Anda di halaman 1dari 5

Apa itu cerebral palsy?

Cerebral palsy adalah nama sekelompok kondisi yang memengaruhi otot dan saraf. Penyakit ini
bukan bawaan, tapi dimulai dari tahap awal kehidupan yaitu sejak lahir. Ada tiga jenis cerebral
palsy (CP) adalah spastic (paling umum), athetoid, dan ataxic.

CP adalah kondisi seumur hidup yang tidak akan memburuk. Kebanyakan anak pengidap CP
dapat memiliki aktivitas sehari-hari yang normal pula.

Beberapa orang terkena penyakit taraf ringan dan dapat hidup cukup normal. Yang lainnya
mengalami gejala yang lebih parah. Banyak orang memiliki tingkat kecerdasan yang normal
meskipun mengalami cacat fisik yang parah.

Apa penyebab cerebral palsy?

Penyebab cerebral palsy adalah karena adanya cedera pada bagian otak yang mengontrol
kemampuan untuk menggunakan otot. Cerebral berarti berhubungan dengan otak. Palsy
berarti kelemahan atau kesulitan menggunakan otot. Ada beberapa penyebab lain yang bisa
menyebabkan anak mengalami cerebral palsy:

 Ibu mengalami cedera pada masa hamil, atau bayi mengalami cedera dalam proses
persalinan atau masa awal kanak-kanak
 Tidak mendapatkan cukup oksigen selama atau setelah lahir
 Infeksi (misalnya campak jerman) yang menular dari ibu ke bayi
 Infeksi serius pada bayi yang baru lahir

Pemeriksaan Fisioterapi Cerebral Palsy

Pada pemeriksaan neuroimaging bisa didapatkan kelainan berupa leukomalasia periventrikuler,


malformasi kongenital, atropi kortikal/subkortikal, kista forensefali atau adanya kista yang multipel.
Kelainan di ganglia basalis akibat proses hipoksik-iskemik-ensefalopati saat neonatal, pada gambaran
mikroskopis didapatkan adanya gambaran pola marbled. Pada satu laporan kasus pada 111 anak dengan
CP tipe hemiplegi spastik, dengan pemeriksaan CT Scan, didapatkan 29% normal, atrofi periventrikel
42%, malformasi kongenital 17%, kortikal-subkortikal atrofi 12% dan kelainan lain 3%. Kragelohmann
dengan pemeriksaan MRI pada tipe kuadriplegi spastik 9% normal, 9% malformasi, 68% kerusakan pada
substansia alba dan 14% kerusakan subkortikal. Hayakawa melakukan pemeriksaan MRI pada tipe
diplegi spastik, 21% normal, 0% malformasi, 70% kerusakan substansia alba dan 9% kerusakan
subkortikal.
Kerusakan otak saat prenatal, perinatal dan postnatal disebabkan oleh insufisiensi vaskuler, infeksi,
genetik, trauma maupun metabolik. Berbagai penelitian menunjukkan adanya defisit neurologi yang
terjadi disebabkan oleh malformasi serebral akibat murni kelainan gestasi. Dengan kompleksnya
jaringan otak dan kepekaan pada tiap tahap perkembangan otak, memberikan kelainan yang berbeda.
Iskemia serebral sebelum usia kehamilan 20 minggu akan terjadi defisit migrasi neuronal, antara 26-34
minggu terjadi leukomalasia periventrikuler dan antara 34-40 minggu terjadi kerusakan fokal atau
multifokal.

Problematika Fisioterapi

a. Impairment
Impairment yang sering terjadi pada kondisi Cerebral Palsy adalah : (1) adanya terdapar
kelemahan pada otot – otot nya. (2) meningkatnya tonus otot, (3) adanya gangguan pada
gerakan seperti merangkak, duduk dan berjalan.
b. Functional Limitation
Adanya gangguan pada fungsional motoriknya atau keterlambatan tumbuh kembang motorik.
c. Participation Of Restriction
Sulit berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, dan anak kurang memahami konsep bermain
serta ditemukan adanya keterlambatan psikososial dibanding anak normal.
11. Pelaksanaan Fisioterapi pada Penderita CP
Untuk mencapai suatu keberhasilan didalam pemecahan suatu masalah kesehatan, selain
dengan kerjasama, juga sangat ditentukan oleh ketelitian dalam suatu pemeriksaan.
Fisioterapi sebagai salah satu bagian medik dalam memberikan pelayanan kesehatan, harus
mempercayai kemampuan dalam melakukan pemeriksaan dan mengolah data atau informasi
yang diperoleh dari pasien, sehingga mampu menerapkan modalitas yang sesuai dengan
masalah – masalah yang dihadapi dan akhirnya akan memberikan keberhasilan dalam
melakukan suatu tindakan terapi.
Sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu harus dilakukan pengkajian terhadap suatu
problematika, sehingga pada akhirnya pengobatan yang diberikan sesuai dengan sasaran yang
diharapkan. Pengkajiannya meliputi : Anamnese, pemeriksaan Fisik , dan pemeriksaan
penunjang yang lain untuk kelengkapan informasi tentang kasus CP.
Problematika fisioterapi yang sering dijumpai pada pasien dengan kondisi CP adalah : Adanya
gangguan fungsional yang terdapat gangguan gerakan, seperti duduk, merangkak dan berjalan,
sehingga anak akan mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang mototrik serta kesulitan
untuk beraktifitas secara fungsional. Pada disability anak sulit berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar, dan anak kurang memahami konsep bermain serta ditemukan adanya
keterlambatan psikososial dibanding anak normal.

Prevalensi Cerebral Palsy

Cerebral Palsyditandai oleh gangguan motorik dan juga dengan disfungsi fisik dan gangguan
mental. Pada 2001, 764.000 anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat didiagnosa
menderita Cerebral Palsy. Selain itu, di perkirakan 8.000 bayi dan anak menderita Cerebral
Palsy, serta 1.200 sampai 1.500 usia anak sebelum sekolah menderita Cerebral Palsysetiap
tahunnya (Krigger, 2006).Di Indonesia,angka kejadian Cerebral Palsybelum dapat dikaji secara
pasti. Menurut Soetjiningsih (1995) prevalensi penderita Cerebral Palsydiperkirakan sekitar 1-5
per 1.000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Seringkali terdapat pada
anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering mengalami kelahiran
macet. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat badan lebih rendah dan kelahiran
kembar. Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun, terlebih lagi pada multipara (Maimunah,
2013).

Intervensi pada anak Cerebral PalsyCerebral Palsy adalah gangguan atau kelainan anggota gerak
karena adanya kerusakanotak. Kadang kerusakannya mempengaruhi bagian lain dari otak
sehingga menyebabkan kesulitan dalam penglihatan, pendengaran, komunikasi, dan
belajar.Penanganannya dengan cara mengendurkan otot-otot yang kaku, menggerakkan
berlawanan dengan arah spastiknya, mencegah salah bentuk, memantapkan gerakan yang tidak
terkontrol, menguatkan otot yang lemas (floppy), latihan keseimbangan dalam berlutut, berdiri,
dan berjalan, kontrol gerakan-gerakan agar tidak gemetar.

Intervensi

Menurut Elizabeth Eliz (1994: 2) “ Intervention involves implementating strategies and


techniques identified in the planning stage. The terapist must be prepared to be flexible and
adapt the intervention depending on the response of the individual”. Dipahami dari pendapat
tersebut, maksud dari intervensi ini adalah pemberian layanan kepada anak, sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Dalam intervensi ini, fisioterapis harus dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi anak dan dengan respon anak yang akan timbul ketika diberikan intervensi.
Maksudnya, dalam intervensi ini, fisioterapis harus memahami setiap karakteristik yang dimiki
setiap anak cerebral palsy yang diberikan layanan fisioterapi. Intervensi fisioterapi adalah
implementasi dan modifikasi
teknologi fisioterapi yang terdiri dari manual terapi, peningkatan gerak dengan menggunakan
peralatan (fisik, elektroterapitik, mekanik) pelatihan fungsi, penyediaan alat bantu, pendidikan
pasien, konsultasi, dokumentasi, koordinasi dan komunikasi yang bertujuan untuk pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan terhadap impairment, injury, keterbatasan kemampyan,
disabilitas serta memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebugaran, kualitas hidup pada
individu segala umur, kelompok dan masyarakat.

(KEPMENKES, 2008: 14).

Evaluasi

Evaluasi perlu diberikan setelah suatu tindakan atau kegiatan usai. Tujuan dari evaluasi ini
adalah untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan yang dialami setelah diberikannya suatu
tindakan yaitu fisioterapi pada anak yang mengalami cerebral palsy. Menurut Elizabeth (1994:
3) “Evaluation is necessary to assess the effectiveness of intervention. It provides an
opportunity to validate the assumptions which may have been made in the analysis phase of
the decision making process”. Jadi evaluasi ini memberikan kesempatan untuk mengevaluasi
dugaan-dugaan yang telah dibuat pada tahap analisis dan perencanaan proses, sehingga ketika
terjadi suatu ketidak sesuaian bisa terlihat dan akan diperbaiki untuk layanan selanjutnya.
Evaluasi fisioterapi juga merupakan suatu kegiatan asesmen ulang setelah intervensi fisioterapi,
identifikasi, penentuan perkembangan gerak dan fungsi untuk menentukan kelanjutan,
modifikasi, penghentian atau rujukan (KEPMENKES, 2008: 14)

Anda mungkin juga menyukai