SISTEM PERNAFASAN
Ns. Siti Saodah, S.Kep.
Gagal Nafas
Pengertian
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi
karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk
• Hemodinamik
• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
PENATALAKSANAAN
SUPLEMEN OKSIGEN
• Merupakan tindakan temporer sambil dicari
diagnosis etiologi dan terapinya.
• Pemberian O2 peningkatan Gradien Tekanan O2
Alveolus dgn kapiler Difusi lebih banyak
peningkatan PaO2
OBAT DAN PENATALAKSANAAN LAINNYA
· Mukolitik
· Postural orainase
· Chest physical therapy
· Nasotracheal suctioning
· Cough/deep Breathing Exercise
Pengkajian
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
Diagnosa Keperawatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan :
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Analisa gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan
pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan
kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai
45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan untuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk
mebebat dada selama batuk
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2
meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan
pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi
mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang
diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn,
laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya
kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan
peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik,
steroid.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan
volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema
Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi
jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal
Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal
Daftar Pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic
Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.
23
Ca yang meluas khususnya pada paru dan
mamae
Infeksi : TBC, Pneumonia, dll
Gagal jantung kongestif
Penyakit hepar
Penyakit ginjal
Meig’s syndrome (Tumor-tumor pelvis non
metastase khususnya pada ovarium)
24
Pertimbangan Fisiologis
Rongga pleura merupakan rongga potensial
Memiliki 10-20 cc cairan yang berfungsi sebagai
lubricant saat paru mengembang dan mengempis
Memiliki tekanan negatif ( + - 2 mmHg)
Adanya akumulasi cairan dalam rongga pleura
akan mengganggu proses ventilasi dimana
complience paru akan menurun
25
Pathofisologi
Cairan masuk kedalam rongga pleura melalui
mekanisme :
Peningkatan tekanan intra kapiler pulmoner
Peningkatan permeabilitas kapiler pulmoner
Penurunan tekanan osmotik koloid ; hypoalbumin
Peningkatan tekanan negatif intrapleural ; atelektasis
Kerusakan ataupun kegagalan drainage limfatik pada
rongga pleura ; obstruksi atau carcinoma mediastinal
26
Tergantung penyebab dan mekanisme
perpindahan cairan
Eksudat
Transudat
27
Kriteria yang membedakan Eksudat dari
Transudat
Kandungan protein lebih dari 3.0 gr/ml
Serum protein cairan pleura lebih dari 0.5
Serum LDH cairan pleura diatas 0.6
Berat jenis lebih dari 1.016
Test rivalta +
Warna lebih tua dan keruh
28
PENGKAJIAN
29
Riwayat Kesehatan Dulu
30
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tanda dan gejala sesuai dengan penyakit
primernya
Ditemukan tanda dan gejala yang berhubungan dengan
31
Pengkajian : Respirasi
32
Pengkajian : Sirkulasi
Tachycardi, rate reguler / ireguler
TD normal atau meningkat
Bila Effusi pleura akibat gagal jantung ditemukan tanda
33
Pengkajian : Integumen
Cyanosis
Suhu tubuh normal / meningkat
Diaphoresis
Pada gagal jantung ditemukan akral yang dingin,
oedema (gagal jantung, gangguan hepar)
34
DIAGNOSTIK
1. Chest x-ray ; sedikitnya 200 – 300 cc akumulasi cairan
dapat terdekteksi melalui chest x-ray
2. Pleura pungsi
3. USG
4. Lab :
Pemeriksaan cairan pleura
Pemeriksaan urine ; EP e.c hypoalbumin
Test sensitifitas
Pemeriksaan lain : LED, ABGs, dll
35
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan disesuaikan dengan hasil
pengkajian pada klien
Intervensi keperawatan meliputi :
Therapeutik nursing intervention
Surveillance nursing intervention
Collaborative intervention
Supportive – Educative intervention
36
Gangguan Oksigenasi : Ventilasi b.d penurunan
pengembangan paru akibat akumulasi cairan di rongga pleura
Posisi semi fowler – fowler miring pada area terkena
Tekhnik nafas dalam
Exercise pada bahu sisi terkena
Monitoring fungsi pernafasan, suara paru, pengembangan
Monitoring X-ray, ABGs
Kollaborative : pleura pungsi, WSD, pengobatan
37
Nyeri s.d respon peradangan, pemasangan
WSD
38
Gangguan Intake Nutrisi ; mual, anoreksia
39
Kecemasan
Lingkungan tenang
Pentingnya melaksanakan hal yang menunjang
tindakan segera
40
Diagnosa keperawatan lain disesuaikan dengan
penyakit yang melatarbelakangi terjadinya effusi
pleura pada klien
Pemasangan WSD
Resiko infeksi sekunder
Keterbatasan mobilitas fisik
41
WATER SEAL DRAINAGE (WSD)
42
PRINSIP-PRINSIP WSD
Sistem drainage harus memiliki kemampuan untuk
mengangkat apapun yang terakumulasi dalam rongga
pleura
43
Sistem 1 botol
Ujung tube dari klien tertutup
oleh cairan, memungkinkan
aliran keluar dan mencegah
terjadinya aliran balik
Drainage tergantung gravity,
mekanisme respirasi, atau bila
diperlukan penambahan vacum
44
Sistem 2 botol
Botol 1 sebagai
pengumpul
Efektifitas tergantung
gravity, atau kekuatan
suction dari vacum
yang diberikan
45
Sistem 3 botol
Efektifitas
tergantung
gravity
Suction
dikontrol
pada botol
III
46
AREA INSERSI
INTERCOSTA 2 – 3 UNTUK MENGANGKAT
UDARA
INTERCOSTA 7 KE BAWAH UNTUK
MENGANGKAT CAIRAN
47
TUJUAN
48
PERAWATAN
Tube dari dada klien masuk kedalam botol berada
dibawah permukaan air (larutan fisiologis)
Periksa secara periodik, fiksasi bila perlu :
49
Jaga slang/tube untuk tidak membentuk posisi
loop dan tidak mengganggu pergerakan klien
Posisi loop akan menurunkan tekanan negatif,
menimbulkan tekanan balik ke rongga pleura
Tandai tingkat cairan asal pada botol dengan
menggunakan plester yag ditempelkan diluar
botol. Catat adanya penambahan cairan yang
terakumulasi
Jamin posisi klien yang nyaman, jaga slang/tube
untuk tidak tertarik akibat pergerakan klien
50
Lakukan “exercise” pada lengan dan bahu pada
sisi terkena
Lakukan milking tube setiap jam untuk mencegah
51
Observasi, catat, dan laporkan segera bila timbul
pernafasan cepat, dangkal, cyanosis, subcutaneus
emphysema, atau gejala adanya perdarahan
Anjurkan dan bantu klien untuk nafas dalam dan
batuk efektif
Meningkatkan tekanan intra pleural, pengosongan
akumulasi zat di rongga pleura, mengeluarkan
sekret tracheobronchial, mencegah atelektasis
52
Stabilisasi botol drainage di lantai, cegah jangan
sampai pecah. Peringatkan pengunjung/penunggu
klien
Jika klien akan dipindahkan atau dibawa ke
53
Fluktuasi/undulasi akan berhenti
bila
Paru-paru telah reekspansi
Tube/slang terobstruksi oleh bekuan darah, fibrin, dll
Adanya posisi loop
Suction tidak berfungsi
54
Pada saat tube dicabut instruksikan klien untuk
melakukan valsava manuever. Slang diklem dan
dicabut dengan cepat
Tube dicabut sera setelah paru reekspansi
55
Pneumothorax:
Opening that connect the outside
air with intrapleural space; result
is that air flows into intrapleural
space; this eliminates the
pressure gradient between the
thoracic cavity and the
atmosphere, and the lungs cannot
inflate
GAMBARAN PNEUMOTHORAX
SIMULASI PHANTOM
CT Thorax
: Mediastinal Shift may occur toward the uninvolved side as a result of
increased pressure within the pleural space; this involves the trachea,
esophagus, heart, and great vessels.
Thoracostomy (Chest tube)
Conclusion
CXR with recurrent right-sided
pneumothorax, despite thoracostomy tube in place
Penyakit jalan
nafas yang
intermiten,
reversible di
mana trakea dan
bronki
berespons dalam
secara hiperaktif
terhadap stimuli
tertentu.
JENIS-JENIS ASMA
Asma Alergik
Asma Idiopatik atau Non-alergen
Asma Gabungan
PATOFISIOLOGI
Batuk
Dispnea
Mengi
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Agonis Beta
2. Metilsantin
3. Antikolinergik
4. Kortikosteroid
5. Inhibitor sel mast