Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh :

1. Naila Nur Rohmah (2019012191)


2. Shafia Dwi Wulandari (2019012207)
3. Silvia Istiqomah (2019012210)
4. Zumrotus Zakiyah (2019012218)
PSIK IIB

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN 2019
JL.Lingkar Raya Kudus-Pati km. 5 Jepang Mejobo Kudus

KATA PENGANTAR

i
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karna atas berkat rahmat dan hidayahNyalah
sehingga,tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusunan tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.

Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang”Keperawatan Dasar”,yang
disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen . yang telah membimbing dan
memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,dan
semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa
hikmah untuk semuanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kudus,Februari 2019

penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
BAB II MATERI ............................................................................................ 3
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan cepat dan luas seiring
dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan terampil dan tepat saat melakukan
pemberian obat. Tugas perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui
pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong
klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
tenaga kesehatan lainnya.

Keberhasilan promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan perawatan dan
pengobatan, baik itu berbentuk obat alternative, diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa resep
dokter. Sehingga, tenaga kesehatan terutama perawat harus dapat membagi pengetahuan tentang
obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami cara menghitung dan mengukur dosis obat

Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menghitung dan mengukur dosis obat

b. Mahasiswa mengetahui perhitungan larutan

c. Mahasiswa mampu menghitung dosis anak

d. Mahasiswa mengetahui macam-macam dosis obat

1
C.RUMUSAN MASALAH
1. Daya Kerja obat secara fisiologis
2. Sistem Pengukuran dan Perhitungan Obat
3. Proses Langkah Pemberian Obat Secara Aman
4. Berbagai Cara Pemberian Obat ( IV,SC,IM)

BAB II

2
A. DAYA PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting
perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien
yang memiliki maslah kesehatan . Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak
hal.Walaupun obat .Obat ada yang mempunyai efek pada permebilitas membran sel dan
merubah sifat alamiah komponen seluler yang melalui membran.Obat juga dapat
beraksi pada system transport yang membawa berbagai bahan dari permukaan sel
menuju nucleusIlmu yang mempelajari mekanisme obat dalam tubuh adalah
Farmakokinetika.Walaupun di dalam Kurikulum Pendidikan Keperawatan,Ilmu ini
tidak diajarkan secara rinci, namun mekanisme obat dipelajari dalam Ilmu Keperawatan
Dasar dan Farmakologi.

Pada umumnya setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami empat proses
yaitu :

(1) Absorsi, proses obat memasuki sirkulasi cairan tubuh

(2) Distribusi, proses obat di angkut ke area tubuh dimana obat diharapkan
bereaksi atau disimpan dalam tubuh

(3) Biotransformasi, proses di mana obat diubah menjadi berbentuk kurang aktif

(4) Ekresi, proses dimana obat dikeluarkan dari tubuh.

Absorsi merupakan proses perpindahan obat dari pintu masuk menuju sirkulasi
darah kecuali obat yang dimasukan secara intravena yang menyebabkan obat langsung
masuk ke sirkulasi darah. Kecepatan absorsi obat dipengaruhi oleh berbagai hal,
misalnya obat yang diberikan per obat mempunyai aksi yang lebih lambat bila
dibanding dengan pemberian melalui vena. Adanya makanan dalam lambung dapat
menghambat absorsi obat. Molekul makanan juga dapat bereaksi dengan molekul obat
yang menyebabkan struktur dan efeknya berubah.Tingkat keasaman (PH) dalam saluran
pencernaan berpengaruh pula terhadap absorsi obat. Obat yang sifatnya biasa akan cepat
bereaksi dalam lingkungan asam di lambung, namun cepat bereaksi di lingkungan biasa,
usus yang mempunyai PH sekitar 6 sampai 8. Aksi yang lebih cepat ditemukan pada
obat yang diberikan secara intravena karena obat langsung dimasukkan ke peredaran
darah.

Aborsi juga di pengaruhi oleh bentuk, kosentrasi dan dosis obat. Untuk lebih
dapat diabsorsi obat harus dalam bentuk larutan. Untuk ini, obat yang di kemas dalam
bentuk cair akan lebih cepat diabsorsi daripada obat dalam bentuk padat. Obat dengan

3
kosentrasi dan dosis yang tinggi akan lebih cepat di absorbsi dari pada obat dengan
kosentrasi dan dosis rendah.

Distribusi setelah obat di absorbsi atau diinjeksi ke dalam pembuluh darah, obat
akan diedadarkan keseluruh tubuh oleh system sirkulasi. Area tubuh yang mempunyai
banyak pembuluh darah misalnya : hati, ginjal, dan otak dapat dicapai oleh obat lebih
cepat disbanding dengan area yang sedikit mendapat suplai darah. Misalnya kulit dan
otot. Sifat kimia dan fisik obat menentukan area dimana obat tersebut dapat beraksi.

Biotransformasi, sebagian besar obat setelah mengalami absorbsi dan distribui


akan mengalami proses pengubahan metabolik atau biotransformasi. Obat akan di ubah
menjadi bentuk kurang aktif. Proses ini juga disebut detroksikasiyang biasanya terjadi di
liver.

Ereksi, proses fisiologi di mana obat dan metabolik dikeluarkan dari tubuh disebut
ekskresi. Sebagianbesar ekskresi berlangsung melalui ginjal dalam bentuk urine, obat
jugan dikeluarkan melalui paru-paru. Misalnya obat anestesi melalui feses, keringat, air
mata dan saliva.

B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA KERJA OBAT

Akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat, respon terhadap obat sangat barfariasi.
Faktor selain karakteristik obat juga mempengaruhi kerja obat. Klien mungkin tidak
memberi respon yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan. Begitu juga, obat
yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada klien yang berbeda.

1. Usia

Orang usia lanjut dan bayi sangat responsive terhadap obat. Orang usia lanjut dapat
mengalami perubahanterhadap respon obat karena adanya gangguan liver, hati atau
kardiovaskuler. Bayi sangat responsive terhada obat karena mekanisme metabolic dan
ekskresi yang belum sempurna akibat liver dan ginjal yang belum matang.

2. Massa tubuh

Berkaitan dengan jumlah obat yang diberikan. Dosis harus disesuaikan dengan
massa tubuh h per

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap efek obat karena perbedaan fisik
antara pria dan inggi nyebabkan pembuluh daraksi uhu lingkungan tobat – obat
tertentu dapat lebih cepat beraksi dalam air atau dalam lemak.

4. Lingkungan

4
Lingkungan berpengaruh terhadap daya kerja obat terutama lingkungan yang
dapat merubah obat (missal cahaya), Kepribadian pasien dan lingkungan pasien.
Lingkungan fisik dapat pula mempengaruhi daya kerja obat, misalnya suhu
lingkungan tinggi menyebabkan pembuluh darah perifer melebar sehingga dapat
meningkatkan daya kerja vasodilator.

5. Waktu pemberian obat

Waktu pemberian obat per oral berpengaruh terhadap daya kerja obat. Absorbsi obat
akan lebih cepat bila diberikan saat perut dalam keadaan kosong. Sedangkan obat yang
yang dapat menyebabkan iritasi lambung akan lebih aman bila diberikan pada perut
yang berisi makanan.

6. Penyakit

Penyakit merupakan salah satu pertimbangan dalam memberikan obat. Kondisi


penyakit merupakan dalam menentukan jenis obat dan dosis yang diberikan. Obat
dapat bereaksi secara efektif pada keadaan sakit. Misalnya suhu badan pada orang ya
yang demang demam dapat diturunkan dengan pemberian parasetamol. Namun
parasetamol tidak menurunkan suhu bila diberikan pada orang yang suhunya normal.

7. Faktor genetic

Factor genetic mempengaruhirespon seorang terhadap pemberianobat. Factor ini


secara genetic menentukan system metabolism tubuh dan ketahanan seseorang terhadap
obat (alergi). Susunan genetic mempengaruhi biotranformasi obat. Pola metabolic
dalam keluargasering kali sama. Faktor genetic menentukan apakah enzim yang
berbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat. Akibatnya, anggota
keluarga sensitive terhadap suatu obat.

8. Faktor psikologis

Factor psikologis berkaitan dengan keekfektifan obat. Orang mempercayai bahwa


obat yang mereka gunakan dapat mengatasi gangguan kesehatannya akan lebih efektif
daya kerja obat yang dia minum dibanding dengan orang yang tidak percaya. Prilaku
perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara sinifikan (makna obat) pada
respon klien terhadap pengobatan. Apabila perawat memberikan kesan bahwa obat
dapat membantu, pengobatan kemungkinan akan memberi efek yang positif. Apabila
perawat terlihat kurang peduli saat klien merasa tidak nyaman, obat yang diberikan
terbukti relative tidak efektif.

C. PENGGUNAAN OBAT NON TERAPEUTIK

5
Meskipun ada control hukum, beberapa orang menggunakan obat bukan untuk
tujuan yang benar. Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan masalah
kesehatan yang serius bagi pengguna, keluarga, dan komunitasnya. Pada masa lalu
penggunaan obat keliru (misuse)/ penyalah gunaan obat (drug abuse) berhubungan
dengan penggunaan untuk memperoleh efek terapeutik, misalnya untuk meredakan nyeri
atau menurunkan rasa cemas. Saat ini factor seperti tekanan teman sebagai rasa ingin tau,
dan pencarian kesenanganmerupakan motivator penggunaan obat yang tidak terapeutik.
Masalah penyalahgunaan obat tidak terbatas hanyapada heroin,kokain, dan obat keras
lain.

Perawat memiliki kewajiban etis dan hukum untuk memahami masalah individu
yang menyalahgunakan obat atau mengalami ketergantungan obat, perawat harus
menyadarus menyadari nilai dan sikapmereka sendiri terhadap penggunaan secara
sengaja zat yang berpotensi berbahaya. Perawat tidak dapat membangun hubungan yang
terapeutik dengan klien, jika nilai-nilai pribadinya menghambatnya menerima atau
memahami kebutuhan klien.

Apabila perawat memiliki pengetahuaan tentang perubahaan fisik, psikologi dan


sosial akibat penyaakibat penyalahgulahgunaan obat, perawat dapat mengiidentifikasi
klien memiliki masalah dengann obat.

D. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIS OBAT.

1) Farmakokinetik adalah ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai
tempat kerjanya, di metabolisme, dan keluar dari tubuh. Dokter dan perawat
menggunakan pengetahuaan farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih
rute pemberiaan obat, menilai resiko perubahan kerja obat.

2) Farmakodinamis adalah ilmu yang memelajari pengaruh obat terhadap organisme


hidup. Studi tentang tempat dan mekanisme kerja serta efek fisiologindan
biokimia obat pada organisme hidup.

E. SISTEM PERHITUNGAN DAN PENGUKIRAN OBAT

1. Sistem metric
Sistem desimal berdasar kelipatan 10. Unit dasar dari pengukuran adalah
gram (g, gm, G, Gm) untuk berat; liter (l,L) untuk volume; dan meter (m, M)
untuk pengukuran linera atau panjang.
Unit metrik yang paling sering dipakai dalam penulisan obat adalah:
1 g = 1000 mg
1 L = 1000 mL
1 mg= 1000 µ (mkg)

Untuk dapat mengkonversi suatu jumlah, satu dari nilai-nilai harus diketahui,

6
seperti gram atau miligram, liter atau mililiter, dan miligram atau mikrogram.
Gram, liter, dan meter adalah unit yang lebih besar; miligram, mililiter, dan
milimeter adalah unit yang lebih kecil.

2. Sitem farmasi
Menggunakan angka romawi dan tidak memakai angka arab untuk
menyatakan jumlah, dan angka romawi diletakkan setelah simbol singkatan untuk
unit pengukuran. Angka romawi dituliska dengan huruf kecil, contohnya grx berarti
10 grains. dalam sistem farmasi, unit berat adalah grain (gr) dan unit volume cairan
adalah ounce (fluidounce), dram (fluidram) dan minim(min).

3. Sistem rumah tanggah


Pengukuran tidak setepat sistem metrik atau farmasi, pengukuran bersifat
kira-kira. Satu sendok the (t) dianggap ekuivalen dengan 5 mL menurut USP
resmi. Ingat bahwa mililiter (mL) adalah sama dengan cc (centimeter cubik). 3
sendok the setara dengan 1 sendok makan.
B. Penghitungan Larutan
             Suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang
diketahui (g/mL, g/L, mg/mL). Larutan 10% = 10 g zat padat yang dilarutkan
dalam 100 mL larutan. Larutan 1 : 1000 = larutan yang mengandung 1 g zat padat
dlm 1000 mL cairan / 1 ml cairan dalam 1000 mL cairan lain.
C. Penghitungan Dosis Anak
             Pemberian dosis obat pada anak memerlukan suatu pertimbangan yang
seksama terhadap perbedaan antara anak dan orang dewasa sehubungan dengan
farmakokinetika dan farmakologi obat. Seorang anak selalu mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan dan dalam proses ini selalu akan terjadi
perubahan-perubahan dari waktu ke waktu. Selama masih dalam proses tumbuh
dan kembang, fungsi organ dan keadaan seorang anak juga
berkembang.Perbedaan komposisi tubuh dan kesempurnaan pertumbuhan hati dan
fungsi ginjal merupakan sumber perbedaan yang potensial dalam farmakokinetika
yang berhubungan dengan umur. Masalah pemakaian obat pada anak meliputi
penentuan jenis obat, dosis, frekuensi, lama dan cara pemberian. Adapun berbagai
pertimbangan pemakaian obat pada anak, yaitu:

1. Factor farmakokinetik : ADME


2. Pertimbangan dosis terapetik dan toksik, apakah obat termasuk lingkup
terapi lebar atau sempit
3. Perhitungan dosis
4. Segi praktis pemakaian obat : cara pemberian, kebiasaan, ketaatan.
5. Pertimbangan Farmakokinetika

Penentuan dosis pada anak harus selalu individual. Dosis mengacu pada buku
standar pediatri atau pedoman terapi, selain itu dapat juga melihat acuan pada
kemasan yang ada pada obat tersebut. Jika tidak ditemukan informasi dosisnya,

7
dapat dilakukan perhitungan dosis berdasarkan umur, berat badan, dan luas
permukaan tubuh.
Penentuan dosis pada anak harus selalu individual. Dosis mengacu pada buku
standar pediatri atau pedoman terapi, selain itu dapat juga melihat acuan pada
kemasan yang ada pada obat tersebut. Jika tidak ditemukan informasi
dosisnya,dapat dilakukan perhitungan dosis berdasarkan umur, berat badan, dan
luas permukaan tubuh.

a. Berdasarkan umur (formula young)


Dosis anak = dosis dewasa x (umur(tahun)/umur+12 tahun)
Karena proses tumbuh kembang anak itu tidak sama pada anak-anak dalam
kelompok umur yang sama, maka ketepatan dosis atas dasar umur juga diragukan.

b. Berdasarkan berat badan (formula Clark)


Dosis anak = dosis dewasa x (berat badan(kg)/ 70 kg)
c. Berdasarkan luas permukaan tubuh
Dosis anak = dosis dewasa x (luas permukaan tubuh(m2)/1,73)
Pada saat ini dianggap yang paling tepat karena ketimpangan antara dosis anak
dan dosis dewasa lebih kecil.
d.Perhitungan dosis menurut formula Pincus Catzell
persentase dari dosis dewasa, yaitu :
 bayi baru lahir 12%
 1-12 bulan 15-25 %
 1-5 tahun 25-40 %
 5-12 tahun 50-75%
Cara ini sangat praktis, tetapi kelemahannya sama seperti pada yang berdasarkan
umur.
Untuk pemilihan obat pada anak perlu diperhatikan dalam

a. Hindari pemberian anak obat-obatan yang diperuntukkan bagi orang


dewasa meskipun dengan dosis kecil
b. Hindari pemberian obat dari resep dokter yang diberikan pada orang lain
dan buka atas nama anak
c. Memberikan obat khusus yang ditujukan hanya untuk anak dengan kondisi
yan g khusus pula
d. Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya.
Orang tua diberi penjelasan pen tingnya melanjutkan pengobatan sesuai
dengan waktu yang ditentukan dalam resep meskipun anak tampak sembuh.

Dalam pembarian obat pada anak , sedian obat yang banyak disedian untuk anak
dibuat dalam bentuk elitsir atau suspensi. Jika obat yang tersedia untuk anak
dalam bentuk tablet sebaikya dihaluskan atau digerus terbi dahulu karena tablet
yang dikunyah akan membuat anak tersedak, obat tertelan dan membuat
tenggorokannya tersumbat. Jika obat diberikan melalui injeksi sebaiknya
dilakukan di paha depan atau lengan atas jangan di pantat karena pada anak otot
gluteusnya masih kecil dan di pantat terdapat syaraf yang menginervasi

8
ekstermitas bawah yang dapat terjhadi kelumpuhan jka terjadi salah suntik.
Sedangkan unuk waktu pemberian obat pada anak disesuaikan dengan dosis yang
dintruksikan dokter. Orang tua anak juga harus diberitahu apakah harus
membangunkan anak atau tidak untuk dosis setiap 6 jam pagi, siang dan malam.
Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya. Orang tua
diberi penjelasan pentingnya melanjutkan pengobatan sesuai dengan waktu yang
ditentukan dalam resep meskipun anak tampak sembuh.
Setelah selesai pemberian obat perawat harus mengevaluasi terapi obat yang telah
diberikan yang meliputi:
a. Memantau kondisi umum dan tanda-tanda vital anak setelah selesai pemberian obat
b. Perawat harus memantau secara ketat trhadap efek samping obat-obatan pada anak karena
fungsi ginjal dan hati yang belum matang
c. Lebih memperhatikan obat-obat yang proses m etabolismen ya denagn oksidasi dan
hidrolisa karena waktu paruh penek sehingga cepat dimetabolisme dibandingkan dengan
orang dewasa seperti barbital, fenitoin dan teofilin
d. Untuk anak-anak dengan pen yakit kronis, farmasetika, farmakokinetik dan
farmakodinamik harus dipantau dan memperhatikan tumb uh kembang anak.

D. Macam-Macam Dosis

a. Dosis Terapi
Dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si saki
b. Dosis Maksimum
Dosis yang terbesar yangdapat diberikan kepada orang dewasa untuk
pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
c. Dosis Toxic
Obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan.
d. Dosis Lethal
Dosis toksik yang sampai mengakibatkan kematian (Joenoes, 2004).
e. Inithial Dose atau Loading dose
Dosis obat untuk memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi
terapeutik dalam tubuh yang Menghasilkan efek klinis.
f. Loading dose
Dosis tinggi ketika obat diberikan pada awal terapi pengobatan sebelum
dilanjutkan ke terapi dosis yang lebih rendah
g. Maintenance Dose
Dosis untuk memelihara dan mempertahankan efek klinik atau konsentrasi
terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen.

            Tiga sistem pengukuran (metrik, frasi,, & rumah tangga) dipakai dalam pengukuran obat-
batan dan larutan. Sistem metrik merupakan sistem pengukuran yang di terima di seluruh
duni. Sistem metrik adalah sistem desimal berdasarkan kelipatan 10. Unit dasar dari
pengukuran adalah gram untuk berat, liter untuk olume, meter untuk pengukuran panjang.
Kilo adalah awalan yang dipakai untuk unit yang lebih besar (contoh : kilometer ) nano
adalah awalan untuk unit yang lebih kecil ( contoh miligram ).

9
F. PROSES LANGKAH PEMBERIAN OBAT SECARA AMAN
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya
pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500
mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.  
4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat
dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum
setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam
mefenamat.
6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

G. BERBAGAI CARA PEMBERIAN OBAT (IV,SC,IM)

A. Secara intravena (IV)

10
1.Pengertian
Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit.
2.Tujuan dan manfaat
1. Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
-Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien
yang sedaang gawat darurat .
- Menghindari kerusakan jaringan .
- Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat injeksi intravena :
-pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
-pada tungkai (vena safena)
-pada leher (vena jugularis)
-pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

3.Persiapan peralatan untuk pemberian obat intravena


a. Buku catatan pemberian obat
b. Kapas alcohol
c. Sarung tangan sekali pakai
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Kasa steril
j. Bengkok
k. Perlak pengalas
l. Pembendung vena (torniket)
m. Kasa steril  Betadin

4. Prosedur Kerja:
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 
c) Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan
dilakukan
d) Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan. 
e)  Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan
diberikan.
f)  Apabilaobat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut
(aquades steril). 
g)   Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi. 
h)   Desinfeksi dengan kapas alkohol. 
i)   Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas
daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta
bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan. 

11
j) Ambil spuit yang berisi obat. 
k) Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 150 - 300 
l) Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan obat hingga habis. 
m)  Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke
dalam bengkok. 
n) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis
obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada).

B. Secara subcutan (SC)


1.Pengertian
Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat kedalam
bagianbawah kulit.
Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian
atas,dan daerah disekitar pusar.
2.Tujuan
Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat
pada jaringan subcuta di bawah kulit untuk di absorbsi .
      
Persiapan peralatan pemberian obat subcutan
a. Buku catatan pemberian obat
b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan sekali pakai
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 sampai ½ inci
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Kasa steril
j. Bengkok
3. Prosedur 
Cuci tangan
a. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
b. Identifikasi klien
c. Beri tahu klien prosedur kerjanya
d. Atur klien pada posisi yang nyaman
e. Pilih area penusukan
f. Pakai sarung tangan
g. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol

12
h. Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
i. Buka tutup jarum
j. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan
dengan ujung Jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan
dominan,masukkan jarum dengan sudut 450 atau 900 .
k. Lepaskan tarikan tangan non dominan
l. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
m. Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada darah tarik kembali
jarum dari kulit tekan tempat penusukan selama 2menit,dan observasi adanya
memar, jika perlu berikan plester,siapkan obat yangbaru.
n. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,sambil
melakukan
o. enekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
p. Jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa steril sampai
perdarahan berhenti.
q. Kembalikan posisi klien
r. Buang alat yang sudah tidak dipakai
s. Buka sarung tangan 
t. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis
obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)

Penyuluhan pasien ,Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan


efektif.
1.      Tahap PraInteraksi

a)      Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada


b)      Mencuci tangan.
c)      Menyiapkan obat dengan benar
d)      Menempatkan alat di dekat klien dengan benar

2.      Tahap Orientasi

a)      Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


b)      Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
c)      Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3.      Tahap Kerja

a)      Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan


b)      Memasang perlak dan alasnya
c)      Membebaskan daerah yang akan di injeksi
d)      Memakai sarung tangan
e)      Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi terhadap
adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi
atau infeksi)

13
f)       Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar
diameter ±5cm)
g)      Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit
h)      Memasukkan  spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
i)        Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
j)        Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
k)      Mencabut jarum dari tempat penusukan
l)        Menekan daerah tusukan dengan kapas  desinfektan
m)   Membuang spuit ke dalam bengkok.

4.         Tahap Terminasi

a)      Melakukan evaluasi tindakan


b)      Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c)      Berpamitan dengan klien
d)      Membereskan alat-alat
e)      Mencuci tangan
f)       Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
i) Konsep dan teknik cara pemberian obat secara topical(kulit, mata, telinga dan
hidung)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat
adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah
ksehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan
efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkkan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannnya dengan benar
serta berdasarkan pengetahuan.

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan
meluangkan sebagian besar bersama klien. Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang ideal
untuk memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien dan keluarga
tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak efektif,atau tidak lagi
dibutuhkan. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada klien.Perawat harus menentukan apakah
seorang klien harus menerima obat pada waktunya dan mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan
obat secara mandiri.Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke
dalam perawatan.

B. Saran

Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan kemampuan untuk
mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi, kita sebagai perawat yang professional
harus mampu menguasai tentang dosis obat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Joonoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi Resep Yang Rasional. Surabaya: Airlangga University Press

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Buku saku praktikumKebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba Medika

http://diarikesehatan.blogspot.com/2012/12/efek-obat.html

http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-prosedur-pemberian-obat-dalam.html

16

Anda mungkin juga menyukai