Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang
telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan sanggama teratur,
tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.1
Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat disebabkan
oleh faktor perempuan, laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas dapat juga tidak
diketahui penyebabnya yang dikenal dengan istilah infertilitas idiopatik. Masalah
infertilitas dapat memberikan dampak besar bagi pasangan suami-istri yang
mengalaminya, selain menyebabkan masalah medis, infertilitas juga dapat
menyebabkan masalah ekonomi maupun psikologis. Secara garis besar, pasangan
yang mengalami infertilitas akan menjalani proses panjang dari evaluasi dan
pengobatan, dimana proses ini dapat menjadi beban fisik dan psikologis bagi
pasangan infertilitas.2
Bertambahnya umur sangat berpengaruh terhadap fertilitas seorang
perempuan, namun pada laki-laki, bertambahnya umur belum memberikan
pengaruh yang jelas terhadap kesuburan. World Health Organization (WHO)
mengatakan bahwa jumlah pasangan infertil sebanyak 36% diakibatkan adanya
kelainan pada pria, sedangkan 64% berada pada wanita. Hal ini dialami oleh 17%
pasangan yang sudah menikah lebih dari 2 tahun yang belum mengalami tanda-
tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil. WHO juga
memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki masalah
infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil. 3 Penelitian di
Perancis melaporkan 65% perempuan berumur 25 tahun akan mengalami
kehamilan pada 6 bulan dan secara akumulasi 85% kehamilan akan didapatkan
pada akhir tahun pertama pernikahan. Ini berarti jika terdapat 100 pasangan yang
mencoba untuk hamil, 40 pasangan tidak akan hamil setelah enam bulan, dan 15
pasangan tetap tidak hamil setelah setahun. Untuk pasangan dengan umur 35
tahun atau lebih peluang kehamilan menjadi 60% pada tahun pertama dan 85%
pada tahun kedua. Kurang lebih 15 persen tetap belum mendapatkan kehamilan
setelah tahun ke-3 perkawinan.4,5
Memiliki anak sendiri secara alamiah adalah dambaan sebagian besar
pasangan manusia setelah mereka menikah. Akan tetapi kenyataannya satu dari
enam pasangan, ditemukan tidak mengalami tanda-tanda kehamilan pada tahun
pertama pernikahan mereka.Menurut penelitian Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, menunjukan di angka kejadian infertilitas
wanita terjadi sekitar 15% pada usia produktif (30-34 tahun), meningkat sampai
dengan 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.6
Pemecahan terhadap permasalahan infertilitas ini telah dikembangkan dari
masa ke masa. Dimulai dari cara-cara konvensional seperti induksi ovulasi hingga
munculnya inovasi-inovasi terbaru dalam hal teknologi reproduksi. Salah satu
inovasi yang sedang marak dibicarakan adalah dengan teknik Fertilisasi In Vitro
(FIV) yang tampaknya dapat membawa harapan baru bagi penyelesaian masalah
ini.7

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang Fertilisasi In Vitro (FIV).
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas definisi, indikasi, prosedur, tingkat keberhasilan,
risiko dan hal yang perlu diperhatikan setelah Fertilisasi In Vitro (FIV).
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dan disusun dengan mengacu pada berbagai literature
berupa buku teks dan jurnal penelitian.

Definisi
Fertilisasi In Vitro (FIV) merupakan suatu Assisted Reproductive
Technology (ART) atau Teknik Reproduksi Buatan (TRB) di mana satu atau
beberapa ovum dibuahi di luar tubuh wanita. Embrio yang dihasilkan dari
pembuahan tersebut kemudian dipindahkan dalam uterus wanita. Langkah-
langkah dasar pada FIV ini dimulai dari peningkatan ovulasi (menstimulasi
perkembangan lebih dari satu ovum pada setiap siklus ovulasi), pengambilan
ovum, pembuahan (fertilisasi), kultur embrio, dan transfer embrio kembali ke
dalam uterus.7

Daftar Pustaka

1. Anwar, Mochamad. Infertilitas : Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta.


PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011: hal.425-35
2. Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia. Konsensus Penanganan
Infertilitas. Jakarta: 2019.
3. World Health Organization. (2011) WHO Masalah Infertilitas. WHO
Http://Www.Who.Int. (21 Januari 2017)
4. ASRM. Definitions of infertility and recurrent pregnancy loss: a committee
opinion. Fertil Steril. 2013;Jan 99(1):63.
5. Kamath M, Bhattcharya S. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology. 2012. p. 729-38.
6. Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). (2015). Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur . Jakarta. Http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?
mid=5&catid=23&nid=729, (20 November 2020)
7. Soegiharto S.,Eka R., Biran A. Assisted Reproductive Technology : Dalam
Rangka Memperingati 70 Tahun Prof. Sudraji Sumapraja. 2005. Jakarta :
Departemen Obstetri & Ginekologi FKUI RSCM.

Anda mungkin juga menyukai