Anda di halaman 1dari 43

Case Report Session

Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)

F90.0 Gangguan Aktivitas dan Perhatian

Nama Dokter Muda : Fitria Syafrina P 2567 B

Haikal Basyar P 1958 B

Suci Rahmadhani P 2564 B

Nama Perseptor : dr. Nadjmir, Sp.KJ(K)


BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
2018

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”. Laporan kasus ini penulis susun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Nadjmir, Sp.KJ(K) selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Oktober 2018

Penulis

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang
ditandai oleh ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan
impulsivitas, yang terjadi pada lebih dari satu situasi, dengan frekuensi lebih
sering dan intensitas lebih berat dibandingkan dengan anak-anak seusianya. GPPH
di dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-3
(PPDGJ-III) termasuk dalam Gangguan Aktivitas dan Perhatian1.

Gangguan psikiatri pada anak yang secara umum menjadi salah satu
masalah utama bagi kesehatan jiwa anak saat ini adalah GPPH (Saputro, 2009).
Pineda (1999) mengemukakan prevalensi GPPH pada anak sekolah berkisar 3-
10%). American Psychiatric Association memperkirakan 3-7 dari 100 anak
sekolah menderita GPPH.2

2
Saputro (2009) menemukan bahwa gangguan ini menjadi alasan tersering
orang tua membawa anaknya ke psikiater. Sebagian besar orang tua yang
membawa anak dengan GPPH memiliki keluhan utama seperti nakal, malas
belajar, dan kurang konsentrasi, baik di sekolah maupun di rumah. Adanya
gangguan ini merupakan masalah utama yang mengakibatkan anak mengalami
kesulitan belajar dan kesulitan berinteraksi dengan anak lain atau guru.3

GPPH pada anak dapat berdampak buruk pada kehidupan anak di masa
depan. Sekitar 65-80% anak dengan GPPH akan memiliki gejala yang menetap
hingga usia remaja. Gejala GPPH menetap hingga usia dewasa pada 15-20%
kasus.4 Gejala juga dapat hilang pada saat memasuki masa pubertas. Gejala
hiperaktivitas umumnya menghilang, namun gejala penurunan rentang perhatian
dan masalah pengendalian impuls mungkin menetap.

Anak dengan GPPH yang gejalanya menetap hingga masa remaja berisiko
tinggi untuk mengalami gangguan tingkah laku. Sekitar 50% anak dengan
gangguan tingkah laku akan mengalami gangguan kepribadian antisosial di masa
dewasanya. Anak dengan GPPH dan gangguan tingkah laku juga berisiko
mengalami gangguan yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat. Orang
dewasa dengan riwayat GPPH pada masa kanak berisiko memiliki perilaku
kriminal, masalah pernikahan, dan masalah pekerjaan .Berdasarkan pemaparan
tentang GPPH yang diperlukan penatalaksanaan yang baik dari segi terapi
maupun pencegahan.5

1.2 Batasan Masalah


Laporan kasus ini membahas tentang definisi, etiologi, gambaran klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis Gangguan Hiperkinetik.
1.3 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan
kepustakaan yang merujuk kepada kasus dan berbagai literatur.
1.4 Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai etiologi, gambaran klinis, diagnosis, dan penatalaksanan,
prognosis Gangguan Hiperkinetik.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan


Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang
ditandai oleh ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan
impulsivitas, yang terjadi pada lebih dari satu situasi, dengan frekuensi lebih
sering dan intensitas lebih berat dibandingkan dengan anak-anak seusianya2.
GPPH di dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-3
(PPDGJ-III) disebut sebagai Gangguan Hiperkinetik.1

2.2 Epidemiologi

4
Gangguan psikiatri pada anak yang secara umum menjadi salah satu
masalah utama bagi kesehatan jiwa anak saat ini adalah GPPH (Saputro, 2009).
Pineda (1999) mengemukakan prevalensi GPPH pada anak sekolah berkisar 3-
10% (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder edisi ke-4 yang direvisi (DSM IV TR) melaporkan prevalensi
GPPH sebesar 2-7% diantara anak usia sekolah American Psychiatric Association
memperkirakan 3-7 dari 100 anak sekolah menderita GPPH (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Penelitian lain menyebutkan prevalensi GPPH pada anak di
seluruh dunia berkisar 4-7%.

Penelitian mengenai prevalensi GPPH di Indonesia masih sangat sedikit


sehingga sampai saat ini belum didapatkan angka pasti mengenai kejadian GPPH
di Indonesia (Novriana et al., 2014). Badan Penelitian dan Pengembangan
Direktorat Pendidikan Luar Biasa pada tahun 2006 melaporkan bahwa dari 696
siswa SD yang berasal dari empat provinsi di Indonesia dengan rata-rata nilai
rapor kurang dari 6, terdapat 33% siswa yang dinyatakan mengalami gangguan
emosi dan perilaku, yang didalamnya termasuk GPPH.4

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tidak memiliki angka
pasti kejadian GPPH, begitu pula dengan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang.
Berdasarkan data tahunan dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014 yang
berasal dari 22 puskesmas kecamatan hanya tercantum laporan gangguan psikiatri
yang bermula dari bayi, anak, dan remaja yang berjumlah 176. Penelitian oleh
Novriana pada anak sekolah dasar di Kecamatan Padang Timur Kota Padang
tahun 2013 menemukan angka prevalensi GPPH sebesar 8%.

Insiden pada anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan, dengan rasio
3:1 hingga 5:1. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada anak laki-laki yang
pertama (Kaplan et al., 2010). 5

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab pasti terjadinya GPPH hingga saat ini belum bisa diketahui
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini meliputi
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.5

5
2.3.1 Faktor Genetik

Durand dan Barlow (2006) menemukan bahwa anak dengan GPPH sering
ditemukan pada keluarga yang memiliki riwayat GPPH dan kelainan psikiatri
lainnya, seperti mood disorder, conduct disorder, dan anxiety disorder.4

Penelitian genetika molekuler pada anak dengan GPPH menemukan gen


Dopamine Receptor D4 (DRD4) pada salah satu reseptor celah pascasinaptik yang
menimbulkan aktivasi dopamin. Hasil yang sama didapatkan pada empat
penelitian berikutnya. Selain gen DRD4, juga ditemukan 6 gen lain yang diduga
kuat berperan dalam munculnya GPPH yaitu DRD5, DAT, DBH, 5-HTT,
HTR1B, dan SNAP-25. Meskipun demikian, Barkley mengatakan sampai saat ini
belum dapat dibuktikan adanya kromosom abnormal sebagai penyebab terjadinya
gangguan ini.3

2.3.2 Faktor Neurologi

Cedera otak yang minimal dan tersamar pada sistem saraf pusat selama
periode janin dan perinatal diperkirakan telah terjadi pada beberapa anak dengan
GPPH. Cedera otak ini diduga disebabkan oleh efek sirkulasi, toksik, metabolik,
mekanik, dan efek merugikan lainnya, serta oleh kerusakan fisik pada otak yang
terjadi setelah anak lahir yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.5

Keadaan hipoksia cenderung menyebabkan terjadinya patologi yang


merata pada korteks otak yang menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi
dan pengendalian kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting
dalam aktivasi dan integrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh karena itu,
patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab terjadinya
gejala lobus frontalis

Kondisi hipoksia juga menimbulkan terjadinya edema otak yang


menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan yang meningkat diduga
akan menimbulkan tekanan yang lebih tinggi pada daerah yang sempit yaitu
permukaan medial sagital korteks otak. Kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan
lebih berat pada bagian sagital daripada bagian lateral.3

6
2.3.3 Faktor Neurotransmiter

Neurotransmiter utama yang berkaitan dengan terjadinya GPPH antara lain


norepinefrin dan dopamin.4
2.3.4 Faktor Psikososial

Kejadian fisik yang menimbulkan stres dan kecemasan, permasalahan


dalam keluarga, dan tingkat temperamen anak diduga berperan dalam muncul atau
berlanjutnya GPPH.5

2.3.5 Faktor Lingkungan

Hazel dan Schumaker (1988) menemukan bahwa beberapa faktor diduga


berperan dalam terjadinya GPPH, seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan
reaksialergi.3
2.3.6 Faktor Perinatal

a. Gangguan Psikiatri selama Kehamilan

b. Preeklampsia

c. Konsumsi rokok dalam kehamilan

d. Konsumsi Alkohol selama Kehamilan

e. Urutan Kelahiran (Anak Pertama)

f. Kelahiran secara Sectio Cesarea (SC)

g. Prematuritas

Pengaruh dari prematuritas terhadap ADHD dapat dijelaskan melalui


mekanisme berikut, yakni sebagian anak yang lahir dalam kondisi prematur telah
mengalami Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan menyebabkan imaturnya
struktur otak janin. Kondisi ini dapat menyebabkan seorang anak mengalami
ADHD dikemudian hari.

h. Berat Lahir Rendah (BLR)

Pengaruh dari berat lahir yang rendah terhadap ADHD diduga disebabkan
karena sebagian anak yang lahir dalam kondisi berat lahir rendah telah mengalami

7
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan menyebabkan imaturnya struktur
otak janin. Kondisi ini dapat menyebabkan seorang anak mengalami ADHD
dikemudian hari.

i. Tidak ASI Eksklusif

j. Kejang Demam

k. Riwayat Trauma Kepala

Penelitian oleh Keenan menunjukkan bahwa anak yang mengalami trauma


kepala beresiko dua kali lipat memiliki ADHD. Hal ini diduga disebabkan oleh
perubahan neuropsikologi yang terjadi akibat trauma kepala tersebut (Keenan,
2008). Riwayat trauma kepala pada anak ditemukan secara signifikan lebih
banyak pada kelompok GPPH oleh Golmirzaei et al. (2013), Christina et al.
(2013), dan Plizska dalam French (2015).

2.4 Gambaran Klinis

GPPH mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan GPPH sering
peka terhadap stimuli, banyak menangis, dan waktu tidur lebih sedikit, namun
bisa juga terjadi sebaliknya yaitu tampak tenang dan lemah, banyak tidur, dan
berkembang lebih lambat pada bulan-bulan pertama kehidupan (Kaplan et al.,
2010).

GPPH memiiliki tiga gejala utama yaitu tidak mampu memusatkan


perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.

2.5.1 Tidak Mampu Memusatkan Perhatian

Pemusatan perhatian adalah suatu kondisi mental berupa kewaspadaan


penuh atau alertness, sangat berminat atau arousal, selektivitas, perhatian terus-
menerus atau sustained attention, dan rentang perhatian atau span of attention).
Anak dengan GPPH lebih sulit memusatkan perhatian dibandingkan dengan anak
normal, dengan umur dan jenis kelamin yang sama.3

2.5.2 Hiperaktivitas

8
Hiperaktivitas yaitu aktivitas motorik maupun vokal yang sangat
berlebihan yang tidak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Gejala ini
paling sering dijumpai sebagai kegelisahan, tidak bisa diam atau restless, tangan
dan kaki selalu bergerak atau fidgety, dan tubuh secara menyeluruh bergerak tidak
sesuai situasi. Gerakan-gerakan tersebut seringkali tanpa tujuan dan tidak sesuai
dengan tugas yang sedang dikerjakan atau situasi yang ada.3

2.5.3 Impulsivitas

Anak dengan gangguan ini sering dilaporkan sebagai anak yang terlalu
cepat memberikan respon, terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan
selesai ditanyakan, tidak mampu mempertimbangkan akibat buruk dari keadaan
disekitarnya, sering mengganggu anak lain, sering tidak mampu menunggu
giliran, dan sering gusar bila keinginannya tidak terpenuhi.3

2.6 Deteksi Dini

Skala penilai perilaku (rating scale) atau kuesioner spesifik yang terdiri
dari daftar gejala GPPH yang sesuai dengan DSM dapat dijadikan bahan untuk
diisi atau dijawab oleh petugas kesehatan/orangtua/guru di setiap klinik sebelum
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi secara lengkap. Apabila laporan dari
orangtua/pasien menunjukkan adanya gejala GPPH dan menimbulkan kegagalan
fungsi atau apabila nilai total skor dari skala penilaian perilaku melampaui batas
cut off score, maka anak tersebut dapat dideteksi sebagai anak berisiko tinggi
terjadinya GPPH, yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan
pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut.

Skala penilai perilaku yang bisa digunakan untuk mendeteksi GPPH yaitu :

a. Parent Rating Scales


1) Child Behavior Checklist (CBCL)
2) Conner Parent Rating Scale – Revised (CPRS-R)
b. Teacher Rating Scales
1) Child Behavior Checklist – Teacher Report Form (CBCL-TRF)
2) Conner Teacher Rating Scale – Revised (CTRS-R)
3) IOWA Conner Scale

9
4) Swanson, Nolan, and Pelham Rating Scale edisi ke-4 (SNAP-IV)
5) Swanson, Kotkin, Agler, M-Flynn, and Pelham Rating Scale
(SKAMP)
6) ADD-H Comprehensive Teacher Rating Scale (ACTeRS) (Saputro

2.7 Diagnosis

Algoritma dalam pemeriksaan GPPH berdasarkan “Pedoman Deteksi Dini


GPPH pada Anak” oleh Kementerian Kesehatan RI (2011) yaitu:

a. Rujukan datang dari sekolah, keluarga, atau orangtua.


b. Penilaian atau observasi perilaku anak dengan kuesioner untuk orangtua
atau guru, seperti Skala Penilai Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia
(SPPAHI) dan Conner’s Teacher Rating Scale/Conner’s Parent Rating
Scale.
c. Rujuk kepada psikiater anak, dokter spesialis anak, atau keduanya untuk
dilakukan pemeriksaan:
1) Wawancara riwayat penyakit
a) Riwayat antenatal dan perinatal
b) Riwayat perkembangan psikomotorik
c) Riwayat ritme tidur
d) Riwayat keluarga
e) Riwayat sekolah (rapor, skrining potensi-prestasi)
f) Riwayat medis terutama trauma kepala, infeksi, alergi, dan
neurologi
2) Pemeriksaan fisik
a) Skrining terhadap keracunan timah hitam, anemia defisiensi Fe,
dan defisiensi nutrisional lainnya.
b) Pemeriksaan neurologi lengkap, termasuk tes perseptual motorik
untuk menyingkirkan defisit neurologi fokal.
c) Pemeriksaan fungsi kelenjar gondok.
3) Pemeriksaan inteligensi, kesulitan belajar, dan sindrom otak organik
a) Tes inteligensi (Weschler Intelligence Scale for Children)

10
b) Tes Woodcock-Johnson
4) Pemeriksaan psikometrik/kognitif-perseptual
a) Contionus Performance Test (Test of Variable of
Attention/TOVA)
b) Wisconsin Card Sort
c) Stroop Color Word Test
5) Evaluasi situasi rumah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh
faktor lingkungan.
6) Apabila hasil pemeriksaan sesuai dengan kriteria diagnosis GPPH
berdasarkan DSM-IV atau PPDGJ-III/ICD-10, maka segera mulai
pengobatan dengan psikostimulan.
7) Pemeriksaan dan monitor efek samping dan efektivitas pengobatan
setiap tiga bulan. Pengobatan dengan farmakoterapi lain dapat
dipertimbangkan.2,7

Kriteria diagnosis GPPH yang saat ini digunakan sebagai pedoman dalam
pendidikan dokter dan praktek klinik adalah kriteria oleh Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-4 (DSM-IV). Berdasarkan DSM
IV, gejala harus ditemukan pada sekurangnya dua keadaan, misalnya di sekolah,
di rumah, dan di klinik. Kriteria diagnosis GPPH menurut DSM-IV adalah
sebagai berikut.

a. Salah satu dari 1). atau 2).


1). Inatensi: terdapatnya enam atau lebih gejala berikut ini selama paling
kurang enam bulan, sampai pada tingkat maladaptif, dan tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
a) Sering gagal dalam memusatkan perhatian terhadap perincian atau
sering melakukan kesalahan karena tidak berhati-hati dalam tugas
sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain.
b) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian
terhadap tugas atau aktivitas permainan.
c) Sering tidak tampak mendengarkan jika sedang berkomunikasi
langsung.

11
d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah atau pekerjaan, yang bukan disebabkan oleh perilaku
oposisional atau tidak mengerti instruksi.
e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.
f) Sering menghindari tugas yang memerlukan perhatian yang lama,
seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah.
g) Sering menghindari hal-hal yang diperlukan untuk membuat tugas,
seperti buku, pensil, atau peralatan.
h) Sering teralihkan perhatiannya oleh stimulus dari luar.
i) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.

2). Hiperaktivitas-Impulsivitas: terdapatnya enam atau lebih gejala berikut


ini selama paling kurang enam bulan, sampai pada tingkat maladaptif, dan
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Hiperaktivitas:
a) Tangan dan kaki sering gelisah atau sering menggeliat di tempat
duduk.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain
dimana anak diharapkan untuk tetap duduk.
c) Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang
tidak tepat.
d) Sering mengalami kesulitan atau tidak tenang dalam bermain dan
melakukan aktivitas.
e) Sering bertindak seakan-akan ‘didorong oleh sebuah motor’.
f) Sering bicara berlebihan.

Impulsivitas:

g) Sering menjawab pertanyaan tanpa berpikir terlebih dahulu atau


sebelum pertanyaan selesai ditanyakan.
h) Sering mengalami kesulitan menunggu giliran.
i) Sering memutus percakapan atau mengganggu orang lain.

12
b. Beberapa gejala inatensi atau hiperaktif-impulsif yang menyebabkan
gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.
c. Beberapa gangguan akibat gejala ada pada dua atau lebih situasi, misalnya
di sekolah dan di rumah.
d. Terdapat bukti yang jelas akan adanya gangguan yang bermakna secara
klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.
e. Gejala yang terjadi bukanlah bagian dari perjalanan gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan tidak
memenuhi kriteria diagnosis gangguan mental lainnya.1,5

Pedoman penggolongan dan diagnosis untuk gangguan ini dan gangguan


psikiatri lainnya di Indonesia adalah Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa edisi ke-3 (PPDGJ-III) yang merupakan terjemahan dari ICD-10.
Berdasarkan PPDGJ-III, gangguan ini disebut dengan gangguan hiperkinetik yang
termasuk dalam kelompok utama gangguan perilaku dan emosional, dengan onset
biasanya pada usia lima tahun pertama, dengan nomor kode klasifikasi F90.

Kriteria diagnosis GPPH menurut PPDGJ-III adalah sebagai berikut:

a. Ciri-ciri utama adalah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan.


Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak dalam menegakkan diagnosis dan
harus didapatkan pada lebih dari satu situasi, misalnya di rumah, sekolah,
dan klinik.
b. Berkurangnya perhatian terlihat jelas dari terlalu dininya anak
menghentikan tugas atau meninggalkan suatu kegiatan sebelum selesai
dikerjakan. Anak seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain
karena hilangnya minat terhadap tugas yang pertama. Berkurangnya
perhatian ini hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan
usia atau IQ yang sama.
c. Hiperaktivitas diartikan sebagai kegelisahan yang berlebihan, khususnya
dalam situasi yang menuntut anak untuk tetap tenang, dibandingkan
dengan anak yang usia dan IQ-nya sama. Perilaku ini tampak secara jelas
dalam situasi yang berstruktur yang menuntut suatu tingkat sikap
pengendalian diri yang tinggi.

13
d. Gambaran penyerta tidak terlalu dibutuhkan, namun dapat mendukung
dalam menegakkan diagnosis, misalnya kecerobohan dalam hubungan-
hubungan sosial dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib
sosial.
e. Gangguan belajar dan kekakuan motorik sangat sering ditemukan
bersamaan dengan GPPH dan jika ada harus dicatat secara terpisah.

GPPH umumnya memiliki onset pada usia tiga tahun, namun diagnosis
biasanya tidak dibuat hingga anak berada di sekolah dan situasi belajar yang
terstruktur yang mengharuskan pola perilaku yang terstruktur, termasuk rentang
perhatian dan konsentrasi yang sesuai dengan perkembangannya.1,5

2.8 Komorbiditas

Komorbiditas adalah suatu keadaan yang menunjukkan terdapatnya dua


penyakit yang berbeda dalam waktu yang bersamaan dalam diri seseorang. Kedua
penyakit tersebut tidak berinteraksi satu sama lain dan hasil terapi terhadap
penyakit yang satu tidak selalu berpengaruh terhadap penyakit yang lain.
Gangguan psikiatri yang umumnya sering menyertai GPPH adalah:

2.8.1 Kesulitan belajar


Sekitar 10-90% anak dengan GPPH juga mengalami kesulitan belajar
spesifik. Kesulitan belajar yang ditemukan pada anak dengan GPPH lebih banyak
berkaitan dengan kesulitan berkonsentrasi, daya ingat, dan fungsi eksekutif. Anak
usia prasekolah biasanya mengalami kesulitan dalam mengerti bunyi atau kata-
kata tertentu dan/atau kesulitan dalam mengekspresikan diri sendiri dalam bentuk
kata-kata. Anak usia sekolah mungkin mengalami kesulitan membaca atau
mengeja, gangguan menulis, dan gangguan berhitung. Anak dengan GPPH
memiliki pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai dengan potensi
kecedasannya (underachievment).
2.8.2 Sindroma Tourette

Anak dengan sindroma Tourette juga mengalami tics dan gerakan-gerakan


aneh yang berulang, misalnya mengedip-ngedipkan mata, menggerak-gerakkan
otot muka, atau mengeluarkan suara seperti menggonggong. Walaupun hanya

14
sedikit anak dengan GPPH yang mengalami sindroma ini, namun banyak kasus
sindroma Tourette berkaitan erat dengan GPPH (Kementerian Kesehatan RI,
2011).

2.8.3 Gangguan perilaku menentang (oppositional defiant disorders)


Studi epidemiologi menunjukkan sekitar 30-50% anak dengan GPPH juga
mengalami gangguan perilaku menentang yaitu pola perilaku negatif, menentang,
dan bermusuhan (hostile). Gejalanya meliputi mudah tersinggung, kehilangan
kendali diri, bertengkar (terutama dengan orang dewasa), tidak mematuhi
peraturan, dan mengganggu orang
2.8.4 Gangguan tingkah laku (conduct disorders)

Sekitar 20-40% anak dengan GPPH juga mengalami gangguan tingkah


laku. Anak ini sering berbohong, mencuri, berkelahi, melanggar hak asasi orang
lain, membawa atau menggunakan senjata tajam, dan terlibat dalam perilaku
merusak lingkungan (vandalisme) yang membuatnya sering mengalami kesulitan
di sekolah atau berurusan dengan polisi. Anak usia remaja berisiko untuk terlibat
dengan NAPZA yang dapat berlanjut menjadi penyalahgunaan dan
ketergantungan.

2.8.5 Ansietas dan depresi

GPPH sering terjadi bersamaan dengan ansietas dan depresi. Banyak anak
dengan GPPH memiliki depresi sekunder sebagai reaksi terhadap frustasi terus
menerus karena rasa rendah diri dan kegagalan mereka untuk belajar (Kaplan et
al., 2010). Terdapat beberapa jenis depresi dan yang sering menyertai GPPH
adalah jenis distimia, dengan gejala depresi yang berkepanjangan.

2.8.6 Gangguan bipolar

Tidak ada angka akurat yang menunjukkan jumlah penderita GPPH yang
mengalami gangguan bipolar. GPPH dan gangguan bipolar terkadang sulit
dibedakan pada masa kanak, karena terdapat beberapa gejala yang ditemukan baik
pada GPPH maupun gangguan bipolar, seperti energi yang berlebihan dan

15
kebutuhan tidur yang kurang. Karakteristik yang membedakan GPPH dengan
gangguan bipolar pada anak adalah elasi mood dan terdapatnya ide-ide kebesaran
pada gangguan bipolar.

2.8.7 Autisme

Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang dikenal juga


dengan istilah Autism Spectrum Disorders (ASD). Autisme ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan interaksi sosial. Kondisi ini sudah dapat terlihat sebelum anak
berusia tiga tahun.7

2.9 Tatalaksana

Berdasarkan evidence based, National Institute of Mental Health, dan


organisasi professional lainnya di dunia seperti AACAP (American Academy of
Child and Adolescent Psychiatry), penanganan terbaik untuk anak dengan GPPH
adalah pendekatan komprehensif berdasarkan prinsip pendekatan yang
multidisiplin. Pendekatan ini meliputi farmakoterapi, terapi perilaku, terapi
kognitif, dan latihan keterampilan sosial. Psikoedukasi juga perlu diberikan
kepada orangtua, pengasuh, dan guru yang sehari-harinya berhadapan dengan
anak tersebut.2

2.9.1 Terapi Psikofarmaka

Psikofarmaka yang menjadi pilihan pertama pada GPPH yaitu golongan


psikostimulan. Terdapat tiga macam obat golongan psikostimulan yaitu :

a. Golongan Metilfenidat
b. Golongan Deksamfetamin
c. Golongan Pemolin

Psikostimulan bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan


keadaan neurotransmitter otak, sehingga dapat memperbaiki gejala-gejala inti.
Metilfenidat merupakan satu-satunya obat psikostimulan yang dapat ditemukan di
Indonesia. Salah satu target utama dari metilfenidat adalah dopamin. Metilfenidat
16
bekerja dengan menghambat protein tertentu dalam mereabsorpsi dopamin.
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa metilfenidat dapat menormalkan
kembali fungsi neuron di korteks prefrontal, dimana korteks prefrontal ini
merupakan area penting yang mengatur atensi, impulsivitas, dan pengambilan
keputusan. Contoh obat Metilfenidat yaitu Ritalin, Concerta, Metadate, dan
Focalin

2.9.2 Pendekatan Psikososial

Pendekatan psikososial yang bisa dilakukan untuk menangani anak dengan


GPPH adalah:

a. Latihan keterampilan sosial bagi anak dengan GPPH yang bertujuan


agar anak dapat lebih mengerti norma-norma sosial yang berlaku,
sehingga mereka dapat berperilaku serta bereaksi sesuai dengan norma
yang ada dan dapat berinteraksi dengan lebih optimal Edukasi bagi
orangtua agar mereka dapat menghadapi perilaku anaknya dengan
lebih baik
b. Edukasi dan pelatihan bagi guru yang bertujuan untuk:
1) Mengurangi terjadinya stigmatisasi pada anak dengan GPPH di
sekolah, sehingga menghindari adanya anggapan buruk terhadap
anak-anak ini, misalnya label sebagai anak nakal, bandel, atau
pemalas.
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam berempati terhadap
perilaku dan reaksi emosi anak didik mereka yang mengalami
GPPH.

2.10 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Perjalanan riwayat GPPH cukup bervariasi . Prognosis biasanya


ditentukan oleh ada atau tidaknya gangguan lain yang timbul bersamaan atau
komorbid. Adanya komorbiditas memprediksikan prognosis yang lebih buruk.5

17
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS

3.1.1 Identitas Pasien

Nama (inisial) : AA

MR : 027631

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat & tanggal lahir/ Umur : Padang, 31 Juli 2009

Status perkawinan : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku bangsa : Minangkabau

Negeri Asal : Pasir Parupuk Tabing, Padang

Agama : Islam

Pendidikan : Kelas III SD

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Pasir Parupuk Tabing, Padang

3.1.2 Keterangan Diri Allo/ Informan

Nama : Ny. D

Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Hubungan dengan pasien : Ibu

Alamat : Pasir Parupuk Tabing, Padang

No telepon : 081279999432

18
3.2 RIWAYAT PSIKIATRI

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)

1. Autoanamnesis dengan pasien


2. Alloanamnesis dengan :
Ibu kandung Pasien (Ny. D, Parupuk Tabing, Padang)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
Dan lain-lain

3.2.1 Sebab Utama


Pasien dibawa karena minat belajar kurang, daya ingat kurang, tidak bisa
diam dan emosi labil.
3.2.2 Keluhan Utama
Pasien tidak bisa diajak berkomunikasi dan terlihat tidak bisa diam.
3.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
a. Alloanamnesis
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak bisa diam dalam waktu
yang lama. Pasien cenderung berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas
lainnya dalam waktu cepat. Hal ini sudah dirasakan sejak 3 tahun yang
lalu. Di sekolah, pasien sering ditegur oleh guru karena tidak bisa diam.
Setelah ditegur pasien dibawa oleh gurunya ke tempat duduk, namun
tidak lama kemudian, pasien kembali berjalan-jalan di kelas.
Pasien tidak bisa mencurahkan perhatiannya dengan tepat. Di
sekolah, pasien tidak memperhatikan guru dengan baik. Pasien tidak

19
mengikuti perintah guru dan susah berkonsentrasi. Nilai-nilai pasien di
sekolah cenderung rendah. Pasien memiliki banyak teman namun ia
sering menjahili temannya. Komunikasi dengan teman-temannya baik.

Pasien telah diterapi sejak usia 7 tahun di RSJ Prof H.B. Saanin
Padang. Setelah diterapi, ibu pasien merasa keadaan anaknya lebih
baik.

b. Autoanamnesis
Pasien tidak dapat diajak berkomunikasi. Dari pengamatan
pemeriksa, pasien tidak dapat diam dan selalu bergerak. Pasien juga
tidak dapat memusatkan perhatiannya terhadap suatu hal. Pasien ketika
diajak bicara cenderung menghindar.

3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Keluhan lain yaitu pasien juga tidak bisa diam. Kemudian, pada usia 7
tahun pasien mulai diterapi di RSJ Prof. H.B. Saanin Padang.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki riwayat kelainan medis secara organik.
c. Riwayat Penggunaan Napza
Pasien tidak merokok, tidak menggunakan alkohol, dan narkoba.

3.2.5 Riwayat Keluarga


a. Identitas orang tua/ pendamping

Identitas Orang Tua Keterangan

Ayah Ibu

Kewarganegar Indonesia Indonesia


aan

20
Suku bangsa Minang Minang

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga

Umur 44 tahun 41 tahun

Alamat Parupuk Tabing, Parupuk Tabing,


Padang Padang

Hubungan Akrab Akrab

b. Sifat / Perilaku Orang Tua Kandung


1. Ayah kandung (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya /
diragukan)
**Pemalas (+), Pendiam (-), Pemarah (+), Mudah tersinggung (-), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (+), Penakut (-), Tidak bertanggung
jawab (+).
2. Ibu (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
**Pemalas (+), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (+), Tak suka
bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (+), Penakut (-), Tidak bertanggung
jawab (+).
Ket: ** diisi dengan tanda (+) atau (-)
c. Saudara
Jumlah bersaudara tiga orang dan pasien anak kedua

d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya


21
1. Lk/ Pr (12 tahun) 2. Lk/ Pr ( 7 tahun) 3. Lk/Pr ( 3 tahun)
e. Gambaran sikap/prilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut

Saudara ke Gambaran sikap dan prilaku Kualitas hubungan dengan saudara

1 Baik Biasa

2 Baik Biasa

Skema Pedegree

AYAH IBU

PASIEN

Keterangan :

: Keluarga yang sudah meninggal

22
: Keluarga yang sudah meninggal

: Keluarga yang sakit

: Perempuan

: Laki-laki

: Keluarga yang tinggal serumah

f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. Ayah Baik Akrab
2. Ibu Baik Akrab
3. Kakak Akrab
Baik

g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada


anggota keluarga
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik
Keluarga Kebiasaan
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tante Tidak ada Tidak ada Tidak ada
h. Riwayat tempat tinggal yang pernah di diami pasien

No. Rumah Tempat Keadaan Rumah


Tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman

23
1 Rumah Orang Tua V V

3.2.6 Riwayat Kehidupan Pribadi


a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)
o Kesehatan fisik : baik
o Kesehatan mental : baik
- Keadaan melahirkan
o Aterm (+), Partus spontan (+)
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (Ya / Tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+) sampai usia 2 tahun
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap
orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai
pada masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB
di tempat tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain.lain.
d) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
e) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (+),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (+), dan lain-lain.
f) Masa sekolah

Perihal SD

Umur 6 - 12 tahun

24
Prestasi* Baik
Sedang
Kurang

Aktivitas sekolah* Baik


Sedang
Kurang

Sikap terhadap teman* Baik


Kurang

Sikap terhadap guru* Baik


Kurang

Kemampuan khusus -
(bakat)

Tingkah laku Baik

g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (+), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur
(-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
h) Riwayat pekerjaan
Pasien seorang pelajar SD
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
Pasien belum menikah
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
k) Ciri kepribadian sebelumnya/ gangguan kepribadian (untuk aksis II)
Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)

25
Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (+), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (- ), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (+)

Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan


berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain
(-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang
prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-
motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-),
hipersensitifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-)

Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)

Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual


berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya
kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-),
hipersomnia (-), kurang bersemangat (-) rasa rendah diri (-),
penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-)
dan lain-lain

Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi


dirinya (-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan

26
lain-lain

Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-),


preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus (-) hubungan interpersonal
yang eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina, dan rendah
diri bila dikritik (-), dan lain-lain

Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus
(+), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik
manfaat dari pengalaman (+), tidak peduli pada norma-
norma, peraturan dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu
memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (+), agresivitas (+), impulsif (-),sering berbohong
(-), sangat cenderung menyalahkan orang lain atau
menawarkan rasionalisasi yang masuk akal untuk perlaku
yang membuat pasien konfil dengan masyarakat (-)

Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil


(-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (+),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan
untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri(-),
rasa bosan kronik (-), dan lain-lain

Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali
merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap
kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau
ditolak (-)

27
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar,
urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian
yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain

Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari


tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

3.2.7 Stressor Psikososial (Aksis IV)


Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin
lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ),
problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ),
persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah
dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama
kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk
pension ( - ), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ),
masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota
lain ( - ), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ),
keadaan ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( -
), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( - ), masuk penjara ( - ),
memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ),
mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ),

28
kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar
orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ),
cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( -
), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih
dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ),
terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol
yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam
( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer (
- ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.

3.2.8 Riwayat Suicide


Tidak ada

3.2.9 Riwayat psikoseksual


Tidak ada
3.2.10 Riwayat pelanggaran hukum: tidak pernah ditangkap ataupun terlibat
masalah hukum.
3.2.11 Persepsi dan Harapan Keluarga: keluarga pasien berharap pasien
sembuh.
3.2.12 Persepsi dan Harapan Pasien: tidak bisa ditanyakan

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

29
2016 2017 2016
Keluarga Pasien
pasien pertama kali
menyadari berobat ke
bahwa pasien poli RSJ Prof
perkembanga H.B. Saanin
nnya dibawa oleh
terlambat dan keluarga
berperilaku
hiperaktif

3.3. Status Internus

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Komposmentis Kooperatif

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 95x/menit

Nafas : Pernapasan abdominothoracal, simetris kiri dan kanan


teratur, frekuensi 18x/menit

Suhu : 36,80 C

Tinggi Badan : cm

Berat Badan : kg

Bentuk Badan : Normal

Status Gizi : Gizi baik

30
Sistem respiratorik :

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing

(-)

Kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus tidak teraba

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : S1,S2 reguler, Murmur (-)

Abdomen : Inspeksi : distensi (-)

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Kelainan Khusus : (-)

3.4. Status Neurologikus


GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a) Tremor tangan : tidak ada
b) Akatisia : tidak ada
c) Bradikinesia : tidak ada
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
31
f) Rigiditas : tidak ada
Motorik :
a) Tonus : eutonus

b) Turgor : baik

c) Kekuatan : 555 555

555 555

d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal

Refleks :

a) Refleks Fisiologis : ++/++

b) Refleks Patologis : -/-

3.5. Status Mental


3.5.1. Keadaan Umum

1. Kesadaran / sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran


berkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.

2. Penampilan:

 Sikap tubuh: biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-),
gelisah (+), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-),
berpakaian sesuai gender (+)

 Cara berpakaian: rapi (-), biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan
situasi (-), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)

 Kesehatan fisik: sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak
tangan basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)

3. Kontak psikis: Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (+), wajar (+),
kurang wajar (-), sebentar (+), lama (-)

32
4. Sikap: kooperatif (-), penuh perhatian (-), berterus terang (-), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (+), berusaha supaya disayang (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-),
dan lain-lain.

5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor

 Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain

 Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),
otomatisme (-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi
psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (+), tik (-), somnabulisme
(-), akathisia (-), kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)

 Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-),
distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),konvulsi (-),
seizure (-), piomanisa (-), vagabondage (-)

3.5.2. Verbalisasi dan cara berbicara

 Arus pembicaraan* : tidak dapat dinilai

 Produktivitas pembicaraan* : sedikit

 Perbendaharaan* : sedikit

 Nada pembicaraan* : tidak dapat dinilai

 Volume pembicaraan* : sedikit

 Isi pembicaraan* : sedikit

 Penekanan pada pembicaraan* : tidak dapat dinilai

 Spontanitas pembicaraan * : tidak spontan, terputus

33
 Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap(-),
afasia (-), bicara kacau (-)

3.5.3. Emosi

Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat), arus emosi


(biasa)

1. Afek

Afek appropriate/ serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek


tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-).

2. Mood

Mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap


(expansive mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing
mood) (-), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-),
ectasy (-), mood depresi (hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-),
aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania(-), melankolia(-), La belle
indifference (-), tidak ada harapan (-).

3. Emosi lainnya

Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-),
rasa malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood

Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi


diurnal (-), penurunan libido (-), konstipasi (-), fatigue (-), pica (-),
pseudocyesis (-), bulimia (-).

3.5.4. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)

34
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)

Mutu proses pikir (jelas/tajam/tidak dapat dinilai)

1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran

Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas (terganggu/tidak),


gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-),
dereisme (-), berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran

Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),


inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-),
kondensasi (-), jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-
), derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-),
glossolalia (-).

3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran

 Kemiskinan isi pikiran (-), gagasan yang berlebihan (-)

 Delusi/ waham

Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan


dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-),
waham nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-),
waham persekutorik (-), waham kebesaran (-), waham referensi (-),
though of withdrawal (-), though of broadcasting (-), thought of
insertion (-), thought of control (-), waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan (-), waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania
(-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-)

 Idea of reference (-)

 Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),


kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-
), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).

35
3.5.5. Persepsi

 Halusinasi

Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),


Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-) saat ini masih ada,
halusinasi olfaktorik (-), halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-),
halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan
mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-
), sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination), trailing
phenomenon (-).

 Ilusi (-)

 Depersonalisasi (-), derealisasi (-)

3.5.6. Mimpi dan Fantasi

Mimpi : -

Fantasi : -

3.5.7. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual

1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal


(baik), orientasi situasi (baik).

2. Atensi (perhatian) (-), distractibilty (+), inatensi selektif (-),


hipervigilance (-), dan lain-lain.

3. Konsentrasi (kurang), kalkulasi (kurang)

4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-),


gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/
immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).

5. Luas pengetahuan umum: baik

36
6. Pikiran konkrit: baik

7. Pikiran abstrak: baik

8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),


pseudodemensia (-).

3.5.8. DI / DJ

Discriminative insight : tidak dapat dinilai

Discriminative Judgment : judgment tes tidak terganggu

3.6. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa Tn. R usia 8 tahun jenis kelamin laki-laki. Pada
pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan biasa,
berpakaian sesuai gender, sikap kooperatif, psikomotor hiperaktif,
verbalisasi tidak spontan, orientasi baik, kontak psikis tidak dapat
dilakukan, afek appropriate, mood eutimik, proses pikir lambat, isi pikir
tidak ada kelainan. Halusinasi tidak ada. Discriminative insight tidak dapat
dinilai dan discriminative judgement tidak terganggu

3.7. Diagnosis Multiaksial


Aksis I : F90.0 Gangguan Aktivitas dan Perhatian
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Tidak ada
Aksis V : GAF 80-71

3.8. Diagnosis Banding Axis I


- Mental Retardation
- Gangguan belajar
37
- Gangguan tingkah laku

3.9. Daftar Masalah


a) Organobiologik : tidak ada
b) Psikologis : gangguan perhatian dan aktivitas
berlebihan
c) Lingkungan dan psikososial : tidak ada
d) Ekonomi : tidak ada

3.10. Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Risperidone 1 mg 2x1
Fluoxetin 10 mg 1x1
Prohiper 10 mg 1x1
Vit B6 2 x 1

b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
 Psikoterapi dan support group, atau penggunaan keduanya
pada orang dewasa dapat membantu menormalisasi
gangguan dan membantu penderita agar fokus pada
informasi umum. Konselor terapi perilaku ini dapat
melibatkan psikolog, dokter spesialis tumbuh kembang anak,
pekerja sosial dan perawat yang berpengalaman. Modifikasi
perilaku dan terapi keluarga juga dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang optimal.

2. Kepada keluarga

 Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang


diderita pasien
 Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien
 Terapi kepatuhan minum obat pada pasien

38
3.11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam :dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia at bonam

39
BAB 4
DISKUSI

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan


penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, pasien tidak bisa diam, berlari kesana
kemari dan terlambat berbicara. Pasien didiagnosis F90 Gangguan aktivitas dan
Perhatian.

Berdasarkan anamnesis gejala dan perjalanan penyakit pasien maka diagnosis


pada aksis I, pasien didiagnosis Gangguan aktivitas dan Perhatian (F90). Tidak
terdapat gangguan kepribadian sehingga pada Axis II, tidak ada diagnosis. Pada
pasien ini tidak ditemukan gangguan kondisi medis umum sehigga pada aksis III
tidak ada diagnosis. Pada aksis IV, tidak ada diagnosis.

Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang,


sehingga berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale)
saat ini pasien berada pada nilai 80-71, yakni beberapa gejala ringan & menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

Pasien mendapat terapi Prohiper 1 x 10 mg. Prohiper merupakan obat


golongan psikostimulan yang bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan
keadaan neurotransmitter otak, sehingga dapat memperbaiki gejala-gejala inti.
Metilfenidat merupakan satu-satunya obat psikostimulan yang dapat ditemukan di
Indonesia. Salah satu target utama dari metilfenidat adalah dopamin. Metilfenidat
bekerja dengan menghambat protein tertentu dalam mereabsorpsi dopamin.
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa metilfenidat dapat menormalkan
kembali fungsi neuron di korteks prefrontal, dimana korteks prefrontal ini
merupakan area penting yang mengatur atensi, impulsivitas, dan pengambilan

40
keputusan. Asam folat merupakan golongan vitamin B kompleks yang memiliki
peranan penting sebagai struktur perkembangan sel saraf otak anak.

Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada


pasien ini.

BAB 5

KESIMPULAN

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan kronis


pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan perilaku
yang paling banyak di diagnosis pada anak-anak. Gejala pada ADHD meliputi
tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta
kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.
Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu
didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau mengatur
stimulus-stimulus internal dan eksternal. Beberapa neuorotransmiter, termasuk
dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan
neurotransmiter lain juga beberapa struktur otak.
Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Terapi standar anak dengan ADHD terdiri
dari taerapi farmakologi dan non farmakologi.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock,B. Sadock,V. 2015. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock
Edisi 2. EGC
2. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), dalam:
Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010: 441-454
3. Theodorus, Prilly. 2016. Terapi Psikososial Pada Anak dengan ADHD. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
4. Cunningham, Natoshia and Jensen,Peter. 2011. Attention-Defcit/Hyperactivity
Disorder in Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson
Textbook of Pediatrics. 19th ed.Philadelphia, Saunders Elsevier
5. Australian Psychological Society. 2018. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) in children. The Australian Psychological Society
Limited.https://www.psychology.org.au/for-the-public/Psychology-Topics/ADHD-
in-children (diakses 10 Oktober 2018)

42

Anda mungkin juga menyukai