Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : An. F. F
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Dsn Pegayaman Sukasada
Tanggal masuk RS : 25 Agustus 2019
Ruang rawat : Ruangan Kamboja

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 27 Agustus 2019)
Keluhan utama : Nyeri pada kaki kiri bila digerakkan.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Kab.Buleleng dengan keluhan nyeri pada kaki
kiri bila digerakan kurang lebih 2 hari MRS. Orangtua pasien mengaku hal ini
berawal setelah pasien tertimpa kanopi rumah. Menurut pasien kaki kirinya terasa
nyeri bila digerakkan, berkurang jika di istirahatkan, terdapat bengkak dan kelainan
bentuk kaki kiri jika dibandingkan dengan kaki kanan yang normal serta tidak
terdapat luka pada kaki kirinya. Setelah kejadian tersebut orangtua pasien membawa
pasien ke klinik dokter, lalu dilakukan pembebatan serta pemberian obat, dan
langsung dirujuk ke RSUD Kab.Buleleng. Orangtua pasien menyangkal pasien
diurut.

Riwayat penyakit dahulu :

 Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya


 Alergi obat, diabetes melitus, dan asma disangkal

Riwayat penyakit keluarga

 Alergi obat, diabetes melitus, hipertensi dan asma disangkal


1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : TD : 110/60 mmHg
HR : 96 x/menit
RR : 28 x/ menit
Suhu : 36,8 °C
Status Gizi : Gizi baik

Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis -/-, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks
pupil +/+ normal
Leher : Trakea ditengah, Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Cor : Bunyi jantung normal regular, tidak ada bunyi tambahan
Pulmo : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan dinamis simetris kanan
dan kiri, terdengar bunyi vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Tampak datar simetris, teraba supel , NT/NL -/- ; hepar dan lien tidak
teraba besar, tympani pada seluruh kuadran abdomen, bising usus (+)
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema -/+, sianosis -/-
Status lokalis :
a/r cruris sinistra
Look :
 Deformitas (+), terlihat perbedaan panjang kaki kiri dengan kaki kanan yang
sehat
 Edema (+)
 Luka (-)

Feel :
 Teraba hangat didaerah yang dikeluhkan daripada daerah sekitarnya
 Nyeri tekan (+)
 Krepitasi (+)
 Arteri dorsalis pedis sinistra teraba
 Sensibilitas baik
 CRT baik

Move : Range of movement terbatas


 Fleksi : Nyeri dan terbatas
 Ekstensi : Nyeri dan terbatas
 Aktif : Terbatas
2
 Pasif : Nyeri dan terbatas

IV. DIAGNOSIS KLINIS


Suspect closed fraktur cruris sinistra

V.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kesan : closed fraktur


tibia fibula sepertiga distal
sinistra

VI. DIAGNOSIS KERJA


Closed fraktur
tibia fibula
sepertiga distal sinistra

VII. RENCANA PEMERIKSAAN


 Pemeriksaan darah rutin
 Persiapan operasi : Ro thorak

VIII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
3
 Pemasangan bidai melewati 2 sendi dan diistirahatkan
 Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang penyakit yang diderita
pasien serta perawatan pasca operasi.

Medikamentosa
 Analgesik : Ketorolac tab 2 x 0.5 mg/KgBB

Operatif
 Reduksi terbuka dan fiksasi interna : ORIF

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

4
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI TIBIA FIBULA

Tibia (tulang kering)


Tulang ini termasuk tulang panjang, sehingga terdiri dari tiga bagian:
1. Epiphysis proximalis (ujung atas)
Bagian ini melebar secara transversal dan memiliki permukaan sendi superior pada tiap
condylus, yaitu condylus medial dan condylus lateral. Ditengah-tengahnya terdapat suatu
peninggian yang disebut eminenta intercondyloidea.

2. Diaphysis (corpus)
5
Pada penampang melintang merupakan segitiga dengan puncaknya menghadap ke muka,
sehingga corpus mempunyai tiga sisi yaitu margo anterior (di sebelah muka), margo
medialis (di sebelah medial) dan crista interossea (di sebelah lateral) yang membatasi facies
lateralis, facies posterior dan facies medialis.Facies medialis langsung terdapat dibawah
kulit dan margo anterior di sebelah proximal.
3. Epiphysis distalis (ujung bawah)
Ke arah medial bagian ini kuat menonjol dan disebut maleolus medialis (mata kaki).
Epiphysis distalis mempunyai tiga dataran sendi yaitu dataran sendi yang vertikal (facies
articularis melleolaris), dataran sendi yang horizontal (facies articularis inferior) dan
disebelah lateral terdapat cekungan sendi (incisura fibularis).

Fibula
Merupakan tulang yang panjang, langsing, terletak di sebelah lateral tibia. Epiphysis
proximalis membulat disebut capitulum fibulae. Kearah proximal meruncing menjadi apex.
Pada capitulum terdapat dua dataran sendi yang disebut facies articularis capitulli fibulae,
untuk bersendi dengan tibia. Pada corpus terdapat empat buah crista yaitu, crista lateralis,
crista anterior, crista medialis dan crista interosssea. Datarannya ada tiga buah yaitu facies
lateralis, facies medialis dan facies posterior. Pada bagian distal ke arah lateral membulat
menjadi maleolus lateralis.

Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang
dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-
anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan
kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan
metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.

Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan
bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari
ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis
merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer.

6
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang
mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan
transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi
dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
penyembuhan suatu tulang yang patah.

Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan.
Periosteum sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan
kalus yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa, yaitu :

 Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah
dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini
menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi
tulang dibandingkan orang dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah
mengalami tegangan dan tekanan sehingga tidak dapat menahan kompresi.

 Biomekanik lempeng pertumbuhan


7
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang
bagian luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris.
Untuk memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar.Tulang rawan
lempeng epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.

 Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami
robekan dibandingkan orang dewasa.

Karakteristik Struktur dan Fungsi Tulang Anak:

 Remodelling
Melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa, mempunyai kemampuan
“biological plasticity” sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak
yang tidak dijumpai pada dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan
greenstick.

 Ligamen
Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa secara
umum sama.

 Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-
anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Kraktur tidak cenderung untuk
mengalami displace seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna
sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan maintenance.

 Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis
(pusat penulangan sekunder) dan metafisis. Bagian ini juga menjadi satu titik
kelemahan dari semua struktur tulang terhadap trauma mekanik.
8
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih
besar dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai
perbedaan fisiologi, yaitu :

 Pertumbuhan berlebihan (over growth)


Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan
panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu
penyambungan.

 Deformitas yang progresif


Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi.

 Fraktur total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat
fleksibel dibandingkan orang dewasa.

DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh,
yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis
dan luasnya trauma (Lukman dan Nurna, 2009; 26).

9
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005; 840).
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wongg, 2004 ; 625).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Brunner dan Suddarth, 2002: 2357).

KLASIFIKASI FRAKTUR
Lukman dan Nurna Ningsih (2009 : 27) mengatakan bahwa ada lebih dari 150
klasifikasi fraktur, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang merupakan klasifikasi
fraktur menurut para ahli.
Tabel 1.1
klasifikasi fraktur
Price Sjamsuhidayat(1995) Doenges Reeves (2001) Smeltzer
(1995) (2000) (2002)
Transversal Tertutup Incomplete Tertutup Komplit
Oblik Terbuka Complete Terbuka Tidak komplit
Spiral Fisura Tertutup Komplit Tertutup
Segmental Serong Sederhana Terbuka Retak tak komplitTerbuka
Impaksi Lintang Sederhana patologis Oblik Greenstick
Patologik Kominutif Spiral Transversal
Greenstick Segmental Transversal Oblik
Avulsi Dahan hijau Segmental Spiral
Sendi Kompresi kominutif Kominutif
Beban Impaksi Depresi
lainnya Impresi Kompresi
patologis Patologik
Avulsi
Epifiseal
impaksi
Sumber: Lukman dan Ningsih, Nurna. (2009; 27).

 Klasifikasi etiologi
o Traumatik, akibat trauma tiba-tiba
o Patologis, karena kelemahan tulang yang didahului dengan keadaan
patologis tulang

10
o Stress, akibat adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu.
 Klasifikasi klinis
Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patah tulang
dengan dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang
memungkinkan tulang dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ketulang yang patah
(Sjamsuhidayat, 2005; 841).

Fraktur tertutup : bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara
luar atau permukaan kulit. Klasifikasi menurut Tscherne :
Grade I : Fraktur dengan memar pada kulit atau jaringan subkutan
Grade II : Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
Grade III : Cidera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartemen.

Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur
dengan udara luar atau permukaan kulit. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang
ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang. Klasifikasi menurut
Gustilo :
Grade I : luka biasanya kecil, luka tusuk yang bersih pada tempat
tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada
jaringan lunak, tanpa penghancuran dan fraktur tidak
kominutif.

Grade II : luka > 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit. Tidak banyak
terdapat kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih dari
kehancuran atau kominusi fraktur tingkat sedang.

Grade III : terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak dan
struktur neurovaskuler, disertai banyak kontaminasi luka.

11
III A : tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat ditutupi
secara memadai oleh jaringan lunak.

III B : terdapat pelepasan periosteum dan fraktur kominutif yang


berat.

III C : terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak peduli


berapa banyak kerusakan jaringan lunak yang lain.

Fraktur dengan komplikasi : fraktur yang disertai dengan komplikasi malunion,


delayed union, nonunion, infeksi tulang

 Klasifikasi radiologi
o Lokasi
 Diafisial
 Metafisial
 Intra-artikuler
 Fraktur dengan dislokasi
o Konfigurasi
 Transversal
 Oblik
 Spiral
 Kupu-kupu
 Komunitif (lebih dari dua fragmen)
 Segmental
 Depresi

ETIOLOGI FRAKTUR
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana, baiknya kita lebih dahulu mengetahui keadaan
fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Umumnya fraktur
diakibatkan oleh kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok,
memutar, dan tarikan.
Trauma
12
 Langsung
Trauma yang terjadi langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan
tersebut, umunya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
 Tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya
pada jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur klavikula (membran
interoseus). Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh

MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner dan Suddart (2002; 2358) Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untum
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terliahat maupun
teraba) ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstermitas yang normal.
Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu
sama lain sampai 2,5-5cm (1-2 inchi).
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji kreptus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan yang lebih berat.

13
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau
cedera.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologis

Dilakukan foto rontgen sinar X minimal harus 2 proyeksi yaitu AP dan lateral.
Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis
sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan
dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-
tanda klasik memang diagnosanya harus dibantu pemeriksaan radiologis baik rontgen biasa
ataupun pemeriksaan canggih seperti MRI, contohnya untuk fraktur tulang belakang
dengan komplikasi neurologis.

DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan dengan
melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.

1. Anamnesa : trauma
Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci jenisnya,
besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau ekstremitas yang
bersangkutan (mekanisme trauma).
Dari anamnesa saja dapat diduga :

- Kemungkinan politrauma.
- Kemungkinan fraktur multipel.
14
- Kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya : fraktur colles, fraktur supracondylair
humerus, fraktur collum femur.
- Pada anamnesa ada nyeri tetapi tidak jelas pada fraktur inkomplit
- Ada gangguan fungsi, misalnya : fraktur femur, penderita tidak dapat berjalan.
Kadang-kadang fungsi masih dapat bertahan pada fraktur inkomplit dan fraktur impacted
(impaksi tulang kortikal ke dalam tulang spongiosa).

2. Pemeriksaan umum
Dicari kemungkinan kompikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multipel, fraktur
pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi.

1. Pemeriksaan status lokalis


Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah untuk tulang panjang. Fraktur tulang-tulang
kecil misalnya: naviculare manus, fraktur avulsi, fraktur intraartikuler, fraktur epifisis.
Fraktur tulang-tulang yang dalam misalnya odontoid-cervical, cervical, dan acetabulum
mempunyai tanda-tanda tersendiri.

PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan
pengobatan fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu
sesingkat mungkin.
1. Terapi Konservatif
a. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.

b. Immobilisasi saja tanpa reposisi


Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan
kedudukan baik.

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

15
Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat
dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi
dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula
terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam
gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi
pergelangan.

d. Traksi
Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau
dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi
Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5
kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai
traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk
orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa balanced traction.

2. Terapi Operatif
a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis
(image intensifier, C-arm) :
1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna
Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka
dipasang alat fiksasi eksterna.
2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan
pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak
diikuti pinning dan immobilisasi gips.

Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur
femur dan tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa
membuka frakturnya.

b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :


1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah :
- Reposisi anatomis.
- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
16
Indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi,
misalnya :
- Fraktur talus.
- Fraktur collum femur.
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya :
- Fraktur avulsi.
- Fraktur dislokasi.

c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :


- Fraktur Monteggia.
- Fraktur Galeazzi.
- Fraktur antebrachii.
- Fraktur pergelangan kaki.

d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik


dengan operasi, misalnya : fraktur femur.

2. Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :
- Fraktur caput radii pada orang dewasa.
- Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.

3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis


Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang
lainnya. Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak
awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan
kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses
penyembuhannya yang cepat dan nyaris tanpa komplikasi yang berarti.

PENATALAKSANAAN FRAKTUR PADA ANAK


Closed treatment : Mayoritas fraktur pada anak
Ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi. Gips
sebaiknya digunakan pada fraktur yang telah berhasil direduksi. Status sirkulasi dan
neurologis distal dari fraktur harus diperiksa secara reguler.

Open treatment:
Beberapa indikasi untuk penatalaksanaan operasi pada anak meliputi :
 Fraktur displaced epifisis
 Fraktur displaced intrartikuler
 Fraktur tidak stabil
17
 Multiple fraktur
 Fraktur terbuka
 Fraktur femur pada remaja
 Fraktur leher femur
 Fraktur dengan luka bakar
 Closed treatment yang gagal atau tidak stabil
 Closed treatmen dengan kemungkinan kegagalan yang tinggi
 Fraktur patologis
 Cidera neurovaskuler

Tipe-tipe fiksasi
open reduction and internal fixsation (ORIF)
closed reduction dan internal fixsation (CRIF) atas indikasi:
1. Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan yang masif
2. Memberikan fiksasi yang instan dalam kasus politrauma
3. Penatalaksanaan fraktur dengan defisiensi simpanan tulang atau infeksi

Evaluasi
 Menunjukkan perawatan yang rutin pada anak dengan traksi
 Menunjukkan adanya sirkulasi, integritas kulit terjaga, fungsi neurologi normal, dan
tidak terjadi infeksi
 Observasi aktifitas yang bisa dilakukan anak

KOMPLIKASI PENYEMBUHAN FRAKTUR

1. Malunion
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi
terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan
atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

Etiologi

Fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adekuat, reduksi dan


imobilisasi yang tidak baik, pengambilan keputusan serta teknik yang salah
18
pada awal pengobatan, osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya
trauma.

Gambaran Klinis

Deformitas dengan bentuk yang bervariasi, gangguan fungsi anggota gerak,


nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi, ditemukan komplikasi seperti paralysis
tardi nervus ulnaris, Osteoartritis apabila terjadi pada daerah sendi, bursitis atau
nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas.

Radiologis

Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi dalam posisi yang
tidak sesuai dengan keadaan yang normal.

Pengobatan

Konservatif dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan diimobilisasi


sesuai dengan fraktur yang baru, apabila ada kependekan anggota gerak dapat
dipergunakan sepatu ortopedi. Operatif dilakukan osteotomi koreksi (osteotomi
Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi interna, atau dengan osteotomi dengan
pemanjangan bertahap misalnya pada anak-anak, atau dengan osteotomi yang
bersifat baji.

2. Delayed Union
Delayed Union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5
bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak
bawah).

Etiologi

Sama dengan nonunion.

Gambaran Klinis

19
Nyeri anggota gerak dan pergerakan pada waktu berjalan, terdapat
pembengkakan, nyeri tekan, terdapat gerakan yang abnormal pada daerah
fraktur, pertambahan deformitas.

Radiologis

Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur, gambaran kista pada
ujung-ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran kalus yang
kurang disekitar fraktur.

Pengobatan

Konservatif dilakukan pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama


2-3 bulan. Operatif dilakukan bila union diperkirakan tidak akan terjadi maka
segera dilakukan fiksasi interna dan pemberian bone graft.

3. Non union
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan
tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama
infeksi disebut infected pseudoartrosis. Beberapa jenis nonunion terjadi
menurut keadaan ujung-ujung fragmen tulang yaitu :

hipertrofik  ujung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal
yang disebut gambaran elephant’s foot, garis fraktur tampak dengan jelas,
ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa, pada
jenis ini vaskularisasi baik sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi yang
rigid tanpa pemasangan bone graft.

Atrofik/oligotrofik  tidak ada tanda-tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur,


ujung tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskuler, pada jenis
ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan pemasangan bone graft.

Etiologi
20
Vaskularisasi yang kurang pada ujung-ujung fragmen, reduksi yang tidak
adekuat, imobilisasi yang tidak adekut sehingga terjadi pada kedua fragmen,
waktu imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, distraksi pada kedua ujung karena
adanya traksi yang berlebihan, interposisi jaringan lunak di antara kedua
fragmen, terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen, destruksi
tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur patologis),
disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler),
kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi, fiksasi
interna yang tidak sempurna, delayed union yang tidak diobati, pengobatan
yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan, terdapat benda asing
diantara kedua fraktur misalnya pemasangan screw diantara kedua fragmen.

Gambaran Klinis

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada, gerakan abnormal pada daerah fraktur
yang membentuk sendi palsu yang disebut pseudoartrosis, nyeri tekan sedikit
atau sama sekali tidak ada, pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak
terdapat pembengkakan sama sekali, pada perabaan ditemukan rongga diantara
kedua fragmen.

Radiologis

Terdapat gambaran sklerotik pada ujung-ujung tulang, ujung-ujung tulang


berbentuk bulat dan halus, hilangnya ruangan meduler pada ujung-ujung tulang,
salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung
(pseudoartrosis).

Pengobatan

Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft, eksisi fragmen kecil dekat
sendi misalnya kepala radius dan prossesus styloideus ulna, pemasangan

21
protesis misalnya pada fraktur leher femur, stimulasi elektrik untuk
mempercepat osteogenesis.

PROSES PENYEMBUHAN

Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :

1. Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya, tulang
disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.

2. Fase Proliferasi Sel


Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi akut dengan
proliferasi sel di bawah periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla. Bekuan
hematom diserap secara perlahan dan kapiler baru mulai terbentuk.

22
3. Fase Pembentukan Kalus
Sel yang berproliferasi bersifat kondrogenik dan osteogenik. Sel-sel ini akan
membentuk tulang dan juga kartilago. Selain itu sel yang berproliferasi tersebut
juga membentuk osteoklas yang memakan tulang-tulang yang mati. Massa seluler
yang tebal tersebut dan garam-garam mineralnya terutam kalsium membentuk suatu
tulang imatur yang disebut woven bone. Woven bone ini merupakan tanda pada
radiologik bahwa telah terjadi proses penyembuhan fraktur

4. Fase Konsolidasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan
membentuk jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.

5. Fase Remodeling
Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang tanpa
kanalis medularis. Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap
terjadi osteoblastik pada tulang.

23
PROGNOSIS

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi
pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang
tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan
fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis,
dan pada akhirnya fase konsolidasi.(18)

Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi
fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:

Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan


1. Pergelangan tangan 3-4 minggu 7. Kaki 3-4 minggu
2. Fibula 4-6 minggu 8. Metatarsal 5-6 minggu
3. Tibia 4-6 minggu 9. Metakarpal 3-4 minggu
4. Pergelangan kaki 5-8 minggu 10. Hairline 2-4 minggu
5. Tulang rusuk 4-5 minggu 11. Jari tangan 2-3 minggu
6. Jones fracture 3-5 minggu 12. Jari kaki 2-4 minggu

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (> 8
minggu).

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan fraktur sistem Alpley.
Penerbit widya medika. Jakarta
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In:
(Solomon L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures. Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.2010
3. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif Watampone.
Jakarta. 2009.
4. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.2005
5. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas Superior:
Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 467
6. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai