Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KEHAMILAN POSTMATUR

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Diyosi Fitriani Ramadhani 2026010062.P
2. Feni Destia Ningsih 2026010051.P
3. Fhebry 20260100.P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan dengan Kehamilan Postmatur ” dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat
bantuan serta dukungan dari teman-teman sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan dengan
Klimakterium. Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak
kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat
diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah
sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Curup, 04 November 2020

Kelompok
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................
1.2 Tujuan..................................................................................................................................
1.3 Manfaat................................................................................................................................
BAB II TINJUAN TEORITIS
2.1 Definisi Postmatur .............................................................................................................
2.2 Etiologi Postmatur..............................................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala Postmatur ............................................................................................
2.4 Patofisiologi Postmatur..................................................................................................
2.5 Factor Resiko Postmatur ...................................................................................................
2.6 Pathway Postmatur.............................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Postmatur ..............................................................................................
2.8 Pencegahan Postmatur ......................................................................................................
2.9 Komplikasi Postmatur........................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian...........................................................................................................................
3.2 Pemeriksaan
3.3 Pemeriksaan penunjang
3.4 Diagnosa Keperawatan......................................................................................................
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
4.2 Saran ...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dari survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) dan data biro pusat statistik
(BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515
ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi
kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko
tinggi (krt) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi
(Syamsul, 2003).
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang paling penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat
keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencetakan
(rekam medik) asuhan persalinan dan rujukan (asuhan persalinan normal, 2002).
Kasus-kasus yang harus dirujuk bidan adalah riwayat bedah sesar, perdarahan
pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban
pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam),
ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus,
anemia berat, tanda gejala infeksi, pre-eklampsia /hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus
40 cm /lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin
masih 5/5, persentasi bukan belakang kepala, persentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda
atau gemelli, tali pusat menumbung dan syok (asuhan persalinan normal, 2007).membuat
keputusan klinik dihasilkan melalui serangkaian proses dan menggunakan informasi dari
hasil dan dipadukan dengan kajian teoritis dan interpensi berdasarkan bukti pengalaman
yang dikembangkan melalui berbagai tahapan dan terfokus pada pasien (varney,1997).
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu
karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun
kurang lebih 18% kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi
42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan.
Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini
mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika tapi telah
ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan. D ata
yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia
kehamilan lebih dari 40 minggu.

1.2  TUJUAN PENULISAN


Penyusunan makalah ini bertujuan antara lain :
1.      Sebagai bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
asuhan keperawatan bayi dan ibu dengan persalinan postmatur
2.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

1.2 MANFAAT
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
kehamilan postmatur
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di Rumah Sakit maupun di Masyarakat

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI
Bayi Post Term adalah bayi yang lahir setelah kehamilan lebih dari 42 minggu,
dihitung dari hari pertama haid terakhir tanpa memperdulikan berat badan bayi pada waktu
lahir.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah
melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi
antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Keakuratan dalam memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat sejak adanya USG
yang makin banyak digunakan. Kisaran optimum variasi lama gestasi pada manusia belum
diketahui hingga kini, dan penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan (TP) masih
berubah-ubah. Meskipun insidensi kehamilan lewat bulan relatif rendah, beberapa studi
menunjukkan bahwa sebagian besar induksi yang dijadwalkan dengan indikasi kehamilan
lewat bulan faktanya kurang dari 42 minggu berdasarkan hitungan dengan USG.
Akibatnya induksi yang menjadi bersifat relative.

2.2 ETIOLOGI.
Penyebab kelahiran post term Pada umumnya sering dianggap bahwa penyebab
post term adalah tidak pekanya uterus terhadap oksitoksin. Penyebab lain yang
dikemukakan ialah faktor herediter karena lewat waktu tidak jarang terjadi pada suatu
keluarga tertentu dan mempunyai kecendrungan untuk terulang pada wanita yang sama.
Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan
tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen,
2007). Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila
diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4% (Ochtar,Rustam,1998).
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor yang
diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah faktor hormonal
yaitu kadar progesterone, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
2.3 TANDA DAN GEJALA
Tanda postmatur dibagi dalam 3 stadium (Sarwono):
a. Stadium 1: Kulit menunjukan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium II: Gejala disertai pewarnaan mekonium (Kehijauan) pada kulit.
c. Stadium III: Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

Tanda bayi postmatur (Manu Aba dkk, 1998)


a. Biasanya lebih berat dari bayi matur (4000 gram)
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks caseosa kurang
e. Kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak puct dengan deskuamasi epitel

2.4 PATOFISIOLOGI
a. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput,
mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan
maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada
bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi
postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun
dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati
dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi
yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada
bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan dengan
pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta
meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya
secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan
yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada agar skor dan gas darah
tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa terjadi penurunan oksigen pada janin
yang postterm. Janin posterm mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi
tersebut luar biasa beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa
fungsi plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut,
meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42
minggu.
b. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan diameter
tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin
intrapartum, terutama bila disertai dengan ologohidramnion. Penurunan volume cairan
amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada
sindrom aspirasi mekonium.
c. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna yang
seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin terhambat
menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga
untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas meningkatkan secara signifikan
pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir
mati yang terjadi pada kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan
pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
d. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang karena
pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks yang belum
berdilatasi. Dilatasi serviks adalah indicator prognostic yang penting untuk
keberhasilan induksi dalam persalinan.

2.5 FAKTOR RESIKO


Penyebab kelahiran postmatur belum diketahui sepenuhnya. 10 persen ibu hamil
melahirkan bayi postmatur. Faktor yang mungkin mempengaruhi seorang ibu
mengalami kelahiran postmatur diantaranya adalah:
a. Anak pertama
b. Melahirkan anak laki-laki
c. Sebelumnya pernah melahirkan postmatur
d. Ibu yang obesitas
Sebenarnya sebagian besar ibu hamil bisa melahirkan bayi postmatur yang sehat,
namun ada resiko, diantaranya adalah:
a. Stillbirth atau bayi meninggal di dalam kandungan
b. Makrosomia, bayi besar
c. Mekonium (BAB pertama bayi) yang bisa masuk ke dalam saluran pernafasan
bayi
d. Oligohidramnion, yaitu air ketuban yang sedikit yang menyebabkan tali pusat
terjepit dan asupan oksigen ke bayi berkurang
e. Sindroma postmatur, yaitu aspirasi mekonium, makrosomia, oligohidramnion,
kulit bayi mengelupas, kuku bayi yang panjang, retak pada telapak tangan dan
kaki, deposit lemak yang minimal dan kulit bayi yang kehijauan atau
kekuningan karena mekonium

2.6 WOC (Web of Caution)


Terlampir.

2.7 PENATALAKSANAAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan.
Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari postmatur ini.
b. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
c. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini memegang
peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian besar kepustakaan
sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41
maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan
janin baik dapat dilakukan dengan cara:
a. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes
tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea.
b. Induksi Persalinan.
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai berlangsung dengan
jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk
memulai proses induksi, yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya
dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat
penyebab otot rahim berkontraksi.
1) Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan
metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.
2) Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan
cara diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun disemprotkan
pada hidung. Biasanya, tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu
hamil akan merasakan datangnya kontraksi
Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :
a. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat diberikan
antra lain :
1) Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa handuk
dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah tersedia. Pertahankan
suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan kelembaban relatif 60%-65%.
2) Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan, khususnya yang
ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan sebelumnya
3) Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
4) Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi ke ibu
5) Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan selimut
yang hangat

b. Resiko cidera
1) Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap kontraksi
uterus selama asuhan intrapartum
2) Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum pemberian
ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
3) Kaji tanda-tanda hipoglikemi
4) Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan infan
5) Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan

2.8 PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1
kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester
ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8
bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter
mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus
yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal
hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.

2.9 KOMPLIKASI

Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:

a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus


yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat janin,
gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital,
sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia)
atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka panjang pada bayi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

1. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon, agama,status
perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
2. Keluhan Utama (Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini.
Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal
yang dilakukan)

a. Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang


diungkapkan dengan kata –kata sendiri.
b. Riwayat kehamilan sekarang.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.

3. Riwayat keluarga.
1. Usia ayah dan ibu, juga statusnya.
2. Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan yang
sama.
4. Riwayat mestruasi
a. Umur menarche.
b. Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
c. Lamanya.
d. HPHT, lama dan jumlah normalnya.
e. Disminore.
5. Riwayat Obstetri.
Kehamilan yang lalu.

1. Tanggal terminasi
2. Usia genital
3. Tempat lahir
4. Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dan
persalinan.
5. Riwayat seksual.
Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual lainya.

1. Riwayat pernikahan.

a. Nikah atau tidak.


b. Berapa kali menikah.
c. Berapa lama menikah.
6. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada
kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).

7. Riwayat  kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


a. Kehamilan : untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan
berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
b. Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada
atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.
c. Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
d. Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan
sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi : Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
b. Pola Aktivitas : Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.
c. Pola Seksual : Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan
normal dan ada keluhan atau tidak.
d. Pola eliminasi : Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan
1. Perokok dan pemakai obat-obatan : Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol.
3.2  Pemeriksaan

A.    Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : Untuk  mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,  sedang atau


buruk.
2. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis,
samnolen, atau  koma. Normalnya kesadaran composmentis
3. Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah
120/80 mmHg.
4. Suhu : Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah
35,6 0 C – 37,60C .
5. Denyut nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas
normal 60-100x/menit.
6. Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit.
Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
7. Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil.
Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk
penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
8. Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau
tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
9. Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm

B.     Pemeriksaan fisik

1)      Kepala

a. Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak


b. Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema
atau tidak.
c. Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
d. Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
e. Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang   telinga, bentuk telinga, dan
posisinya
f.Mulut  : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang
gigi atau tidak

2)      Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid

3)      Dada dan axilla

1. Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting


susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
2. Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah  nyeri tekan atau tidak

4)    Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau
tidak, reflex patella + / -

C.    Pemeriksaan khusus obstetri

1)      Inspeksi : Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk
abdomen, linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.

2)      Palpasi

a. Tinggi fundus uteri : Untuk mengetahui TFU dengan cara  menggunakan pita ukur,
dilakukan pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas
sympisis pubis dan tetap menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding
abdomen da diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri.

D.    Pemeriksaan dalam anogenital

1)      Vulva/vagina : Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau
tidak, pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada
pembukaan atau tidak, penipisan, presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan
sudah sejauh mana penurunan kepala.

2)      Perineum : Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak

3)      Anus : Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
3.3  Pemeriksaan penunjang

a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas


plasenta.
b. KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi  (tes tanpa
tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ). Salah
satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang
berasal dari mekonium, menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
3.4  Diagnosa keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


2. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi
serviks
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
3.5 Rencana Keperawatan

N DIAGNOSE TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWAT KRITERIA HASIL
AN
1 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas : 1. Observasi :
berhubungan tindakan 1. Observasi : - untuk
dengan kurang keperawatan selama - Identifikasi saat mengetahui
pengetahuan 3x24 jam, tingkat ansietas perubahan
diharapkan ansietas berubah tingkat ansietas
berkurang dengan - Identifikasi pasien
kriteria hasil : kemampuan - untuk
1. Verbalisasi mengambil mengetahui
kebingungan keputusan kemampuan
menurun (5) - Monitor tanda-tanda pasien dalam
2. Verbalisasi ansietas mengambil
khawatir akibat 2. Terapeutik : keputusan
kondisi yang - Gunakan pendekatan - untuk
dihadapi yang tenang dan mengetahui
menurun (5) meyakinkan tanda-tanda
3. Perilaku tegang - Motivasi ansietas pada
menurun (5) mengidentifikasi pasien
4. Perilaku gelisah situasi yang memicu 2. Terapeutik :
menurun (5) kecemasan - agar pasien
5. Perasaan - Diskusikan yakin dan
keberdayaan perencanaan realistis tenang
membaik (5) tentang peristiwa - agar
yang akan datang. mengetahui
3. Edukasi : situasi yang
- Jelaskan prosedur, memicu
termasuk sensasi kecemasan
yang mungkin pada pasien
dialami - agar dapat
- Informasikan secara memilih
factual mengenai perencanaan
diagnosis, realistis
pengobatan, dan tentang
prognosis peristiwa yang
4. Kolaborasi : akan datang
- Kolaborasi 3. Edukasi :
pemberian obat - agar pasien
antiansietas, jika mengetahui
perlu prosedur dan
sensasi yang
akan dialami
- agar pasien
mengetahui
informasi
secara factual
tentang
diagnosis,
pengobatan,
dan prognosis
4. Kolaborasi :
- untuk
mengurangi
tingkat ansietas
pasien.
2. Resiko Cidera Setelah dilakukan Perawatan persalinan 1. Observasi :
pada ibu tindakan resiko tinggi : - untuk
berhubungan keperawatan selama 1. Observasi : mengetahui
dengan bayi yang 3x24 jam, resiko - identifikasi kondisi kondisi
besar dan tidak cidera pada ibu umum pasien umum
ada dilatasi dapat diatasi dengan - monitor kelainan pasien
serviks kriteria hasil : tanda vital pada ibu dan - untuk
1. Toleransi aktivitas janin mengetahui
menurun (5) - monitor tanda-tanda kelainan
2. Kejadian cedera persalinan tanda vital
menurun (5) - identifikasi pada ibu dan
3. Perdarahan pendarahan pasca janin
menurun (5) persalinan - untuk
4. Gangguan 2. Terapeutik : mengetahui
mobilitas - siapkan peralatan tanda-tanda
menurun (5) yang sesuai, termasuk persalinan
monitor janin, - untuk
ultrasound, mesin mengetahui
anestesi, persediaan jumlah
resusitasi neonatal, perdarahan
forceps, dan pada pasien
penghangat bayi ekstra 2. Terapeutik :
- dukung orang terdekat - agar
mendampingi pasien mempermud
- motivasi interaksi ah
orang tua dengan bayi penggunaan
baru lahir segera setelah alat
persalinan - agar pasien
- dokumentasikan merasa
prosedur termotivasi
3. Edukasi dan
- jelaskan prosedur didukung
tindakan yang akan - agar pasien
dilakukan termotivasi
- jelaskan karakteristik untuk
bayi baru lahir yang berinteraksi
terkait dengan kelahiran dengan bayi
resiko tinggi - agar
4. Kolaborasi : tindakan
- koordinasi dengan tim terdokument
untuk standby asi sesuai
- kolaborasi pemberian dengan
anestesi maternal, prosedur
sesuai kebutuhan 3. Edukasi :
- agar pasien
mengetahui
prosedur
tindakan apa
saja yang
akan
dilakukan
- agar pasien
mengetahui
karakteristik
yang
berkaitan
dengan
kelahiran
resiko tinggi
4. Kolaborasi :
- agar pasien
terpantau
- agar
mempercepa
t kontraksi
3. Resiko cedera Setelah dilakukan Pemantauan denyut 1. Observasi :
pada janin tindakan jantung janin : - untuk
berhubungan keperawatan selama 1. Observasi : mengetahui
dengan 3x24 jam, - Identifikasi status status
persalinan yang diharapkan resiko obstetric obstetric
lama cedera pada bayi - identifikasi - untuk
teratasi dengan pemeriksaan kehamilan mengetahui
kriteria hasil : sebelumnya status
1. frekuensi nadi - monitor denyut kehamilan
membaik (5) jantung janin selama 1 sebelumnya
2. frekuensi nafas menit - untuk
membaik (5) - monitor tanda-tanda mengetahu
3. gangguan kognitif vital ibu denyut
menurun (5) 2. Terapeutik : jantung janin
- atur posisi pasien selama 1
- lakukan maneuver menit
leopold untuk - untuk
menentukan posisi janin mengetahui
3. Edukasi : tanda-tanda
- jelaskan tujuan dan vital pada
prosedur pemantauan ibu
- informasikan hasil 2. Terapeutik :
pemantauan, jika perlu - agar pasien
merasa
nyaman
- agar
mengetahui
letak posisi
janin
3. Edukasi :
- agar pasien
mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantauan
- agar pasien
mengetahui
hasil
pemantauan
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah


melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi
antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.

Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor yang
diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah factor hormonal
yaitu kadar progesterone, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.

Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput,
mengelupas lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan
maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada
bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi
postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun
dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya. Banyak bayi postmatur Clifford mati dan
banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang
bertahan hidup mengalami kerusakan otak.

4.2 SARAN

Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup
dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan
persalinan dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk
mengetahui kesehatan janin dan sang ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc pada tanggal 18
Maret 2014
Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil melalui
http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014
FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th
edition. Mosby : Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu & Bayi Baru
Lahir. Jakarta : EGC
Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th
edition. Thomson : Delmar Learning
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai