S DENGAN CHRONIC
KIDNEY DISEASE DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DI LANTAI VI UTARA INSTALASI TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
ADE JAYA
NIM: 15001
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
ADE JAYA
NIM: 15001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Chronic Kidney Disease dalam
Pemenuhan Kebutuhan Cairan di Lantai VI Utara Instalasi Teratai RSUP
Fatmawati”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak menghadapi hambatan dan
kesulitan, namun dengan usaha dan adanya dukungan serta bantuan baik berupa moril
maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A, MPH., selaku Direktur Utama RSUP
Fatmawati.
2. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Fatmawati.
3. Ns. Umi Aisyiah M.Kep, Sp.Kep.MB selaku Kepala Instalasi Teratai RSUP
Fatmawati.
4. Zahri Darni, M.Kep selaku Penguji I dan Pembimbing Karya Tulis Ilmiah serta selaku
Pembimbing Akademik
5. Ns. Choirunnisyah, S.Kep selaku Penguji II di Lantai VI Utara Instalasi Teratai
RSUP Fatmawati.
6. Ns. Lesti Masnaria, S.Kep selaku Kepala Ruangan dan beserta Staf Perawat Ruangan
Lantai VI Utara Instalasi Teratai RSUP Fatmawati.
7. Nuraeni, S. Pd, MM, selaku Wali Kelas Angkatan XVIII Akademi Keperawatan
Fatmawati yang selalu memberikan semangat kepada anak-anak tercintanya. 8. Seluruh
Dosen pengajar beserta Staf Akademi Keperawatan Fatmawati. 9. Ibu dan Ayahku
tercinta atas doa dan kesabarannya yang tidak pernah lelah dalam mendidik, memberi
kasih sayang, dan memenuhi kebutuhan penulis selama perkuliahan.
v
10. Keluarga tercinta kakak dan keponakan yang menjadi motivasi bagi saya untuk tetap
semangat dalam menyelesaikan perkuliahan (Tohari Al Bahri, Raisal Al Bahri,
Sidik Al Bahri).
11. Teman-teman satu Tim Keperawatan Medikal Bedah yang selalu kompak dan solid
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa/i Akademi Keperawatan Fatmawati Angkatan XVIII. 13.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan dari semua pihak
semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan pada ginjal yang berlangsung lama
dan tidak dapat diperbaiki yang dapat menimbulkan gangguan pada beberapa organ.
Apabila CKD tidak mendapatkan perawatan yang tepat maka akan menimbulkan
komplikasi yang cukup berat diantaranya mengakibatkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta meningkatkan risiko terjadinya edema. Salah satu peran
perawat untuk mencegah terjadinya edema ataupun komplikasi lain perlu dilakukan
pemenuhan kebutuhan cairan secara tepat sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan studi
kasus ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
CKD dalam pemenuhan kebutuhan cairan. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam studi kasus ini yaitu observasi, pemeriksaan fisik, wawancara, studi
dokumentasi, dan studi literatur. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan adalah resiko
ketidakseimbangan cairan: kelebihan volume cairan dan rencana tindakan untuk
mengatasi diagnosa tersebut berfokus pada pemenuhan kebutuhan cairan dengan
pembatasan minum yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Setelah dilakukan
tindakan selama 4 hari didapatkan hasil bahwa tidak terjadi risiko kelebihan volume
cairan.
vii
DAFTAR ISI
viii
E. Instrumen dan Metode Studi Kasus ................................................ 31 F. Lokasi dan
Waktu Studi Kasus ....................................................... 32 G. Analisa Data dan
Penyajian Data .................................................... 32 H. Etika Studi Kasus
.............................................................................. 32
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................. 34 A.
Hasil Studi Kasus .............................................................................. 34 1. Pengkajian
Keperawatan ............................................................ 34 2. Diagnosa Keperawatan
............................................................... 40 3. Perencanaan Keperawatan
.......................................................... 40 4. Pelaksanaan Keperawatan
.......................................................... 41 5. Evaluasi Keperawatan
................................................................. 43 B. Pembahasan
....................................................................................... 47 1. Pengkajian Keperawatan
........................................................... 47 2. Diagnosa Keperawatan
............................................................... 49 3. Perencanaan Keperawatan
.......................................................... 50 4. Pelaksanaan Keperawatan
......................................................... 50 5. Evaluasi Keperawatan
................................................................. 51 C. Keterbatasan Studi Kasus
................................................................. 52
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 54 A.
Kesimpulan ........................................................................................ 54 B. Saran
................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu menghasilkan atau
menggunakan insulin (hormon yang membawa glukosa darah ke sel-sel dan
menyimpannya sebagai glikogen). Apabila glukosa tidak dapat diolah menjadi
bahan energi sehingga glukosa banyak menumpuk di dalam darah serta
menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh. Organ tubuh yang
dapat mengalami kerusakan yaitu ginjal (Aini 2016). Salah satu fungsi ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan mengatur volume cairan dalam tubuh.
Apabila kerusakan ginjal tidak diatasi dengan tepat akan mengakibatkan penyakit
salah satunya yaitu gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD).
Menurut National Kidney Foundation (2015), 10% dari populasi masyarakat dunia
menderita CKD dan jutaan masyarakat meninggal dunia tiap tahun karena
keterbatasan akses untuk proses pengobatan. Merujuk pada penelitian dari Global
Burden of Disease (2015), penyakit ginjal kronis menduduki peringkat ke-27 dalam
daftar penyebab kematian dunia tahun 1990, dan menduduki peringkat ke-18 pada
tahun 2010. Satu dari lima pria dan satu dari empat wanita di kalangan usia 65–74
tahun diperkirakan menderita penyakit ginjal kronis. Penyakit ini merupakan
masalah kesehatan dunia, sebagai contoh pada tahun
2005 terdapat sekitar 58 juta kematian penduduk dunia dan 35 jutanya disebabkan
oleh penyakit kronis (Kemenkes, 2018).
Data yang diperoleh dari medical record RSUP Fatmawati, insiden gagal ginjal
kronik pada 1 Januari sampai 30 Juni 2018 didapatkan data 161 pasien dengan
rentang usia 5 ̶ 14 tahun sebanyak 6 orang (3,73%), 15 ̶ 24 tahun sebanyak 6
orang (3,73%), 25 ̶ 44 tahun sebanyak 35 orang (21,74%), 45 ̶ 64 tahun sebanyak
86 orang (53,41%), ≥ 65 tahun sebanyak 28 orang (17,39%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hanum, Nurchayati dan Hasneli pada tahun
2015 tentang pengaruh pendidikan kesehatan secara individual tentang pembatasan
asupan cairan terhadap pengetahuan dalam pembatasan cairan dan IDWG
(interdialytic weight gain) pada pasien hemodialisis. Metode penelitian adalah quasi
experiment dengan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control grup design. Sampel pada penelitian ini adalah 30 responden
dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini dilakukan
analisa univariat dan bivariat menggunakan uji statistik dependent dan independent.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien
dengan gagal ginjal kronik penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
pasien mengenai pembatasan cairan untuk mengatasi komplikasi yang lebih lanjut.
Hasil studi pendahuluan penulis selama praktik Keperawatan Medikal Bedah IV
yang dilaksanakan di RSUP Fatmawati dengan mewawancarai 6 pasien dengan
chronic kidney disease, ditemukan 4 orang mengalami kelebihan volume cairan
yang ditandai dengan bengkak pada seluruh tubuh dan 2 orang lainya mengalami
kekurangan volume cairan yang ditandai dengan status hidrasi yang buruk. Pasien
chronic kidney disease dapat mengalami kelebihan volume cairan, namun disaat
yang sama juga bisa mengalami kekurangan cairan, apabila minum yang sudah
dibatasi tidak diminum sesuai dengan yang diprogramkan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) dalam pemenuhan
kebutuhan cairan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record RSUP Fatmawati, insiden
gagal ginjal kronik pada 1 Januari sampai 30 Juni 2018 didapatkan data 161
pasien dengan rentang usia 5 ̶ 14 tahun sebanyak 6 orang (3,73%), 15 ̶ 24 tahun
sebanyak 6 orang (3,73%), 25 ̶ 44 tahun sebanyak 35 orang (21,74%), 45 ̶ 64
tahun sebanyak 86 orang (53,41%), ≥ 65 tahun sebanyak 28 orang (17,39%). Hal
ini menunjukan bahwa insiden gagal ginjal kronik mengalami peningkatan
pada usia 45 − 64 tahun. Dengan melihat angka kejadian insiden tersebut,
perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat berperan besar dalam mencegah
peningkatan jumlah pasien rawat inap. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mngetahui bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan chronic kidney
disease dalam pemenuhan kebutuhan cairan?
Chronic kidney disease atau gagal ginjal kronik adalah kerusakan pada ginjal
yang berlangsung dan tidak dapat diperbaiki, disebabkan oleh sejumlah kondisi
yang akan menimbulkan gangguan multisistem (Reeves, 2001).
2. Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2010), klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik didasarkan atas
dua hal yaitu, dasar derajat (stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung
dengan menggunakan rumus Kockeroft-Gault sebagai berikut:
c. Derajat III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang yaitu 30 ̶ 59
ml/mn/1,73m².
d. Derajat IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat yaitu 15 ̶ 29
ml/mn/1,73m².
e. Derajat V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/mn/1,73m² atau dialisis.
3. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Chang (2009), sebagai berikut: a.
Glomerulonefritis (GN)
Gangguan Klirens Renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai
dari akibat penurunan jumlah dan fungsi glomerulus, menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urine 24 jam untuk pemeriksaan klirens
Anemia. Anemia terjadi akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari
saluran gastrointestinal. Eritropoetin, suatu subtansi normal yang diproduksi
oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk
b. Manifestasi klinis
Manifestasi yang terjadi pada gagal ginjal kronik antara lain terjadi pada
sistem kardiovaskular, dermatologi, gastrointestinal, neuromuskular,
pulmoner, muskuloskeletal dan psikososial menurut Smeltzer dan Bare (2002)
dan Suharyanto (2009), diantaranya yaitu:
1. Kardiovaskular seperti hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan
natrium dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron. Gagal
c. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita gagal ginjal kronik akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari gagal ginjal kronik menurut
Smeltzer dan Bare (2001) dan Sudoyo (2010), antara lain: 1. Hiperkalemi
akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet
berlebih.
d. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai
dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum.
Menurut Sudoyo (2010), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik
Sesuai dengan Derajatnya
1
dasarnya, kondisi komorbid, evaluasi
pemburukan (progresion) fungsi
ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskular.
2 60 ̶ 89 Menghambat pemburukan (progresion) fungsi ginjal.
3 30 ̶ 59 Mengevaluasi dan melakukan terapi pada komplikasi.
4 15 ̶ 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal (dialysis).
5 < 5 Terapi penggantian ginjal (transplantasi ginjal).
malignansi, riwayat terpajan pada zat toksik, contoh obat, racun, lingkungan,
penggunaan antibiotik, nefrotoksik saat ini berulang. l. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya gagal
ginjal kronik, menemukan adanya kegawatan, derajat, gangguan sistem
dan menetapkan etiologi.
Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi
glomerulus, selain untuk diagnosis juga untuk pengobatan. a) Urine
Volume: biasanya < 400 ml/jam (oliguria) warna keruh, berat jenis
<1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat).
Osmolaritas < 350 mOsm, klirens kreatinin menurun, natrium >40
mEq/l, protein derajat tinggi (proteinuria 3 ̶ 4+).
b) Darah
Kreatinin biasanya meningkat. DL (darah lengkap), Ht (hematokrit
menurun), Hb (hemoglobin) < 7 ̶ 8 g/dl, sel darah merah waktu hidup
menurun (60 hari), analisa gas darah yaitu pH menurun asidosis
metabolik (PH < 7,2 mmHg), natrium menurun, kalium meningkat,
magnesium atau fosfat meningkat, kalsium menurun, albumin menurun,
osmolaritas serum > 285 msOm/kg.
2) Ultrasonografi ginjal
Teknik pencitraan yang mengunakan gelombang suara frekuensi tinggi dan
komputer untuk menciptakan gambaran pembuluh darah dan organ. 3) CT
scan
Prosedur sinar X yang mengunakan komputer untuk menghasilkan
gambaran potongan melintang tubuh secara terperinci.
4) Sinar X ginjal ureter, kandung kemih
Sinar X abdomen yang menunjukan ginjal, ureter, dan kandung kemih. 5)
Angiografi aortorenal
Pemeriksaan fluroskopik yang menggunakan kontras untuk memeriksa
pembuluh darah ginjal guna mengetahui adanya tanda penyumbatan atau
abnormalitas.
6) Biopsi ginjal
Biopsi ginjal perkutaneus saat ini dilakukan paling sering dengan panduan
ultrasonografi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Doenges (2012), yang mungkin muncul pada
gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial, dan tahan vaskular sistemik,
akumulasi toksin (urea).
b. Gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit: lebih atau kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan infiltrasi paru, penumpukan
cairan di paru, perubahan membran alveolar kapiler dan gangguan kapasitas
darah mengangkut oksigen.
d. Ketidakseimbangan nutrisi tubuh: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual muntah, pembatasan diet dan perubahan membran
mukosa mulut.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status metabolik, sirkulasi
(anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati perifer). f. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produksi sampah dan
prosedur dialisis.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah proses identifikasi tujuan dan hasil yang
diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan
yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistis, dapat diukur,
menunjukan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan
sumber pasien. Pemilihan perencanaan keperawatan yang tepat untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan (Doenges, 2012).
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, akumulasi toksin (urea).
Perencanaan:
1) Monitor asupan makan dan catat kebutuhan kalori setiap hari Rasional:
mengidentifikasi defisit nutrisi pasien dan menyediakan data dasar untuk
memantau perubahan dan evaluasi perencanaan. 2) Kaji adanya mual muntah,
dan nyeri abdomen
Rasional: akumulasi toksin dalam darah dapat menimbulkan gejala yang
menurunkan asupan nutrisi pasien.
3) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering sesuai kebutuhan kalori Rasional:
porsi kecil dapat mendorong pasien meningkatkan asupan nutrisi.
4) Anjurkan pasien melakukan perawatan mulut
Rasiomal: menurunkan ketidaknyamanan akibat stomatitis atau sampah
metabolik di dalam mulut yang dapat bercampur dengan makanan yang
dimakan.
5) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan Rasional:
faktor yang tidak menyenangkan seperti adanya kegaduhan dan suara bising
dapat menyebabkan anoreksia.
6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet pada pasien gagal ginjal kronik
Rasional: menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan dan mengidentifikasi rute paling efektif dan produktif.
7) Berikan kalori tinggi, diet rendah protein termasuk kompleks karbohidrat dan
sumber lemak untuk memenuhi kebutuhan kalori
Rasional: jumlah protein eksogen yang dibutuhkan kurang dari normal
kecuali pada pasien dialisis. Karbohidrat memenuhi kebutuhan energi dan
membatasi jaringan katabolisme, mencegah pembentukan asam keton dari
oksidasi protein dan lemak.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan langkah keempat dalam
tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Hidayat, 2006).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak (Hidayat, 2006).
Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul di dalam satu tempat saja,
melainkan di distribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat di dalam sel
dengan jumlah sekitar 10% dari berat badan, dan merupakan bagian dari
protoplasma. Pada intraseluler terjadi proses metabolisme. Cairan ekstraseluler
adalah cairan yang terdapat di luar sel dengan jumlah sekitar 20% dari berat badan,
dan berperan dalam memberi makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah sisa
metabolisme (Asmadi, 2008).
(tekanan darah dalam batas normal) dan status normovolemik (volume cairan dalam
batas normal) (Baradero, 2008)
Asupan cairan berlebih pada pasien chronic kidney disease dapat menyebabkan
beban sirkulasi menjadi berlebihan dan edema. Selain itu, gangguan kardiovaskular
dapat terjadi akibat kelebihan cairan (hipervolemia) seperti hipertensi, penyakit
vaskular dan hipertropi ventrikel kiri, hipervolemia barat dan menyebabkan edema
paru. Sedangkan, asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi,
dan gangguan fungsi ginjal (Suharyanto, 2009).
Air dan jenis cairan lainnya tidak selalu dibatasi pada pasien CKD derajat 1 ̶ 4 (pre
ESRD stages). Sebagai usaha untuk menurunkan retensi cairan, diuretik sering
digunakan. Pasien yang menjalani hemodialisa memiliki pembatasan cairan berlebih
ketat dari pada pasien dengan peritoneal dialisis. Untuk pasien yang di hemodialisa,
ketika pengeluaran urine berkurang, pembatasan cairan di tingkatkan. Intake
tergantung pada keluaran urine harian. Secara umum, 600 ml (dari jumlah IWL)
ditambah dengan jumlah pengeluaran urine di hari sebelumnya, dianjurkan bagi
pasien dengan hemodialisa. Pemberian cairan harus dijadwalkan dalam sehari agar
pasien tidak merasa kehausan. Pasien disarankan untuk membatasi masukan cairan
agar peningkatan berat badan tidak berlebih dari 1 ̶ 3 kg diantara dialisis (Lewis,
2011).
Misalnya, jika jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam adalah 400 ml,
maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 + 500 ml = 900 ml. Jumlah
insensible water loss (IWL) pada pasien gagal ginjal kronik ini telah ditetapkan
sebanyak 500 ml/hari tanpa memperhatikan luas permukaan tubuh pasien.
Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan yang
dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat badan harian.
Akademi Keperawatan Fatmawati
BAB III
METODE STUDI KASUS
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan membaca catatan perawat atau tim
kesehatan lain, hasil laboratorium, dan pemeriksaan penunjang dari rekam
medik pasien.
d. Studi literatur
Studi literatur merupakan teknik penggunaan literatur dari berbagai sumber
yang mencangkup masalah yang dialami pasien sehingga dapat
dibandingkan antara teori dan kasus.
F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan suatu tempat atau wilayah dimana studi kasus tersebut
dilakukan. Adapun studi kasus yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi di
Lantai VI Utara Instalasi Teratai RSUP Fatmawati. Waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan studi kasus ini yakni selama 4 hari, dimulai dari tanggal 26 Juni ̶ 29 Juni
2018.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil studi kasus, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah ada dikumpulkan, dijamin kerahasiaannya oleh penulis.
Akademi Keperawatan Fatmawati
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pelaksanaan studi kasus pada Ny. S
dengan Chronic Kidney Disease dalam pemenuhan kebutuhan cairan di Lantai VI Utara
Instalasi Teratai RSUP Fatmawati yang dilaksanakan selama empat hari mulai dari
tanggal 26 Juni sampai 29 Juni 2018. Penulis menyusun studi kasus ini berdasarkan
tahapan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
Penulis telah melakukan pengkajian pada Ny. S dengan chronic kidney disease di
Lantai VI Utara Instalasi Teratai RSUP Fatmawati pada tanggal 26 Juni 2018
pukul 10.00, pasien masuk rumah sakit tanggal 17 Juni 2018, nomor register
01607023 dengan diagnosa medis chronic kidney disease.
Identitas pasien: hasil pengkajian yang dilakukan pada subjek, didapatkan data
pasien bernama Ny. S, berusia 46 tahun, status perkawinan kawin, agama Islam,
suku bangsa Betawi, pendidikan terakhir tamat SD, bahasa yang digunakan
bahasa Indonesia, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, alamat di Jl. Lele raya, RT
05/05, Pamulang, Tanggerang Selatan, sumber biaya pasien JKN, dan sumber
informasi dari buku rekam medik, pasien, serta keluarga
Pola nutrisi: sebelum masuk rumah sakit pola makan 3 x/hari, nafsu makan
baik, makan habis 1 porsi, pasien mengatakan sebelum sakit senang
mengkonsumsi makanan yang manis, tidak pernah membatasi konsumsi gula,
dan setiap pagi pasien selalu minum teh manis serta tidak ada makanan yang
tidak disukai. Pola nutrisi selama dirawat di rumah sakit, makan sebanyak 3
kali sehari sesuai pemberian dari ahli gizi namun pasien mengatakan nafsu
makan berkurang karena mual, porsi makan yang dihabiskan ½ porsi, makanan
yang tidak disukai tidak ada, makanan yang membuat alergi tidak ada, tidak ada
obat-obatan yang diminum sebelum makan dan tidak menggunakan alat bantu
seperti NGT, pasien mendapatkan diit rendah garam, rendah protein 1500 kkal.
Pemeriksaan fisik umum: berat badan sebelum sakit: 54 kg, berat badan saat ini:
50 kg, tinggi badan: 150 cm, IMT 22,2, BBI 45 kg, LILA 21 cm, tekanan darah
130/70 mmHg, nadi 85 x/menit, frekuensi pernapasan 24 x/menit, keadaan
umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS15 E:4 M:6 V:5, dan tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening.
Sistem penglihatan: posisi mata simetris, kelopak mata dan pergerakan bola
mata normal, konjungtiva anemis, kornea mata normal, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak
Sistem pernapasan: jalan napas bersih tidak ada sumbatan, tidak menggunkan
otot bantu napas, frekuensi napas 24 x/menit, irama napas teratur, pernapasan
spontan, kedalaman pernapasan dangkal, batuk tidak ada, sputum tidak ada, saat
dipalpasi vokal fremitus teraba diseluruh lapang paru, pengembangan dada
simetris, perkusi dada sonor pada lapang paru kiri kanan atas bawah, suara napas
vesikuler, nyeri saat bernapas tidak ada, bernapas menggunakan alat bantu nasal
kasul 3 liter/menit.
Sistem endokrin: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan adanya
exoptalmus, tremor dan diaporesis tidak ada, napas tidak berbau keton, tidak ada
poliuri, polidipsi dan polipagi, tidak terdapat luka gangren hasil GDS 170 mg/dL.
Sistem urogenital: Intake cairan per oral 600 cc/24 jam, output urine 300 cc/24
jam ditambah IWL 500 cc/24 jam, balance cairan -200 cc/24 jam, terdapat
perubahan pola BAK yaitu frekuensi BAK yang menurun dan volume urine yang
lebih sedikit, urine berwarna kuning pekat, distensi
kandung kemih tidak ada, keluhan sakit pinggang tidak ada, pasien tidak
mendapatkan terapi diuretik.
Sistem integumen: Turgor kulit elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit
kemerahan, keadaan kulit baik, luka tidak ada, insisi luka operasi tidak ada,
dekubitus tidak ada, kelainan kulit tidak ada, terdapat pemasangan CDL
(Chateter Double Lumen) dengan keadaan baik tidak tampak adanya tanda
tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesa, kondisi kulit daerah
pemasangan vemplon baik dan tidak ditemukan plebitis, keadaan rambut tekstur
rambut baik, rambut tampak bersih.
efusi pleura bilateral, CDL dengan tip di proyektil atrium kanan, tidak tampak
tanda pneumotoraks, pneumediastinum, maupun emfisema subkutis.
Penatalaksanaan medis
a. Obat oral
1) Asam folat 1 x 5 mg, diberikan pukul 07.00 WIB
2) B12 3 x 50 mg, diberikan pukul 07.00,12.00, dan 18.00 WIB 3)
Clonidine 3 x 0,15 g, diberikan pukul 07.00, 12.00, dan 18.00 WIB 4)
Bicnat 3 x 2 mg, diberikan pukul 07.00, 12.00, dan 18.00 WIB 5) Adalat
oros 1 x 30 mg, diberikan pukul 07.00 WIB
6) Paracetamol 3 x 500 mg, diberikan pukul 07.00, 12.00, dan 18.00 WIB
7) Clopidogrel 1 x 75 mg, diberikan pukul 07.00 WIB
8) Atorvastatin 1 x 10 mg, diberikan pukul 07.00 WIB
b. Obat parenteral
1) Ceftriaxone 1 x 2 gr, diberikan pukul 10.00 WIB
2) Ca glukonat 3 x 1 flash, diberikan pukul 10.00, 18.00 dan 02.00 WIB
c. Diet
Rendah garam rendah protein, pembatasan cairan 600 cc/hari
Dibawah ini akan diuraikan analisa data pada Ny. S dengan chronic kidney
disease.
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
Data Subjektif:
Pasien mengatakan tubuh terasa lemas, kadang-kadang pusing, mual,
nafsu makan berkurang, makanan yang dihabiskan hanya ½ porsi, tidak
ada makanan yang tidak disukai, dan tidak ada alergi makanan. Data
Objektif:
Antropometri: berat badan sebelum sakit: 54 kg, berat badan setelah
sakit: 50 kg, tinggi badan 150kg, IMT 22,2, BBI 45 kg, LILA 21 cm,
biomedical: hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 22 Juni 2018;
hemoglobin 7,6 g/dl (11,7 – 15,5 g/dl), Albumin 2,70 g/dl (3,40 ̶ 4,80
Data Objektif:
Terdapat pemasangan CDL (Chateter Double Lumen) dengan keadaan
baik tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor,
tumor, fungsiolesa, pada daerah pemasangan vemplon tampak tidak ada
tanda-tanda plebitis, TTV tekanan darah: 130/70 mmhg, frekuensi nadi:
85 x/menit suhu: 36.0oC, RR: 24 x/menit, pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 22 Juni 2018 leukosit 9,2 ribu/ul (5,0 ̶ 10,0 ribu/ul), pemberian
terapi obat ceftriaxone 1 x 2 gr per 24 jam melalui IV bolus, diberikan
pukul 10.00 WIB.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah penulis melakukan analisa data yang disusun berdasarkan
prioritas, maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu: a.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
b. Risiko ketidakseimbangan cairan: kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak
adekuat
Dari tiga diagnosa tersebut penulis akan membahas satu diagnosa yang
muncul pada Ny. S yaitu resiko ketidakseimbangan volume cairan:
kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus.
3. Perencanaan Keperawatan
Dibawah ini akan diuraikan rencana keperawatan pada Ny. S dengan
chronic kidney disease dengan diagnosa keperawatan:
Resiko ketidakseimbangan cairan: kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan laju filtrasi glomerulus.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
resiko kelebihan volume cairan tidak terjadi. Kriteria hasil: Turgor kulit
elastis, capillary refill time (CRT) < 3 detik, edema tidak ada, tanda-
tanda vital dalam batas normal tekanan darah (sistol: 110 ̶ 130, diastol: 10
̶ 80 mmHg), Nadi (60 – 100
x/menit), kreatinin 6.3 mg/dl (0,6 ̶ 1,5 mg/dl), kadar natrium: 136 mmol/l
(135 – 14 mmol/l), Kalsium 6.30 mg/dl (8.80 ̶ 10,20 mg/dl).
Perencanaan:
a. Monitor TTV (tekanan darah, nadi).
b. Monitor keadaan kulit, wajah, dan area yang cenderung mengalami
edema.
c. Monitor intake, output, serta keseimbangan cairan pasien setiap hari.
d. Batasi masukan cairan 600 cc/hari.
e. Berikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan pada pasien
chronic kidney disease.
f. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium; hemoglobin, hematokrit,
BUN, kreatinin, natrium dan kalium serum
g. Lanjutkan terapi pemberian obat: clonidine 3 x 0,15 g, diberikan pukul
07.00, 12.00, dan 18.00 WIB.
h. Fasilitasi pasien untuk proses dialisis.
4. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan pada Ny. S dengan resiko kelebihan volume
cairan telah dilaksanakan dari tanggal 26 Juni – 29 Juni 2018
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Ny. S selama 4
hari dimulai dari tanggal 26 Juni – 29 Juni 2018 meliputi: Hari Selasa
tanggal 26 Juni 2018 Pukul 13.00 WIB
Subjektif: -
Objektif: Setelah diberikan obat oral clonidine 0,15 gram tidak ada
reaksi alergi seperti gatal-gatal, kesulitan bernapas,
pembengkakan wajah bibir, lidah, atau tenggorokan dari efek
samping penggunaan obat.
Analisa: Masalah risiko kelebihan volume cairan tidak terjadi
Planning: Pertahankan intervensi
1) Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu)
2) Monitor intake, output serta keseimbangan cairan pasien
tiap hari.
Akademi Keperawatan Fatmawati
44
Objektif: keluaran urine 200 cc, IWL 500 cc, total intake 600 cc, output
700 cc, keseimbangan cairan -100 cc, terapi dialisis yang
diberikan kepada pasien UFR 0.37, UFG 1.50, BP 170, lama
HD 3 jam, tidak ada tanda-tanda reaksi alergi dari efek
samping penggunaan obat yang ditimbulkan seperti gatal-
gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah,
atau tenggorokan, tanda-tanda vital, tekanan darah 110/60
mmhg, frekuensi nadi 92 x/menit, suhu 36,5 oC.
Analisa: Masalah risiko kelebihan volume cairan tidak terjadi
Planning: Pertahankan intervensi
1) Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu).
2) Monitor keadaan kulit, wajah, dan area yang cenderung
mengalami edema dan evaluasi derajat edema (pada skala
+1 sampai +4).
3) Monitor intake, output serta keseimbangan cairan pasien
tiap hari.
4) Batasi masukan cairan 600 cc/24 jam.
5) Berikan obat antihipertensi, clonidine 3 x 0,5 g, diberikan
pukul 07.00, 12.00, dan 18.00 WIB.
Hari Jum’at tanggal 29 Juni 2018 Pukul 14.00 WIB Subjektif: pasien
mengatakan minum air putih 550 cc, pasien mengatakan BAK 3 kali/24
jam, setiap satu kali BAK pasien mengatakan saat diukur menggunakan
gelas ukur jumlah urine ialah 50 cc
Objektif: sedangkan keluaran urine 150 cc, IWL 500 cc, total intake 550
cc, output 650 cc, keseimbangan cairan -100 cc, tanda-tanda
vital, TD: 120/70 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, suhu
36,5 oC, tidak ada tanda-tanda reaksi alergi dari efek samping
penggunaan obat yang ditimbulkan seperti gatal-gatal,
kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan, pasien tampak tidak mengalami edema di
daerah ekstremitas atau daerah yang
d. Pembahasan
Pada uraian pembahasan ini, penulis akan membahas kesesuaian serta kesenjangan
yang ditemukan antara teori dan kasus yang dikelola di Lantai VI Utara Instalasi
Teratai RSUP Fatmawati, dilakukan selama 4 hari dimulai dari tanggal 26 Juni – 29
Juni 2018. Uraian pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 26 Juni 2018 pada Ny. S yang berusia
46 tahun dengan masalah chronic kidney disease ditemukan pasien di diagnosa
penyakit gagal ginjal sejak 4 hari yang lalu, pasien minum dibatasi 600 cc/24
jam, output urine saat dikaji 200 cc/24 jam IWL 500 cc/24 jam dan balance
cairan -100 cc/24 jam, tidak ada edema di bagian ekstremitas, tidak ada asites,
memiliki riwayat penyakit DM sejak 10 tahun yang lalu, DM tidak terkontrol
namun pasien mengatakan rutin mengkonsumsi obat, hasil laboratorium
menunjukan kadar kreatinin 6,3 mg, berat badan 50 kg jika
Kesesuaian etiologi dari data yang didapat sesuai dengan teori Chang (2010)
bahwa pasien yang mengalami DM tipe 1 selama 15–30 tahun mempunyai
kemungkinan sebesar 20% untuk mengalami gagal ginjal kronik atau chronic
kidney disease. 80% kasus diabetes dengan gagal ginjal diwakili oleh DM tipe 2.
Hal ini dibuktikan dengan Marsinta, Hasneli & Dewi (2014 ), didapatkan bahwa
dari 74 pasien di ruangan hemodialisa dan rawat jalan RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru yang diteliti, sebagian besar pasien sudah terkomplikasi GGK Pada
stadium V yaitu berjumlah 62 pasien (83,8%). Penyandang diabetes yang
mengalami penyakit ginjal memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
pasien yang tidak menyandang diabetes namun memiliki penyakit ginjal stadium
akhir. Kontrol glikemik yang baik telah terbukti dapat memperlambat laju
timbulnya proteinuria dan progresivitas pada diabetes. Pada penelitian
menyatakan tingginya angka komplikasi DM diakibatkan lamanya pasien
menderita DM, rata-rata pasien yang sudah terkomplikasi GGK sudah menderita
DM > 10 tahun.
Manifestasi klinik yang ada pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus
yaitu, pengeroposan tulang akibat kekurangan kalisum. Yauri, Moeis, Pandelaki
(2015) menyatakan bahwa penyakit tulang biasanya dengan kadar kalsium
rendah, fosfat tinggi dan hormon paratinoid tinggi. Peningkatan hormon
paratiroid bisa terjadi akibat retensi fosfat, yang menyebabkan turunnya kalsium
terionisasi. Akibat klinisnya ialah osteoporosis (pengeroposan tulang) akibat
hiperparatiroidisme, osteomalasia akibat kekurangan vitamin D dan kalsifikasi
ektopik. Sedangkan pada Ny. S saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni
2018 tidak ditemukan pengeroposan tulang, namun hasil laboratorium tanggal 22
Juni 2018 kalsium menunjukan 6,30 mg/dl (normal: 8,80 ̶ 10,20 mg/dl).
Pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak dilakukan pada
pasien yaitu, CT scan, sinar X ginjal, angiografi aortorenal, biopsi ginjal.
Menurut Doenges (2012), pemeriksaan CT scan adalah prosedur sinar X yang
mengunakan komputer untuk menghasilkan gambaran potongan melintang tubuh
secara terperinci. Sinar X ginjal ureter, kandung kemih adalah pemerisaan pada
abdomen yang melihat adanya kerusakan ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Angiografi aortorenal adalah pemeriksaan fluroskopik yang menggunakan
kontras untuk memeriksa pembuluh darah ginjal guna mengetahui adanya tanda
penyumbatan atau abnormalita. Biopsi ginjal adalah prosedur diagnostik yang
dialakukan dengan cara pengambilan sampel berukuran kecil dari ginjal untuk
melihatdan menilai kondisi jaringan organ, sedangkan pada Ny. S tidak
dilakukan pemeriksaan CT scan, sinar X ginjal, angiografi aortorenal, dan biopsi
ginjal karena pasien sudah dilakukan USG ginjal yang cukup menjelaskan
mengenai kondisi ginjal pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua setelah pengkajian data
melakukan asuhan keperawatan. Diagnosa keperawatan diterapkan pada kasus
yang ditemukan pada pasien dan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang
terdapat pada teori berdasarkan literatur.
Diagnosa yang terdapat dalam kasus tetapi tidak terdapat dalam teori yaitu
risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat.
Masalah keperawatan ini ditegakan karena pasien mengatakan nyeri dan tidak
nyaman pada daerah pemasangan CDL (Chateter Double Lumen), Suhu 36,0 oC,
lekosit 9,2 ribu/ul (5,0 – 10,0).
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan sesuai dengan kasus yaitu
gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit: lebih atau kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus,
ketidakseimbangan nutrisi tubuh: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual muntah, pembatasan diet dan perubahan membran
mukosa mulut.
Penulis menganggap diagnosa risiko akan lebih tepat diangkat pada asuhan
keperawatan Ny. S karena pada pasien CKD dianjurkan untuk membatasi intake
cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Selain itu, penulis memilih untuk
mengangkat diagnosa yang bersifat risiko karena saat pengkajian ditemukan data
pasien tidak mengalami tanda-tanda kelebihan volume cairan seperti edema,
asites, dan balance cairan yang berlebih. Sehingga, peran perawat pada asuhan
keperawatan Ny. S lebih difokuskan pada pencegahan volume cairan berlebihan.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang disusun mengacu pada tinjauan teori dan
disesuaikan dengan kondisi pasien. Perencanaan ini disusun dengan memiliki
tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SMART (Spesific, Measurable, Achievable,
Reliable, Timeable) sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada perencanaan keperawatan yang ada pada teori dan sesuai pada kasus
yaitu: monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu), monitor keadaan kulit, wajah,
dan area yang cenderung mengalami edema, monitor intake,output serta
keseimbangan cairan pasien tiap hari, batasi masukan
Perencanaan yang ada pada teori namun tidak direncanakan pada kasus,
yaitu: timbang berat badan, berikan obat diuretik seperti furosemid dan manitol,
kolaborasi dalam pemasangan kateter. Menurut Doenges (2012), timbang berat
badan dilakukan untuk menghitung status cairan pasien yang mengalami edema,
sedangkan pada Ny. S tidak mengalami edema dan perencanaan timbang berat
badan hanya dilakukan satu kali pada saat hari pertama melakukan pengkajian.
Pemberian obat diuretik seperti seperti furosemid dan manitol dilakukan untuk
membantu dalam mengeluarkan cairan yang berlebih, sedangkan pada Ny. S
tidak diberikan obat diuretik (furosemid & manitol) karena tidak ada indikasi
untuk diberikannya obat diuretik.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini, penulis mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya
dengan mempertimbangkan situasi, kondisi, serta kebutuhan pasien. Pelaksanaan
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang dibuat namun ada beberapa
perencanaan yang tidak terealisasikan. Pelaksanaan yang dilakukan sesuai
rencana yaitu mengukur TTV (tekanan darah, nadi dan suhu), mengukur intake
output dan keseimbangan cairan pasien tiap hari, memonitor keadaan kulit yang
cenderung mengalami edema, melanjutkan terapi obat antihipertensi clodine 3 x
0,15 gram pada pukul 07.00, 12.00, dan 18.00 WIB. Memberikan penyuluhan
tentang “perawatan pada pasien chronic kidney disease” serta memfasilitasi
pasien untuk proses dialisis.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil yang diterapkan setelah melakukan asuhan keperawatan
selama 4 hari. Evaluasi keperawatan yang penulis lakukan dengan fokus evaluasi
pada diagnosa risiko ketidakseimbangan cairan: kelebihan volume cairan tidak
terjadi ditandai pada tanggal 29 Juni 2018 pasien tidak mengalami edema pada
jaringan umum maupun area periorbital, kulit turgor elastis, CRT < 3 detik, tidak
ada peningkatan berat badan secara cepat, tanda-tanda vital TD: 120/70 mmHg,
frekuensi nadi 80 x/menit irama teratur dan kuat, suhu 36,0 oC, RR 21 x/menit,
pasien minum air putih 550 cc, keluaran urine 150 cc, IWL 500 cc, total intake
550 cc, total output 650 cc, keseimbangan cairan –100 cc.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Chronic
Kidney Disease dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan di Lantai VI Utara
Instansi Teratai RSUP Fatmawati”, sejak tanggal 26 – 29 Juni 2018 yaitu sebagai
berikut:
Pada tahap pengkajian etiologi yang ditemukan pada teori dan ada pada pasien yaitu
diabetes melitus dan hipertensi. Manifestasi klinik yang ada pada teori tetapi tidak
ditemukan pada kasus yaitu, pengeroposan tulang akibat kekurangan kalisum.
Pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak dilakukan pada pasien
yaitu, CT scan, sinar X ginjal, angiografi aortorenal, biopsi ginjal.
Diagnosa yang terdapat dalam kasus tetapi tidak terdapat dalam teori yaitu risiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat. Diagnosa
keperawatan yang terdapat dalam teori tetapi tidak terdapat dalam kasus gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan infiltrasi paru, penumpukan cairan di paru,
perubahan membran alveolar kapiler dan gangguan kapasitas darah mengangkut
oksigen, kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan status metabolik, sirkulasi
(anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati perifer), intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produksi sampah dan
prosedur dialisis.
B. Saran
Saran yang dapat penulis paparkan sebagai evaluasi dalam penulisan asuhan
keperawatan pada Ny. S adalah:
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah ilmu pengetahuan dengan membaca literatur baik dari media
cetak maupun elektronik yang ada guna mengikuti perkembangan penyakit
chronic kidney disease.
b. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien dengan chronic kidney disease menggunakan media yang menarik
dan mudah dipahami oleh pasien dan keluarga.
c. Memanfaatkan waktu praktik seoptimal mungkin agar tercapainya tujuan
asuhan keperawatan.
d. Membina kerjasama dan komunikasi yang baik dengan perawat ruangan dan
tim kesehatan lainnya.
2. Untuk Perawat
a. Meningkatkan kinerja dan kualitas dalam pemberian asuhan keperawatan
yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.
Anita, D., Novitasari, D. (2015). Kepatuhan pembatasan asupan cairan terhadap lama
menjalani hemodialisa. Jurnal Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/170202-ID-kepatuhanpemba tasan-
asupan-cairan-terha.pdf.
Anggraini, F., & Putri, A. (2016). Pemantauan intake output cairan pada pasien gagal
ginjal kronik dapat mencegah overload cairan. Jurnal Universitas Indonesia. Diunduh
dari https://www.neliti.com/publications/2F108386-ID-pemantauan intake-output-cairan-
pada-pas.pdf&usg=AovVaw2uqGOCYMo3mHsssK5ET
Aini, N., & Aridina, L. 2016. Asuhan keperawatan pada sistem endokrin pendekatan
NANDA NIC – NOC. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien. Jakarta: Salemba Medika.
Chang, E., Daly, J., & Elliott, D. (2009). Patofisiologi: Aplikasi pada praktik
keperawatan. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2018). Cegah dan kendalikan penyakit ginjal dengan cerdik dan patuh.
Diunduh dari http://www.depkes.go.id/article/view/18030700007/ceg ah-dan-
kendalikan-penyakit-ginjal-dengan-cerdik-dan-patuh.html.
Hanum, R., Nurchayati, S., & Hasneli, Y. (2015). Pengaruh pendidikan kesehatan secara
individual tentang pembatasan asupan cairan terhadap pengetahuan tentang
pembatasan cairan dan IDWG pada pasien hemodialisa. Jurnal Universitas Riau.
Diunduh dari https://media.neliti.com/media/publications/ 188834-ID-pengaruh-
pendidikan-kesehatan-secara-ind.pdf.
Herdman, T., & Heather. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. (2006). Kebutuhan dasar manusia: Aplikasi konsep dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Horne. M., & Swearingen, L. (2001). Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
Ed.2. Jakarta: EGC.
Kowalak, J., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi: Professional
guide to pathophysiologi. Jakarta: EGC.
Lewis, S., Heitkemper, M., Dirksen, S., O’Brien, P., & Bucher, L. (2011). Medical
surgical nursing: Assessment and management of clinical problems. China:
Mosby Elsevier.
Marsinta, R., Hasneli, Y., & Dewi, A. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan tentang
diet diabetes melitus dengan komplikasi ginjal. Jurnal Universitas Riau. Diunduh dari
https://www.neliti.com/publications/186437/hubungan tingkat-pengetahuan-tentang-diet-
diabetes-melitus-dengan-komplikasi-gag.
Price, S., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Vol.2. Jakarta: EGC.
Reeves, C., Roux, G., & Lockhart, R. (2001). Keperawatan medikal bedah. Ed.1.
Jakarta: EGC.
Rosdahl, C., & Kowalski, M. (2014). Buku ajar keperawatan dasar. Ed.10. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, A., et.al. (2010). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.5. Jakarta: Interna
Publishing.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Ed.5.
Jakarta: Salemba Medika.
Yanuri, L., & Pandalaki, K. (2006). Gambara hasil produk kalsium dan fosfor pada
pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisa RSUP prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14596.
Lampiran 1
Mahasiswa
Ade Jaya
Lampiran 2
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penulisan yang akan dilakukan oleh
Ade Jaya dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Chronic Kidney
Disease dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan di Lantai VI Utara
Instalasi Teratai RSUP Fatmawati”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini secara sukarela
tanpa paksaan. Bila selama studi kasus ini saya mengundurkan diri, maka saya dapat
mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ADE JAYA
NIM : 15001
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : …………………………………………………………….
Tanggal Masuk : …………………………………………………………….
Ruang/Kelas : ……………………………………………………………. Nomor
Register : ……………………………………………………………. Diagnosa
Medis : …………………………………………………………….
1. Identitas Klien
Nama Klien : ………………………………………………………. Jenis
kelamin :………………………………………………………… Usia :
………………………………………………………. Status Perkawinan :
………………………………………………………… Agama :
………………………………………………………… Suku bangsa :
………………………………………………………… Pendidikan :
………………………………………………………… Bahasa yg digunakan :
………………………………………………………. Pekerjaan :
……………………………………………………… Alamat :
………………………………………………………. Sumber biaya (Pribadi,
Perusahaan, Lain-lain) : ……………………………. Sumber Informasi (Klien /
Keluarga) : .……………………………………...
2. Resume
(Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian
dilakukan meliputi : data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan
mandiri serta kolaborasi dan evaluasi secara umum)
………………………………………………………………………………… ……....
………………………………………………………………………… ……………....
………………………………………………………………… ……………………....
………………………………………………………… ……………………………....
………………………………………………… 3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama : ……………………………………………. 2)
Kronologis keluhan
a) Faktor pencetus : ……………………………………………. b)
Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap
c) Lamanya : ……………………………………………. d) Upaya
mengatasi : ……………………………………………. b. Riwayat kesehatan
masa lalu.
1) Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :
…………………….……………………………………………………
…………………….…………………………………………………… 2)
Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
…………………….………………………………………………… 3)
Riwayat pemakaian obat :
…………………….………………………………………………… c.
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari
klien)
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor risiko
…………….……………………………………………………..... …………………….
……………………………………………………... …………………….
…………………………………………………….... …………………….
……………………………………………………....
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual.
1) Adakah orang terdekat dengan klien :
.…………………….…………………………………………………. 2)
Interaksi dalam keluarga :
a) Pola Komunikasi : ................................................................... b)
Pembuatan Keputusan : ............................................................ c) Kegiatan
Kemasyarakatan : ............................................................ 3) Dampak
penyakit klien terhadap keluarga :
.…………………….………………………………………………… 4)
Masalah yang mempengaruhi klien :
.…………………….………………………………………………… 5)
Mekanisme Koping terhadap stres
( ) Pemecahan masalah ( ) Tidur
( ) Makan ( ) Cari pertolongan
( ) Minum obat ( ) Lain-lain (Misal : marah, diam)
4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : …………Kg (Sebelum Sakit : ………Kg) 2) Tinggi Badan :
………………cm
3) Keadaan umum : ( ) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat 4) Pembesaran
kelenjar getah bening : ( ) Tidak
( ) Ya, Lokasi………..
b. Sistem Penglihatan :
1) Posisi mata : ( ) Simetri ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat Merah
5) Kornea : ( ) Normal ( ) Keruh/ berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera : ( ) Ikterik ( ) Anikterik
7) Pupil : ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
8) Otot-otot mata : ( ) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) Berada di atas 9) Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
10) Tanda-tanda radang : …………………………………………
11) Pemakaian kaca mata : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis….…………
12) Pemakaian lensa kontak : ………………………………………
13) Reaksi terhadap cahaya : ………………………………………
c. Sistem Pendengaran :
f. Sistem Kardiovaskuler :
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi ……. x/ menit : Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah ( ) Kuat
b) Tekanan darah : ……… mm/Hg
c) Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kiri : ( ) Ya ( ) Tidak
d) Temperatur kulit ( ) Hangat ( ) Dingin suhu : ….. °C
e) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan f) Pengisian
kapiler : …………… detik
g) Edema : ( ) Ya,………. ( ) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) muka