Anda di halaman 1dari 23

KELAINAN KULIT PADA DIABETES MELITUS

Defa agriptatama ali, Shinta N. Barnas

I. Pendahuluan

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya

toleransi karbohidrrat.1 Berdasarkan American Diabetes Association (ADA),

diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya.2

Secara epidemiologik diabetes sering kali tidak terdeteksi dan

dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis

ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak

terdeteksi ini. Faktor-faktor yang dapat beresiko pada terjadinya diabetes mellitus

yaitu bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi

lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia3.

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa

darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah

yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan

yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan

bahan darah plasma vena.3 Saat DM terdiagnosis, diperkirakan pasien sudah

mengalami kehilangan 50% massa sel beta pankreas sehingga terjadi

1
2

ketidakseimbangan antara sekresi insulin dan resistensi insulin. Diabetes mellitus

ditandai dengan hiperglikemia puasa dan post prandial, aterosklerotik dan

penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati.1 Manifestasi klinis

hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan

klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan

dapat tetap berisiko mengalami komplikasi metabolik diabetes. 2

Diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar glukosa baik dalam darah

maupun glukosa dalam kulit. Kadar gula kulit (glukosa kulit) merupakan 55%

kadar gula darah (glukosa darah) pada orang biasa. Pada diabetes, rasio

meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah yang sudah meninggi. Pada

penderita yang sudah diobati pun rasio melebihi 55%. Gula kulit berkonsentrasi

tinggi didaerah intertriginosa dan interdigitalis. Hal tersebut mempermudah

timbulnya dermatitis, infeksi bacterial (terutama furunkel). Dan infeksi jamur

(terutama kandidosis). Kandidosis sering ditemukan sebagai kolpitis. Keadaan itu

dinamakan diabetes kulit4. Terdapat sejumlah manifestasi pada kulit yang di

dapatkan pada penderita diabetes, yaitu Akantosis nigrikans, diabetic thick skin,

cheiroarthropathy, scelerederma diabeticorum, infeksi kutaneus, ulkus diabetik,

nekrobiosis lipoidika diabetikorum, granuloma anulare, dermopati diabetik, dan

bullosis diabetikorum. Namun, dalam referat ini akan dibahas beberapa penyakit

kulit diabetes yang paling umum dijumpai yaitu dermopati diabetik, ulkus

diabetik, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, akantosis nigrikans, xanthoma dan

bullosis diabetikorum.8
3

II. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit menutupi seluruh permukaan luar tubuh dan merupakan tempat

interaksi dengan dunia luar. Kulit memberikan proteksi jaringan internal dari

paparan trauma, radiasi ultraviolet, temperature yang ekstrem, toksin dan bakteri.

Fungsi penting lainnya adalah untuk persepsi sensoris, immunologic

surveillance, termoregulasi dan konrol kehilangan cairan. Adapun lapisan kulit

adalah epidermis, dermis dan subkutis (hipidermis).6

Gambar 1. Anatomi lapisan kulit

1. Lapisan Kulit
Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan subdermis.
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit. Bagian ini tersusun dari

jaringan epitel squamosal bertingkat yang mengalami keratinisasi.

Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat

rapat. Bagian epidermis yang paling tebal terdapat pada telapak tangan

dan kaki. Terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu:


4

1) Stratum corneum. Selnya sudah mati dan tidak mempunyai inti

sel dan mengandung zat keratin.


2) Stratum lucidum. Selnya pipih, perbedaannya dengan stratum

granulosum ialah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti

dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus

cahaya. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan

telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang

bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat.


3) Stratum granulosum. Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih

seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang

sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat

butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan prekursor

dalam pembentukan keratin. Keratin ini merupakan protein

keras dan resilien, anti air serta melindungi permukaan kulit

yang terbuka.
4) Stratum spinosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling

tebal dan mencapai 0,2 mm. Lapisan ini terdiri dari 5-8 lapisan.

Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat dengan

mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya

polygonal dan mempunyai tanduk.


5) Stratum basalis. Stratum ini merupakan sel-sel induk yang

akan mengganti sel-sel yang berada diatasnya. Bentuk silindris

dengan inti yang lonjong. Didalamnya terdapat butir-butir yang

halus yaitu melanin yang merupakan pigmen untuk kulit. Sel-


5

sel tersebut tersusun seperti pagar, pada bagian bawahnya

terdapat membrane basalis yang merupakan batas terbawah

daripada epidermis dan dermis. Batas ini tidak datar tetapi

bergelombang.7
b. Dermis
Terdiri dari 2 lapisan yaitu bagian luar yang disebut stratum

papillaris dan lapisan dalam disebut stratum reticularis. Kedua lapisan

tersebut terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut

kolagenn, serabut elastis dan serabut retikulus. Serabut kolagen

berfungsi untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis

memberikan kelenturan pada kulit dan serabut retikulus terdapat

disekitar kelenjar dan folikel rambut berfungsi memberikan kekuatan

pada alat tersebut.7


c. Subkutis
Terdiri dari kumpulan sel-sel lemak dan diantaranya terdapat

jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti

terletak ditepi sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini

disebut panniculus adiposum, yang tebalnya tidak sama pada setiap

tempat dan terkait dengan jenis kelamin. Lapisan ini berfungsi sebagai

bantalan ketika kulit mendapat tekanan trauma mekanis, selain itu juga

berfungsi sebagai isolator panas atau mmpertahankan suhu tubuh dan

penimbunan kalori.
2. Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit terdiri dari 2 bagian yaitu kelenjar keringat dan kelenjar

mintak. Kelenjar keringat terbagi menjadi 2 berdasarkan struktur dan


6

lokasinya yaitu kelenjar keringat ekrin dan kelenjar keringat apokrin. Kelenjar

keringat ekrin adalah kelenjar tubular dan berpilin serta tidak mempunyai

hubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini menyebar diseluruh tubuh,

terutama pada telapak tangan, kaki serta dahi. Sekresinya mengandung air dan

membantu pendinginan evaporatif tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh.

Kelenjar ini terdapat pada ketiak, areola mammae dan region anorectal.7
Kelenjar minyak mengeluarkan sebum yang biasanya disalurkan ke

folikel rambut. Kelenjar sebasea, rambut dan kelenjar keringat apokrin

membentuk polisebacea, tetapi hanya terbentuk pada rambut di area genitalia,

bibir, areola dan papilla mammae.7

III. Penyakit Kulit pada Diabetes Melitus

Terdapat sejumlah manifestasi pada kulit yang di dapatkan pada penderita

diabetes, yaitu dermatopati diabetik, ulkus neuropatik, nekrobioisis lipoidika

diabetikorum, akantosis nigrans, dan xantoma.4

1. Dermatopati Diabetik
Istilah ini dipakai untuk lesi-lesi kecil berwarna cokelat yang tampak

seperti jaringan parut, yang didapatkan pada daerah tulang kering beberapa

pasien diabetes. Pada dermatopatia tampak papul-papul miliar, tersusun secara

linear dan terdapat di bagian ekstensor ekstremitas.4


7

Gambar 2. Dermatopati Diabetik8

Lesi kulit atrofi dari ekstremitas bawah atau “Shin spot” menjadi

karakteristik dan marker kulit pada penderita diabetes. 8 Perubahan pada

pembuluh darah kecil menyebabkan timbulnya istilah dermopati diabetik. Lesi

terjadi asimptomatik, patch berbentuk tidak teratur terjadi terutama pada

bagian bawah dari anterior kaki, dengan permukaan yang melengkung

(depresi) dan berwarna coklat muda. Pigmentasi oleh karena pengendapan

hemosiderin pada histiosit dan eksravasasi eritrosit superfisial. Lesi muncul

secara bertahap lebih dari 12 sampai 18 bulan.9

Diabetik dermopati nampak kecil, berukuran < 1 cm, atrofi, berwarna

pink hingga coklat, terdapat scar mirip macula pada area pretibial. Frekuensi

lebih sering terjadi pada laki-laki. Lesi bersih dalam 1 sampai 2 tahun dengan

sedikit sisa atrofi atau hipopigmentasi. Tampakan lesi baru memberikan arti

bahwa pigmentasi dan atrofi dapat terus-menerus (menetap).8,11

Berdasarkan penelitian, dari 173 pasien dengan diabetes insiden dari

shin spot berhubungan dengan lamanya diabetes dan adanya retinopati,


8

nefropati dan neuropati. Diabetic dermopati biasanya tidak dihubungkan

dengan obesitas dan hipertensi.8 Tidak diperlukan perawatan untuk lesi atrofi

pada tibial. Jika lesi asimptomatik, tidak memerlukan pengobatan kecuali

untuk melindungi daerah tersebut dari setiap trauma dan infeksi sekunder.9

2. Ulkus Neuropatik (Kaki Diabetik)


Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus pada kaki diabetic antara lain

faktor neuropati, biomekanika kaki yang abnormal, penyakit arteri perifer dan

penyembuhan luka yang buruk. Neuropati sensorik perifer berperan dalam

timbulnya cedera pada kaki. Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada

mekanisme proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat mengalami

cedera pada kaki tanpa disadari. Neuropati otonom menyebabkan terjadinya

anhidrosis dan gangguan perfusi kaki. Akibatnya, kulit menjadi kering dan

dapat terbentuk fisura.2

Gambar 3. Ulkus Diabetik8


9

Pasien dengan diabetes sering kehilangan saraf sensoris kulit.

Selanjurnya terjadi pengurangan sinyal melewati neuropeptide ke keratinosit,

fibroblast, sel endothelial dan peradangan sel dapat mempengaruhi

penyembuhan luka.8 Biomekanika kaki yang abnormal disebabkan oleh

beberapa faktor yang berhubungan dengan neuropati, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Gangguan propriospsi menyebabkan distribusi berat

badan yang abnormal. Hal ini dapat berperan dalam terjadinya callus atau

ulserasi kaki.2
Faktor yang terkait dengan ulserasi kaki pada pengaturan diabetes

termasuk ulserasi kaki sebelumnya, sebelumnya melakukan amputasi

ekstremitas bawah, durasi diabetes yang lama (>10 tahun), gangguan

ketajaman visual, onikomikosis, dan kontrol glycemic yang buruk.8

Dalam mengevaluasi ulkus pada kaki diabetes perlu dilakukan

anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis

perlu ditanyakan riwayat penyakit secara umum, terarah maupun secara

khusus mengenai luka yang diderita. Anamnesis umum meliputi lamanya

menderita DM, kontrol glikemik baik, penyakit penyerta, gejala komplikasi,

status nutrisi, alergi, riwayat faktor risiko, pengobatan yang sudah diterima,

hingga perawatan di rumah sakit sebelumnya. Anamnesis terarah meliputi

aktivitas sehari-hari, riwayat pajanan, pemakaian sepatu, callus, riwayat

operasi kaki atau infeksi serta adanya klaudikasio. Secara khusus perlu
10

ditanyakan riwayat luka, durasi, infeksi, riwayat trauma, perawatan luka,

adanya bengkak serta kelainan bentuk kaki dan pengobatannya.2

Pembentukan callus melalui nekrosis dan kerusakan jaringan tulang

kaki yang menonjol, biasanya pada ibu jari kaki, sendi metacarpophalangeal

pertama dan kedua. Ulkus dikelilingi oleh cincin callus dan mungkin meluas

hingga ke bawah tulang dan sendi.8

Terapi pada ulkus diabetik memerlukan modifikasi yang

berkonstribusi terhadap pembentukan ulkus. Sebagai contoh, dermatitis statis,

udema tungkai dan infeksi kulit. Terapi standar untuk neuropati ulkus diabetik

berupa debridement, perawatan luka yang lembab, dan proteksi dari pakaian.8

Penatalaksanaan kaki diabetes secara holistik harus meliputi 6 kontrol,

yaitu kontrol mekanik, kontrol metabolik, kontrol vascular, kontrol luka,

kontrol infeksi dan kontrol edukasi.2

a. Kontrol mekanik
Kontrol mekanik meliputi mengistirahatkan kaki pasien, menghindari

tekanan pada daerah luka, serta menggunakan bantal pada kaki saat

berbaring untuk mencegah lecet pada luka dan menggunakan kasur

decubitus bila perlu. Intervensi pada faktor-faktor risiko juga perlu

digunakan, seperti penggunaan alas kaki ortotik, manajemen callus,

perawatan kuku, dll.2


b. Kontrol metabolik
11

Kontrol metabolic bertujuan untuk mengatasi infeksi dan mendukung

penyembuhan luka, pengaturan glukosa darah pasien secara adekuat,

serta pengendalian faktor komorbiditas (hipertensi, dislipidemi,

gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan elektrolit,

anemia, infeksi penyerta serta hipoalbuminemia).2

c. Kontrol vaskular
Kontrol vascular meliputi status vascular kaki, pemeriksaan ABI,

tekanan oksigen transkutan, tekanan ibu jari kaki dan angiografi.

Gangguan vascular yang ditemukan dapat menghambat penyembuhan

luka.2
d. Kontrol luka
Jaringan nekrotik dan pus yang ada harus dievakuas secara adekuat

dengan nekrotomi atau debridemen. Luka sebaiknya ditutup dengan

pembalut yang basah atau lembap. Melakukan nekrotomi dan

debridemen bertujuan untuk membuang jaringan yang nekrotik,

drainase pus, mengurangi tekanan ada luka, mengurangi bengkak,

mempermudah swab dan membuat luka yang tadinya kronik menjadi

akut.2
e. Kontrol infeksi
Pemberian antibiotik harus dimulai secara empiris sebelum didaatkan

hasil kultur resistensi. Pada luka superfisial dan tidak mencapai

subkutan dapat diberikan antibiotik empiris yang efektif terhadap

kuman gram positif. Apabila luka mencapai subkutan, maka

diperlukan antibiotik dengan spectrum kuman gram negatif atau


12

golongan metronidazole bila terdapat kecurigaan terhadap kuman

anaerob.2

f. Kontrol edukasi
Edukasi yang baik menekankan pada upaya pencegahan dan deteksi

dini pada kaki yang normal atau sudah ada gangguan neuripati namun

belum ada luka. Pada kaki yang sudah terluka, edukasi ditekankan

pada upaya-upaya pencegahan sekunder dan tersier.2


3. Nekrobiosis Lipoidika Diabetikorum
Nekrobiosis Lipoidika Diabetikorum (NLD) mengacu pada ruam kulit

yang paling umum mempengaruhi tulang kering dan terlihat lebih sering pada

wanita. Ini adalah kondisi kulit yang paling dramatis biasanya berhubungan

dengan diabetes. Ini dianggap komplikasi yang jarang dengan frekuensi

dilaporkan 0,3% pada pasien diabetes. Lebih dari 50% pasien ini bergantung

pada insulin.10
Lesi-lesi nekrobiosis lipoidika diabetikorum secara khas ditemukan

pada daerah tulang kering, walaupun bisa juga didapatkan di tempat lain. Lesi

ini awalnyaa eritematosa, kemudian berubah menjadi coklat kekuningan serta

atrofik, dan pembuluh darah yang ada di bawahnya mudah dilihat melalui

kulit yang menipis. Kadang-kadang lesi ini mengalami ulserasi.5


13

Gambar 4. Nekrobiosis Lipoidika. Plak orange dengan atrofi epidermis disertai


telangiektasis8

Gambar 5. Nekrobiosis Lipoidika. Lesi yang lama, tampak atrofi pada epidermis dan

dermis.8

Karena diabetes dan nekrobiosis lipoidika diabetikorum berhubungan

erat, banyak penelitian yang telah difokuskan pada diabetes mikroangiopati

sebagai teori etiologi. Perubahan diabetes pada ginjal dan pembuluh darah

mata mirip dengan perubahan pembuluh darah yang terlihat pada nekrobiosis

lipoidika diabetikorum. Suatu pengendapan glikoprotein di dinding pembuluh


14

darah dapat menjadi penyebab diabetes mikroangiopati. Deposisi glikoprotein

serupa terlihat pada nekrobiosis lipoidika diabetikorum. Teori lain didasarkan

pada deposisi dari immunoglobulin, komponen ketiga dari komplemen dan

fibrinogen pada dinding pembuluh darah pasien dengan nekrobiosis lipoidika

diabetikorum. Beberapa percaya suatu mediasi antibody vaskulitis dapat

memulai perubahan pada pembuluh darah dan nekrobiosis berikutnya pada

nekrobiosis lipoidika diabetikorum. Etiologi tambahan berfokus pada kolagen

abnormal pada nekrobiosis lipoidika diabetikorum. Cacat dan rusaknya fibril

kolagen menentukan penyebab kerusakan organ akhir pada diabetes dan

penuaan dini. Peningkatan level lysyl oxidase pada orang diabetes

bertanggung jawab untuk meningkatkan silang kolagen.10

Ini merupakan suatu kondisi buruk yang kronik. Kebanyakan ruam

terletak pada kaki, terutama di atas tibia, tetapi dapat juga terjadi pada wajah,

kulit kepala, lengan bawah dan batang tubuh. Lesi bisa tunggal, tetapi lesi

multiple juga umum ditemukan. Pada nekrobiosis lipoidika diabetikorum

dapat dijumpai papul merah yang bisa membesar untuk membentuk patch

atau plak dengan inti coklat dan sedikit atrofi. Lesi mungkin dapat sembuh

secara spontan atau menjadi lesi kronis persisten yang bisa memborok.11

Secara histologis, lesi yang berkembang dengan baik pada nekrobiosis

lipoidika menunjukkan proses inflamasi superfisial, bagian yang dalam dan

proses inflamasi interstisial yang melibatkan reticular dermis utuh dan sering
15

pada panniculus. Sel-sel inflamasi termasuk limfosit, histiosit, multinucleat

giant sel dan plasma sel.11

Beberapa pilihan terapi untuk nekrobiosis lipoidika diabetikorum

antara lain:

a. Meningkatkan aliran darah kulit


Penamnahan agregasi platelet dengan kombinasi aspirin dan

dipyridamol diusulkan sebagai pengobatan untuk NLD, tetapi salah

satu percobaan dengan menyarankan bahwa kombinasi dari 300 mg

aspirin dan 75 mg dipyridamole tiga kali sehari selama 8 minggu tidak

memberikan manfaat apapun. Namun memberikan aspirin dalam dosis

yang jauh lebih rendah menunjukkan perbaikan pada pasien.10


b. Kortikosteroid
Steroid topikal dan intralesi dapat mengurangi peradangan lesi

aktif awal dan perbatasan lesi aktif yang membesar, tetapi ini memiliki

sedikit efek menguntungkan pada lesi atrofi yang terbakar. Bahkan,

dengan lesi atrofi, penggunaan steroid dapat menyebabkan atrofi

lanjut. Dua studi kasus membuktikan potensi untuk pemberian topikal

clobetasol propionat memiliki efek perbaikan dan dua laporan lebih

menyarankan bahwa pemberian kortikosteroid sistemik secara singkat

dapat dengan cepat menyelesaikan elemen inflamasi dari NLD.10


Pengobatan NLD telah membaik dalam satu pasien, diobati

dengan thiazolidinedione, pioglitazone. Terapi awal adalah steroid

topical yang super kuat. Inhibitor calcineurin topical juga efektif.


16

Suntikan intralesi suspense triamnisinolon ke papula yang mengalami

inflamasi dan tepi yang aktif cukup efektif. fototerapi, termasuk PUVA

dan UVA-1, telah efektif pada pasien tertentu. Terapi imunomodulator

oral harus dipertimbangkan pada pasien gagal pengobatan topikal.

Anti infalamsi sistemik dilaporkan efektif dalam beberapa kasus

pilihan termasuk steroid sistemik, mycophenolate mofetil dan

siklosporin A. TNF inhibitor dapat efektif dalam kasus-kasus

refrakter.11
4. Acantosis Nigricans
Acanthosis nigricans (AN) adalah suatu kelainan kulit berupa

penebalan dan kehitaman pada kulit yang ditandai dengan papilomatosis dan

plak hiperkeratosis, terutama pada daerah leher dan lipatan kulit. Acanthosis

nigricans tidak hanya dianggap sebagai kelainan kulit saja, tetapi sering

dipandang sebagai petanda adanya penyakit lain yang mendasari. Acanthosis

nigricans sering dihubungkan dengan obesitas, kelainan endokrin, keganasan,

sindrom tertentu, dan penggunaan beberapa obat. Hiperinsulinemia

merupakan kondisi yang paling banyak dihubungkan dengan AN. Kondisi

metabolik lain yang berhubungan dengan AN antara lain obesitas, diabetes

mellitus, toleransi glukosa terganggu, dislipidemia, ovarium polikistik,

hipertensi, hiperprolaktinemia, hipertiroid, hipotiroid, dan penyakit Addison.12


Acanthosis nigricans tampak coklat sampai hitam, hiperpigmentasi

beludru pada kulit. Hal ini biasanya ditemukan di lipatan-lipatan tubuh seperti

posterior dan lipatan lateral leher, ketiak, selangkangan, umbilikus, dahi dan
17

daerah lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada usia < 40 tahun, kemungkinan

diturunkan secara genetic dan dikaitkan dengan obesitas atau endokrinopati.

Penyebab paling umum acantosis nigricans adalah resistensi insulin yang

menyebabkan peningkatan kadar insulin.13

Gambar 6. Akantosis nigrikans pada axilla8

Acanthosis nigricans telah dilaporkan pada beberapa penelitian

disebabkan oleh meningkatnya melanosit dan melanin, sedangkan yang

lainnya menyatakan bahwa AN lebih berhubungan dengan penebalan lapisan

kulit luar yang mengandung keratin. Acanthosis nigricanspada sindrom

resistensi insulin disebabkan karena kadar insulin yang tinggi mampu

mengaktifkan fibroblas dermal dan keratinosit melalui reseptor insulin-like

growth factor yang ada pada sel-sel tersebut. Sebagai hasilnya terjadi
18

peningkatan deposisi glikosaminoglikans oleh fibroblas di dermal. Hal ini

menyebabkan papilomatosis dan hiperkeratosis. 12

Insulin dengan konsentrasi rendah mengatur metabolisme karbohidrat,

lipid, dan protein, serta membantu pertumbuhan dengan berikatan pada

reseptor insulin. Dalam konsentrasi yang tinggi, insulin memiliki efek lebih

besar dalam pertumbuhan melalui ikatannya dengan insulin-like growth factor

1 receptors (IGF-1Rs), yaitu reseptor dengan ukuran dan struktur menyerupai

reseptor insulin, tetapi memiliki afinitas 100 sampai 1000 kali lebih besar.

Hasil penelitian menyatakan bahwa aktivasi IGF-1Rs yang bergantung pada

insulin dalam menyebabkan proliferasi sel dan memfasilitasi berkembangnya

AN. Jadi insulin dapat menyebabkan AN melalui aktivasi langsung jalur

sinyal IGF-1. Hiperinsulinemia juga dapat memfasilitasi berkembangnya AN

secara tidak langsung, yaitu dengan meningkatkan kadar IGF-1 bebas dalam

sirkulasi darah. IGF binding protein (IGFBPs) mengatur aktivitas IGF-1, yaitu

dengan meningkatkan waktu paruh IGF-1, menghantarkan IGF ke jaringan

target, dan mengatur kadar IGF-1 bebas. Insulin-like growth factor binding

protein I (IGFBP) jumlahnya menurun pada pasien obese dengan

hiperinsulinemia, sehingga meningkatkan konsentrasi plasma dari IGF-1

bebas. Jumlah IGF-1 yang meningkat menyebabkan bertambahnya

pertumbuhan dan diferensiasi sel.12

Pengobatan pada Acantosis nigricans yaitu pengobatan topical seperti

keratolitik topical, tretionin 0,05%, ammonium laktat 12% krim, tabir surya,
19

kalsipotriol, urea dan asam salisilat dapat digunakan. Obat oral yang

digunakan yaitu etretinate, isotretionin, metformin dan minyak ikan.13

5. Xantoma
Xantoma merupakan plak atau nodul yang terdiri dari deposisi lipid

abnormal dan sel busa. Xantoma tidak mewakili suatu penyakit melainkan

gejala dari gangguan lipoprotein yang berbeda atau timbul tanpa efek

metabolik yang mendasari. Xanthoma berkembang sebagai kelompok sel busa

pada jaringan kulit, tendon, fasia dan kadang di periosteum. Sel busa

terbentuk dari makrofag sebagai konsekuensi dari inraseluler secara bertahap,

akumulasi lipid diambil oleh reseptor tertentu atau dengan mekanisme

fagositosis.14

Gambar 7. Erupsi xanthoma pada kulit8


20

Gambar 8. Tendon xantoma8

Perkembangan xanthomas dimulai dengan peningkatan ekstravasasi

lokal lipid melalui dinding oembuluh darah ke ruang interstisial jaringan ikat.

Monosit dan makrofag yang telah terakumulasi mengambil partikel lipid oleh

reseptor tertentu atau dengan cara fagositosis agregat LDL dan kompleks lipid

dengan antibodi. Dengan cara ini sel busa dapat dibentuk. 14


Secara klinis xanthoma dapat diklasifikasikan sebagai erupsi,

tuberoeruptive atau tuberous, tendinous atau planar. xanthomas planar

termasuk xanthelasma palpebrarum/ xanthelasma. Tidak ada obat yang

tersedia secara efektif yang dapat mengobati chylomicronemia parah karena

kekurangan LPL. Manajemen yang paling efektif adalah melalui modifikasi

diet. Erupsi xanthoma juga dapat menjadi hasil dari penyebab sekunder, dan

penting untuk menyingkirkan obesitas, asupan alkohol yang berlebihan,

diabetes tipe 2, dan obat-obatan sebagai penyebab erupsi xanthoma termasuk

retinoid, terapi estrogen dan protease inhibitor.8


6. Bullosis Diabeticorum
Bullosis diabeticorum (penyakit bullosa diabetes atau bulla diabetes)

adalah bukan suatu peradangan, sangat panas yang terjadi secara spontan dan

terus-menerus pada pasien diabetes. Bulla biasanya terdapat pada bagian


21

akral. Lesi cenderung melibatkan kaki bagian bawah dengan diameter lesi

mencapai 10 cm atau lebih.11,15

Gambar 9. Bulla diabeticorum11


Bulla diabeticorum ditandai dengan munculnya tiba-tiba bulla pada

ekstremitas bawah, biasanya pada jari kaki, kaki dan tulang kering, lesi timbul

di kulit normal. Lepuh biasanya tanpa rasa sakit dan tidak gatal. penyembuhan

terjadi dalam waktu 2 sampai 5 minggu dan jarang meninggalkan bekas luka.

Kondisi dapat kambuh dalam bertahun-tahun. Secara histopatologis tidak

ditemuhan gambaran kelainan dari intra dermal dan sub dermal.8


Etiologi bullosis diabeticorum mungkin multifaktorial, beberapa studi

menunjukkan regulasi kadar glukosa yang buruk, khususnya hiperglikemi

mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap manifestasi dari

dermatopati ini.15. Namun, lesi mungkin sulit sembuh oleh karena ulserasi

kronik di kaki.11
Salah satu komplikasi yang serius adalah infeksi sekunder yang harus

diatur dengan pemberian antibiotik yang tepat. Sebaliknya, terapi suportif.

Yang penting dari gangguan ini adalah diagnosis yang tepat karena beberapa

penyakit dengan gangguan kulit melepuh memiliki tingkat morbiditas tinggi

dan memerlukan perawatan sistemik.8


IV. Perawatan Kulit Diabetes Melitus
22

Diabetes bisa membuat kulit Kering, yang berarti bisa terluka dengan mudah,

cenderung terkena infeksi, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Beberapa tips berikut dapat membantu melindungi kulit pada penderita diabetes.
1. Lindungi diri dari cuaca. Untuk melindungi kulit dari dingin atau angin, tutupi

telinga dan wajah Anda, termasuk hidung, dan kenakan topi. Juga, gunakan

sarung tangan hangat dan sepatu atau boots.


2. Gunakan lipbalm untuk mencegah bibir pecah-pecah. Untuk mencegah kulit

kering ketika suhu turun, gunakan alat pelembap ruangan untuk menambah

kelembapan dalam menghangatkan udara di dalam ruangan.


3. Ketika Anda mandi, gunakan air hangat (bukan panas) dan sabun pelembab

ringan.
4. Jangan mandi dalam waktu lama.
5. Tepuk-tepuk kulit untuk mengeringkan-jangan digosok.
6. Setelah mandi dan mengeringkan badan, gunakan losion ringan untuk

mencegah kulit kering.


7. Hindari menggaruk kulit kering. Lebih baik terapkan pelembap.
8. Simpan botol losion dekat dengan wastafel sehingga Anda menggunakannya

seusai mencuci tangan.


9. Batasi penggunaan produk pada kulit untuk mengurangi risiko mengalami

reaksi.
10. Jika Anda rentan terhadap jerawat, bicarakan dengan ahli dermatologi

sebelum memilih pelembap wajah. Beberapa bisa menyebabkan jerawat atau

membuatnya tambah buruk.


11. Gunakan produk berlabel “noncomedogenic” atau “nonacnegenic”.
12. Membuat pertolongan pertama untuk kulit:
Simpan peralatan pertolongan pertama dekat dengan Anda untuk merawat

tangan dan kaki. Yang termasuk dalam pertolongan pertama di antaranya:

o Salep antibakteri
o Kain kassa
23

o Plester hypoallergenic
o Tissue basah pembersih (untuk persiapan jika sabun dan air tidak tersedia).
13. Cara mengobati kulit melepuh
Jangan mencoba untuk menekan luka. Kulit yang menutupi lepuhan yang

berisi cairan berfungsi melindungi dari infeksi. Bersihkan secara perlahan

bagian tersebut dengan sabun dan air hangat. Terapkan salep antibakteri pada

lepuhan. Tutupi dengan perban kain atau kain kassa. Lindungi dengan plester

hypoallergenic. Ganti perban setidaknya sehari sekali. Jika lepuhan berada

pada kaki Anda dan berasal dari sepatu Anda, gunakan alas kaki lain hingga

sembuh.
14. Cara merawat luka kecil
Bersihkan secara perlahan bagian tersebut dengan sabun dan air hangat.
Terapkan salep antibakteri. Tutupi luka dengan perban atau kain kassa.

Lindungi dengan plester hypoallergenic. Ganti perban setidaknya sehari

sekali.

Anda mungkin juga menyukai