Anda di halaman 1dari 8

Jurnal ChemPro Vol. 2 No. 2(2021) hal.

44-51
www.chempro.upnjatim.ac.id
Journal of Chemical and e-ISSN 2720-880X
Process Engineering

Karakterisasi Flavonoid Daun Kitolod dengan Metode


Maserasi dan Enkapsulasi

Elda Medeleine Gloriana*, Loraine Sagita, Siswanto


Program Studi Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar, Surabaya 60294, Indonesia
*)Penulis Korespondensi: eldamedelline@gmail.com
Received 27 Mei 2020; Accepted 30 Desember 2020; Available online 31 Mei 2021
Abstrak
Tanaman kitolod merupakan tanaman yang jarang diteliti, namun demikian tanaman ini memiliki
banyak kandungan yang bermanfaat. Salah satu kandungan kitolod yang bermanfaat yakni flavonoid.
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga
dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan.Senyawa ini dapat larut pada pelarut polar, namun
mudah terdegradasi pada suhu yang tinggi. Dalam hal ini perlu dilakukan uji karakteristik flavonoid
berdasarkan kadar pelarut dan suhu ekstraksinya. Selain itu juga, dilakukan penyalutan senyawa
flavonoid dengan metode enkapsulasi guna menjaga senyawa tersebut agar tidak terkontaminasi atau
rusak. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan pelarut etanol dengan kadar 50%, 60%, 70%, 80% dan
90% serta suhu ekstraksinya 30℃, 40℃, 50℃, 60℃ dan 70OC. Penyalut yang digunakan pada proses
enkapsulasi adalah gula (sukrosa). Hasil yang diperoleh pengambilan ekstrak dan enkapsulasi
terbaik pada suhu 70℃ dengan pelarut etanol 90% dan jumlah flavonoid yang diperoleh hasil
enkapsulasi 39,5277 mg/ 10 gram.
Kata kunci: kitolod, flavonoid, maserasi,enkapsulasi,.

Abstract
Kitolod (Hippobroma longiflora) plants are plants that are rarely studied, but this plant has many useful
contents. One useful kitolod content is flavonoids. Flavonoids is secondary metabolite found in all green
plants so it could be found in every plant extract. This compound can dissolve in polar solvents, but is
easily degraded at high temperatures. In this case, it is necessary to test the characteristics of flavonoids
based on the level of the solvent and the extraction temperature. In addition, coating of flavonoid
compounds was carried out with the encapsulation method to keep the compounds from being
contaminated or damaged.The extraction was carried out using ethanol solvents with levels of 50%, 60%,
70%, 80% and 90% and the extraction temperatures were30℃, 40℃, 50℃, 60℃ and 70OC. The coating
used in the encapsulation process is sugar (sucrose). The results were, the best extraction and
encapsulation is at temperature of 70℃ with 90% ethanol solvent and the amount of flavonoids obtained
from encapsulation results is 39.5277 mg / 10 gram .
Key words: kitolod, flavonoid, maceration, encapsulation

Kotoloid termasuk pada kingdom Plantae,


PENDAHULUAN
Divisio Spermatophyta Kelas
Kitolod merupakan tanaman asli Hindia Dicotyledoneae, Famili Campanulance,
Barat yang dapat dijumpai di pulai Jawa Genus Isotoma, Spesies Isotoma Longiflora.
pada dataran rendah hingga 1100 meter dari Tanaman kitolod ini dapat hidup di iklim
permukaan luar di daerah-daerah yang tropis dan subtropics. Memiliki batang
lembab tetapi pada tanah-tanah pinggiran setinggi 9-35cm, daun berwarna hijau dan
atau selokan yang berawa dan sebagainya. bergerigi dengan ukuran 7-16 cm x 1-3,7cm
44
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

dan memiliki mahkota bunga berwarna teh hijau dan hitam menunjukkan
putih. Adapun hasil penapisan fitokimia, kandungannya sekitar 200 mg / cangkir teh.
tanaman kitolod pada bagian daun dan Quercetin, telah mendapat banyak
bunga mengandung alkoloid, flavonoid, perhatian dalam hal ini karena quercetin
tanin, saponin, polifenolat. juga mewakili subklas flavonol yang
menunjukkan nutrisi dan sifat farmasinya.
Flavonoid adalah salah satu golongan
Struktur cincin dan konfigurasi aglyconnya
seyawa fenol alam terbesar dan merupakan
dari kelompok hidroksil, menjadikannya
kandungan khas fenol alam terbesar dan
salah satu dari flavonoid yang paling ampuh
merupakan kandungan khas tanaman hijau,
dalam hal kemampuan antioksidan.
kecuali algae (Arini,2003).
Quercetin telah menunjukkan kemampuan
untuk mencegah oksidasi low-density
lipoprotein (LDL) dengan menangkal
radikal bebas dan ionion transisi sehingga
quercetin membantu dalam pencegahan
penyakit tertentu, seperti kanker,
aterosklerosis. Jenis-jenis flavonoid dapat
diklasifikasikan pada tabel berikut:
Gambar 1. Flavonoid Tabel 1. Jenis-jenis flavonoid
Klas Kimia Kandungan
Ada beberapa subkelas flavonoid
Flavonol Quercetin, rutin, kaemperol,
diantaranya flavanols, flavanon, flavon, mirisetin,isoquercetin,
isoflavon, anthocyanidins, dan flavonol. pachipodol, ramnazin.
Pembagian dalam subkelas flavonoid Flavanonol Taxifolin
didasarkan pada sifat-sifat struktural. Isoflavon Diadzein, formononetin,
genistein,glycetin.
Flavanol ditemukan dalam anggur merah Flavon Apigenin, chrisin, luteolin,
(ex-catechins), flavanon ditemukan pada tangeritin
makanan sitrus (ex-narigenin), flavon Flavanon Naringenin, paretin,
(exapigenin) ditemukan dalam bumbu homerioficitol, hesperidin,
fisitin, naringan.
berdaun hijau, isoflavon ditemukan pada
(Arifin, 2018)
makanan kedelai, dan pada hampir semua
Isolasi merupakan proses untuk
makanan flavonol ditemukan. Flavonol
memisahkan senyawa aktif dari komponen
banyak tersebar dalam tumbuhan baik
lain yang tidak diinginkan. Istilah isolasi ini
sebagai pigmen antosianin dalam petal
kemudian berkembang menjadi ekstraksi
maupun dalam daun tumbuhan tingkat
yaitu metode untuk menarik komponen
tinggi. Flavonol umumnya terdapat dalam
aktif dari suatu bahan berdasarkan prinsip
bentuk glikosida dalam bentuk umum
perpindahan massa komponen zat ke dalam
seperti kaemferol, kuersetin dan mirisetin.
pelarut yang dimulai dari lapisan antar
Rutin adalah jenis glikosida kuersetin yang
muka kemudian berdifusi masuk kedalam
paling banyak ditemuiFlavanon dan
pelarut.
flavanonol memiliki ikatan jenuh C , dan
sering ditemukan dengan flavon dan Untuk ekstraksi bahan alam, tidak ada
flavonol pada tanaman. Quercetin adalah metode yang benar-benar baku dan bisa
salah satu flavonol terbaik. Quercetin diterapkan untuk semua kasus, karena
ditemukan di banyak buah dan sayuran tapi banyak variabel yang berpengaruh terutama
juga banyak terdapat pada bawang merah, dari bahan alam yang akan diekstraksi. Oleh
apel merah, anggur merah, teh, cranberry, karena itu, harus ada modifikasi pada
kangkung, paprika dan brokoli. Studi pada metode yang digunakan dan standarisasi
45
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

pada bahan yang akan diekstraksi. Faktor- dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH),
faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton,
adalah waktu ekstraksi, suhu, jenis dan dimetil sulfoksida (DMSO),
komposisi pelarut serta perbandingan dimetilforfamid (DMF) dan air [2].
pelarut terhadap bahan yang akan 3. Perbandingan pelarut terhadap
diekstraksi. Salah satu metode ekstraksi bahan yang akan diekstraksi
adalah maserasi. Maserasi sendiri Dalam proses pelarutan lazimnya jumlah
merupakan metode sederhana yang mampu zat terlarut lebih sedikit dibandingkan
menjaga senyawa termolabil agar tidak dengan zat pelarutnya. Komposisi
mudah rusak (Gofroh, 2017) serta ukuran perbandingan untuk maserasi daun
partikel (Keenan, 1991). kitolod kering yakni 1:5 berdasarkan [5].
4. Ukuran partikel
Ekstraksi flavonoid dari tumbuhan dapat
Ukuran partikel ini berpengaruh terhadap
dilakukan dengan menggunakan pelarut
kelarutan senyawa aktif, semakin kecil
polar karena flavanoid merupakan senyawa
ukuran bahan yang digunakan maka
polar. Oleh karena itu, umumnya flavanoid
semakin besar kontak yang terjadi antara
larut dalam pelarut polar seperti etanol
bahan dengan pelarutnya [5].
(EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH),
Enkapsulasi merupakan teknik
aseton, dimetil sulfoksida (DMSO),
untuk melindungi bahan inti (core) yang
dimetilforfamid (DMF) dan air (Arini, 2003
semula berbentuk cair menjadi bentuk
). Senyawa Flavonoid adalah golongan
padatan sehingga mudah dalam
senyawa yang tidak tahan panas dan mudah
penanganannya serta dapat melindungi
teroksidasi pada suhu tinggi
bahan inti dari kehilangan flavour. Dalam
(Rompas,2012).
proses enkapsulasi, hal yang perlu
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
diperhatikan adalah jenis penyalut yang
ekstraKsi (maserasi) yakni :
digunakan.
1. Suhu
Kebanyakan kelarutan zat padat menjadi Bahan penyalut adalah bahan-bahan yang
lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, berfungsi sebagai penyalut bahan inti
bila temperature dinaikkan. Namun (bahan aktif) dalam proses enkapsulasi.
terdapat beberapa zat padat yang Bahan penyalut mempunyai peran penting
kelarutannya menurun bila temperature dalam enkapsulasi minyak atsiri, karena
dinaikkan [9]. Sedangkan senyawa bertanggung jawab untuk melindungi
flavonoid adalah golongan senyawa yang minyak dan mengontrol pelepasan senyawa
tidak tahan panas dan mudah teroksidasi aktif dalam minyak tersebut. Bahan yang
pada suhu tinggi [10]. Pengentalan ekstrak dipilih harus tergantung pada sifat minyak
yang dilakukan diusahakan menggunakan yang akan dilapisi dan karakteristik
suhu serendah mungkin, mikrokapsul akhir yang diinginkan.
direkomendasikan pada suhu kurang dari Idealnya, bahan penyalut harus larut dalam
60oC karena suhu yang tinggi dapat air, biodegradable, membentuk larutan
menyebabkan flavonoid akan mengalami dengan viskositas rendah, menghasilkan
degradasi [7]. serbuk dengan sifat tertentu (tidak bersifat
2. Jenis dan komposisi pelarut higroskopis, tidak berpori, mudah larut,
Ekstraksi flavonoid dari tumbuhan dapat stabil, dan lain-lain), murah, mudah
dilakukan dengan menggunakan pelarut dikeringkan dan tidak reaktif. Bahan
polar karena flavanoid merupakan penyalut yang biasa digunakan dalam
senyawa polar. Umumnya flavanoid larut enkapsulasi, diantaranya adalah gum, pati-

46
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

patian, natrium kaseinat dan polimer- dilakukan dengan teknik enkapsulasi lain
polimer : seperti koaservasi dan kokristalisasi.
Kokristalisasi merupakan metode yang
Tabel 2. Jenis bahan penyalut enkapsulasi
Kelas Jenis menggunakan sukrosa sebagai bahan
Gum Gum arab, agar, natrium penyalut. Dalam kokristalisasi, enkapsulasi
alginate, karagenan. terjadi akibat kristalisasi spontan dari
Karbohidrat Pati, dekstrin, sukrosa, sukrosa yang menghasilkan bentuk yang
sirup jagung, CMC
(Carboymethylcellulose), mengelompok dengan jarak ukuran 3-
ethyl selulosa, methyl 300μm yang diantaranya akan tersalut
selulosa, nitri selulosa, bahan inti. Proses enkapsulasi ini lebih
asetil selulosa, asetat butilat mudah namun pemilihan bahan penyalut
phitat selulosa.
Lemak Lilin, paraffin, tristearin, terbatas dan produk yang dihasilkan akan
asam sterat, monogliserida. berbentuk kristal kecil dan halus
Bahan anorganik Kalsium fosfat, silikat (Desmawarni, 2007).
Protein Gluten, kasein, gelatin,
albumin. Flavonoid merupakan senyawa yang mudah
teroksidasi pada suhu yang tinggi. Untuk
Proses enkapsulasi dapat diterapkan untuk ketahanan dalam penyimpanan yang lama
berbagai flavor alami, seperti minyak atsiri agar tidak terkontaminasi oleh mikroba,
dan oleoresin, maupun flavor buatan. Salah flavonoid perlu dienkapsulasi dengan
satu yang terpenting dalam penerapannya sukrosa atau gula. Ko kristalisasi adalah
ialah mengubah bahan cair atau pasta salah satu metode enkapsulasi dengan
menjadi padatan sehingga dihasilkan sukrosa yang akan merubah wujud cair
produk yang kering dan dapat melindungi senyawa ini menjadi kristal yang disalut
bahan tersebut dari penguapan, oksidasi, dengan sukrosa [3].
dan reaksi kimia.
Enkapsulasi merupakan teknik untuk
Keuntungan-keuntungan yang dapat melindungi bahan inti (core) yang semula
diperoleh dengan proses mikroenkapsulasi berbentuk cair menjadi bentuk padatan
ini antara lain adalah flavor terlindungi dari sehingga mudah dalam penanganannya
perubahan destruktif (penguapan) dalam serta dapat melindungi bahan inti dari
masa penyimpanan yang lama, mudah kehilangan flavour. Dalam proses
dalam pengolahan lanjutan, mudah enkapsulasi, hal yang perlu diperhatikan
digunakan dalam pencampuran produk, adalah jenis penyalut yang digunakan.
bebas dari mikroba dan serangga (higienis) Dalam percobaan kali ini bahan penyalut
dan berkadar air rendah serta dapat yang akan digunakan adalah gula.
menghasilkan produk dengan kualitas
Dari hal tersebut yang melatar belakangi
flavor yang distandarisasi. Kerugian proses
peneliti untuk melakukan enkapsulasi
ini ialah penampakan flavor yang mungkin
terhadap flavonoid dari tanaman kitolod
akan berbeda dari bahan alaminya dan biaya
dengan penyalut sukrosa. Juga untuk
proses yang relatif mahal. Metode–metode
membuktikan bahwa pada suhu 60oC
proses enkapsulasi yang sudah dievaluasi
jumlah flavonoid yang terekstraksi dengan
dan dikomersialkan untuk penggunaan
pelarut semakin berkurang serta
pada bahan makanan yaitu dengan metode
menentukan suhu serta pelarut yang
spray drying, penyalutan dengan suspensi
optimum dalam maserasi daun kitolod
udara, extrusion, dan spray cooling/spray
untuk memperoleh jumlah flavonoid yang
chilling. Proses enkapsulasi dapat pula
lebih banyak.

47
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

METODE PENELITIAN menganalisa jumlah flavonoid per 100 gram


larutan.
Bahan
Bahan utama yang digunakan yakni daun 1.Persiapan Bahan
kitolod yang diambil di daerah Kota Daun kitolod sebelum digunakan dalam
Mojokerto yang sudah dikeringkan pada percobaan harus dikeringkan terlebih
suhu ruang selama ± 1 minggu dan etanol dahulu pada suhu ruang kurang lebih
dengan kadar 50%. 60%, 70%, 80% dan 90%. selama 1 minggu. Pengeringan dilakukan
dengan suhu ruangan, yang mana tidak
Alat terjadi kontak dengan sinar matahari secara
Alat yang digunakan satu set rangkaian langsung agar sinar matahari tidak merusak
alat maserasi, alat untuk enkapsulasi, labu kandungan senyawa pada daun.
ukur, botol, gelas ukur, pipet, corong kaca,
kertas saring. 2. Maserasi
Proses maserasi ini dilakukan dengan
mencampurkan 250 ml pelarut dan 50 gr
daun kering dalam blender. Kemudian
2 setelahnya disimpan pada rangkaian alat
3
maserasi dengan suhu yang sudah
1
ditentukan selama 24 jam. Maserasi yang
4
dilakukan pada percobaan ini menggunakan
variabel peubah pada suhu dan kadar
Gambar 1 Rangkaian Alat Maserasi pelarut. Suhu yang digunakan 30℃, 40℃, 50
℃, 60 ℃, 70 ℃. Untuk kadar pelarut yang
digunakan 50%, 60%, 70%, 80% dan 90%.

3.Enkapsulasi
Enkapsulasi dilakukan dengan memanaskan
Gambar 2 Rangkaian Alat Enkapsulasi 500 gram gula (sukrosa) kristal dengan api
kecil hingga mencair dengan suhu 80oC
kemudian ditambahkan 250 ml filtrat
Prosedur
maserasi. Dilakukan pengadukan agar gula
Penelitian dilakukan dalam 4 tahap yaitu yang mencair dapat bercampur secara
tahap persiapan bahan, tahap maserasi, homogen dengan filtrat maserasi yang
tahap enkapsulasi dan tahap analisa hasil. mengandung flavonoid. Hasil enkapsulasi
Tahap persiapan bahan bertujuan untuk didinginkan pada udara bebas agar kembali
mengurangi kadar air dalam daun dan mengkristal.
mencegah adanya jamur atau bakteri. Agar .
pada saat maserasi tidak terbentuk zat lain. 4.Analisa Produk
Tahap maserasi bertujuan untuk mengikat Analisa flavonoid yang dilakukan dengan uji
senyawa flavonoid dengan pelarut spektofotometri uv-vis dengan standar
etanol.Tahap enkapsulasi adalah tahap quercetine. Dilakukan pengujian filtrat
untuk melindungi flavonoid yang semula hasil maserasi dan kristal hasil enkapsulasi.
berbentuk cair menjadi padat dengan Guna mengetahui kandungan flavonoid
bantuan gula (sukrosa) . Tahap terakhir dalam tiap per 100 gram. Untuk kristal hasil
adalah tahap Analisa produk dengan cara enkapsulasi diencerkan sampai jenuh ke

48
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

dalam 10ml aquades sebelum dianalisa mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah


jumlah flavonoidnya. temperatur. tinggi suhu dan konsentrasi
menyebabkan semakin banyak jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN senyawa yang terlarut dalam pelarut. Dari
hasil ini juga menunjukkan semakin besar
Pada percobaan ekstraksi flavonoid dengan
suhu dan kadar etanol sebagai pelarut maka
metode maserasi digunakan pelarur etanol.
jumlah flavonoid yang terambil semakin
Proses esktraksi dilakukan pada berbagai
banyak.
konsentrasi etanol dan temperatur
ekstraksi. Kadar flavonoid yang dihasilkan Proses esktraksi flavonoid yang berikutnya
seperti disajikan pada tabel 3 dan gambar 3 adalah dengan proses enkapsulasi. Hasil
berikut berikut ini. penelitian untuk proses enkapsulasi
Tabel 3. Tabel jumlah flavonoid hasil maserasi disajikan pada tabel 4 dan gambar 4 berikut
dalam mg / 100 gram ini.
Tabel 4. Tabel jumlah flavonoid hasil enkapsulasi
o
Etanol Suhu ( C) dalam mg/100 gram.
(%) 30 40 50 60 70
Etanol Suhu (oC)
50 9,7 13,2 19,7 21,9 23,7 (%) 30 40 50 60 70
60 13,5 15,4 20,1 24,0 26,9
50 3,0 7,4 12,6 15,5 17,1
70 17,7 18,9 20,8 25,4 29,8
60 6,5 10,8 15,1 18,6 20,4
80 27,1 31,6 37,5 41,8 46,8
70 11,3 14,6 20,3 22,2 23,5
90 34,6 41,8 50,8 56,8 61,8
80 17,0 22,4 30,0 31,1 32,1
90 21,6 28,9 37,1 38,4 39,5

Dari gambar 3 terlihat bahwa kadar


flavonoid yang terekstrak meningkat Dari tabel 4 terlihat bahwa kadar flavonoid
dengan semakin meningkatnya kadar yang terkestrak dengan merode enkapsulasi
pelarut etanol. Etanol cukup efektif meningkat seiring dengan meningkatnya
digunakan sebagai pelarut untuk proses kadara pelarut etanol. Hasil enkapsulasi
ekstraksi flavonoid disebabkan karena juga mengalami kenaikan kadar flavonoid
flavonoid merupakan senyawa polar yang seiring bertambahnya suhu enkapsulasi
dapat terikat ataupun larut dengan etanol yang digunakan. Jika dibandingkan dengan
yang merupakan pelarut polar. proses maserasi, pada proses enkapsulasi
Sedangankan hubungan antara kadar terjadi penurunan nilai kadar flavonoid.
flavonoid dengan temperatur esktraksi Dapat mencapai kadar 61 mg/100 gram
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu untuk teeratu 70℃ dan kadar etanol 90%,
ekstraksi maka semakin besar pula kadar sedangkan untuk proses enkapsulasi hanya
flavonoid yang terekstrak. Faktor yang mencapai 39,5% untuk kadar etanol dan
49
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

temperatur proses yang sama. Hal ini Antioksidan Flavonoid’, Jurnal


disebabkan adanya etanol yang menguap Zahra, Vol. 6 No 1, hal. 21-29
terlebih dahulu sebelum flavonoid berhasil [2] Arini, S, Nurmawan, D, Alfiani, F &
diikat oleh gula pada proses enkapsulasi Hertiani, T 2003, ‘Daya Antioksidan
karena suhu yang digunakan pada dan Kadar Flavonoid Hasil Ekstraksi
enkapsulasi lebih tinggi daripada suhu didih Etanol-Air Daging Buah Mahkota
etanol. Apabila suhu enkapsulasi Dewa ( Phaleria macrocarpa
diturunkan sampai dibawah titik didih (Scheff.) Boerl.)’, Buletin Penalaran
etanol, gula sebagai pengikat senyawa pada Mahasiswa UGM, Vol. 10, No.01.
proses enkapsulasi tidak dapat mencair [3] Desmawarni, 2007, Pengaruh
sehingga proses tersebut tidak dapat Komposisi bahan Penyalut dan
terlaksana. Dari sini hasil percobaan Kondisi Spray Drying Terhadap
terlihat bahwa etanol hanya dapat karakteristik Mikrokapsul Oleoresin
digunakan sebagai pelarut untuk Jahe, Institut Pertanian Bogor,
mengambil senyawa flavonoid saja dan Bogor.
tidak dapat digabungkan dengan proses [4] Dewi, S, Ulya, N, Argo, B 2018,
enkapsulasi dengan penyalut gula untuk ‘Kandungan Flavonoid dan Aktivitas
menjaga senyawa flavonoid. Pada proses Antioksidan Ekstrak Pleurotus
enkapsulasi, flavonoid tidak terdegradasi ostreatus’, Jurnal Rona Pertanian,
namun ikut menguap bersamaan dengan [5] Fazil, M, Suci, R, Allifah, F, Alam,
etanol. Desi, N. Angelia, G & Situmeang, B
2017, ‘Analisa Senyawa Alkoloid dan
SIMPULAN Flavonoid Dari ekstrak Kitolod
Karakteristik flavonoid terbaik yang (Isotoma longiflora) dan Uji
diperoleh dari daun kitolod dengan metode Aktivitasnya Terhadap Bakteri
maserasi dan enkapsulasi terbaik pada suhu Penyebab Karies gigi’, Jurnal
maserasi 70oC dan dengan etanol kadar ITEKIMA, Vol. 2, No. 1.
90%. Serta pada suhu 70oC flavonoid tidak [6] Gofroh, A.A. 2017, Uji Aktiviats
terdegradasi. Ekstrak Etanol 70% Daun Kitolod
(Isotoma longiflora) Terhadap
SARAN Percepatan Penyembuhan Luka
Proses maserasi dengan pelarut etanol tidak Bakar (Combustio) Derajat II Pada
dapat dilakukan dengan proses enkapsulasi Mencit (Mus muculus), Universitas
menggunakan penyalut gula karena titik Islam Negeri Maulana Malik
leleh gula yang tinggi menyebabkan banyak Ibrahim, Malang.
etanol yang teruapkan sebelum flavonoid [7] Hapsari, A 2016, Uji Aktivitas
dalam etanol dapat disalut/diikat oleh gula. Sitotoksik ekstrak etanol, Fraksi
Sebaiknya pemilihan pelarut dan bahan Polar, Semi Polar dan Non Polar
penyalut diperhatikan lagi titik didihnya Herba Kitolod (Isotoma longiflora)
dan dipastikan suhu titik didih pelarut lebih Terhadap Sel MCF-7, Universitas
tinggi daripada titik diidh dari bahan Muhammadiyah Surakarta,
penyalut. Surakarta.
[8] Herdianto, F, Hazar, S &
DAFTAR PUSTAKA Fitrianingsih, S P 2016, ‘Uji Aktivitas
Antifungi ekstrak dan Karakteristik
[1] Arifin, B &Ibrahim, S 2018, Fitokimia Herba Kitolod (Isotoma
‘Struktur, Bioaktivitas dan longifkora) terhadap Candida
50
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)
Karakteristik Flavonoid dari Daun Kitolod dengan Metode Maserasi dan Enkapsulasi

Albicans’, Prosiding Farmasi, Vol. 2,


No. 2, hal. 655-662.
[9] Keenan, C, W, Kleinfelter, D, C,
Wood, J,H, 1991, Ilmu Kimia untuk
Universitas edisi keenam Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
[10] Rompas, R, Edy, H & Yudistira, A
2012, ‘Isolasi dan Identifikasi
Flavonoid Dalam Daun Lamun (
Syringodium Isoetifolium)’,
Pharmacon, Vol. 1, No.2, hal. 59-63

51
Jurnal Chempro Vol. 2 No.2 (2021)

Anda mungkin juga menyukai