Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO BUNUH DIRI PADA PASIEN

Dosen Pengampu : Ns. Sri Hindriyastuti S.Kep M.Ng

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Nailil Hidayati M (2019012192)

2. Reni Ambarwati (2019012201)

3. Silfia Istikomah (2019012210)

4. Zumrotus Zakiyah (2019012218)

PSIK 5B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA


KUDUS

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama :
Perilaku Bunuh Diri
B. Proses terjadinya
Masalah
C. Pengertian
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif.
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu
akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam dalam waktu
singkat (Marasmis, 1998:431). Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara
umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Tanda dan gejala
Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan
rencana bunuh diri.
1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan.
2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana
bunuh diri.
1. Penyebab
a) Faktor Predisposisi
1. Diagnosa medis: gangguan jiwa
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
2. Sifat Kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka
bermusuhan, implusif, kepribadian anti sosial dan depresif.
3. Lingkungan Psikososial
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan atau bercerai, kehilangan barnag
kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang
mempengaruhi individu untuk melalukan tindakan bunuh diri.
4. Riwayat Keluarga
Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang
terjadi dalam keluarga merupaka faktor penting untuk melakukan
bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Menurunnya neurotansmiter serotonin, opiat dan dopamin dapat
menimbulkan perilaku destruktif diri

b) Faktor presipitasi
Stresor pencetus bunuh diri terjadi karena stres berlebihan yang
dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa
kehidupan yang memalukan seperti masalah hubungan interpersonal,
dipermalukan didepan umum, kehilanhan pekerjaan, ancaman
penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan
peristiwa bunuh diri.

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara


lain :
 Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
 Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
 Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
 Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi:


1) Faktor genetik
Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri
terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang
yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan
upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari
pada kembar dizigot.
2) Faktor biologis lain
Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis
tertentu, misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia),
diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV / AIDS, dll.
3) Faktor psikososial & lingkungan.
 Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi;
 Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif
yang berkembang, memandang rendah diri sendiri;
 Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial.

2. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif :
 Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan
upaya bunuh diri sebelumnya.
 Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan
depresi mental pada remaja
 Klien mengatakan riwayat psikososial
 Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
 Hidup sendiri
 Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
 Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,
kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah,
batasan/gangguan kepribadian antisosial
2) Tanda Objektif :
 Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB,
berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
3. Akibat
Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau
mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang
terdekat dan sekitarnya juga dapat terluka baik secara fisik maupun psikis.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah
dialami atau yang dilakukan baik secara fisik maupun psikis,
2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri, dsb.

4. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian
bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan
keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu
tindakan medis. Penentuan perwatan tidak tergantung pada faktor
sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan
besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau
terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri.
Tidak adanya hubungan beratnya gangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk
menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi
dapat dierikan terapi elektro konvulsi, obat obatan terutama anti
depresan dan psikoterapi.
1) Penatalaksanaan Medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah
orang mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada
kasus bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka
bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien
juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.
2) Penatalaksanaan keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adapti.
2. Tindakan Keperawatan
a) Membina hubungan Saling percaya kepada
pasien
(1) Perkenalkan diri dengan klien
(2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar
dan tidak menyangkal.
(3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
(4) Bersifat hangat dan bersahabat
(5) Temani klien saat keinginan mencederai diri
meningkat
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
(1) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat
membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain)
(2) Tempatkanklien di ruangan yang tenang dan
selalu terlihat oleh perawat
(3) Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan
perasaannya
(1) Dengarkan keluhan yang dirasakan,
(2) Bersikap empati untuk meningkatkan
ungkapan keraguan,ketakutandan
keputusasaan.
(3) Beri dorongan untuk
mengungkapkanmengapa dan bagaimana
harapannya.
(4) Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain lain
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga
dirinya
(1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
mengatasi keputusasaannya
(2) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal
individu
(3) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber
harapan (misal : hubungan antar sesama,
keyakinan,halhaluntuk diselesaikan
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping
individu yang adaptif
(1) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman
pengalaman yang menyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.
(2) Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai
dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap
kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
(3) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan
pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan
telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping
yang efektif

b. Tindakan keperawatan untuk kluarga


1. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah rasa ingin bunuh diri
2. Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang
ingin bunuh diri adalah :
a) Membina hubungan
saling percaya
(1) Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai.
(2) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang.
b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positi. yang
dimiliki
(2) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan
klien
(3) Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang
dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positi. yang
dimiliki
(2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat
dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
(1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
(2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
klien lakukan.
(3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
(1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien
(2) Bantu keluarga memberi dukungan selama
klien dirawat
(3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
(4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga

D. Pohon masalah:

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Perilaku bunuh diri core problem

Harga diri Rendah


E. Masalah
keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan
c. Harga diri rendah
d. Perilaku bunuh diri
e. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.
2. Data yang perlu dikaji
1. Harga diri rendah
a.) Data subjektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri
b.) Data objektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.
3. Perilaku bunuh diri
a.)Data subjektif : Menyatakan dirinya ingin mati saja,
tidak ada gunamya hidup.
b.)Data objektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh
diri, pernah mencoba bunuh diri.
3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
a.) Data subjektif :
Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada
gunanya hidup.
b.) Data objektif :
Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol
impuls, ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah
mencoba bunuh diri.
F. Diagnosa
keperawatan yang
mungkin muncul
1. Perilaku bunuh diri
2. Harga diri rendah

A. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Perilaku bunuh diri
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Perkenalkan diri dengan klien
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan bersahabat.
 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan
 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi


kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat merencanakan
kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
 Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskusikan masalah yang
dapat membahayakan pasien dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Mengamankan benda-benda yang Menjelaskan pengertian, tanda dan
dapat membahayakan pasien gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Melakukan kontrak treatment Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri
4. Mengajarkan cara-cara
mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
SPIIP SPIIk
1 Mengidentifikasi aspek positif pasien Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan resiko
bunuh diri

2 Mendorong pasien untuk berpikir Melatih keluarga mempraktekkan


positif tentang diri cara merawat langsung kepada
pasien resiko bunuh diri
3 Mendorong pasien untuk menghargai
diri sebagai individu yang berharga
SPIIIP SPIIIk
1 Mengidentifikasi pola koping yang Membantu keluarga membuat
biasa diterapkan pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2 Menilai pola koping yang biasa Menjelaskan follow up pasien
dilakukan setelah pulang
3 Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4 Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
5 Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
SPIVP
1 Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien

2 Mengidentifikasi cara mencapai


rencana masa depan yang realistis

3 Memberi dorongan pasien melakukan


kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis

4 Menganjurkan pasien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr.
Amino Gondohutomo : Semarang.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, RSJP
Bandung : Bandung.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama : Bandung.
http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/ diakses
pada tanggal 13 September 2014
Stuart G.W, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
KLIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI

Masalah Utama : Resiko bunuh diri


Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh


diri.
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang
Mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
“Bagaimana perasaan B hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?”

2.Fase Kerja
“Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri?
Apakah B merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain?
Apakah B merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah B sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah B berniat menyakiti diri sendiri,
ingin bunuh diri atau B berharap bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang B rasakan?” Jika pasien
telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan
keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah,
tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”. “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk
memastikan tidak ada benda- benda yang membahayakan B.”
“Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan
itu muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada
perawat diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B
jangan sendirian ya? Katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada
dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
“Saya percaya B dapat mengatasi masalah, OK B?”

3.Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“Coba B sebutkan lagi cara tersebut?”
“Saya akan menemui B terus sampai keinginan bunuh diri hilang” (jangan
meninggalkan pasien)

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri


1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B hari
ini? O.. jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan
ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana?
Disini saja yah!”

2. Fase Kerja
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup.” “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada
perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan
pernah sendirian ya..?”
3.Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa
yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk
bunuh diri? Kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera
saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri, saya
akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah
jam lagi dan disini saja.”

SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.


1.Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”

2.Fase Kerja
“Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan
rugi kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B.
Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata
kehidupan B masih ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan
kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selam ini?.” “Bagaimana kalau B
mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.”

3.Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-
apa saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang
baik dalam kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi).
Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu
disyukuri!. Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan yag
tidak terkendali segera hubungi saya ya!”

Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri


SP 1 keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri.
1.Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya A yang merawat putra bapak dan
ibu dirumah sakit ini”.
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar B tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus B.

2.Fase Kerja
“Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
pekerjaan dan ditinggal istrinya, sehingga sekarang B selalu ingin mengakhiri
hidupnya. Karena kondisi B yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-
waktu, kita semua perlu mengawasi B terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut
mengawasi ya.. pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini B tidak boleh
ditinggal sendirian sedikitpun”.
“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan B untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang.
Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disikitar B.” “Selain itu, jika bicara
dengan B fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negative.’’ “Selain itu
sebaiknya B punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya bermain sepak
bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”

3.Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara tersebut?” “Baik mari sama-sama kita temani
B, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.”
SP 2 Keluarga: percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara
merawat anggota keluarga beresiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)
1.Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadan Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.”
“Dimana kita akan diskusi? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”

2.Fase Kerja
“Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?”
“Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala
bunu diri. Pada umunya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan tanda
melalui percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik
tanpa saya.” Apakah B pernah mengatakannya?”
“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya
Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan
terhadap B ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan
dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut,
dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah
dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan
tindakan tersebut. Katakan bahwa Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan juga
kebaikan-kebaikan B.”
“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari Bapak/Ibu memuji B dengan tulus.” “Tetapi
kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan
orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah
sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke
rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi
keinginan bunuh diri.”
3.Fase Terminasi
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali
cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
“Ya bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh
diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan
datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah.”

SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh


diri/isyarat bunuh diri
1.Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu
lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan
minggu lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?” “Kita akan
coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?” “Berapa lama
bapak dan ibu mau kita latihan?”

2.Fase Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak
dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang
seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
3.Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar
melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan


pasien risiko bunuh diri
1.Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita
membicarakan jadual B selama dirumah.”
“Berapa lama kita bisa diskusi?” “Baik mari kita diskusikan.”

2.Fase Kerja
“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan
dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum
obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh B selama di rumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin
bunuh diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi Suster C dirumah sakit harapan
peduli, rumah sakit terdekat dari rumah ibu
dan bapak, ini nomor telepon rumah sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya suster C
yang akan membantu memantau perkembangan B”

3.Fase Terminasi
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk
perawat C di rumah sakit harapan peduli. Jangan lupa kontrol kerumah sakit
sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan
administrasinya.”
DAFTAR PUSTAKA

Captain, C, (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder
Company, Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing, 8ed. Elsevier Mosby, Philadelphia
Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing,
Mosby, St Louis.
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry,
Mosby, St Louis.
Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice,
Mosby St Louis.

Anda mungkin juga menyukai