A. Definisi Malformasi Anorectal Malformasi Anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnua anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. (Hidayat, A.Aziz Alimul.2006:26) Malformasi anorektal (anus imperforate) adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal umum pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina (Donna L.Wong,2004 : 520) Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh ganggan pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik. (Manjoer Arif, dkk. 2003:379) B. Etiologi Secara pasti penyebab dari Malformasi Anorektal (MAR) belum diketahui. Namun para ahli memperkirakan malformasi anorektal (MAR) ini merupakan anomaly gastrointestinal dan genitourinaria yang bersifat congenital (suriyadi dan Rita yuliani. 2001 : 198) C. Patofisiologi Malformasi anorektal dapat terjadi karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anorektal. Malformasi anorektal terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 mingggu selama perkembangan janin. Kegagalan migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sacral dan abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi. Malformasi anorektal dapat terjadi karena tida adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan. D. Klasifikasi Klasifikasi malformasi anorektal menurut Wong 2004 : 520 Pada Malformasi Anorektal penanganan yang dilakukan tergantung dari letak ujung atresia terhadap dasar panggul, sehingga anomaly tersebut dibuat menjadi tipe rendah, tipe intermediate, dan tipe tinggi. Perbedaan dari 3 tipe diatas dapat dilihat dibawah ini : a. Tipe Bawah Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puboorektalis. Terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinaius. b. Tipe Intermediet Rectum berada pada atau dibawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal. c. Tipe tinggi Ujung rectum diatas otot puborektalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengfan fistula genitourinarius rektouretal (pria) atau rektovaginal (wanita). E. Manifestasi Klinis Malformasi anorektal mempunyai manifestasi klinis sebagai berikut: a. Perut kembung, sedang muntah timbul kemudian. b. Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja. c. Kejang usus. d. bising usus meningkat. e. Distensi abdomen. f. Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel). g. Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi. F. Komplikasi a. Asidosis hiperkloremia b. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah) d. Komplikasi jangka panjang : 1. Eversi mukosa anal 2. Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis) 3. Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasinya sigmoid) 4. Masalah atau keterlambatan yg berhubungan dg toilet training 5. Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi) 6. Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten) 7. Fistula kambuhan (karena tegangan diarea pembedahan dan infeksi) G. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan colok dubur, pada atresia rektum jari tidak masuk lebih 1–2 cm. b. Protosigmoidoskopi, anoskopi, radiografi lateral terbalik. c. Urogram intravena; sistourethrogram: dilakukan pada waktu miksi harus dilakukan karena seringnya malformasi traktuf urinarius menyertai anomali ini. d. Rontgenologis kolumna vertebralis: untuk mengetahui kelainan yang menyertai yaitu anomali vertebra. e. Pemeriksaan inspeksi dan palpasi daerah perineum secara dini. f. Ultrasound: dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rektal. g. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rektal dengan cara menusukkan jarum tersebut sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm, defek itu disebut defek tingkat tinggi. H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit maformasi anorektal ada dua macam yaitu dengan tindakan sementara dan tindakan definitive, sebagai berikut: a. Tindakan Sementara 1. Tindakan spontan tergantung tinggi rendahnya atresia. Anak segera dipuasakan untuk pembedahan. Bila diduga ada malformasi rektum, bayi harus segera dikirim ke ahli bedah yaitu dilakukan kolostomi transversum akut. Ada 2 tempat yang kolostomi yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu transversokolostomi dan sigmoidkolostomi. Khusus untuk defek tipe kloaka pada perempuan selain kolostomi juga dilakukan vaginostomi dan diversi urine jika perlu (setelah anak lebih besar 1 – 1,5 tahun). 2. Pada malformasi anus laki-laki tipe covered anal dilakukan insisi/ diiris hanya pada garis hitam di kulitnya, kemudian diperlebar perlahan-lahan dan apabila ada lubang dilanjutkan dengan kelingkin yang dilapisi vaselin didorong masuk sampai teraba/ menonjol ujung rektum kemudian ujung rektum di insisi tanpa dijahit. Pada defek letak rendah langsung dilakukan terapi definitif yaitu anorektoplasti posterior sagital (PSARP), sisanya dilakukan kolostomi sementara. b. Tindakan Definitif 1. Pembedahan definitif ini dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi dan mempertahankan kontak kontinensi. Untuk malformasi rectum setelah bayi berumur 6 bulan dilakukan ano- rekto-vagina-uretroplasti posterior sagital (PSAVURP). 2. Pada malformasi anus tindakan koreksi lebih lanjut tergantung pada defek ; a) Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi tampak ada anal dimple dilakukan insisi dianal dimple melalui tengah sfingter ani eksternus. b) Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak boleh langsung ditembus tapi lebih dulu fistel ano uretralis tersbeut diikat. Bila tidak bisa kasus dianggap dan diperlakukan sebagai kasus malformasi rektum. 3. Pada agenesis anorektal pada kelainana tinggi setelah bayi berat badan mencapai 10 kg tersebut harus diperbaiki dengan operasi sakroperineal atau abdomino perineal dimana kolon distal ditarik ke aneterior ke muskulus puborektalis dan dijahitkan ke perinuem. Pada anomali ini, sfingter ani eksternus tidak memadai dan tidak ada sfingter internus, sehingga kontinensi fekal tergantung pada fungsi muskulus pubo rektalis. Sebagai hasil dari anak dengan kelainan tinggi tanpa muskulatur atau muskolatur yang buruk, kontinensia mungkin didapat secara lambat tetapi dengan pelatihan intensif dengan menggunakan otot yang ada, pengencangan otot kemudian dengan levator plasti, nasihat tentang diet dan memelihara "neorektum" tetap kosong, kemajuan dapat dicapai. (Wong, 1999)