PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”. Laporan kasus ini penulis susun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Nadjmir, Sp.KJ(K) selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan psikiatri pada anak yang secara umum menjadi salah satu
masalah utama bagi kesehatan jiwa anak saat ini adalah GPPH (Saputro, 2009).
Pineda (1999) mengemukakan prevalensi GPPH pada anak sekolah berkisar 3-
10%). American Psychiatric Association memperkirakan 3-7 dari 100 anak
sekolah menderita GPPH.2
2
Saputro (2009) menemukan bahwa gangguan ini menjadi alasan tersering
orang tua membawa anaknya ke psikiater. Sebagian besar orang tua yang
membawa anak dengan GPPH memiliki keluhan utama seperti nakal, malas
belajar, dan kurang konsentrasi, baik di sekolah maupun di rumah. Adanya
gangguan ini merupakan masalah utama yang mengakibatkan anak mengalami
kesulitan belajar dan kesulitan berinteraksi dengan anak lain atau guru.3
GPPH pada anak dapat berdampak buruk pada kehidupan anak di masa
depan. Sekitar 65-80% anak dengan GPPH akan memiliki gejala yang menetap
hingga usia remaja. Gejala GPPH menetap hingga usia dewasa pada 15-20%
kasus.4 Gejala juga dapat hilang pada saat memasuki masa pubertas. Gejala
hiperaktivitas umumnya menghilang, namun gejala penurunan rentang perhatian
dan masalah pengendalian impuls mungkin menetap.
Anak dengan GPPH yang gejalanya menetap hingga masa remaja berisiko
tinggi untuk mengalami gangguan tingkah laku. Sekitar 50% anak dengan
gangguan tingkah laku akan mengalami gangguan kepribadian antisosial di masa
dewasanya. Anak dengan GPPH dan gangguan tingkah laku juga berisiko
mengalami gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat. Orang
dewasa dengan riwayat GPPH pada masa kanak berisiko memiliki perilaku
kriminal, masalah pernikahan, dan masalah pekerjaan .Berdasarkan pemaparan
tentang GPPH yang diperlukan penatalaksanaan yang baik dari segi terapi
maupun pencegahan.5
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.2 Epidemiologi
4
Gangguan psikiatri pada anak yang secara umum menjadi salah satu
masalah utama bagi kesehatan jiwa anak saat ini adalah GPPH (Saputro, 2009).
Pineda (1999) mengemukakan prevalensi GPPH pada anak sekolah berkisar 3-
10% (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder edisi ke-4 yang direvisi (DSM IV TR) melaporkan prevalensi
GPPH sebesar 2-7% diantara anak usia sekolah American Psychiatric Association
memperkirakan 3-7 dari 100 anak sekolah menderita GPPH (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Penelitian lain menyebutkan prevalensi GPPH pada anak di
seluruh dunia berkisar 4-7%.
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tidak memiliki angka
pasti kejadian GPPH, begitu pula dengan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang.
Berdasarkan data tahunan dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014 yang
berasal dari 22 puskesmas kecamatan hanya tercantum laporan gangguan psikiatri
yang bermula dari bayi, anak, dan remaja yang berjumlah 176. Penelitian oleh
Novriana pada anak sekolah dasar di Kecamatan Padang Timur Kota Padang
tahun 2013 menemukan angka prevalensi GPPH sebesar 8%.
Insiden pada anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan, dengan rasio
3:1 hingga 5:1. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada anak laki-laki yang
pertama (Kaplan et al., 2010). 5
Penyebab pasti terjadinya GPPH hingga saat ini belum bisa diketahui
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini meliputi
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.5
5
2.3.1 Faktor Genetik
Durand dan Barlow (2006) menemukan bahwa anak dengan GPPH sering
ditemukan pada keluarga yang memiliki riwayat GPPH dan kelainan psikiatri
lainnya, seperti mood disorder, conduct disorder, dan anxiety disorder.4
Cedera otak yang minimal dan tersamar pada sistem saraf pusat selama
periode janin dan perinatal diperkirakan telah terjadi pada beberapa anak dengan
GPPH. Cedera otak ini diduga disebabkan oleh efek sirkulasi, toksik, metabolik,
mekanik, dan efek merugikan lainnya, serta oleh kerusakan fisik pada otak yang
terjadi setelah anak lahir yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.5
6
2.3.3 Faktor Neurotransmiter
b. Preeklampsia
g. Prematuritas
Pengaruh dari berat lahir yang rendah terhadap ADHD diduga disebabkan
karena sebagian anak yang lahir dalam kondisi berat lahir rendah telah mengalami
7
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan menyebabkan imaturnya struktur
otak janin. Kondisi ini dapat menyebabkan seorang anak mengalami ADHD
dikemudian hari.
j. Kejang Demam
GPPH mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan GPPH sering
peka terhadap stimuli, banyak menangis, dan waktu tidur lebih sedikit, namun
bisa juga terjadi sebaliknya yaitu tampak tenang dan lemah, banyak tidur, dan
berkembang lebih lambat pada bulan-bulan pertama kehidupan (Kaplan et al.,
2010).
2.5.2 Hiperaktivitas
8
Hiperaktivitas yaitu aktivitas motorik maupun vokal yang sangat
berlebihan yang tidak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Gejala ini
paling sering dijumpai sebagai kegelisahan, tidak bisa diam atau restless, tangan
dan kaki selalu bergerak atau fidgety, dan tubuh secara menyeluruh bergerak tidak
sesuai situasi. Gerakan-gerakan tersebut seringkali tanpa tujuan dan tidak sesuai
dengan tugas yang sedang dikerjakan atau situasi yang ada.3
2.5.3 Impulsivitas
Anak dengan gangguan ini sering dilaporkan sebagai anak yang terlalu
cepat memberikan respon, terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan
selesai ditanyakan, tidak mampu mempertimbangkan akibat buruk dari keadaan
disekitarnya, sering mengganggu anak lain, sering tidak mampu menunggu
giliran, dan sering gusar bila keinginannya tidak terpenuhi.3
Skala penilai perilaku (rating scale) atau kuesioner spesifik yang terdiri
dari daftar gejala GPPH yang sesuai dengan DSM dapat dijadikan bahan untuk
diisi atau dijawab oleh petugas kesehatan/orangtua/guru di setiap klinik sebelum
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi secara lengkap. Apabila laporan dari
orangtua/pasien menunjukkan adanya gejala GPPH dan menimbulkan kegagalan
fungsi atau apabila nilai total skor dari skala penilaian perilaku melampaui batas
cut off score, maka anak tersebut dapat dideteksi sebagai anak berisiko tinggi
terjadinya GPPH, yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan
pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut.
Skala penilai perilaku yang bisa digunakan untuk mendeteksi GPPH yaitu :
9
4) Swanson, Nolan, and Pelham Rating Scale edisi ke-4 (SNAP-IV)
5) Swanson, Kotkin, Agler, M-Flynn, and Pelham Rating Scale
(SKAMP)
6) ADD-H Comprehensive Teacher Rating Scale (ACTeRS) (Saputro
2.7 Diagnosis
10
b) Tes Woodcock-Johnson
4) Pemeriksaan psikometrik/kognitif-perseptual
a) Contionus Performance Test (Test of Variable of
Attention/TOVA)
b) Wisconsin Card Sort
c) Stroop Color Word Test
5) Evaluasi situasi rumah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh
faktor lingkungan.
6) Apabila hasil pemeriksaan sesuai dengan kriteria diagnosis GPPH
berdasarkan DSM-IV atau PPDGJ-III/ICD-10, maka segera mulai
pengobatan dengan psikostimulan.
7) Pemeriksaan dan monitor efek samping dan efektivitas pengobatan
setiap tiga bulan. Pengobatan dengan farmakoterapi lain dapat
dipertimbangkan.2,7
Kriteria diagnosis GPPH yang saat ini digunakan sebagai pedoman dalam
pendidikan dokter dan praktek klinik adalah kriteria oleh Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-4 (DSM-IV). Berdasarkan DSM
IV, gejala harus ditemukan pada sekurangnya dua keadaan, misalnya di sekolah,
di rumah, dan di klinik. Kriteria diagnosis GPPH menurut DSM-IV adalah
sebagai berikut.
11
d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah atau pekerjaan, yang bukan disebabkan oleh perilaku
oposisional atau tidak mengerti instruksi.
e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.
f) Sering menghindari tugas yang memerlukan perhatian yang lama,
seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah.
g) Sering menghindari hal-hal yang diperlukan untuk membuat tugas,
seperti buku, pensil, atau peralatan.
h) Sering teralihkan perhatiannya oleh stimulus dari luar.
i) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
Impulsivitas:
12
b. Beberapa gejala inatensi atau hiperaktif-impulsif yang menyebabkan
gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.
c. Beberapa gangguan akibat gejala ada pada dua atau lebih situasi, misalnya
di sekolah dan di rumah.
d. Terdapat bukti yang jelas akan adanya gangguan yang bermakna secara
klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.
e. Gejala yang terjadi bukanlah bagian dari perjalanan gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan tidak
memenuhi kriteria diagnosis gangguan mental lainnya.1,5
13
d. Gambaran penyerta tidak terlalu dibutuhkan, namun dapat mendukung
dalam menegakkan diagnosis, misalnya kecerobohan dalam hubungan-
hubungan sosial dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib
sosial.
e. Gangguan belajar dan kekakuan motorik sangat sering ditemukan
bersamaan dengan GPPH dan jika ada harus dicatat secara terpisah.
GPPH umumnya memiliki onset pada usia tiga tahun, namun diagnosis
biasanya tidak dibuat hingga anak berada di sekolah dan situasi belajar yang
terstruktur yang mengharuskan pola perilaku yang terstruktur, termasuk rentang
perhatian dan konsentrasi yang sesuai dengan perkembangannya.1,5
2.8 Komorbiditas
14
sedikit anak dengan GPPH yang mengalami sindroma ini, namun banyak kasus
sindroma Tourette berkaitan erat dengan GPPH (Kementerian Kesehatan RI,
2011).
GPPH sering terjadi bersamaan dengan ansietas dan depresi. Banyak anak
dengan GPPH memiliki depresi sekunder sebagai reaksi terhadap frustasi terus
menerus karena rasa rendah diri dan kegagalan mereka untuk belajar (Kaplan et
al., 2010). Terdapat beberapa jenis depresi dan yang sering menyertai GPPH
adalah jenis distimia, dengan gejala depresi yang berkepanjangan.
Tidak ada angka akurat yang menunjukkan jumlah penderita GPPH yang
mengalami gangguan bipolar. GPPH dan gangguan bipolar terkadang sulit
dibedakan pada masa kanak, karena terdapat beberapa gejala yang ditemukan baik
pada GPPH maupun gangguan bipolar, seperti energi yang berlebihan dan
15
kebutuhan tidur yang kurang. Karakteristik yang membedakan GPPH dengan
gangguan bipolar pada anak adalah elasi mood dan terdapatnya ide-ide kebesaran
pada gangguan bipolar.
2.8.7 Autisme
2.9 Tatalaksana
a. Golongan Metilfenidat
b. Golongan Deksamfetamin
c. Golongan Pemolin
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama (inisial) : AA
MR : 027631
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Nama : Ny. D
Umur : 41 tahun
No telepon : 081279999432
18
3.2 RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
Dan lain-lain
19
mengikuti perintah guru dan susah berkonsentrasi. Nilai-nilai pasien di
sekolah cenderung rendah. Pasien memiliki banyak teman namun ia
sering menjahili temannya. Komunikasi dengan teman-temannya baik.
Pasien telah diterapi sejak usia 7 tahun di RSJ Prof H.B. Saanin
Padang. Setelah diterapi, ibu pasien merasa keadaan anaknya lebih
baik.
b. Autoanamnesis
Pasien tidak dapat diajak berkomunikasi. Dari pengamatan
pemeriksa, pasien tidak dapat diam dan selalu bergerak. Pasien juga
tidak dapat memusatkan perhatiannya terhadap suatu hal. Pasien ketika
diajak bicara cenderung menghindar.
Ayah Ibu
20
Suku bangsa Minang Minang
1 Baik Biasa
2 Baik Biasa
Skema Pedegree
AYAH IBU
PASIEN
Keterangan :
22
: Keluarga yang sudah meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Ayah Baik Akrab
2. Ibu Baik Akrab
3. Kakak Akrab
Baik
23
1 Rumah Orang Tua V V
Perihal SD
Umur 6 - 12 tahun
24
Prestasi* Baik
Sedang
Kurang
Kemampuan khusus -
(bakat)
g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (+), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur
(-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
h) Riwayat pekerjaan
Pasien seorang pelajar SD
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
Pasien belum menikah
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
k) Ciri kepribadian sebelumnya/ gangguan kepribadian (untuk aksis II)
Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)
25
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (+), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (- ), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (+)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
26
lain-lain
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus
(+), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik
manfaat dari pengalaman (+), tidak peduli pada norma-
norma, peraturan dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu
memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (+), agresivitas (+), impulsif (-),sering berbohong
(-), sangat cenderung menyalahkan orang lain atau
menawarkan rasionalisasi yang masuk akal untuk perlaku
yang membuat pasien konfil dengan masyarakat (-)
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali
merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap
kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau
ditolak (-)
27
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar,
urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian
yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain
28
kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar
orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ),
cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( -
), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih
dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ),
terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol
yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam
( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer (
- ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.
29
2016 2017 2016
Keluarga Pasien
pasien pertama kali
menyadari berobat ke
bahwa pasien poli RSJ Prof
perkembanga H.B. Saanin
nnya dibawa oleh
terlambat dan keluarga
berperilaku
hiperaktif
Suhu : 36,80 C
Tinggi Badan : cm
Berat Badan : kg
30
Sistem respiratorik :
Perkusi : sonor
(-)
Perkusi : timpani
b) Turgor : baik
555 555
d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
Refleks :
2. Penampilan:
Sikap tubuh: biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-),
gelisah (+), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-),
berpakaian sesuai gender (+)
Cara berpakaian: rapi (-), biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan
situasi (-), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)
Kesehatan fisik: sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak
tangan basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)
3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (+), wajar (+),
kurang wajar (-), sebentar (+), lama (-)
32
4. Sikap: kooperatif (-), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (+), berusaha supaya disayang (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-),
dan lain-lain.
Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),
otomatisme (-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi
psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (+), tik (-), somnabulisme
(-), akathisia (-), kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-),
distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),konvulsi (-),
seizure (-), piomanisa (-), vagabondage (-)
Perbendaharaan* : sedikit
33
Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)
3.5.3. Emosi
1. Afek
2. Mood
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-),
rasa malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
34
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Delusi/ waham
35
3.5.5. Persepsi
Halusinasi
Ilusi (-)
Mimpi : -
Fantasi : -
36
6. Pikiran konkrit: baik
3.5.8. DI / DJ
3.10. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Risperidone 1 mg 2x1
Fluoxetin 10 mg 1x1
Prohiper 10 mg 1x1
Vit B6 2 x 1
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
Psikoterapi dan support group, atau penggunaan keduanya
pada orang dewasa dapat membantu menormalisasi
gangguan dan membantu penderita agar fokus pada
informasi umum. Konselor terapi perilaku ini dapat
melibatkan psikolog, dokter spesialis tumbuh kembang anak,
pekerja sosial dan perawat yang berpengalaman. Modifikasi
perilaku dan terapi keluarga juga dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
2. Kepada keluarga
38
3.11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam :dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam
39
BAB 4
DISKUSI
40
keputusan. Asam folat merupakan golongan vitamin B kompleks yang memiliki
peranan penting sebagai struktur perkembangan sel saraf otak anak.
BAB 5
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock,B. Sadock,V. 2015. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock
Edisi 2. EGC
2. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), dalam:
Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010: 441-454
3. Theodorus, Prilly. 2016. Terapi Psikososial Pada Anak dengan ADHD. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
4. Cunningham, Natoshia and Jensen,Peter. 2011. Attention-Defcit/Hyperactivity
Disorder in Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson
Textbook of Pediatrics. 19th ed.Philadelphia, Saunders Elsevier
5. Australian Psychological Society. 2018. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) in children. The Australian Psychological Society
Limited.https://www.psychology.org.au/for-the-public/Psychology-Topics/ADHD-
in-children (diakses 10 Oktober 2018)
42