Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Konsep Farmakologi
Diajukan sebagai syarat memenuhi tugas makalah dalam mata kuliah Farmakologi
Dosen Pengampu: Bdn. Silvia Mona, SST, M. Bmd

Disusun Oleh:
1. Selvi Novira (102723007)
2. Marchellya Syaira Steifani G (102723008)
3. Ikqlima Zahra (102723004)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FEKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BATAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas izin dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Peyusunan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas makalah mata kuliah Farmakologi tentang “Konsep Farmakologi”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Farmakologi. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Farmakologi bagi para pembaca serta para penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: Bdn. Silvia Mona, SST, M. Bmd yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 01 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Konsep Farmakologi.......................................................................................................2
2.2 Farmakodimika.............................................................................................................11
BAB III.........................................................................................................................................18
PENUTUP....................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................18
3.2 Saran...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmakologi adalah sebuah istilah yang merujuk kepada suatu bidang ilmu tentang
pengaruh senyawa terhadap sel hidup dengan melalui proses kimiawi. Adapun senyawa yang
ditujukan di sini yakni obat. Obat merupakan tiap-tiap zat kimia yang bisa mempengaruhi
suatu proses hidup pada tingkat molekuler.
Dimasa lalu, farmakologi ini mencakup semua bidang ilmu pengetahuan tentang sejarah,
sumber, sifat-sifat fisik serta kimia, komposisi, efek-efek biokimia dan juga fisiologi,
mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi, eksresi, penggunaan terapi, dan juga
penggunaan lainnya dari obat. Tetapi, beriring berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa
bagian dari farmakologi ini tersebut berkembang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri,
dalam ruang lingkup yang lebih sempit.
Istilah dari farmakokinetik menurut ilmu farmakologi itu sebetulnya dapat diartikan ialah
sebagai proses yang dilalui obat di dalam tubuh atau juga tahapan perjalanan obat tersebut di
dalam tubuh. Proses farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologi menglingkupi beberapa
tahapan mulai dari proses absorpsi atau juga penyerapan obat, distribusi atau juga penyaluran
obat ke seluruh organ tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada tahap ekskresi obat itu
sendiri atau juga proses pengeluaran zat obat tersebut dari dalam tubuh.
Farmakodinamika merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek dari
fisiologik serta biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit ataupun sehat
dan juga mekanisme kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar dari farmakologi?
2. Apa yang dimaksud dengan farmakodimika?

1.3 Tujuan Masalah


1. Dapat mengetahui tentang konsep dasar farmakologi.
2. Dapat mengetahui penjelasan mengenai farmakodimika.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Farmakologi
1. Pengertian Farmakologi
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dam logos (ilmu
penegtahuan). farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mepelajari obat dan
cara kerjanya pada sistem biologis.
Pada mulanya farmakologi dan terapi mencakup berbagai pengetahuan
tentang obat yang meliputi sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara
meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme
hidup serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari interaksi
obat dengan organisme hidup.
Dimasa lalu, farmakologi ini mencakup semua bidang ilmu pengetahuan
tentang sejarah, sumber, sifat-sifat fisik serta kimia, komposisi, efek-efek
biokimia dan juga fisiologi, mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi, eksresi,
penggunaan terapi, dan juga penggunaan lainnya dari obat. Tetapi, beriring
berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari farmakologi ini tersebut
berkembang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dalam ruang lingkup yang
lebih sempit.
2. Istilah Penting Dalam Farmakologi
Dalam lingkup farmakologi, terdapat beberapa istilah penting,
dianataranya adalah sebagai berikut:
A. Farmakokinetika
ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan organisme hidup
untuk menghasilkan efek terapi. Farmakokinetika juga diartikan sebagai
Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan organisme hidup untuk
menghasilkan efek terapi; diartikan juga sebagai pengaruh organisme
hidup terhadap obat.
B. Farmakodimika
2
studi tentang tempat danmekanisme kerja serta efek fisioloqik dan
biokimiawiobat pada organisme hidup; juga diartikan sebagai pengaruh
obat terhadap organisme hidup.
C. Farmakoterapi
merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari
penggunaan obat untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit. Jika
obat berasal dari tanaman, maka terapi yang dilakukan disebut
sebagai fitoterapi.
D. Farmakognosi
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan
dan bahan lain yang merupakan sumber obat.
E. Kerja aatau efek
Merupakan interaksi molekuler antara obat dengan suatu unsur
respons pokok dalam tubuh atau hasil yang dapat diobservasi.
F. Farmakogenetika
Merupakan ilmu yang mempelajaari efek obat pada suatu gen
spesifik di tubuh. Farmakogenetika melihat efek obat tidak hanya pada
satu gen, tetapi pada Kumpulan gen yang disebut genom.
G. Farmakogenomik
Yaitu, ilumu yang mempeelajari efek obat tidak hanya dalam satu
gen, akan tetapi pada Kumpulan gen yang di sebut genom.
H. Terapi atau terapeutik
Merupakan suatu usaha atau Tindakan yang diambil dalam
pengobatan penyakit.
I. Kemoterapi
Merupakan penggunaan zat kimia dalam pengobatan penyakit
infeksi dan neoplasma (keganasan). Ini adalah pengobatan infeksi
sistemik/ keganasan dengan obat spesifik yang memiliki toksisitas selektif
untuk organisme penginfeksi/sel ganas tanpa/efek minimal pada sel inang.
J. Posologi

3
Adalah ilmu yang mempelajari tentang dosis obat, cara pemberian
(frekuensi, interval, dan lama pemberian), bentuk-bentuk sediaan obat, dll.
K. Efek samping
Merupakan efek fisiologis yang tidak berhubungan dengan efek
obat yang diinginkan; dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari.
L. Reaksi merugikan
Adalah efek obat yang tidak diinginkan yang lebih parah daripada
efek samping, dapat berkisar dari toksisitas ringan hingga berat, dan reaksi
hipersensitivitas dan anafilaksis.
M. Dosis terapi
Merupakan jumlah terkecil yang akan menimbulkan respon dan
dosis terbesar yang dapat ditoleransi tanpa efek samping yang berlebihan.
N. Jendela terapi
Merupakan kesenjangan antara dosis yang dibutuhkan untuk
menghasilkan efeknya pada 50% populasi dan yang dibutuhkan untuk efek
yang tidak diinginkan.
3. Ruang Lingkup Farmakologi
Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas cakupannya.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari farmakologi ini
telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam ruang lingkup yang lebih
sempit, tetapi tidak terlepas sama sekali dari farmakologi, misalnya farmakologi
klinik, farmasi, biofarmasi, toksikologi, dan lain-lain.
A. Farmakologi klinik
Adalah cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada
manusia, termasuk penyelidikan farmakodinamik dan farmakokinetik pada
sukarelawan sehat dan pada pasien. Tujuan farmakologi klinis adalah
untuk menghasilkan data untuk penggunaan obat yang optimal dan praktik
‘obat berbasis bukti’.
B. Farmasi
Adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan,
menyimpan, dan menyediakan obat. Ini meliputi pengumpulan,

4
identifikasi, pemurnian, isolasi, sintesis, standardisasi dan pengendalian
mutu bahan obat.
C. Biofarmasi
Ilmu biofarmasi yang mempelajari bentuk-bentuk obat yang paling
efektif diserap tubuh sehingga bisa menimbulkan efek menyembuhkan.
Tidak semua penyakit bisa disembuhkan dengan puyer atau obat tablet.
Sebagian ada yang hanya bisa sembuh oleh salep, obat tetes, atau bahkan
obat sirup.
Beberapa jenis obat juga hanya bisa disimpan dalam bentuk kapsul
agar bisa terserap dengan baik oleh tubuh. Sementara itu, jenis obat
lainnya tidak akan efektif apabila diberikan dalam bentuk oles. Jadi
cabang ilmu ini membahas soal bentuk obat dan jenis bahan aktif yang
paling efektif untuk menyembuhkan suatu penyakit. Ilmu biofarmasi juga
akan membahas lebih jauh soal ketersediaan obat di dalam tubuh setelah
dikonsumsi, serta efeknya bagi kesehatan.
D. Toksikologi
Adalah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia termasuk obat,
zat yang digunakan dalam rumah tangga, industry, maupun lingkungan
hidup lain. Dalam cabang ini juga mempelajari cara pencegahan,
pengenalan dan penanggulangan kasus-kasus keracunan, juga mencakup
studi tentang efek samping obat, kaarena zat yang sama dapat menjadi
obat atau racun tergantung dengan dosisnya.
E. Farmakovigilans
Adalah cabang ilmu farmakologi untuk memantau dan mencari
efek samping dari oba-obatan yang telah dipasarakan.
4. Macam-Macam Obat
Berdasarkan penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk.
Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang
tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul
atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung.
Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan. Oleh

5
karena itu perlu diperhatikan etiket obat yang dibuat pada saat melayani suatu
resep. Misalnya perbedaan tablet dengan kaplet, atau tablet yang harus dikunyah
dulu (seperti obat maag golongan antasida). Etiket obat harus memuat instruksi
yang singkat namun benar dan jelas sehingga pasien tidak bingung dengan
petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting sekali bagi kita semua untuk
mengetahui bentuk sediaan obat. Beberapa bentuk dan tujuan penggunaan obat
sebagai berikut.
A. Kapsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang kerass
atau lunak yang dapat larut, disunakan untuk pemakaian oral.
B. Tablet
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih atau tanpa bahan
tambahan. Jenis-jenis tablet tedapat, tablet kempaa, tablet cetak, tablet
triturate, tablet hipodermik, tablek sublingual, tablet bukal, tablet
efervescen, tablet kunyah, tablet salut gula, tablet salut selaput, tablet
kompresi ganda, tablet salut enteric.
C. Pil
Pil merupakan sediaan solid yang berbentuk bulat dengan berat
sekitar 100- 500 mg, biasanya 300 mg, mengandung satu atau lebih zat
aktif. Sediaan padat bulat dengan masaa < 100 mg dikenal dengan istilah
granul, sedangkan yang lebih dari 500 mg dikenal dengan istilah boli
(untuk hewan ternak).
Sediaan pil masih digunakan dan dikembangkan dalam industri
obat tradisional dalam hal ini jamu dan obat herbal terstandar, serta
makanan suplemen. Zat aktif yang dibuat pil kebanyakan merupakan
simplisia tanaman yang telah dihaluskan atau.sudah berwujud ekstrak.
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan pil ini adalah: bahan
pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur dan bahan penyalut.

6
Kontrol kualitas sediaan pil juga dilakukan dengan aspek yang
hamper sama dengan yang dilakukan untuk sediaan tablet, yaitu
penampilan dan ukuran, keseragaman bobot, kekerasan dan waktu hancur.
D. Krim
Adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Khusus untuk
penggunaan secara topival dikulit.
E. Emulsi
Adalah system dua fase, yang salah satu cairannya terdisprersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
F. Ekstrak
Adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudia semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat baku yang ditetapkan. Ekstrak dapat dibuat menjadi
sediaan lain sepeerti tablet atau sediaan larutan lain.
G. Gel atau jeli
Adalah sistem semi padat terdiri dari suspeensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan, khusus untuk penggunaan tropical dikulit.
H. Implant atau pelet
Adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi
obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan
cara pengempaan atau pencetakan, Implan atau pelet dimaksudkan untuk
disisipkan di dalam tubuh (biasanya secara sub kutan) dengan tujuan untuk
memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam
jangka waktu lama.
I. Immunoserum
Adalah sediaan yangmengandung immunoglobulin khas yang
diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.

7
J. Infusa
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 900 selama 15 menit.
K. Inhlasi
Adalah sediaan obat atau larutan maupun suspense terdiri atas satu
atau lebih bahan obat yang ddiberikan melalui saluran napas hidung atau
mulut untuk memperoleh efek local atau selaput lender.
L. Injeksi
Adalah sediaan steril untuk kegunaan parenteral, yaitu dibawah
atau menembus kulit atau selaput lendir.
M. Irigasi
Adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh, penggunaan adalah
secara topical.
N. Lozenges atau tablet hisap
Adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat
membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
O. Sediaan obat mata
a. Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.
b. Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa
hingga sesuai digunakan pada mata.
P. Pasta
Adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian obat.
Q. Plester
Adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari
bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
R. Serbuk

8
Adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan. Serbuk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Pulveres, Pulveres biasa diberikan dalam suatu resep racikan.
Pulveres merupakan sediaan padat yang berbentuk serbuk, yang
dikemas dalam beberapa bungkus kertas perkamen, sesuai dengan
jumlah yang tertulis pada resep, biasa digunakan untuk pemakaian
oral. Dokter dapat lebih leluasa menentukan jenis dan dosis obat
yang dicampurkan. Apoteker bertanggungjawab untuk memastikan
bahwa campuran tersebut tidak menunjukkan inkompatibilitas (ke-
tak tercampur-an) yang merugikan. Apoteker dapat menambahkan
bahan inaktif sebagal pengisi atau penyamar rasa pahit, seperti
misalnya amylum, saccharum lactis/lactose, atau saccharum album
(gula halus). Namun, yang perlu diperhatikan adalah sifat
higroskopisitas dari saccharum album, mengingat syarat / kriteria
sediaan pulveres adalah aman, kering, homogen, halus dan mudah
mengalir (free flowing).
b. Pulvis (serbuk tidak terbagi), merupakan sediaan serbuk tidak
terbagi, yang biasanya dimaksudkan untuk pemakaian luar dengan
cara ditaburkan (pulvis adspersorius = serbuk tabur).
S. Solution atau larutan
Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut.
a. Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk
pemberian oral. Termasuk ke dalam larutan oral ini adalah sirup
dan elixir.
b. Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk
penggunaan topikal pada kulit atau mukosa.
c. Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk
penggunaan dalam telinga.
d. Larutan optalmik, adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.

9
e. Spirit, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari
zat yang mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal
atau campuran bahan.
f. Tingtur, adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di
buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
T. Sufositoria
Adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria didesain untuk:
a. Terapi dengan efek lokal pada bagian anal (contoh: hemorrhoid)
atau vaginal (contoh: candidiasis).
b. Terapi dengan efek sistemik (suppositoria anal) sebagai alternatif
pengobatan melalui anal bagi pasien yang tidak kooperatif
terhadap pengobatan oral (keadaan pingsan atau mengalami
emesis).
Mekanisme pelepasan zat aktif dari suppositoria adalah dengan pelelehan
suppositoria pada suhu tubuh (jenis basis: oleum cacao, Witepsol) atau
penglarutan suppositoria pada cairan anal/vaginal (jenis basis: Polietilen
glikol, gliserogelatin).
5. Perundang-Undangan Obat
A. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
B. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat
yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai
bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.
C. Obat bahan alam adalah produk mengandung bahan yang berasal dari
bahan tumbuhan, bahan hewan, dan/ atau bahan mineral alam yang dapat
dalam bentuk tunggal atau campuran.

10
D. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat.
E. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan bahan bakunya telah distandardisasi.
F. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik
serta bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.
G. Ekstrak bahan alam adalah sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk
akhir.
H. Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan- golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang- undang tentang Narkotika.
I. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
2.2 Farmakodimika
1. Pengertian Farmakodimika
Farmakodinamika merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari
efek dari fisiologik serta biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang
sakit ataupun sehat dan juga mekanisme kerjanya. Adalah ilmu yang
memperlajari tentang efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme
kerjanya. Tujuan dari mempelajari mekanisme kerja obat adalah untuk meneliti
efek utama obat, mengetahui interaksi antara obat dengan sel, mengetahui urutan

11
peristiwa, spectrum efek, dan respon yang terjadi setelah obat masuk ke dalam
tubuh. Efek terapeutik dan efek toksik obat merupakan hasil dari interaksi obat
dengan molekul yang ada di dalam tubuh pasien. Sebagian besar obat bekerja
melalui penggabungan dengan makromolekul khusus dengan cara mengubah
aktivitas biokimia dan biofisika molekul.
2. Macam-Macam Resep Obat
A. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah
dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar
lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku standar.
B. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi
atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang
diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.
C. Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek
dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.
Buku referensi Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO),
Indonesia Index Medical Specialities (IIMS). Daftar Obat di Indonesia
(DOI), dan lain-lain.
D. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik
dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau
tidak mengalami peracikan (Amalia and Sukohar, 2014).
3. Proses Yang Dialami Obat Dalam Tubuh Non Sakit Maupun Sakit
A. Mula, puncak dan lama kerja
Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan
berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC minimum
effective concentration). Apabila kadar obat dalam plasma atau serum
menurun di bawah ambang atau MEC, maka ini berarti dosis obat yang
memadai tidak tercapai. Namun demikian, kadar obat yang terlalu tinggi
dapat. menyebabkan toksisitas). Puncak kerja terjadi pada saat obat
mencapi konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama kerja adalah
lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan
efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu

12
beberapa jam atau hari. Kurva respons-waktu menilai tiga parameter dari
kerja obat: mula kerja, puncak kerja, dan lama kerja obat.
Empat kategori dari kerja obat meliputi perangsangan atau
penekanan, penggantian, pencegahan atau membunuh organisme, dan
iritasi. Kerja obat yang merangsang akan meningkatkan kecepatan
aktivitas sel atau meningkatkan sekresi dari kelenjar.
Obat-obat pengganti, seperti insulin, menggantikan senyawa-
senyawa tubuh yang esensial. Obat-obat yang mencegah atau membunuh
organisme dapat menghambat pertumbuhan sel bakteria. Penisilin
mengadakan efek bakterisidalnya dengan menghambat sintesis dinding sel
bakteri. Obat-obat juga dapat bekerja melalui mekanisme iritasi. Laksatif
dapat mengiritasi dinding kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan
peristaltik dan defekasi.
Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau
bulan. Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu paruh
merupakan pedoman yang penting. untuk menentukan interval dosis obat.
Obat obat dengan waktu paruh pendek, seperti penisilin G (t%: 2 jam),
diberikan beberapa kali sehari; obat-obat dengan waktu paruh panjang,
seperti digoksin (36 jam), diberikan sekali sehari. Jika sebuah obat dengan
waktu paruh panjang diberikan dua kali atau lebih dalam sehari, maka
terjadi penimbunan obat di dalam tubuh dan mungkin dapat menimbulkan
toksisitas obat. Jika terjadi gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh
obat akan meningkat. Dalam hal ini, dosis obat yang tinggi atau seringnya
pemberian obat dapat menimbulkan toksisitas obat.
B. Indeks terapeutik dan Batasan terapeutik
Keamanan obat merupakan hal yang utama. Indeks terapeutik (TI),
yang perhitungannya akan diuraikan dalam bagian ini, memperkirakan
batas keamanan sebuah obat dengan menggunakan rasio yang mengukur
dosis terapeutik efektif pada 50% hewan (ED50) dan dosis letal
(mematikan) pada 50% hewan (LD50). Semakin dekat rasio suatu obat
kepada angka 1, semakin besar bahaya toksisitasnya.

13
Obat-obat dengan indeks terapeutik rendah mempunyai batas
keamanan yang sempit. Dosis obat mungkin perlu penyesuaian dan kadar
obat dalam plasma (serum) perlu dipantau karena sempitnya jarak
keamanan antara dosis efektif dan dosis letal. Obat-obat dengan indeks
terapeutik tinggi mempunyai batas keamanan yang lebar dan tidak begitu
berbahaya. dalam menimbulkan efek toksik. Kadar obat dalam plasma
(serum) tidak perlu dimonitor secara rutin bagi obat-obat yang mempunyai
indeks terapeutik yang tinggi.
Batas terapeutik dari konsentrasi suatu obat dalam plasma harus
berada di antara MEC (konsentrasi obat terendah dalam plasma untuk
memperoleh kerja obat yang diinginkan), dan efek toksiknya. Jika batas
terapeutik diberikan, maka ini mencakup baik bagian obat yang berikatan
dengan protein maupun yang tidak. Buku referensi obat memberikan
banyak batas terapeutik obat dalam plasma (serum). Jika batas terapeutik
sempit, seperti digoksin, 0,5-2 ng/ml (nano-gram per milimeter), kadar
dalam plasma perlu dipantau secara periodic untuk menghindari toksisitas
obat. Pemantauan batas terapeutik tidak diperlukan jika obat tidak
dianggap sangat toksik.
C. Kadar puncak dan terendah
Kadar obat puncak adalah konsentrasi plasma tertingi dari sebuah
obat pada waktu tertentu. Jika obat diberikan secara oral, waktu
puncaknya mungkin 1 sampai 3 jam setelah pemberian obat, tetapi jika
obat diberikan secara intravena, kadar puncaknya mungkin dicapai dalam
10 menit. Sampel darah harus diambil pada waktu puncak yang dianjurkan
sesuai dengan rute pemberian.
Kadar terendah adalah konsentrasi plasma terendah dari sebuah
obat dan menunjukkan kecepatan eliminasi obat. Kadar terendah diambil
beberapa menit sebelum obat diberikan, tanpa memandang apakah
diberikan secara oral atau intravena. Kadar puncak menunjukkan
kecepatan absorpsi suatu obat, dan kadar terendah menunjukkan kecepatan
eliminasi suatu obat. Kadar puncak dan terendah diperlukan bagi obat-obat

14
yang memiliki indeks terapeutik yang sempit dan dianggap toksik, seperti
aminoglikosida (antibiotika). Jika kadar terendah terlalu tinggi, maka
toksisitas akan terjadi.
D. Dosis pembebanan
Jika ingin didapatkan efek obat yang segera, maka dosis awal yang
besar, dikenal sebagai dosis pembebanan, dari obat tersebut diberikan
untuk mencapai MEC yang cepat dalam plasma. Setelah dosis awal yang
besar, maka diberikan dosis sesuai dengan resep per hari. Digoksin, suatu
preparat digitalis, membutuhkan dosis pembebanan pada saat pertama kali
diresepkan. Digitalisasi adalah istilah yang dipakai untuk mencapai kadar
MEC untuk digoksin dalam plasma dalam waktu yang singkat.
E. Efek Sampling, Reaksi yang Merugikan, dan Efek Toksik
Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan
efek obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping baik
yang diinginkan maupun tidak. Bahkan dengan dosis obat yang tepat pun,
efek samping dapat terjadi dan dapat diketahui bakal terjadi sebelumnya.
Efek samping terutama diakibatkan oleh kurangnya spesifitas obat
tersebut, seperti betanekol (Urecholine). Dalam beberapa masalah
kesehatan, efek samping mungkin menjadi diinginkan, seperti Benadryl
diberikan sebelum tidur, karena efek sampingnya yang berupa rasa kantuk
menjadi menguntungkan. Tetapi pada saat-saat lain, efek samping dapat
menjadi reaksi yang merugikan. Istilah efek samping dan reaksi yang
merugikan kadang-kadang dipakai bergantian. Reaksi yang merugikan
adalah batas efek yang tidak diinginkan (yang tidak diharapkan dan terjadi
pada dosis normal) dari obat-obat yang mengakibatkan efek samping yang
ringan sampai berat, termasuk anafilaksis (kolaps kardiovaskular). Reaksi
yang merugikan selalu tidak diinginkan.
Efek toksik, atau toksisitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui
pemantauan batas terapeutik obat tersebut dalam plasma (serum). Tetapi,
untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik yang lebar, batas
terapeutik jarang diberikan. Untuk obat-obat gang mempunyai indeks

15
terapeutik sempit, seperti antibiotika aminoglikosida dan antikonvulsi,
batas terapeutik dipantau dengan ketat. Jika kadar obat melebihi batas
terapeutik, maka efek toksik kemungkinan besar akan terjadi akibat dosis
yang berlebih atau penumpukan obat.
F. Proses obat
Berikut gambaran peta konsep Nasib obat dalam tubuh:

16
Berikut gambaran peta konsep proses obat didalam tubuh:

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Farmakologi merupakan disiplin ilmiah yang mempelajari interaksi antara obat-obatan
dengan organisme hidup. Pemahaman yang mendalam tentang farmakologi memainkan peran
penting dalam pengembangan, penggunaan, dan pengelolaan obat-obatan dalam praktik
klinis.Farmakologi adalah cabang ilmu yang mempelajari sifat kimia, fisika, dan biologis dari
obat-obatan serta interaksi mereka dengan tubuh manusia. Ini mencakup berbagai aspek seperti
farmakokinetika (proses penyerapan, distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat),
farmakodinamika (efek obat pada tubuh), toksikologi (efek samping dan toksisitas obat), dan
farmakogenomika (pemahaman interaksi genetik dalam respons terhadap obat).
Farmakodinamika adalah bagian dari farmakologi yang khusus mempelajari efek obat di
dalam tubuh manusia, termasuk mekanisme aksi mereka, interaksi dengan target biologis, dan
respons yang dihasilkan. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana obat-obatan berinteraksi
dengan reseptor, enzim, atau struktur biologis lainnya untuk menghasilkan efek farmakologis,
baik itu merangsang, menghambat, atau memodulasi aktivitas.

3.2 Saran
Penting untuk memahami dengan baik bagaimana suatu obat bekerja dalam tubuh
manusia (farmakologi) dan bagaimana obat tersebut berinteraksi dengan target biologisnya
(farmakodinamika). Ini membantu dalam pemilihan obat yang tepat untuk
kondisi medis tertentu. Memahami farmakologi dan farmakodinamika membantu dokter dan
profesional kesehatan dalam mengambil keputusan yang tepat dalam penggunaan obat, termasuk
dosis yang tepat dan kemungkinan efek samping. Penelitian farmakologi dan farmakodinamika
menjadi dasar dalam pengembangan obat-obatan baru. Dengan memahami cara kerja obat dalam
tubuh, para peneliti dapat merancang obat-obatan yang lebih efektif dan amam.
Karena pengetahuan tentang farmakologi dan farmakodinamika terus berkembang,
penting untuk terus melakukan penelitian lanjutan untuk memahami lebih dalam tentang cara

18
kerja obat dan memperbaiki terapi yang ada. Memahami farmakologi dan farmakodinamika
adalah langkah krusial dalam pengobatan yang efektif dan aman bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Mimica Matanović, S. (2019). Farmakokinetika i farmakodinamika analgetika. Medicus,


23(1).

Intan, R. (2020). Makalah Farmakologi. Bab I, 202205051.

Maulida, R., & Puspitasari, I. M. (2020). Review Artikel : Kajian Interaksi Obat Pada
Pasien dengan Peresepan Polifarmasi. Farmaka, 19(1).

Tanto, Irenne Agustina, Alifah Itmi Mushoffa, and Gasti Giopenra Benarqi.
"MAKALAH FARMAKOLOGI MOLEKULER “ANTIEMETIK”."

TIPE II, SEBAGAI ANTI DIABETIK. "MAKALAH FARMAKOLOGI


MOLEKULER."

Mata, Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas, and Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.
"PENGGOLONGAN OBAT, FARMAKODINAMIKA DAN FARMAKOKINETIK, INDIKASI
DAN KONTRAINDIKASI SERTA EFEK SAMPING OBAT." (2020).

Cicih, Ating. "Interaksi Farmakodinamik dan Farmakokinetik Metformin dengan Obat


Tradisional." (2021).

Cicih, Ating. "Interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik metformin-herbal." Jurnal Ilmiah


Farmasi 18.1 (2022): 13-25.

19
20

Anda mungkin juga menyukai