengan nafas
normal, tidak ada cedera tulang belakang, posisikan
penderita pada posisi mantap, jaga jalan nafas tetap
terbuka
Bila korban tidak berespon dan tidak bernafas, lakukan
bantuan nafas 2 kali. Bila tak dapat dilakukan pemberian
bantuan nafas awal, atur ulang posisi kepala dan ulang
lagi usaha ventilasi.
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 6/7
2) Bila tetap tidak berhasil memberikan ventilasi hingga
dada mengembang, tenaga terlatih harus melakukan
manuver untuk mengatasi sumbatan jalan karena benda
asing (Heimlich manuver atau abdominal thrusts/chest
thrusts)
3) Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas
yang diberikan.
4) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.

4. REASSESSMENT ( evaluasi )
a. Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda
sirkulasi ulangi RJP dengan dimulai dari kompresi dada.
Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak, periksa pernafasan.
b. Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi
PROSEDUR nafas dan sirkulasi.
c. Bila tidak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan
bantuan nafas 10-12 kali/menit dan awasi adanya tanda-
tanda sirkulasi tiap menit.
d. Bila tidak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan
ventilasi dengan rasio 30 kompresi 2 ventilasi.
e. Hentikan RJP apabila sudah mencapai 5 menit pertolongan
tim CODE BLUE
f. Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan
adanya tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap
terbuka dan posisikan dalam posisi mantap dengan cara:
a) Kaki kiri di fleksikan
b) Tangan kanan keatas
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


PT RTT-RSBM/SPO/PAP/10 02 7/7
c) Tangan kiri diletakkan di pipi kanan dan telinga kanan
d) Tangan penolong memegang pundak dan pinggul
kemudian gulingkan korban kearah kanan korban
e) Pastikan tangan kiri korban menyanggah kepala
korbandibagian pipi dan telinga.
5. CARA MENGAKTIFKAN CODE BLUE
a. Penolong pertama meneriakkan “CODE BLUE”
b. Penolong yang lain menghubungi informasi untuk
menyiarkan melalui pengeras suara
c. Petugas informasi menyiarkan “RESUST CALL, CODE
PROSEDUR
BLUE DI AREA…….” diulangi sebanyak 3x
Anggota tim CODE BLUE terdiri dari:
1) Leader: dokter jaga IGD yang memiliki setrifikat ACLS
2) Kompresi 2 orang : perawat yang memiliki sertifikat
BLS, BCLS.
3) Ekstubasi: perawat yang memiliki sertifikat BLS,BCLS.
4) Pemasangan infus dan pemberi medikasi: perawat yang
bersertifikat BLS
5) Administrasi: perawat yang memiliki sertifikat BLS
Petugas Defib: perawat yang memiliki sertifikat BLS
Rawat Inap, Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat, High Care Unit
UNIT TERKAIT
(HCU), Kamar Bedah, dan Semua unit non medis

Anda mungkin juga menyukai