Anda di halaman 1dari 20

ASKEP SPONDILITIS

ANKILOSIS
By: Siti Saodah, M.Kep
Defenisi:
 Spondilits ankilosis adalah
peradangan kronis yang
menimbulkan kekakuan dan bersifat
progresif pada sendi sakro iliaka
dan sendi apnggul, sendi sinovial
dari tulang belakang dan alat
sambung dari jaringan lunak yang
menimbulkan pergeseran spinal
Etiologi:
 Penyebabnya spondilitis belum
diketahui, merupakan komplikasi TBC
poon melalui penyebaran secara
hematogen. Terdapat hubungan antara
HLA – B 27 dan triger ( seperti infeksi )
yang menimbulkan reaksi dalam sistem
imunologi dan menimbulkan respon
terhadap radang.
Patofisiologi:
 Penyakit ini bersifat kronis dan progresif yang
menyerang pada tulang rawan dan fibrokartilago
sendi sakroiliakal dan sendi panggul serta sendi
sinovil pada spinal . Inti kuman biasanya merusak
spongiosa korpus vertebra. Bagian – bagian
intervetebra menjadi meradang dan akhirnya
terjadi fusi/persatuan/ankilose tulang pada sendi
sakroiliaka dan spinal – spinal lain melalui
servikal. Fusi dari sendi sakroiliaka dan keatas
vertebra servikalis dapat terjadi antara 10 – 20
tahun. Penyakit ini timbul pada usia 10 – 30 tahun
dan progresif setelah 50 tahun dan lebih banyak
pada laki –laki
Manifestasi Klinis:
 Gejala awal adalah LBP atau gatal, sakit dan bengkak
pada panggul, lutut atau bahu, sedikit panas dan kurang
nafsu makan, sakit pinggang kadang-kadang tidak terasa
dan hilang timbul.
 Gejala klinis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai
dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang
belakang, bawah dan panggul, kekakuan di pagi hari yang
dapat hilang dengan sedikit olahraga. Gejalanya dapat
sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banyak
penderita penyakit ini yang tidak terdiagnosis. Selain itu
gejala spondilitis ankilosis bisa dikacaukan dengan
gangguan mekanik pada tulang belakang. Gejala-gejala
ekstra spinal meliputi :
 Pleuritik seperti chest pain
 Tendonitis achiles atau radang sendi tumit
 Arthropathy perifer (khususnya panggul)
 Gejala non spesitif :
•BB menurun
•Malaise
•Lemah
•Mood berubah
 Perubahan tulang yang spesifik disebut poker
back (deformitas atau kifosis pada sendi servik
dorsal).
Pemeriksaan Penunjang:
 Pemeriksaan Fisik
a. Tes Schober
b. Uji Gaenslen
c. Pengukuran Chin-Brow
d. Ekspansi Dada
e. Rentang Gerak
 Pemeriksaan Laboraturium
 Pemeriksaan Radiologis
Penatalaksanaan Keperawatan
 Menghilangkan/mengurangi
nyeri
 Memberikan penidikan
kesehatan pada pasien
 Fisioterapi
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian:
Data subyektif
 Banyak orang dengan ankilosis spondilitis belum
terdiagnosa, pasien mengeluh
 sakit pinggan sebelah bawah, kaku, gangguan perubahan
sarcoilliaca bilateral yang
 berlangsung beberapa kali serangan dan kemudian
menghilang. Lama kelamaan gejala
 menetap dan mulai ada gejala ankilose dari sendi,
terutama dari spinal. Pasien harus
 ditanya mengenai perubahan bentuk tubuh dan
berkurangnya tinggi badan.
Data Objektif:
 Observasi gejala rasa nyeri atau bertahan pada
sikap tegak
 Periksa postur pasien : pasien agak membungkuk
ke depan pada daerah
 pinggang sering untuk mengimbangi agar dapat
berdiri tegak dengan fleksi panggul dan lutut.
 Palpasi, apakah ada kelemahan pada spinal dan
daerah sarcoilliaka.
 Catat adaya rasa nyeri bila bergerak dan
keterbatasan berputar dan membungkuk tubuh
bagian atas.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi:
 Nyeri akut atau kronis b.d dengan distensi
jaringan (sendi) oleh proses inflamasi atau
akumulasi cairan.
Tujuan :
 Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol,
terlihat rileks, dapat beristirahat dan
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan,
mengikuti program
farmakologis,menggabungkan ketrampilan
relaksasi dan aktivitas hiburan untuk mengontrol
nyeri
 Intervensi : sedikit keluhan nyeri, lokasi, intensitas, faktor
yang memperberat, tanda rasa sakit non verbal.
Rasionalisasi : menentukan kebutuhan managemen nyeri
dan keefektifan program.
 Intervensi : biarkan apsien mengambil posisi yang nyaman
pada posisi tidur atau duduk di kursi. Tingaktkan istirahat
di tempat tidur.
Rasionalisai : pada penyakit berat tirah baring diperlukan
untuk membatasi nyeri dan cedera sendi.
 Intervensi : dorong untuk selalu mengubah posisi, bantu
pasien untuk bergerak ditepat tidur, sokong sendi yang
sakit, hindari gerakkan yang menyentak.
Rasionalisasi : mencegah kelelahan umum dan kekauan
sendi, menstabilkan sendi, mengurangi gerak atau rasa
sakit pada sendi.
 Intervensi : dorong penggunaan tehnik
management stress misalnya, relaksasi progresif,
sentuhan terapetik, pengendalian nafas.
Rasionalisasi : meningkatkan relaksasi, rasa
kontrol dan kemampuan kontrol.
 Intervensi : berikan masase yang lembut dan
anjurkan pasien mandi air hangat.
Rasionalisasi : pijatan dan penggunaan air
hangat pada waktu mandi dapat meningkatkan
relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan kekakuan pada pagi hari.
Diagnosa Ke II
 Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan
kekuatan otot.
 Tujuan :
Mempertahankan fungsi posisi dengan
pembatasan kontraktur, meningkatkan
kekuatan dan fungsi bagian tubuh,
mendemonstrasikan perilaku yang
memungkinkan aktifitas
 Intervensi : pertahankan tirah baring jika perlu
Rasionalisasi : istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan
kekuatan.
 Intervensi : bantu rentang gerak aktif dan pasif
Rasionalisasi : mempertahankan fungsi sendi, kekuatan
otot dan stamina umum.
 Intervensi : ubah posisi dengan sering
Rasionalisasi :menghilangkan tekanan jaringan,
meningkatkan sirkulasi, mempermudah perawatan
diri dan kemandirian pasien.
 Intervensi : berikan lingkungan yang nyaman dan aman, ,isalnya
pengguan alat bantu mobilitas, penggunaan pegangan tangan pada
bak, menaikan kursi atau kloset
Rasionalisasi : menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh.
 Intervensi : posisikan dengan bantal, kantong pasir, gulungan
trokanter, bebat, berase.
Rasionalisasi : meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi resiko
cedera, mempertahankan posisi sendi dan kesejajaran tubuh serta
mengurangi kontraktur).
 Kolaborasi :
 Intervensi : konsul dengan ahli terapi fisik atau okopasi dan spesialis
fokasional
Rasionalisasi : memformulasikan program latihan atau aktifitas
berdasarkan kebutuhan pasien dan mendeteksifikasi bantuan aktifitas.
Diagnosa Ke 3
3. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan engembangn rongga dada
Tujuan :
Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat dibuktikan oleh tidak
adanya dipsnea atau
sianosis, frekuensi pernafasan.
 Intervensi :kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan
otot accesory, nafas bibir, ketidakmampuan berbicara.
Rasionalisasi : berguna dalam efaluasi derajat distress pernafasan
dan atau kronisnya proses penyakit.
 Intervensi : tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk
memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
 Rasionalisasi : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan latihan nafas untuk latihan colapse jalan nafas,
dispnea kerja anfas.
 Intervensi : kaji, awasi secara rutin kulit dan warna
membran mukosa.
Rasionalisasi : sianosis mungkin perifer atau sentral
keabu abuan dan sianosi sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
 Intervensi : auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan
aliran udara dan atau bunyi tambahan.
 Intervensi : awasi tingkat kesadaran atau status mental.
Rasionalisasi : gelisah dan ansietas adalah manifestasi
umum pada hipoksia, GDA memburuk disertai
binggung atau somnolen menunjukkan disfungsi
serebral yang berhubungan dengan hipoksia
 kolaborasi
 Intervensi : berikan oksigen tambahan yang
sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi
pasien. Rasionalisasi dapat memperbaiki atau
mencegah memburuknya hipoksia.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai