Silfia Istikomah
Sinta Elya N.A
Sinta Widyastuti
Tryas Septiana F.
Wahyu Esterina
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
Pengkajian Pasien Paliatif ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari
segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual (WHO, 2016) (Hasanah & Arianti, 2018)
Perkiraan jumlah orang yang membutuhkan perawatan paliatif pada
akhir kehidupan sebanyak 20,4 juta, dan kebutuhan perawatan paliatif akhir
kehidupan pada usia dewasa secara global diatas 19 juta (WHO, 2014)
Perawatan pasien paliatif harus berfokus pada berbagai masalah eksistensial
baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual untuk mempromosikan rasa pasien
yang bermartabat (Albers, et.al, 2013) (Hasanah & Arianti, 2018).
Perawatan paliatif berupaya meringankan penderitaan penderita yang
sudah sakit parah dan tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker
stadium akhir, penderita penyakit motor neuron, penyakit degeneratif saraf
dan penderita HIV/AIDS. Pada akhirnya penderita diharapkan dapat
menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta
memberi dukungan agar mampu melakukan hal-hal yang masih bisa
dilakukan dan bermanfaat bagi spiritual penderita (Anita, 2016).
Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi ke
penderita. Kemudian setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian
obat untuk mengurangi rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi
individu penderita dan keluarganya bagaimana
3
memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta
kesiapan untuk menghadapi kematian (Anita, 2016)
Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan
keluhan, serta bukan terhadap penyakit utamanya karena penyakit utamanya
tidak dapat disembuhkan. Dengan begitu penderita terbebas dari penderitaan
akibat keluhan dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan nyaman (Anita,
2016).
B. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Adapun tujuan pembuatan makalah yakni untuk memenuhi tugas mata
ajar kuliah “Keperawatan Menjelang Ajal” dan menambah informasi kepada
pembaca.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
5
C. PENGKAJIAN STATUS KONGENITAL
Pertanyaaan
Apa skala kinerja WHO dan bagaimana ini membantu dokter memutuskan siapa
yang dapat melanjutkan uji klinis atau tidak?
6
Dokter menggunakan skala kinerja WHO untuk menggambarkan seberapa baik
Anda. Mereka juga menyebutnya status kinerja Anda. Ada berbagai cara untuk
menilai kesehatan umum. Organisasi Kesehatan Dunia merancang skala yang
paling sering digunakan dokter. Ini memiliki kategori dari 0 hingga 4. Inilah yang
mereka maksud
0 - Anda sepenuhnya aktif dan kurang lebih sama seperti sebelum penyakit
Anda
1 - Anda tidak dapat melakukan pekerjaan fisik yang berat, tetapi dapat
melakukan hal lain
2 - Anda bangun dan sekitar lebih dari setengah hari dan dapat menjaga diri
sendiri, tetapi tidak cukup baik untuk bekerja
3 - Anda berada di tempat tidur atau duduk di kursi selama lebih dari
setengah hari dan Anda perlu bantuan untuk membimbing diri Anda sendiri
4 - Anda berada di tempat tidur atau kursi sepanjang waktu dan butuh
banyak perawatan. Skala lain yang biasa digunakan adalah status kinerja
Karnofsky. Ini mirip dengan skala WHO, tetapi naik ke 100.
100 - Anda tidak memiliki bukti penyakit dan merasa baik
90 - Anda hanya memiliki tanda-tanda atau gejala ringan tetapi dapat terus
berjalan seperti biasa
80 - Anda memiliki beberapa tanda atau gejala dan perlu sedikit usaha
untuk melanjutkan seperti biasa
70 - Anda dapat merawat diri sendiri tetapi tidak dapat melanjutkan semua
kegiatan normal Anda atau melakukan pekerjaan aktif
60 - Anda membutuhkan bantuan dari waktu ke waktu tetapi kebanyakan
dapat merawat diri sendiri
50 - Anda butuh banyak bantuan untuk merawat diri sendiri
40 - Anda selalu membutuhkan bantuan untuk merawat diri sendiri
30 - Anda cacat dan mungkin harus tinggal di rumah sakit
7
20 - Anda sakit, dirawat di rumah sakit dan membutuhkan banyak
perawatan
10 - Anda sangat sakit dan tidak mungkin untuk pulih.
Percobaan klinis sering kali menyertakan status kinerja sebagai salah satu
kriteria yang harus Anda penuhi untuk bergabung dalam persidangan.
Peneliti harus memastikan bahwa orang-orang cukup baik untuk
mengambil bagian dalam persidangan. Anda harus bisa
8
Character ; Bagaimana tipe nyeri dirasaka? Apakah seperti rasa
tertusuk, teriris, gatal, panas atau terbakar, tertekan. Bagaimana pola
nyerinya apakah nyeri terjadi secara terus menerus atau hilang timbul.
Radiation ; Apakah nyeri menyebar kebagian tubuh lainnya, daerah
apa?
Associated features ; Apakah saat nyeri terjadi terkadang disertai
dengan gejala lain seperti mual, muntah.
Timing/pattern ; Apakah nyeri semakin parah pada waktu tertentu,
apakah nyeri terjadi saat melakukan aktifitas seperti bergerak atau
buang air kecil.
Exacerbating and relieving factors ; apa saja yang membuat nyeri
semakin buruk atau nyeri menjadi lebih berkurang.
Severity ; Apakah derajat ataupun skala nyeri mengalami perubahan
selama kurun waktu kejadian.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9
2) The Verbal Rating Score
Pasien akan ditanya untuk menetapkan tingat atau level nyeri
yang dialaminya dengan menggunakan daftar kata-kata yang
menggambarkan adanya peningkatan intensitas nyeri.
0 Tidak nyeri
1 Nyeri ringan
2 Nyeri sedang
3 Nyeri berat
1 Body Chart
Penggunaan body chart memberikan kesempatan pada pasien
untuk menetapkan dan menunjukkan tempat kejadian nyeri yang
dialaminya. Berikut contoh body chart yang digunakan untuk
pengkajian nyeri.
10
Berikut beberapa instrument pengkajian nyeri pada pasien
dewasa dengan kategori khusus yaitu:
Instrument Kelompok Khusus
Assessmen o
t f Discomfort in Demensia
Dementia (ADD)
E. PENGKAJIAN DYSPNEA
Berbagai alat ukur yang tervalidasi dapat digunakan untuk
menilai dyspnea baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada pasien
paliatif. Instrument tersebut mulai dari yang menggunakan skala ordinal
dengan menggunakan acuan single-item seperti visual analog scale
(VAS), numerical rating scale (NRS) dimana angka 0 menunjukkan
11
tidak mengalami dyspnea sedangkan angka 10 menunjukkan dyspnea yang
sangat berat atau sangat buruk.
F.
Modified Borg Scale digunakan untuk menilai intensitas dyspnea,
sedangkan untuk menilai status fungsional terkait dyspnea maka dapat
digunakan The Medical Research Council Dyspnea Scale, dan Baseline
Dyspnea Index (BDI). Selain yang menggunakan skala ordinal, skala
pengukuran dyspnea ada juga yang menggunakan skala kategorik seperti
The Memorial Symptom Assesment Scale dan Edmonton Sympton
Assesment Scale (ESAS).
G.
The Respiratory Distress Observation Scale (RDOS) merupakan
instrument yang valid dan reliable untuk mengukur dan menilai tanda-tanda
yang konsisten ditemukan pada saat dyspnea terjadi, intensitas dan respon
terhadap pengobatan terutama pada pasien yang tidak mampu melaporkan
sendiri mengenai kondisi dyspnea yang dialaminya.
H.
The RDOS adalah instrument yang menggunakan skala ordinal pada 8
variabel yang digunakan untuk menilai derajat dyspnea. Setiap variable
dinilai dari skor 0 sampai 2, lalu seluruh skor di total untuk menentukan
derajat dyspnea. Semakin tinggi skor dari hasil pengukuran mengindikasikan
semakin tinggi pula intensitas distress pernapasan pasien. The RDOS dapat
diaplikasikan pada semua kasus pasien yang memiliki risiko terjadinya
distress pernapasan yang mana pasien tersebut tidak mampu melaporkan
kondisi dispneanya secara akurat, termasuk pasien yang sedang
mendapatkan intensive ventilasi mekanik baik secara invasive maupun non
invasive. Beberapa tanda fisik yang sering diobservasi pada instrument
RDOS yang mana tanda-tanda tersebut mengindikasikan adanya distress
pernapasan seperti takikardia, takipnoe, restlessness, penggunaan otot-otot
bantu pernapasan, pola pernapasan paradox, adanya suara seperti
mendengkur pada akhir ekspirasi, dan ekspresi wajah yang menunjukkan
adanya kecemasan.
12
Dyspnea serupa dengan nyeri, dimana hanya dapat dirasakan oleh
pasien. Beberapa penyebab dyspnea yang diidentifikasi yaitu sebagai
berikut :
Respiratory/Pernapasan
-Akut Pneumonia, emifisema, pneumothoraks
Fibrosis
Cardiac/Jantung
Anemia
Kakeksia
13
F. PENGKAJIAN FATIK
14
Beberapa metode yang digunakan untuk mengkaji dan mendiagnosis
fatik dengan instrument pengukuran fatik seperti The Multidimensional
Assesment of Fatigue, the Symptom Distress Scale, the Fatigue
Observation Checklist, dan Visual Analog Scale. Dalam tatanan klinik,
penggunaan skala rating secara verbal merupakan metode yang sangat
efisien. Dimana tingkat atau derajat fisik fatik akan dengan mudah dan
cepat untuk dikaji dengan menggunakan kriteria 0 yang berarti tidak fatik
dan kriteria 10 yang berarti fatik berat.
Tiidak Fatik
Fatik Berat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15
ketakutan, kecemasan, distress, dan konflik.
16
G. PENGKAJIAN DELIRIUM
17
mengidentifikasi adanya kondisi lain yang menyerupai delirium seperti demensia yaitu
The NEECHAM Confusion Scale dam The Nursing Delirium Screening Scale (Close
& Long, 2012).
Ketersediaan instrument pengkajian yang valid merupakan komponen kunci
dan strategi untuk mendeteksi delirium pada pasien yang dirawat baik di rumah
perawatan atau panti maupun diruang ICU. The Confusion Assessment Method
(CAM) merupakan instrument yang didesain untuk tenaga kesehatan profesional non-
psikiatri (Close & Long, 2012).
H. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
1. Pengkajian Kecemasan Dan Depresi
Kecemasan merupakan gejala yang lazim ditemukan pada pasien
terutama mereka yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan
dan jiwa, dimana ditemukan 25% pada pasien kanker dan 50% pada
pasien COPD dan CHF. Sedangkan kejadian depresi ditemukan sekitar
20-30% pada pasien disetting paliatif (Rosser & Walsh, 2014).
The Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) merupakan
istrument yang cukup singkat dan mudah digunakan untuk mengukur
tingkat distress psikologis pasien (Yenurajalingam & Bruera, 2016).
Selain the HADS, Distress Termometer juga dapat digunakan untuk
menilai tingkat distress pasien (Zeppetella, 2012).
E. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Perawatan holistik tidak hanya melibatkan pengkajian akan kebutuhan
fisik, emosional dan sosial, akan tetapi juga mengenai kebutuhan spiritual dan
harapan-harapan yang ingin dicapai oleh pasien (Matzo & Sherman, 2010).
Riwayat spiritual merupakan suatu riwayat mengenai nilai dan kepercayaan
yang dianut oleh seseorang yang secara tidak langsung menggambarkan peran
spiritualitas dan agama terhadap kehidupan pasien. Sekalipun isu terkait
spiritual bukanlah tanggung jawab seorang perawat untuk mengatasi masalah
terkait isu spiritual pasien namun perawat harus tahu dan dapat melakukan
pengkajian terkait spiritual pasien untuk mengidentifikasi Ketika pasien atau
keluarga pasien mengalami distress spiritual.
18
Pengkajian terkait riwayat spiritual pasien dapat menggunakan metode FICA
yang diperkenalkan oleh Puchalski (Matzo & Sherman, 2010)
4. F merujuk pada Faith yaitu keyakinan.
5. I merujuk pada Influence yaitu pengaruh.
6. C merujuk pada Community yaitu komunitas.
7. A merujuk pada Addressing spiritual concerns yaitu cara mengatasi isu-isu
spiritual yang di alami oleh pasien.
19
I, Implication for medical care yang dapat berarti dampak terhadap
perawatan dan pengobatan
T, Terminal events planning yang dapat berarti perencanaan mengenai
kejadian yang akan atau kemungkinan terjadi di masa-masa menjelang
akhir kehidupan yang mencakup dampak dari keyakinan pasien
mengenai perencanaan tindak lanjut (Yenurajalingam & Bruera, 2016)
I. PENGKAJIAN BUDAYA
Untuk dapat mengembang kompetensi mengenai budaya maka
perawat membutuhkan dan harus dapat mendengarkan secara seksama
serta mengumpulkan berbagai informasi mengenai budaya. Latar
belakang pasien memungkinkan untuk memberikan informasi awal
mengenai nilai dan kepercayaan yang dianutnya (Matzo & Sherman,
2010).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengkajian yang terkait budaya yaitu :
Mengidentifikasi tempat kelahiran pasien.
Menanyakan mengenai pengalaman migrasi pasien.
Determinasi mengenai tingkat identitas budaya atau etnis pasien.
Mengevaluasi tingkat akulturasi pasien terhadap budaya lokal
tempat pasien berdomisili.
Mengidentifikasi kemampuan pasien menggunakan jaringan
informal dan sumber-sumber untuk mendukung dalam kegiatan
dikomunitas.
Mengidentifikasi penentu dan pembuat keputusan, apakah pasien,
keluarga atau suatu unit sosial.
Menelusuri bahasa utama dan bahasa kedua yang digunakan oleh
pasien dan keluarga.
Gambaran pola komunikasi pasien baik verbal maupun non verbal.
Pertimbangkan isu gender dan power dalam suatu hubungan atau
relasi yang terjalin.
Mengevaluasi pandangan pasien mengenai harga diri.
20
Identifikasi pengaruh agama dan spiritualitas terhadap harapan
dan perilaku pasien dan keluarga.
Telusuri mengenai pandangan pasien tentang isu diskriminasi,
rasis atau SARA.
Identifikasi mengenai tradisi masak-memasak dan perjamuan,
seerta makna makanan.
Gambaran tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi pasien
Kaji perilaku, nilai, dan kepercayaan serta praktik keseharian yang
berhubungan dengan kesehatan, sakit, penderitaan dan kematian.
Kaji tentang nilai dan upaya pasien untuk menggunakan terapi
komplementer.
Diskusikan bagaimana pasien menjaga dan mempertahankan
harapan-harapannya (Matzo & Sherman, 2010)
J. PENGKAJIAN PROGNOSISI
Prognosis dapat diartikan sebagai prediksi akan sesuatu yang
akan terjadi kedepannya sebagai hasil dari proses pengobatan atau
intervensi atau prediksi mengenai perkembangan penyakit tertentu yang
mana prediksi tersebut didasarkan pada pengetahuan kedokteran (Chai,
Meier, Morris, & Goldhirsch, 2014). Pemahaman mengenai pola
perkembangan penyakit, indikator stadium akhir dari suatu penyakit, dan
kebutuhan penanganan pada setiap fase atau stadium penyakit
merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memberikan
penanganan, perawatan yang komprehensif terutama pada kondisi akut.
Ada beberapa alasan mengapa prognosis penyakit menjadi
penting, yaitu :
Pasien dan keluarga mengambil keputusan mengenai pengobatan dan
rencana perawatan lanjutan didasarkan pada persepsi mereka mengenai
prognosis penyakit pasien itu sendiri.
Prognosis dapat membantu dan memandu perawat dan tenaga
kesehatan lainnya mengembangkan rencana pengobatan dan perawatan
yang sesuai dengan kondisi pasien.
21
Informasi mengenai prognosis pasien dapat memberikan gambaran
pada pasien dan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi pada pasien dimasa yang akan datang.
BAB III
22
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian gejala dan keluhan pasien merupakan hal sangat penting,
mengingat bahwa gejala maupun keluhan berhubungan langsung dengan
tingkat distress, kualitas hidup, dan peluang untuk bertahan hidup pasien.
Gejala dan keluhan dapat berhubungan dengan penyakit itu sendiri,
perawatan dan pengobatan, serta kemungkinan adanya penyakit penyerta
lainnya. Berbagai faktor seperti fisik, psikologis, dan spiritual distresss dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien termasuk aspek emosional dan sosial
(Yenurajalingam & Bruera, 2016).
Pengkajian pasien paliatif terdiri dari pengkajian holistik, fisik,
psikologis, spiritual, budaya dan prognosis.
B. Saran
Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan
mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai
pengkajian pasien paliatif dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi
kasus yang kami bahas ini.
23
DAFTAR PUSTAKA
Close, J. F., & Long, C. O. (2012). Delirium ; opportunity for comfort in palliative
care. Journal of Hospital & Palliative Nursing(14 (6)), 386-394.
Hasanah, N. N., & Arianti. (2018). Martabat Pasien Paliatif di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping. Health of Studies, 66-78.
Matzo, M., & Sherman, D. W. (2010). Palliative care nursing; quality care to the
end of life third edition. New York, USA: Springer Publishing Company.
Rosser, M., & Walsh, H. (2014). Fundamentals of palliative care for student nurses
first edition. West Sussex, UK: Willey Blackwell.
Yenurajalingam, S., & Bruera, E. (2016). Oxford American Handbook of Hospice
and Palliative Medicine and Supportive Care second edition. New York,
USA: Oxford University Press.
Yodang. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN PALIATIF Berdasarkan Kurikulum
AIPNI 2015. Jakarta: Trans Info Media.
Zeppetella, G. (2012). Palliative care in clinical practice. Springer: London, UK.
24
25