Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOFARMASETIKA

ABSORBSI OBAT SECARA PER ORAL YANG DIPENGARUHI

OLEH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

KELAS IV B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Pertama-tama tidak lupa kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah S.W.T,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“ABSORBSI OBAT SECARA PER ORAL YANG DIPENGARUHI OLEH ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA”.

Kami berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai


absorpsi obat khususnya berkaitan denganbiofarmasetika dalam anatomi fisiologi
manusia .Selain itu, dalam makalah ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kami juga berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi adanya
perbaikan dalam makalah-makalah selanjutnya.

Yogyakarta, 28 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

- LATAR BELAKANG ...........................................................................................................


- RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................
- TUJUAN ................................................................................................................................

BAB II ISI ....................................................................................................................................

- Definisi absorbs obat..............................................................................................................


- Proses absorpsi obat secara per oral.......................................................................................
- Organ-organ yang berperan dalam absorpsi obat ..................................................................
- Pengaruh anfisman terhadap absorpsi obat ............................................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................

- KESIMPULAN ......................................................................................................................
- SARAN ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada tahun 1961 dalam suatu artikel review di Journal Of Pharmaceutical Sciences
dikemukakan definisi dari biofarmasi sebagai berikut “Biofarmasi adalah cabang ilmu
farmasi yang mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisoko kimia dari bahan baku obat dan
bentuk sediaan dengan efek terapi sesudah pemberian obat teerssebut kepada pasien”.
Perbedaan sifat fisiko kimia dari sediaan ditentukan oleh bentuk sediaan, formula dan cara
pembuatan, sedangkan perbedaan sifat fisiko kimia dari bentuk bahan baku (ester, garam,
kompleks atau polimorfisme) dan ukuran partikel
Selanjutnya perkembangan ilmu biofarmasi, melihat bentuk sediaan sebagai suatu
“drug delivery system” yang menyangkut pelepasan obat berkhasiat dari sediaannya,
absorpsi dari obat berkhasiat yang sudah dilepaskan, distribusi obat yang sudah diabsorpsi
oleh cairan tubuh, metabolism obat dalam tubuh serta eliminasi obat dari tubuh.
Kecepatan pelepasan obat dipengaruhi oleh bentuk sediaan, formula dan cara
pembuatan sehingga bisa terjadi sebagian obat dilepas di saluran cerna dan sebagian lagi
masih belum dilepas sehingga belum sempat diabsorpsi sudah keluar dari saluran cerna.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu absorbsi obat ?
2. Bagaimanakah proses absorbsi obat dengan cara pemberian per oral ?
3. Organ apa saja yang berperan dalam absorbsi obat dalam tubuh ?
4. Bagaimanakah pengaruh anatomi fisiologi tubuh manusia dalam absorpi obat secara per
oral ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari absrobsi obat
2. Mengetahui proses absorbsi yang terjadi di dalam tubuh terhadap sediaan oral
3. Mengetahui organ yang berperan dalam absorbsi obat dalam tubuh
4. Mengatahui pengaruh anfisman dalam absorbs obat secara per oral.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Absorbsi Obat
Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul
obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati sawar
biologik. Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan
efektivitas obat. Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau
organ, obat tersebut harus melewati berbagai membran sel. Pada umumnya,
membran sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai membran
lipid semipermeabel. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut
dalam cairan biologis.
Kelarutan (serta cepat-lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat
terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat per oral, cairan biologis utama adalah
cairan gastrointestinal; dari sini melalui membrane biologis obat masuk ke
peredaran sistemik. Disolusi obat didahului oleh pembebasan obat dari bentuk
sediaannya.
Obat yang terbebaskan dari bentuk sediaannya belum tentu diabsorpsi
kalua obat tersebut terikat pada kulit atau mukosa disebut adsorpsi. Kalau obat
sampai tembus ke dalam kulit, tetapi belum masuk ke kapiler disebut penetrasi.
Hanya kalua obat meresap/menembus dinding kapiler dan masuk ke dalam
saluran darah baru itu disebut absorpsi .
Berarti suksesnya perpindahan obat dari suatu bentuk sediaan dosis oral
kedalam sirkulasi
umum bisa dicapai dengan empat langkah proses yaitu :
1. Penghantaran obat pada tempat absorpsinya
2. Keberadaan obat dalam bentuk larutan
3. Pergerakan dari obat larut melalui membran saluran cerna
4. Pergerakan obat dari tempat absorpsi ke dalam sirkulasi umum .
Absorpsi obat adalah langkah utama untuk disposisi obat dalam tubuh dari
system LADME (Liberasi-Absorpsi-Distribusi-Metabolisme-Ekskresi). Bila
pembebasan obat dari bentuk sediaannya (liberasi) sangat lamban, maka disolusi
dan juga absorpsinya lama, sehingga dapat mempengaruhi efektivitas obat secara
keseluruhan .

2.2 Proses Absorbsi Obat Secara Per Oral

Suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat
absorbsi. suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat
diabsorbsi sampai partikel-partikel obat itu benar benar larut dalam cairan pada suatu tempat
dalam saluran usus halus bisa diserap . Kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium
asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan
dalam usus halus. Bila suatu tablet dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai
masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer,
matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini
mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus.

Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan


melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan.

Pada waktu suatu partikel obat memngalami disolusi, molekul-molekul obat pada
permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan
yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan
difusi.

Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan
berhubungan dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi.
2.3 Organ yang berperan dalam absorbsi sediaan oral
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
A. MULUT
a. Mukosa
- Lidah
- Permukaan bagian dalam mulut
Mukosa tipis, banyak penyerapan Vaskularisasi bagus, terdapat
vena dari daerah mulut yang mengalir ke jantung, selanjutnya ke organ
lain, dan kemudian ke hati.
b. Air Liur (pH, enzim ptialin)
 Sediaan yang mengalami absorbsi di mulut
- Sub lingual : Sediaan diletakkan dibawah lidah
Contoh : nitrogliserin, ISDN, Isoproterenol
- Bukal : Sediaan disisipkan dipipi
Contoh: progesteron, ISDN
B. TENGGOROKAN ( FARING)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring
terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan
dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium
C. KERONGKONGAN (ESOFAGUS)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada v ertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D. LAMBUNG
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
 Kardia.
 Fundus.
 Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
E. USUS HALUS (USUS KECIL)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan
otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
 Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir diligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
 Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dariusus halus, di antara usus dua belas jari(duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Padamanusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium.
 Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum danjejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
F. USUS BESAR (KOLON)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
 Kolon asendens (kanan)
 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
G. USUS BUNTU (SEKUM)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin:caecus, "buta") dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.
H. UMBAI CACING (APPENDIX)
Umbai cacing atau apendiks adalah organtambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20
cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda - bisa diretrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
I. REKTUM DAN ANUS
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi
utama anus.
J. PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
K. HATI
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke
dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecilkecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh
kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
L. KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu (Bahasa Inggris:gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap -
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu
yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan denganhati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin
2.4 Pengaruh Anatomi Fisologi tubuh manusia terhadap absorbsi obat

Dalam hal pemberian obat per oral, cairan biologis utama adalah cairan
gastrointestinal; dari sini melalui membrane biologis obat masuk ke peredaran sistemik.
Disolusi obat didahului oleh pembebasan obat dari bentuk sediaannya. Obat yang
terbebaskan dari bentuk sediaannya belum tentu diabsorpsi obat tersebut terikat pada
kulit atau mukosa disebut adsorpsi. Kalau obat sampai tembus ke dalam kulit, tetapi
belum masuk ke kapiler disebut penetrasi. Hanya kalua obat meresap/menembus dinding
kapiler dan masuk ke dalam saluran darah baru itu disebut absorpsi.

Hal-hal yang dapat meningkatkan waktu tinggal dilambung meliputi:

 Sistem penghantaran bioadhesieve yang melekat pada permukaan mukosa


 sistem penghantaran yang dapat meningkatkan ukuran obat sehingga tertahan karena
tidak dapat melewati pylorus
 sistem penghantaran dengan mengontrol densitas termasuk floating system dalam
cairan lambung.

Anda mungkin juga menyukai