Anda di halaman 1dari 13

I.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat
ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai
tonsilofaringitis.
Tonsilofaringitis merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut yang ditemukan
bersama – sama. Tonsilofaringits adalah peradangan pada tongsil dan faring yang
masih bersifat ringan radang faring pada anak hampir selalu melibatakan organ
disekitarnya sehinggga infeksi pada faring biasanya juga mengenal tongsil ,sehingga
disebut sebagai tongsilofaringitis akut.

B. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang
tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptococcus beta hemolitikus grup A adalah bakteri penyebab
terbanyak faringitis / tonsilofaringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15 –
30% dari penyebab faringitis akut pada anak.
2. Streptokokus Viridans
Kelompok besar bakteri streptokokuskomensial yang baik a-hemolitik,
mengahasilkan warna hijau pekat pada darah.
3. Streptokokus Piogenes
Bakteri gram psotif bentuk pudar yang tumbuh dalam rantai panjang
dan menyebabkan infeksi streptokokus gram A penyakit  penting manusia
berkisar  dari infeksi  khasnya bermula ditenggorokan dan kulit.
4. Virus Influenza
Virus RNA dari family orthomyxo viridae (virus influenza).Virus ini
ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia. Infeksi ini
menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )
C. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem
limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring
serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi dan bau mulut
serta otalgia.
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvaasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan iritasi
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan
nasofaring, uvula dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya adalah terjadi inokulasi
dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal, sehingga
menyebabkan eritema faring, tonsil, dan keduanya. Infeksi Streptococcus ditandai
dengan invasi lokal serta pelepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi dari
virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan sekret
hidung dibandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi
yang pendek yaitu 24 – 72 jam.
D. PATHWAY

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilofaringitis akut Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran

kelemahan
Resiko perubahan Otitis media
status nutrisi < dari
kebutuhan tubuh Intoleransi
aktifitas

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah :
1. Tonsilofaringitis kronis
2. Otitis media
3. Abses Peritonsil
4. Bronkitis
5. Atritis

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
H. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
 Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin, eritromisin dll
 Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
 Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
 Kompres dengan air hangat
 Istirahat yang cukup
 Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
 Kumur dengan air hangat
 Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya tirah
baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
 Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
 Pengobatan oral
obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
 Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat
dan berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus
dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu
setelah serangn tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada
epidemi poliomielitis.6

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan utnuk
mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS,
diagnosa medis dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan dirawat
b. Keluhan Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Daerah yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi kerumah
sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit.
Serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu
Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum mrs, penyakit-
penyakit yang sebelumnya perna diderita klien sehingga klien dapat mrs.
 Riwayat kelahiran
 Riwayat imunisasi
 Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis media)
 Riwayat hospitalisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik penyakit
yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes meletus,
hipertensi  maupun penyakit menular seperti hepatitis, tb paru.
3. Riwayat psikososial dan spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum
 Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
b. Pernafasan
 Kesulitan bernafas, batuk
 Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
• T0 : bila sudah dioperasi
• T1 : ukuran yang normal ada
• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
• T3 : pembesaran mencapai garis tengah
• T4 : pembesaran melewati garis tengah
c. Nutrisi
 Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak
makan dan minum, turgor kurang
d. Aktifitas / istirahat
 Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
e. Keamanan / kenyamanan
 Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
5. Pemeriksaan Penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Nyeri berhubungan dengan Agen pencedara fisiologis (mis. Inflamasi pada faring
dan tonsil ).
c. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan..
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

C. INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI


Hipertermi b.d proses Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermi
penyakit (I.15506)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi penyebab
jam maka suhu tubuh hipertermi
membaik dengan kriteria 2. Monitor haluaran urine
hasil: 3. Monitor komplikasi
1.Suhu tubuh membaik (5) akibat hipertermi
2.Menggigil menurun (5) Teraupetik
3. Pucat menurun (5) 1. Sediakan lingkungan
4.Suhu kuit membaik(5) yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakian
3. Lakukan pendinginan
eksternal (mis, kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Koaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri (L. 124136) Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (mis. (I.08238)
Imflamasi) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi,
jam maka Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
(5) 3. Identifikasi respon nyeri
2. Kesulitan tidur, gelisah non verbal
menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang
3. Meringis menurun (5) memperberat dan
4. Frekuensi nadi, memperingan nyeri
pernapasan, tekanan 5. Identifikasi pengaruh
darah membaik (5) nyeri pada kualitas hidup
5. Kemampuan 6. Monitor efek samping
menggunakan teknik penggunaan analgetik
nonfarmakologis Terapeutik
meningkat (5) 1. Berikan terapi non
6. Keluhan nyeri menurun farmakologis untuk
(5) mengurangi nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
periode nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik

Risiko defisit nutrisi b.d Status nutrisi ( L.03030) Manajemen gangguan


ketidakmampuan makan (I.03111)
menelan makanan.. Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 4. Monitor asupan dan
jam maka suhu tubuh keluarnya makanan dan
membaik dengan kriteria cairan serta kebutuhan
hasil: kalori
1. Porsi makanan yang Teraupetik
dihabiskan meningkat (5) 1. Timbang berat badan
2. Nafsu makan membaik secara rutin
(5) 2. Rencanakan program
3. Frekuensi makan pengobatan untuk
membaik (5) perawatan di rumah
(mis, medis , konseing)
Edukasi
1. Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan pemicu
pengeluaran makanan
(mis. Mual muntah ,
pengeluaran yang di
sengaja )
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan , kebutuhan kalori
dan pilihan makanan

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat melaksanakan
intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminologi ,implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan
intervensi.

E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing).
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang klien hadapi yang telah di buat
pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung,Tenggorokan.
Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.

Ngastiyah, Setiawan. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Suardi, Adi Utomo, dkk. (2010). Buku Ajar: Respirologi Anak. Edisi pertama.
Jakarta: Badan penerbit IDAI.

Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN TONSILOFARINGITIS

Nama : Sofi Darina Salukh

Nim : PO5303209201162

Tempat praktik : Rumag Sakit Bhayangkara

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( Yulianti.K.Banhae, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2022/2023

Anda mungkin juga menyukai