Anda di halaman 1dari 12

SURAT KEPUTUSAN

TENTANG
ASESMEN PASIEN
NOMOR : 517/YANMED/RSBP/IX/2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN PARADISE

Menimbang : 1. Sehubungan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada Rumah


Sakit Bersalin Paradise, maka dipandang perlu membuat panduan
Asesmen Pasien di Rumah Sakit Bersalin Paradise;
2. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien di
Rumah Sakit diperlukan pelayanan kesehatan yang berkualitas aman
dan efektif;
3. Bahwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
aman dan efektif untuk masing-masing pasien, diperlukan suatu
kajian pasien yang seragam dan berkesinambungan;
4. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dalam meningkatkan proses
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bersalin Paradise maka
dipandang perlu ditetapkan Asesmen Pasien dengan Surat Keputusan
Pelayanan Medik.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang
Pokok-Pokok Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/2008 tentang Rekam Medis
5. Permenkes HK,02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
MEMUTUSKAN
Menetapkan : ASESMEN PASIEN
KESATU : Kebijakan Asesmen Pasien Rumah Sakit sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Kebijakan tentang kerangka waktu penyelesaian awal pasien
rawat jalan, gawat darurat, yang tercantum didalam lampiran
keputusan ini;
KETIGA : Kebijakan tentang kriteria risiko nutrisional, asesmen kebutuhan
rasional dan risiko jatuh;
KEEMPAT : Kebijakan tentang skrinning nyeri, asesmen tambahan unuk
populasi pasien tertentu;
KELIMA : Kebijakan tentang asesmen ulang oleh DPJP, Perawat, dan PPA
lainnya untuk evaluasi respon pasien terhadap asuhan yang
diberikan sebagai tindak lanjut
KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau
kembali apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : Simpang Empat


Pada tanggal :
RUMAH SAKIT BERSALIN
PARADISE
Direktur,

dr. H. Abd Muin, Sp. OG


NIP. 2010 01011957 0002
Lampiran : Keputusan Direktur RSB Paradise
No : /YANMED/AP
Tanggal :

KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN


DI RSB PARADISE

BAB 1
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
3. Staf klinis adalah tenaga kesehatan yang memberikan asuhan langsung pada
pasien
4. Pro fesional Pemberi Asuhan adalah staf klinis 3eriodic3nal yang langsung
memberikan asuhan kepada pasien.
5. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan adalah dokter yang bertanggung jawab
terhadap asuhan pasien sejak pasien masuk sampai pulang dan mempunyai
kompetensi dan kewenangan klinis sesuai surat penugasan klinisnya
6. Perawat Penanggung Jawab Asuhan adalah perawat yang bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan pasien sejak pasien masuk sampai pulang dan
mempunyai kompetensi dan kewenangan klinis sesuai surat penugasan
klinisnya.
7. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
8. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala
tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
9. Dokumen adalah catatan dokter, dokter kandungan, dan/atau tenaga kesehatan
tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang catatan observasi dan
pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar
pencitraan (imaging), dan rekaman elektro 4eriodic4n.

Pasal 2
1. Staf medis yang melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin
Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Staf klinis wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Setiap tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.
4. Staf klinis memberikan pelayanan dan asuhan kepada pasien sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang ditetapkan.
BAB II
ASESMEN PASIEN

Pasal 3
1. Asesmen pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat,
dietisien mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk
membuat keputusan
2. Asesmen pasien dapat dilakukan oleh Dokter Umum, DPJP, Perawat/Bidan,
Ahli Gizi, Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
3. Asesmen Pasien dilakukan pada pasien baru di poliklinik untuk pasien rawat
jalan, di IGD dan dirawat inap dimana pasien mendapat pelayanan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhannya
4. Asesmen Pasien dilakukan untuk pengumpulan data yang komprehensif
untuk menilai kondisi dan masalah pasien, identifikasi kondisi yang
mengancam nyawa, intervensi segera
5. Asesmen Pasien dilakukan berdasarkan pasien masuk. Jika pasien masuk
dengan IGD maka dilakukan asesmen gawat darurat, jika pasien masuk
dengan poli maka dilakukan asesmen rawat jalan, jika pasien masuk dengan
poli atau IGD tetapi harus ditindaklanjuti maka dilakukan asesmen rawat
inap maka dilakukan asesmen rawat inap, untuk pasien rawat inap
berkelanjutan dilakukan asesmen ulang.
BAB II
ASESMEN AWAL PASIEN RAWAT JALAN

Pasal 4
1. Kerangka waktu asesmen ialah Kerangka waktu asesmen awal medis dan
keperawatan pada pasien rawat jalan
2. Pasien yang memerlukan pemeriksaan laboratorium akan mendapatkan
pelayanan sesuai dengan urutan dan lamanya waktu yang dibutuhkan
sampai hasil diterima sesuai dengan jenis pemeriksaan.
3. Pelaksanaan pasien dengan penyakit akut/non kronis, asesmen awal
diperbarui setelah 1 bulan dan Pelaksanaan pasien dengan penyakit kronis,
asesmen awal diperbarui setelah 3 bulan.
4. Kerangkan waktu asesmen pasien dilakukan oleh Dokter Umum, DPJP,
Perawat/Bidan, PPA
5. Dapat mengidentifikasi pasien baru serta memberikan pelayanan yang tepat
pada pasien rawat jalan sesuai dengan kondisi pasien
6. Asesmen awal pasien rawat jalan diselesaikan dalam waktu 15 s/d 30 menit

BAB III
ASESMEN GAWAT DARURAT

Pasal 4
1. Asesmen Gawat Darurat adalah asesmen atau pengkajian terhadap pasien
dengan kondisi gawat darurat atau emergensi dan seluruh unit yang
menemukan pasien gawat darurat
2. Asesmen Gawat Darurat dilakukan oleh Dokter umu, DPJP, Perawat/Bidan
3. Pasien di IGD mendapatkan penanganan dengan metode triase dalam waktu
< 5 menit pertama saat kedatangan, disesuaikan dengan prioritas dan
kondisi kegawatannya.
4. Asesmen Gawat Darurat dilakukan di IGD
5. Untuk menentukan keadaan gawat darurat pasien

BAB IV
KRITERIA RISIKO NUTRISIONAL

Pasal 5
1. Skrining gizi pada pasien dilakukan untuk mengetahui keadaan gizi awal
pasien, apakah pasien mengalami resiko masalah gizi atau tidak
2. Pengkajian gizi dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu ahli gizi
sesuai hasil skrining gizi pasien
3. Pengkajian gizi awal dilakukan saat awal pasien masuk oleh petugas yang
berkompeten (qualified) mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi
pasien yang memerlukan assessment nutrisional lebih lanjut
4. Skrining dilakukan untuk mengidentifikasi defisiensi dan kelebihan nutrisi,
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasieN
5. Dilakukan pada awal pasien masuk dan pasien rawat jalan. Pengukuran
secara antropometri dilakukan oleh petugas perawat/bidan poli, berupa
penimbangan berat badan (BB), pengukuran tinggi badan (TB) (untuk
pasien dewasa) atau Panjang Badan (PB) (untuk pasien anak dengan usia
kurang dari 2 tahun) dan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (untuk
pasien hamil,nifas dan menyusui). Tahap assessment nutrition selanjutnya
akan dilakukan oleh ahli gizi
BAB V
KRITERIA ASESMEN KEBUTUHAN FUNGSIONAL DAN
RISIKO JATUH

Pasal 6
1. Kebutuhan Fungsional adalah penilaian tingkat kemandirian pasien dalam
melakukan aktifitas fungsional/aktifitas sehari-hari
Risiko Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seorang pasien mengalami
jatuh, dengan arah jatuh ke lantai
2. Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri
dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik,
psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.
3. Untuk mendapatkan informasi adanya risiko jatuh pada pasien, untuk
mengumpulkan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah
pasien risiko jatuh, untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam
nyawa pasien, untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya risiko jatuh
dengan atau tanpa cidera

BAB VI
SKRINING NYERI

Pasal 7
1. Skrining nyeri adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi
nyeri yang dirasakan oleh seseorang dengan menggunakan suatu cara
terentu sehingga bisa oleh seseorang dengan menggunakan suatu cara
terentu sehingga bisa dilakukan penilaian terhadap rasa dilakukan penilaian
terhadap rasa nyeri yang nyeri yang dirasakan
2. Skring nyeri dilakukan oleh dokter umum, dpjp, perawat/bidan
3. Skrining nyeri dilakukan pada saat awal pasien masuk
4. Jika awal pasien masuk melalui IGD maka dilakukan skrining nyeri di IGD,
jika awal pasien masuk melalui poli maka dilakukan skrining nyeri di poli
5. Melakukan tatalaksana nyeri terhadap pasien secara cepat, tepat dan tanggap
sesuai dengan penilaian derajat nyeri dan kebutuhan pasien.
6. Indikasi : pada pasien (dewasa dan aanak lebih dari 3 tahun) yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan assesme n
Instruksi : pasien diminta untuk menunjuk – memilih gambar mana yang
paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi
nyeri.

BAB VII
ASESMEN TAMBAHAN SESUAI POPULASI

Pasal 8
1. Asesmen tambahan untuk populasi tertentu adalah kelompok yang
mendapatkan asesmen khusus secara individual di masing-masing
bagian/unit
2. Asesmen tambahan sesuai populasi dilakukan oleh dokter umum, dpjp,
perawat/bidan
3. Ruang lingkup dari panduan pelayanan pasien dengan kebutuhan khusus
hanya di berlakukan pada semua staf pemberi pelayanan kesehatan di RSB
Paradise.
4. Melakukan identifikasi kelompok pasien khusus dan populasi pasien
khusus serta dapat memodifikasi proses asesmen untuk memenuhi
kebutuhan khusus pasien.
5. melakukan penilaian secara individual serta harus dapat mewakili semua
populasi yang ada diantaranya pada pasien neonatus, anak,
obstertri/maternitas dan sakit terminak atau mengahadapi kematian
BAB VIII
ASESMEN ULANG

Pasal 9
1. Asesmen ulang pasien adalah suatu proses pengkajian ulang dalam
interval tertentu terhadap pasien untuk mengkaji respons terhadap
pengobatan berdasarkan asesmen awal pasien tersebut yang dilakukan
oleh staf yang kompeten di rumah sakit
2. Asesmen ulang pasien dilakukan oleh DPJP (dokter penanggung jawab
pasien), PPJA (perawat penanggung jawab asuhan), dan PPA
(Profesional pemberi asuhan lainnya) untuk mengevaluasi respon
pasien
3. Asesmen ulang dilakukan di rawat inap atau di ruang perawatan intensif
dalam bentuk catatan perkembangan terintegrasi dengan para pemberi
asuhan yang lain
4. Asesmen ulang merupakan kunci untuk memahami apakah keputusan
pelayanan sudah tepat dan efektif
5. Asesmen ulang 10eri dilakukan apabila terdapat perubahan kondisi
yang signifikan atau terjadi perubahan rencana perawatan atau
kebutuhan pasien

BAB IX
PPA

Pasal 10
1. PPA adalah Panduan Profesional Pemberi Asuhan
2. Assesmen pasien dilakukan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
yang berkompeten memberikan pelayanan secara 10eriodic10nal dan
melibatkan ahli lain bila diperlukan. Professional Pemberi Asuhan
(PPA) terdiri dari dokter, bidan, ahli gizi dan apoteker.
3. Lingkup assesmen pasien meliputi pasien di rawat jalan, IGD dan rawat
inap serta melibatkan unit penunjang lain sesuai dengan kebutuhan
pasien
4. Pengumpulan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan
masalah pasien
5. Proses perencanaan menggunakan data dan assesmen awal pasien dan
assesmen ulang 11eriodic untuk menetapkan dan menyusun prioritas
pengobatan, prosedur, asuhan kebidanan dan asuhan lain untuk
memenuhi kebutuhan pasien

BAB X
PENGORGANISASIAN UNIT LABORATORIUM

Pasal 11
1. Pengorganisasian unit laboratorium merupakan sarana penunjang
upaya pelayanan kesehatan, khususnya bagi kepentingan preventif,
kuratif bahkan promotif dan rehabilitatif.
2. Pelayanan laboratorium sebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang
berfungsi untuk mendiagnosa dan menetapkan penyebab penyakit,
pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan
3. Pelayanan laboratorium bekerja sama dengan pihak ketiga
BAB XI
PENGORGANISASIAN DAN PENGATURAN PELAYANAN
RADIODIAGNOSTIK

Pasal 12
1. Merupakan salah satu cabang ilmu radiologi yang memanfaatkan sinar
pengion untuk membantu diagnosa dalam bentuk foto yang
didokumentasikan
2. Agar pelayanan kepada pasien dapat dilakukan secara cepat, terintegrasi
dan holistik (menyeluruh)
3. Pelayanan radiodiagnostik berkerja sama dengan pihak ketiga

Direktur,

dr. H. Abd Muin, Sp. OG


NIP. 2010 01011957 0002

Anda mungkin juga menyukai